Anda di halaman 1dari 75

Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan

NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _
BAB 5
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN BULELENG TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN
DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP)

5.1 Materi Muatan


Materi muatan peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk, harus
diperhatikan apa sesungguhnya yang menjadi materi muatan yang akan dibentuk.
Karena masing-masing tingkatan (jenjang) peraturan perundang-undangan
mempunyai materi muatan tersendiri secara berjenjang dan berbeda-beda
(Astawa, 2008: 90).
Mengacu pada Pedoman 98 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, disebutkan bahwa ketentuan umum memuat hal-hal yang mencakup
sebagai berikut.
1. Batasan pengertian atau definisi;
2. Singkatan atau akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau
definisi; dan/atau
3. Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal atau beberapa
pasal berikutnya antara lain ketentuan yang mencerminkan asas, maksud,
dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab.
Kemudian dalam Pedoman 109 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan menentukan, urutan penempatan kata atau istilah dalam
ketentuan umum mengikuti ketentuan sebagai berikut.
1. Pengertian yang mengatur tentang lingkup umum ditempatkan lebih
dahulu dari yang berlingkup khusus;
2. Pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok yang diatur
ditempatkan dalam urutan yang lebih dahulu; dan
3. Pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian di atasnya yang
diletakkan berdekatan secara berurutan.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 7
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
NASKAH AKADEMIK
_______________________
K a w a sa n P e rmuk im a n ( R P 3K P ) K a b u
__ __ __ __ _ _ _ __ _ _ _ __ _ _ _

5.2 Jangkauan dan Arah Pengaturan


Naskah Akademik berfungsi untuk mengarahkan ruang lingkup materi
muatan Rancangan Peraturan Daerah yang akan dibentuk. Arah dari Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng tentang Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Pemukiman adalah mewujudkan adanya regulasi daerah
yang dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi pengembang serta pihak-pihak
terkait dalam melaksanakan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Pemukiman di Kabupaten Buleleng. Tujuannya adalah:

1. Mewujudkan ketertiban dalam Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman;
2. Memberikan kepastian hukum bagi seluruh pemangku kepentingan dalam
melaksanakan tugas dan wewenang serta hak dan kewajibannya dalam
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman;
3. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan
kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;
4. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap mematuhi perundang-undangan
yang disesuaikan dalam konteks daerah dan kebutuhan pengaturan yang
dikehendaki.

Untuk itu, pengertian-pengertian dasar yang termuat dalam ketentuan


umum, merupakan pengertian dan peristilahan yang terkait dengan Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Pemukiman di Kabupaten Buleleng.
Selain pengertian-pengertian itu dapat berasal dari kutipan peraturan perundang-
undangan yang ada, dan artikel publikasi ilmiah yang berkaitan dengan kajian
tentang Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Adapun pengertian-pengertian yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Daerah adalah Kabupaten Buleleng;


2. Kepala Daerah adalah Bupati Buleleng;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 7
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Buleleng;


4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buleleng;
5. Perangkat Daerah adalah perangkat daerah pada Pemerintah Kabupaten
Buleleng;
6. Provinsi adalah Provinsi Bali;
7. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adaah
hasil perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif;
8. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,
serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu;
9. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disebut
RTRW Kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayah kabupaten, yang merupakan penjabaran dari rencana tata ruang
wilayah provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang
wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola
ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;
10. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten yang selanjutnya disebut RDTR
adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten yang
dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten;
11. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kabupaten Buleleng Tahun 2021-2041 yang selanjutnya
disingkat dengan RP3KP adalah dokumen perencanaan pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman untuk periode 20 (dua
puluh) tahun;
12. Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan


peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat;
13. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni;
14. Pemanfaatan Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah suatu proses
untuk memanfaatkan Perumahan dan Kawasan Permukiman sesuai dengan
rencana yang ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan
pemeriksaan secara berkala;
15. Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan
terpadu;
16. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan perumahan dan
permukiman beserta prasarana, sarana dan utilitas umum.
17. Perbaikan adalah pola penanganan dengan titik berat kegiatan perbaikan dan
pembangunan sarana dan prasarana lingkungan termasuk sebagian aspek tata
bangunan.
18. Pemugaran adalah kegiatan perbaikan tanpa perombakan mendasar, serta
bersifat parsial terhadap rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum jika
terjadi kerusakan untuk mengembalikan fungsi sebagaimana semula.
19. Peremajaan adalah kegiatan perombakan dan penataan mendasar secara
menyeluruh meliputi rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum
perumahan dan permukiman.
20. Pemukiman Kembali adalah kegiatan memindahkan masyarakat terdampak
dari lokasi perumahan kumuh atau permukiman kumuh yang tidak mungkin
dibangun kembali karena tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau
rawan bencana.
21. Persetujuan Bangunan Gedung yang selanjutnya disebut PBG adalah
perizinan yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau


merawat bangunan gedung sesuai dengan standar teknis bangunan gedung;
22. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan;
23. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri
atas lebih dari satu satuan permukiman;
24. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan perdesaan;
25. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya;
26. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan;
27. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat;
28. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
29. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus;
30. Rumah negara adalah rumah yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta penunjang
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri;
31. Kawasan siap bangun adalah yang selanjutnya disebut Kasiba adalah
sebidang tanah yang fisiknya serta prasarana sarana dan utilitas umumnya
telah dipersiapkan untuk pembangunan lingkungan hunian skala besar sesuai
dengan rencana tata ruang;
32. Lingkungan siap bangun yang selanjutnya disebut Lisiba adalah sebidang
tanah yang fisiknya serta prasarana, sarana dan utilitas umumnya

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

dipersiapkan untuk pembangunan perumahan dengan batas-batas kavling


yang jelas dan merupakan bagian dari kasiba sesuai dengan rencana rinci tata
ruang;
33. Hunian berimbang adalah perumahan dan kawasan permukiman yang
dibangun secara berimbang dengan komposisi tertentu dalam bentuk rumah
tunggal dan rumah deret antara rumah sederhana, rumah menengah dan
rumah mewah, atau dalam bentuk rumah susun antara rumah susun umum
dan rumah susun komersial, atau dalam bentuk rumah tapak dan rumah susun
umum;
34. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat;
35. Kawasan pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin, maupun kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran serta memiliki peluang yang sangat besar untuk
terkena dampak dari bencana-bencana alam yang terjadi akibat dari
perubahan iklim dan banyak mengalami kerusakan akibat meningkatnya air
pasang laut yang tidak normal;
36. Kawasan rawan bencana adalah wilayah yang untuk jangka waktu tertentu
tidak mampu mengurangi dampak buruk dari suatu bahaya geologis,
hidrologis, biologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi,
dan teknologi;
37. Penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas adalah penyerahan berupa
tanah dengan bangunan dan/atau tanah tanpa bangunan dalam bentuk
asset dan tanggung jawab pengelolaan dari pengembang kepada
pemerintah daerah;
38. Indikasi program adalah petunjuk yang memuat usulan program
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman,
perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

39. Pendanaan adalah penyedia sumberdaya keuangan yang berasal dari


anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja
daerah, dan/atau sumber dana lain yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
40. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
setiap pengeluaran yang akan diterima kembali untuk kepentingan
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman baik yang berasal dari
dana masyarakat, tabungan perumahan, maupun sumber dana lainnya;
41. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak,
sehat, aman, dan nyaman;
42. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi;
43. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
hunian;
44. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnya disebut MBR
adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli, sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh Rumah;
45. Masyarakat adalah orang perseorangan yang kegiatannya di bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, termasuk masyarakat hukum adat dan
masyarakat asli, yang berkepentingan dengan Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman;
46. Setiap orang adalah orang perorangan atau Badan Hukum;
47. Pengembang atau Badan Hukum adalah institusi atau lembaga yang
didirikan oleh warga negara Indonesia yang kegiatannya di bidang
penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman;
48. Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman yang
selanjutnya disebut Pokja PKP adalah wadah koordinasi pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman yang dibentuk berdasarkan surat
keputusan kepala daerah;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

49. Sad Kertih adalah enam sumber kesejahteraan yang harus dilestarikan untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin yang terdiri dari atma kertih, wana
kertih, danu kertih, segara kertih, jana kertih dan jagat kertih;
50. Nangun Sat Kerthi Loka Bali adalah pola pembangunan semesta berencana
yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali
beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan
bahagia, sekala niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai
dengan prinsip Trisakti Bung Karno: berdaulat secara politik, berdikari secara
ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan melalui pembangunan secara
terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
51. Tri Mandala adalah pola pembagian wilayah, kawasan, dan/atau pekarangan
yang dibagi menjadi tiga tingkatan terdiri atas utama mandala, madya
mandala dan nista mandala;
52. Desa adat adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki
wilayah, kedudukan, susunan asli, hak tradisional, harta kekayaan sendiri,
tradisi, tata krama pergaulan hidup masyarakat secara turun temurun dalam
ikatan tempat suci (kahyangan tiga atau kahyangan desa), tugas dan
kewenangan serta hak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri;
53. Pemerintahan Desa Adat adalah penyelenggaraan tata kehidupan
bermasyarakat di Desa Adat yang berkaitan dengan Parahyangan, Pawongan,
dan Palemahan yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
54. Awig-Awig adalah aturan yang dibuat oleh Desa Adat dan/atau Banjar Adat
yang berlaku bagi Krama Desa Adat, Krama Tamiu, dan Tamiu;
55. Kawasan Perdesaan Desa Adat adalah kawasan lintas Desa Adat yang
dapat digunakan dan dimanfaatkan bersama oleh beberapa Desa Adat yang
berdampingan untuk melestarikan sumberdaya alam, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui pembangunan infrastruktur,
peningkatan ekonomi, pengembangan teknologi tepat guna, dan
pemberdayaan Krama Desa Adat;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

56. Perumahan Tradisional Bali adalah perumahan yang memiliki struktur


ruang dan pola ruang berdasarkan Budaya Bali yang menyatu dengan desa
adat;
57. Permukiman Tradisional adalah manifestasi dari nilai sosial budaya
masyarakat yang erat kaitannya dengan nilai sosial budaya penghuninya,
yang dalam proses penyusunannya menggunakan dasar norma-norma tradisi;
58. Kawasan Permukiman Tradisional adalah suatu tempat kehidupan yang
utuh dan bulat yang berpola tradisional yang terdiri dari 3 unsur, yaitu: unsur
kahyangan tiga (pura desa), unsur krama desa (warga), dan karang desa
(wilayah) dengan latar belakang norma-norma dan nilai-nilai tradisional yang
melandasinya.

5.3 Arah Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan


Permukiman
Arah pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman secara keseluruhan di Kabupaten Buleleng adalah mencakup hal-hal
sebagai berikut.
A. Visi dan Misi
Visi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman di Kabupaten Buleleng ialah:
“Terwujudnya Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman
Buleleng yang Layak Huni dan Sejahtera Berlandaskan Tri Hita Karana”
Visi tersebut dalam pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
bermakna sebagai berikut.
1. Layak Huni mengandung makna: Tersedianya tempat tinggal bagi
masyarakat perdesaan maupun perkotaan yang sesuai dengan standar yang
berlaku serta fasilitas-fasilitas penunjang di dalamnya.
2. Sejahtera mengandung makna: Terpenuhinya hak dasar masyarakat untuk
kehidupan yang berkualitas dalam hal yang berhubungan dengan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.
3. Berlandaskan Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh yang
memiliki konsep yang dapat melestarikan keragaman budaya dan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

lingkungan di era global. Hakikat Tri Hita Karana menekankan kepada


ketiga hubungan manusia yang ada dikehidupan dunia ini yaitu hubungan
dengan Tuhan (Parhyangan), hubungan dengan sesama (Pawongan) dan
hubungan dengan alam sekitar (Palemahan). Dari penjelasan tersebut
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di
Kabupaten Buleleng diharapkan memperhatikan lingkungan yang ada di
sekitar dan tetap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk menjalankan visi tersebut, diperlukan misi yang harus ditempuh.
Adapun misi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman di Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut.
1. Memantapkan partisipasi pemangku kepentingan dalam pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
2. Menciptakan regulasi terkait pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur daerah untuk
pemenuhan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman;
4. Mewujudkan pembangunan Buleleng yang berbudaya dan berkelanjutan
(sustainable development).

B. Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
Kebijakan dan strategi dibutuhkan dalam mewujudkan pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Buleleng,
mencakup:
1. Pengembangan lembaga pengelola perumahan dan permukiman;
2. Pengembangan konsep pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman;
3. Pengembangan konsep efisiensi lahan dan peningkatan kualitas
permukiman.
Kebijakan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman sebagaimana dimaksud di atas dijabarkan lebih lanjut dalam
bentuk strategi untuk pencapaiannya, yang meliputi:

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

1. Strategi untuk pengembangan lembaga pengelola perumahan dan


permukiman, melalui:
a. Pembentukan badan pengelola perumahan dan kawasan permukiman
beserta lembaga pembiayaannya.
b. Pengembangan peraturan perundang-undangan, pedoman dan standar
teknis pembangunan perumahan dan kawasan permukiman terutama
terkait dengan prasarana dan sarana bagi masyarakat berpenghasilan
rendah.
2. Strategi untuk pengembangan konsep pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman, melalui:
a. Alokasi ruang untuk perumahan swadaya dan pengembang diarahkan
pada wilayah, di luar Perkotaan Singaraja yang memiliki kemungkinan
untuk dikembangkan perumahan swadaya dan pengembang.
b. Konsep subsidi silang, dalam konsep tersebut kapling tanah matang
berupa kapling ukuran besar dijual dengan harga tinggi guna memberi
subsidi kepada rumah-rumah inti sederhana.
c. Konsep kapling siap bangun untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
d. Konsep rumah sangat sederhana yang dilaksanakan dengan subsidi
pemerintah, swasta, koperasi dalam pengadaan rumah dan kemitraan
antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
e. Konsep pemenuhan rumah terjangkau dengan pemberian subsidi
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau pembangunan rumah sederhana
bagi masyarakat berpenghasilan rendah terutama di daerah perkotaan.
3. Strategi pengembangan konsep efisiensi lahan dan peningkatan kualitas
permukiman, melalui:
a. Konsep pembangunan perumahan dengan sistem lebih dari satu lantai
khususnya bagi kawasan berpenduduk padat dengan lahan terbatas.
Untuk itu diperkenankan bentuk rumah susun yang terdiri dari bagian
yang dimiliki bersama dan satuan yang masing-masing dapat dimiliki
secara terpisah.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

b. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni dengan perbaikan


kampung-kampung padat hunian atau dikenal dengan istilah Kampung
Improvement Program (KIP).
c. Konsep pemenuhan ruang terbuka hijau minimal 30% (tiga puluh
persen).

C. Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan


Permukiman
Pembangunan dan Pengembangan perumahan dan kawasan permukiman
merupakan satu kesatuan sistem yang dilaksanakan secara terkoordinasi, terpadu
dan berkelanjutan. Pembangunan dan pengembangan perumahan dilaksanakan
dengan prinsip pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman sebagai
dasar pembangunan dan pengembangan perumahan.
Prinsip pembangunan kawasan permukiman merupakan perwujudan
kegiatan pembangunan peruntukan perumahan di kawasan permukiman
sebagaimana yang dituangkan di dalam rencana tata ruang yang mengutamakan
keterpaduan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum kawasan sebagai pengendalian
dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.
1. Penyelenggaraan Perumahan
Perumahan mencakup rumah atau perumahan beserta prasarana, sarana
dan utilitas umum. Penyelenggaraan rumah dan perumahan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Penyelenggaraan perumahan
meliputi:
a. Perencanaan perumahan.
b. Pembangunan perumahan.
c. Pemanfaatan perumahan.
d. Pengendalian perumahan.
Rencana penyelenggaraan perumahan dilaksanakan melalui konsep
pembangunan perumahan baru. Konsep pembangunan perumahan baru
mencakup:

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 8
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

a. Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi


dan rancang bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan
industri bahan bangunan yang mengutamakan pemanfaatan sumberdaya
dalam negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan;
b. Pembangunan perumahan dilaksanakan melalui upaya penataan pola dan
struktur ruang pembangunan rumah beserta prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang terpadu dengan penataan lingkungan sekitar;
c. Pembangunan perumahan untuk peningkatan kualitas perumahan
dilaksanakan melalui upaya penanganan dan pencegahan terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh serta penurunan kualitas
lingkungan;
d. Pembangunan perumahan dilakukan sesuai dengan status penguasaan atau
kepemilikan tanah dan perizinan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. Pembangunan rumah meliputi pembangunan rumah tunggal dan/atau
rumah deret;
f. Pembangunan rumah harus dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah;
g. Setiap pembangunan kawasan perumahan baru harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis;
h. Persyaratan administratif meliputi status hak atas tanah, dan/atau izin
pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah, status kepemilikan, izin
mendirikan bangunan; dan
i. Persyaratan teknis meliputi persyaratan lokasi, persyaratan proporsi
penyediaan lahan dan kepadatan hunian, persyaratan tata bangunan,
persyaratan pengendalian dampak lingkungan, dan persyaratan prasarana,
sarana dan utilitas.

2. Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman


Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dilakukan untuk
mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana,

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.


Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman mencakup lingkungan
hunian perkotaan dan lingkungan hunian perdesaan.
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dilaksanakan
melalui tahapan perencanaan kawasan permukiman, pembangunan kawasan
permukiman, pemanfaatan kawasan permukiman dan pengendalian kawasan
permukiman. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman dengan
lingkungan hunian pola Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap
Bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri dilakukan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman disertai dengan
peningkatan kualitas kawasan permukiman khususnya penekanan pada kawasan
permukiman yang cenderung membentuk kawasan permukiman kumuh atau
kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi yang mengalami penurunan
kualitas kawasan. Peningkatan kualitas permukiman dalam hal ini dilakukan
dengan konsep:
a. Revitalisasi atau peremajaan;
b. Pemugaran;
c. Kampung Improvement Program (KIP);
d. Program peningkatan kualitas permukiman melalui kerjasama instansi
terkait, seperti: program bantuan rehabilitasi rumah, jalan lingkungan,
Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), dan sebagainya;
e. Peningkatan kualitas Sumberdaya Manusia dan akses informasi
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) permukiman kumuh perkotaan;
f. Peningkatan kualitas hunian di lingkungan permukiman kumuh perkotaan;
dan
g. Peningkatan kualitas infrastruktur lingkungan permukiman kumuh di
perkotaan.
Secara keseluruhan, pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman mencakup:

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

1. Perumahan dan Kawasan Permukiman Umum


Pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman umum
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR). Pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman umum mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. Pemberian kemudahan tersebut dapat
berupa:
a. Subsidi perolehan rumah;
b. Stimulan rumah swadaya;
c. Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan;
d. Perizinan;
e. Asuransi dan penjaminan;
f. Penyediaan tanah;
g. Sertifikasi tanah; dan/atau
h. Prasarana, sarana dan utilitas umum.

Orang perseorangan yang memiliki Rumah Umum dengan kemudahan


yang diberikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah hanya dapat
menyewakan dan/atau mengalihkan kepemilikannya atas Rumah kepada pihak
lain dalam hal:

a. Pewarisan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;


b. Penghunian setelah jangka waktu paling sedikit 5 (lima) tahun); atau
Jika orang perseorangan yang merupakan pemilik meninggalkan rumah
secara terus-menerus dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun tanpa memenuhi
kewajiban bedasarkan perjanjian, Pemerintah atau Pemerintah Darah berwenang
mengambil alih kepemilikan rumah tersebut.
Penyelenggaraan perumahan dan permukiman umum dapat berupa jenis
rumah tapak, satuan rumah susun, pembangunan rumah baru dan pembangunan
ulang rumah.
a. Rumah Tapak Umum
Luas lantai rumah tapak dan satuan rumah susun memiliki ukuran paling
sedikit 27 m2 (dua puluh tujuh meter persegi) atau paling banyak 36 m2

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

(tiga puluh enam meter persegi), dengan luas kebutuhan tanah dalam
penyelenggaraan rumah tapak umum paling sedikit sebesar 80 m 2 (delapan
puluh meter persegi) atau paling banyak 200 m2 (dua ratus meter persegi).
b. Rumah Susun Umum
Rumah susun umum terdiri atas satuan rumah susun yang saling terhubung
dan memiliki akses dalam bangunan rumah susun, akses menuju
lingkungan dan jalan umum. Satuan rumah susun dalam hal ini minimal
terdiri atas ruang duduk/ruang keluarga, ruang tidur, KM/WC dan ruang
service (dapur dan cuci) dengan luas lantai minimal per unit adalah 21
(dua puluh satu) meter persegi dan luas lantai maksimal per unit adalah 36
(tiga puluh enam) meter persegi.
Pembangunan rumah susun umum dilaksanakan berdasarkan perhitungan
dan penetapan koefisien lantai bangunan dan koefisien dasar bangunan
yang disesuaikan dengan kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan yang mengacu pada:
1) Rencana tata ruang wilayah.
2) Ketentuan keamanan dan keselamatan operasional penerbangan.
3) Kearifan lokal.

2. Perumahan dan Kawasan Permukiman Swadaya


Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman swadaya
diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat baik secara sendiri maupun
berkelompok. Pembangunan setiap bangunan rumah dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman swadaya wajib memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan.
a. Persyaratan administratif bangunan dapat meliputi status hak atas tanah
dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah, status
kepemilikan bangunan gedung, dan PBG.
b. Persyaratan teknis bangunan dapat meliputi:
1) persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri atas:
i. persyaratan peruntukan lokasi;
ii. persyaratan intensitas;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

iii. persyaratan arsitektur bangunan;


iv. pengendalian dampak lingkungan;
v. rencana tata bangunan dan lingkungan.
2) persyaratan keandalan bangunan gedung terdiri atas:
i. persyaratan keselamatan;
ii. persyaratan kesehatan;
iii. persyaratan kenyamanan;
iv. persyaratan kemudahan.

3. Perumahan dan Kawasan Permukiman Khusus


Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman khusus
diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah untuk kebutuhan
rumah khusus. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman khusus
mencakup:
a. Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan perumahan dan
permukiman pada kawasan strategis, yang mencakup:
1) Pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman pada Kawasan Strategis Pariwisata Daerah,
dikembangkan pada:
a) KSPD Kalibukbuk, Kecamatan Buleleng;
b) KSPD Batu Ampar, Kecamatan Gerokgak;
c) KSPD Air Sanih, Kecamatan Kubutambahan dan Kecamatan
Tejakula; dan
d) KSPDK Bedugul – Pancasari.
Pengelolaan perumahan dan kawasan permukiman pendukung
kawasan strategis pariwisata ditujukan untuk meningkatkan
perekonomian penduduk setempat, melalui:
a) Pemenuhan fasilitas pengunjung wisata berupa rumah makan, toilet
umum, penginapan dan pertokoan.
b) Pemberdayaan masyarakat dalam lingkungan perumahan dan
kawasan permukiman pendukung kawasan strategis pariwisata.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

c) Pengembangan permukiman pada kawasan pariwisata berupa


dukungan amenitas yang terdiri atas prasarana umum seperti
jaringan listrik dan lampu penerangan, jaringan air bersih, jaringan
telekomunikasi, dan sistem pengelolaan air limbah. Selain itu
dukungan amenitas lainnya berupa fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata.
Adapun pengaturan lokasi peruntukan ruang perumahan dan kawasan
permukiman diatur lebih lanjut dalam RDTR atau RTR Kawasan
Strategis Kabupaten.

2) Pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan


permukiman pada kawasan permukiman tradisional, dikembangkan
pada:
a) Desa Julah, Kecamatan Tejakula;
b) Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula;
c) Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar;
d) Desa Banyuseri, Kecamatan Banjar;
e) Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar;
f) Desa Cempaga, Kecamatan Banjar; dan
g) Desa Pedawa, Kecamatan Banjar.
h) Desa Gobleg, Kecamatan Banjar
i) Desa Sudaji, Kecamatan Sawan.
j) Desa Bulian, Kecamatan Kubutambahan
k) Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula
l) Desa Pacung, Kecamatan Tejakula
Pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman pada kawasan permukiman tradisional didasarkan pada
arahan untuk mempertahankan keberadaan rumah tradisional agar
dapat melestarikan budaya setempat melalui penanganan khusus.
Penanganan khusus dilakukan pada permukiman yang wajib
dipertahankan keberadaan dan nilai-nilai yang dikandung, melalui

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

revitalisasi Desa Adat dan pelestarian serta pengembangan


permukiman tradisional.
Revitalisasi Desa Adat diterapkan melalui fasilitasi oleh pemerintah
kepada Desa Adat untuk meningkatkan kualitas keberadaan Desa Adat
dalam menggiatkan aktifitas-aktifitas budaya. Penerapan revitalisasi
Desa Adat diberikan pada kawasan permukiman tradisional dengan
persyaratan memiliki hukum adat serta kekuatan identitas budaya,
memiliki kegiatan budaya yang khas, dilaksanakan secara rutin,
memiliki pola dan aktivitas hidup yang khas, dan diperoleh secara
turun-temurun. Pemberian revitalisasi Desa Adat diberikan pada
kawasan permukiman tradisional untuk perbaikan bangunan adat,
lingkungan adat, serta sarana dan prasarana ritual adat.
Pelestarian dan pengembangan permukiman tradisional dilakukan
melalui penerapan arahan rencana dengan konsep kearifan lokal Tri
Pramana (Desa, Kala, Patra) sebagai landasan taktis operasional.
Arahan rencana terkait pelestarian dan pengembangan permukiman
tradisional terdiri atas:
a) Melakukan identifikasi dan pengenalan kondisi masing masing
desa dengan melakukan identifikasi serta pendataan;
b) Melakukan pelestarian dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat desa adat;
c) Melakukan pemeliharaan terhadap rumah-rumah tradisional.
Pemeliharan tersebut dapat dilakukan dengan pembangunan
kembali dengan tidak meninggalkan ciri khas arsitektur tradisional;
d) Menjadikan permukiman tradisional sebagai objek wisata budaya
yang menarik serta peningkatan infrastruktur di sekitar
permukiman tradisional untuk memfasilitasi wisatawan yang
datang;
e) Melakukan pengembangan kegiatan pariwisata diselenggarakan
secara terpadu, sehingga membutuhkan partisipasi masyarakat agar
adat budaya setempat tetap terjaga;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

f) Melakukan penyusunan master plan yang mengatur khusus arahan


tata bangunan dan lingkungan di sekitar desa–desa tradisional,
sehingga pengembangan serta pelestariannya dapat berjalan dengan
baik.
g) Melakukan pengembangan kawasan permukiman tradisional
berdasarkan potensi masing-masing kawasan.
h) Penyusunan Peraturan Desa atau Awig-Awig tentang pelestarian
perumahan dan kawasan permukiman tradisional.

3) Pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan


permukiman pada kawasan permukiman nelayan, dikembangkan pada
sepanjang pesisir:
a) Kecamatan Gerokgak;
b) Kecamatan Seririt;
c) Kecamatan Banjar;
d) Kecamatan Buleleng;
e) Kecamatan Sawan;
f) Kecamatan Kubutambahan; dan
g) Kecamatan Tejakula.
Pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman pada kawasan permukiman nelayan dilakukan dengan
pemenuhan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk para nelayan.
Pemenuhan fasilitas berupa pengadaan pendukung kegiatan perikanan
laut, berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) setelah melalui kajian
teknis dan pangkalan perahu atau jukung nelayan tradisional pada
pantai-pantai desa nelayan.
Penyediaan perumahan dan kawasan permukiman pendukung kawasan
permukiman nelayan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
para nelayan dari segi sosial dan ekonomi serta meningkatkan kualitas
hunian dan lingkungan hidup. Peningkatan kesejahteraan serta kualitas
hunian dan lingkungan hidup dilakukan melalui perwujudan kawasan
permukiman nelayan, sehingga diakses dari segala arah, peningkatan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

serta pemeliharaan infrastruktur, meningkatkan kualitas sarana dan


prasarana, seperti: sarana kesehatan dan pendidikan, pemberdayaan
masyarakat dalam penciptaan industri kecil rumah tangga berbahan
dasar ikan, kemudahan mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM,
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpadu dan
MCK umum, penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), peningkatan
cakupan pelayanan pengangkutan sampah serta pembinaan masyarakat
dalam pengelohan sampah organik dan non-organik. Pendetailan
pengaturan rencana peruntukan perumahan dan kawasan permukiman
nelayan kemudian akan diatur lebih lanjut dalam Rencana Tata Ruang.

4) Pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan


permukiman pada kawasan permukiman di sekitar Pelabuhan Celukan
Bawang, dikembangkan pada pada wilayah sekitar Pelabuhan Celukan
Bawang di Kecamatan Gerokgak. Pengembangan dan pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman diterapkan sekaligus menjadi
penunjang kegiatan industri.
Penunjang kegiatan industri meliputi pengembangan sentra industri
kecil atau rumah tangga dan menengah pada ruas Jalan Seririt-Cekik
yang mencakup sebagian wilayah Desa Celukanbawang, Desa Patas,
Desa Pengulon, Desa Tinga-Tinga, dan sebagian wilayah Desa Tukad
Sumaga. Penyediaan perumahan dan kawasan permukiman pendukung
kawasan peruntukan Industri Celukan Bawang, mencakup perumahan
swadaya masyarakat dan perumahan pengembang. Penyediaan
perumahan dan kawasan permukiman pendukung kawasan peruntukan
Industri Celukan Bawang diarahkan pada perkembangan kawasan
terbangun sesuai dengan kebutuhan.

5) Pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan


permukiman pada permukiman di kawasan Landasan Udara Letkol
Wisnu dan Bandar Udara Bali Baru, didasarkan pada Rencana Induk
Bandara, mencakup:

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

a) Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP);


b) Daerah Lingkungan Kerja (DLKR);
c) Batas Kawasan Kebisingan (BKK);
d) Pengaturan penggunaan lahan; dan
e) Pembatasan ketinggian bangunan dan benda tumbuh.
Penyediaan perumahan dan kawasan permukiman pendukung sekitar
Kawasan Landasan Udara Letkol Wisnu dan Bandar Udara Bali Baru
diarahkan untuk membuka peluang pendirian perumahan-perumahan
baru di sekitar lokasi Bandara.
Pemberian izin untuk pendirian bangunan baru dalam kawasan
pendekatan pendaratan dan lepas landas wajib memenuhi batas
ketinggian dengan tidak melebihi kemiringan 1,6% (satu koma enam
persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari ujung permukaan utama
pada ketinggian masing-masing ambang landas pacu.

6) Pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan


permukiman pada perumahan dinas, mencakup:
a) Perumahan dinas di Depo Pendidikan Latihan dan Pertempuran
(Dodiklatpur) Resiman Induk Daerah Militer (Rindam) Pulaki;
b) Perumahan dinas pada wilayah Komando Distrik Militer (Kodim);
c) Perumahan dinas pada wilayah Komando Rayon Militer (Koramil);
d) Perumahan dinas pada wilayah Batalyon Infanteri (Yonif);
e) Perumahan dinas pada wilayah Sekolah Calon Tamtama (Secata);
dan
f) Perumahan dinas pada wilayah kompi bantuan militer di
Kabupaten Buleleng.

b. Penyelenggaraan perumahan dan permukiman pendukung fungsi lain,


mencakup penyediaan perumahan dan kawasan permukiman pendukung
kawasan permukiman pada kawasan rawan bencana, yang merupakan
permukiman yang berada pada wilayah yang sering atau berpotensi tinggi
mengalami bencana alam berupa bencana banjir, banjir bandang,

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 9
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

gelombang ekstrim dan abrasi, cuaca ekstrim, tanah longsor, kebakaran


hutan dan lahan, tsunami, gempa bumi dan kekeringan.
Penyediaan perumahan dan kawasan permukiman pada kawasan rawan
bencana dilakukan dengan konsep pengurangan risiko bencana melalui
upaya mitigasi bencana bidang perumahan dan kawasan permukiman
berupa:
1) Upaya mitigasi bencana dalam pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman pada kawasan rawan bencana, dengan memperhatikan:
a) pemilihan lokasi yang artinya sesuai dengan RTRW Kabupaten
Buleleng, bukan kawasan lindung dan tidak pada zona dengan
tingkat kerawanan bencana tinggi;
b) pengaturan Intensitas penggunaan lahan melalui penetapan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan
(KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), ketinggian bangunan, serta
kepadatan bangunan.
c) peta mikrozonasi bencana alam pada lokasi perumahan dan
kawasan permukiman;
d) struktur bangunan yang kokoh, tahan terhadap gempa, bahan
bangunan sesuai dengan kearifan lokal, dalam hal ini sesuai dengan
adat Bali;
e) penyediaan prasarana, sarana dan utilitas sesuai cakupan layanan
yang mendukung tindakan mitigasi dan tanggap darurat terhadap
bencana alam; dan
f) pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
sesuai perizinan.
2) Upaya mitigasi bencana dalam penanganan perumahan dan kawasan
permukiman pada kawasan rawan bencana yang telah terbangun,
melalui:
a) peningkatan kualitas prasarana, sarana dan utilits umum sesuai
kebutuhan mitigasi bencana alam;
b) pembatasan intensitas penggunaan lahan melalui pengaturan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

(KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), ketinggian bangunan, serta


kepadatan bangunan terutama wilayah rentan bencana alam;
c) pelibatan peran serta masyarakat dalam penentuan risiko bencana
alam, mitigasi bencana dan penyusunan rencana kontijensi berbasis
masyarakat;
d) penataan daerah aliran sungai, pantai serta wilayah rawan bencana
alam; dan
e) menentukan jalur evakuasi maupun titik berkumpul dan tempat
penampungan sementara.

4. Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh


Rencana penanganan kawasan permukiman kumuh mencakup pola
penanganan:
a. Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru, melalui pengawasan dan pengendalian serta
pemberdayaan masyarakat. Pengawasan dan pengendalian dilakukan atas
kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan kelaikan fungsi. Adapun
kesesuaian terhadap standar teknis dan kelaikan fungsi dilakukan terhadap
pemenuhan standar teknis yang mencakup aspek:
1) Aspek kondisi bangunan gedung
Penanganan terkait aspek kondisi bangunan gedung diterapkan
melalui:
a) pemenuhan persyaratan teknis aspek kondisi bangunan gedung;
b) peningkatan pengawasan perkembangan pembangunan
permukiman;
c) pemberdayaan masyarakat untuk membangun perubahan sikap
perilaku terhadap lingkungan;
d) pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana serta
pengembangan kehidupan berkelanjutan (rehabilitasi bangunan);
dan
e) program peningkatan kualitas atau pembangunan baru Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH).

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

Pemenuhan persyaratan aspek kondisi bangunan gedung


memperhatikan:
a) keteraturan bangunan;
b) tingkat kepadatan bangunan; dan
c) persyaratan teknis bangunan gedung.
2) Aspek kondisi jalan lingkungan
Penanganan terkait aspek kondisi jalan lingkungan diterapkan melalui:
a) pemenuhan persyaratan komponen jalan lingkungan;
b) pemeliharaan, perbaikan jalan dan pembangunan jalan lingkungan;
dan
c) inventarisasi jalan lingkungan yang ditetapkan menjadi aset
Pemerintah Daerah.
Pemenuhan persyaratan komponen jalan lingkungan untuk mencegah
tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman
kumuh baru memperhatikan:
a) ketersediaan cakupan pelayanan; dan
b) kualitas permukaan jalan mengacu dan menyesuaikan pada Standar
Pelayanan Minimal.
3) Aspek kondisi penyediaan air minum
Penanganan terkait aspek kondisi penyediaan air minum diterapkan
melalui:
a) pemenuhan persyaratan komponen penyediaan air minum;
b) pemeliharaan sarana air minum; dan
c) pengembangan jaringan penyediaan air minum melalui
penambahan Sambungan Rumah.
Pemenuhan persyaratan komponen penyediaan air minum pencegahan
tumbuh tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh baru memperhatikan:
a) ketersediaan akses aman air minum; dan
b) pemenuhan kebutuhan air minum.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

4) Aspek kondisi drainase lingkungan


Penanganan terkait aspek kondisi drainase lingkungan diterapkan
melalui:
a) pemenuhan, perbaikan dan pembangunan jaringan drainase
lingkungan sesuai dengan standar teknis; dan
b) saluran drainase lingkungan bersifat terbuka dan tidak ditutupi oleh
bangunan.
Pemenuhan, perbaikan dan pembangunan jaringan drainase lingkungan
sesuai dengan standar teknis memperhatikan komponen drainase
lingkungan, meliputi:
a) kemampuan mengalirkan limpasan air;
b) ketersediaan drainase;
c) keterhubungan saluran drainase dengan sistem drainase perkotaan;
d) pemeliharaan drainase; dan
e) kualitas konstruksi jaringan drainase.
5) Aspek kondisi pengelolaan air limbah
Penanganan terkait aspek kondisi pengelolaan air limbah diterapkan
melalui:
a) pembangunan dan perbaikan prasarana dan sarana air limbah
sesuai dengan standar teknis; dan
b) sosialisasi dan edukasi mengenai aturan dan ketentuan teknis
pembangunan sistem pengolahan air limbah.
Pembangunan dan perbaikan prasarana dan sarana air limbah sesuai
dengan standar memperhatikan:
a) pelaksanaan sistem pengelolaan air limbah sesuai dengan standar;
dan
b) pengadaan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah sesuai
dengan persyaratan teknis.

6) Aspek kondisi pengelolaan persampahan


Penanganan terkait aspek kondisi persampahan diterapkan melalui:
a) pemenuhan persyaratan aspek kondisi pengelolaan persampahan;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

b) pemeliharaan tempat sampah yang sudah tersedia; dan


c) penambahan bank sampah dan TPS-3R.
Pemenuhan persyaratan aspek kondisi pengelolaan persampahan
memperhatikan:
a) pembentukan sistem pengelolaan sampah skala kawasan yang
terintegrasi; dan
b) penyelenggaraan prasarana dan sarana pengelolahan sampah.

7) Aspek kondisi proteksi kebakaran


Penanganan terkait aspek kondisi proteksi kebakaran diterapkan
melalui:
a) penyediaan sarana dan prasarana proteksi kebakaran; dan
b) peningkatan kegiatan pencegahan dengan mengedepankan
pengurangan atau mitigasi risiko bencana kebakaran.
Penyediaan sarana dan prasarana proteksi kebakaran mencakup:
a) prasarana proteksi kebakaran yang terdiri atas:
i. penyediaan pasokan sumber air yang diperoleh dari sumber
alam (kolam air, danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan
(tangki air, kolam renang, reservoir air, mobil tangki air, dan
hydrant);
ii. penyediaan jalan lingkungan yang bebas hambatan sebagai
jalur evakuasi dan sirkulasi bagi kendaraan pemadam
kebakaran; dan
iii. penyediaan sarana komunikasi yang terdiri dari telepon umum
maupun alat lainnya sebagai media pemberitahuan terjadinya
kebakaran.
b) sarana proteksi kebakaran yang terdiri atas:
i. Alat Pemadam Api Ringan (APAR);
ii. mobil pompa sesuai kebutuhan;
iii. mobil tangga sesuai kebutuhan; dan
iv. peralatan pendukung lainnya.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

8) Aspek Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Penanganan terkait aspek RTH diterapkan melalui:
a) Penyediaan RTH publik skala kawasan disesuaikan dengan
cakupan jumlah penduduk yang dilayani serta standar luas RTH
per kapita sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Penyediaan RTH publik skala kawasan Penyediaan RTH
publik skala kawasan merupakan bagian wajib dari pemenuhan
proporsi 30% (tiga puluh persen) dalam pembangunan dan
pengembangan prasarana, sarana dan utilitas.
b) Penyediaan RTH privat mengacu pada penyediaan RTH pada
masing-masing bangunan atau RTH pekarangan dengan ketentuan:
i. luas RTH minimum pada pekarangan yang diharuskan adalah
luas lahan (m2) dikurangi luas dasar bangunan (m2) sesuai
peraturan daerah setempat;
ii. jenis tanaman yang harus disediakan minimal berupa pohon
pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu serta
penutup tanah dan/atau rumput; dan
iii. untuk keterbatasan luas halaman dengan jalan lingkungan yang
sempit, dapat mewujudkan RTH pekarangan melalui
penanaman dengan menggunakan pot atau media tanam
lainnya.

b. Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,


dilaksanakan melalui pemugaran, peremajaan dan pemukiman kembali.
Pemugaran. Pemugaran dilakukan untuk perbaikan dan/atau
pembangunan kembali Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
menjadi Perumahan dan Permukiman yang layak huni, dengan komponen
peningkatan kualitas melalui pemugaran meliputi:
1) bangunan gedung, dengan jenis kegiatan berupa rehabilitasi dan/atau
rekonstruksi;
2) jalan lingkungan, dengan jenis kegiatan berupa perbaikan
aspal/paving/cor pada jalan lingkungan;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

3) drainase lingkungan, dengan jenis kegiatan berupa pengerukan


sedimentasi jaringan drainase, perbaikan drainase yang tersumbat
dan/atau perbaikan drainase yang rusak karena ambrol, atau kerusakan
akibat bencana;
4) air minum, dengan jenis kegiatan berupa perbaikan sarana/instalasi non
perpipaan air bersih (dari kebocoran, korosi, jaringan instalasi
terkontaminasi bakteri berbahaya, kerusakan akibat bencana) dan/atau
perbaikan jaringan air minum atau air bersih perpipaan yang
mengalami kerusakan (kebocoran, korosi, akibat bencana);
5) air limbah, dengan jenis kegiatan berupa perbaikan instalasi air limbah
setempat yang mengalami sedimentasi, mampat atau kerusakan akibat
bencana dan/atau perbaikan instalasi air limbah terpusat yang
mengalami sedimentasi, mampat atau kerusakan akibat bencana;
6) sampah, dengan jenis kegiatan berupa perbaikan sarana persampahan
komunal (TPS) yang mengalami penurunan kualitas karena
pengendapan sampah basah dan/atau perbaikan sarana persampahan
yang mengalami pencampuran jenis sampah;
7) proteksi kebakaran, dengan jenis kegiatan berupa perbaikan alat
pemadam api sederhana yang mengalami kerusakan karena korosi atau
rusak karena bencana dan/atau perbaikan hidran air yang mengalami
kerusakan akibat korosi atau bencana.
Peremajaan. Peremajaan dilakukan dengan mewujudkan permukiman
yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat
sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi
masyarakat, dengan komponen peremajaan meliputi:
1) bangunan gedung, dengan jenis kegiatan peremajaan berupa:
a) rehabilitasi dengan perbaikan atau penambahan terhadap
komponen bangunan agar memenuhi standar konstruksi dan
persyaratan teknis bangunan gedung;
b) rekonstruksi dengan membongkar dan membangun kembali
bangunan atau sarana, prasarana dan utilitas umum dengan
penambahan komponen atau fungsi;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

c) penataan kawasan dengan pengaturan petak bangunan;


d) penambahan dan penyediaan sarana permukiman (RTH, MCK
umum); dan/atau
e) penyediaan hunian sementara untuk masyarakat terdampak.
2) jalan lingkungan, dengan jenis kegiatan berupa:
a) rehabilitasi jalan untuk peningkatan kapasitas jalan dengan
penambahan lebar, perubahan material, penambahan bangunan
pelengkap jalan; dan/atau
b) peningkatan struktur jalan.
3) drainase lingkungan, dengan jenis kegiatan berupa :
a) peningkatan kualitas unit sistem drainase;
b) penyediaan sistem drainase; dan/atau
c) penambahan segmen jaringan agar terhubung dengan sistem
drainase kota.
4) air minum, dengan jenis kegiatan berupa rehabilitasi unit SPAM
dengan penambahan jaringan perpipaan, penyediaan jaringan non
perpipaan, penambahan instalasi pengelolaan air minum.
5) air limbah, dengan jenis kegiatan berupa:
a) penyediaan sistem sanitasi setempat atau terpusat; dan/atau
b) perbaikan komponen sanitasi pengelolaan air limbah.
6) sampah, dengan jenis kegiatan berupa:
a) pembangunan prasarana sarana persampahan (PSP); dan/atau
b) rehabilitasi PSP dengan perbaikan dan penambahan komponen
PSP.
7) proteksi kebakaran, dengan jenis kegiatan berupa:
a) pembangunan sarana proteksi kebakaran; dan/atau
b) peningkatan kualitas sarana sistem proteksi kebakaran.

Permukiman kembali. Pemukiman kembali dilakukan dengan


pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali
atau tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau rawan bencana serta
menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia, melalui:

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

1) bangunan gedung, dengan jenis kegiatan berupa:


a) Pembangunan permukiman di lokasi baru;
b) Pembangunan kembali di permukiman lama dengan model baru
(rumah susun); dan/atau
c) Rekonstruksi.
2) jalan lingkungan, dengan jenis kegiatan berupa pembangunan jalan
baru;
3) drainase lingkungan, dengan jenis kegiatan berupa pembangunan unit
sistem drainase baru;
4) air minum, dengan jenis kegiatan berupa pembangunan SPAM unit
baru;
5) air limbah, dengan jenis kegiatan berupa pembangunan unit
pengolahan air limbah baru;
6) sampah, dengan jenis kegiatan berupa pembangunan PSP baru;
7) proteksi kebakaran, dengan jenis kegiatan berupa:
a) pembangunan pengamanan kebakaran sederhana; dan/atau
b) pembangunan hydrant air.

5. Perumahan dan Kawasan Permukiman Berbasis Pengembang


Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berbasis
pengembang hanya dapat dilakukan oleh perusahaan atau pengembang yang
menjadi anggota resmi dalam asosiasi perusahaan penyelenggara perumahan dan
kawasan permukiman, asosiasi profesi penyelenggara perumahan dan kawasan
permukiman, dan/atau asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha
penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman yang secara resmi diakui
oleh Pemerintah.
Pengembang perumahan dan kawasan permukiman wajib mewujudkan
perumahan baru dengan hunian berimbang dengan komposisi pembangunan
Perumahan skala besar yaitu 1 (satu) Rumah mewah berbanding paling sedikit 2
(dua) Rumah menengah dan berbanding paling sedikit 3 (tiga) Rumah sederhana.
Pembangunan Perumahan selain skala besar terdiri atas: (1). 1 (satu) Rumah
mewah berbanding paling sedikit 2 (dua) Rumah menengah dan berbanding

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

paling sedikit 3 (tiga) Rumah sederhana; (2). 1 (satu) Rumah mewah berbanding
paling sedikit 3 (tiga) Rumah sederhana; atau (3). 2 (dua) Rumah menengah
berbanding paling sedikit 3 (tiga) Rumah sederhana. Pengembangan perumahan
sederhana terdiri atas rumah sederhana subsidi dan nonsubsidi dengan
perbandingan: (a). kawasan perkotaan besar, 1 (satu) Rumah sederhana subsidi
berbanding 3 (tiga) Rumah sederhana nonsubsidi dengan perhitungan komposisi
persentase 25% (dua puluh lima persen) Rumah sederhana subsidi berbanding
75% (tujuh puluh lima persen) Rumah sederhana nonsubsidi; (b). kawasan
perkotaan sedang, 2 (dua) Rumah sederhana subsidi berbanding 2 (dua) Rumah
sederhana nonsubsidi dengan perhitungan komposisi persentase 50% (lima puluh
persen) Rumah sederhana subsidi berbanding 50% (lima puluh persen) Rumah
sederhana nonsubsidi; atau (c). kawasan perkotaan kecil, 3 (tiga) Rumah
sederhana subsidi berbanding 1 (satu) Rumah sederhana nonsubsidi dengan
perhitungan komposisi persentase 75% (tujuh puluh lima persen) Rumah
sederhana subsidi berbanding 25% (dua puluh lima persen) Rumah sederhana
nonsubsidi.
Pembangunan rumah kavling besar yang dilakukan oleh badan hukum
wajib mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan, kecuali untuk badan
hukum yang membangun perumahan yang seluruhnya ditujukan untuk
pemenuhan kebutuhan rumah umum.
Rumah tunggal, Rumah deret, dan/atau Rumah susun yang masih dalam
tahap pembangunan dapat dilakukan Pemasaran oleh pelaku pembangunan
melalui Sistem Perjanjian Pendahuluan Jual Beli (PPJB). Sistem PPJB berlaku
untuk Rumah umum milik dan Rumah komersial milik yang berbentuk Rumah
tunggal, Rumah deret, dan Rumah susun. PPJB dilakukan setelah kepastian atas:
status kepemilikan tanah, hal yang diperjanjikan, PBG, ketersediaan Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Umum, dan keterbangunan paling sedikit 20% (dua puluh
persen).
Pembangunan perumahan baru oleh pengembang mencakup tahapan yang
terdiri atas:
a. Mencari lahan yang layak;
b. Kondisi fisik lahan;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 1
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

c. Kondisi legalitas;
d. Analisis lahan;
e. Menyusun masterplan;
f. Perizinan;
g. Pemasaran; dan
h. Penyerahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman.

D. Penerapan Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan


dan Kawasan Permukiman dengan Pola Hunian Berimbang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman, hunian berimbang
adalah Perumahan atau Lingkungan Hunian yang dibangun secara berimbang
antara Rumah sederhana, Rumah menengah, dan Rumah mewah.
1. Tujuan Pola Hunian Berimbang
Adapun dalam penerapannya, pola hunian berimbang bertujuan untuk:
a. Menjamin tersedianya rumah mewah, rumah menengah dan rumah
sederhana bagi masyarakat yang dibangun dalam satu hamparan atau tidak
dalam satu hamparan untuk rumah sederhana.
b. Mewujudkan kerukunan antar berbagai golongan masyarakat dari berbagai
profesi, tingkat ekonomi dan status sosial dalam perumahan, pemukiman,
lingkungan hunian dan kawasan pemukiman.
c. Mewujudkan subsidi silang untuk penyediaan prasarana, sarana dan
utilitas umum serta pembiayaan pembangunan perumahan.
d. Menciptakan keserasian tempat bermukim baik secara sosial dan ekonomi.
e. Mendayagunakan penggunaan lahan yang diperuntukkan bagi perumahan
dan kawasan permukiman.

2. Lokasi Hunian Berimbang


Setiap orang yang membangun perumahan dan kawasan permukiman
wajib melakukan Hunian Berimbang, kecuali seluruhnya diperuntukkan bagi
rumah sederhana dan/atau rumah susun umum. Penyelenggaraan perumahan dan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

kawasan permukiman selanjutnya harus memenuhi persyaratan lokasi Hunian


Berimbang.
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dengan Hunian
Berimbang dilaksanakan di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan
kawasan permukiman dengan skala sebagai berikut.
a. Perumahan skala besar merupakan kumpulan Rumah yang terdiri paling
sedikit 3.000 (tiga ribu) unit Rumah.
b. Perumahan selain skala besar merupakan kumpulan Rumah yang terdiri
atas 100 (seratus) unit Rumah sampai dengan 3.000 (tiga ribu) unit
Rumah.
Lokasi untuk hunian berimbang dapat dilaksanakan dalam satu
kabupaten/kota pada satu hamparan atau tidak dalam satu hamparan. Lokasi
Hunian Berimbang pada pembangunan perumahan skala besar dengan hunian
berimbang harus dilakukan dalam 1 (satu) hamparan sedangkan pembangunan
perumahan selain skala besar dengan hunian berimbang dilakukan dalam 1 (satu)
hamparan atau tidak dalam 1 (satu) hamparan, untuk yang tidak dalam 1 (satu)
hamparan harus dilaksanakan dalam 1 (satu) daerah kabupaten.

3. Komposisi Hunian Berimbang


Dalam penerapannya, terdapat beberapa persyaratan komposisi atas pola
hunian berimbang, berdasarkan sebagai berikut.
a. Jumlah Rumah
Komposisi perumahan dengan hunian berimbang merupakan perbandingan
jumlah Rumah mewah, Rumah menengah, dan Rumah sederhana.
Komposisi pembangunan Perumahan skala besar yaitu 1 (satu) Rumah
mewah berbanding pating sedikit 2 (dua) Rumah menengah dan
berbanding paling sedikit 3 (tiga) Rumah sederhana. Sedangkan komposisi
pembangunan Perumahan selain skala besar terdiri atas: 1). 1 (satu)
Rumah mewah berbanding paling sedikit 2 (dua) Rumah menengah dan
berbanding paling sedikit 3 (tiga) Rumah sederhana; 2). 1 (satu) Rumah
mewah berbanding paling sedikit 3 (tiga) Rumah sederhana; atau 3). 2
(dua) Rumah menengah berbanding paling sedikit 3 (tiga) Rumah

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

sederhana. Paling sedikit 3 (tiga) rumah sederhana terdiri atas Rumah


sederhana subsidi dan Rumah sederhana nonsubsidi dengan perbandingan
untuk:
1) kawasan perkotaan besar, 1 (satu) Rumah sederhana subsidi
berbanding 3 (tiga) Rumah sederhana nonsubsidi dengan perhitungan
komposisi persentase 25% (dua puluh lima persen) Rumah sederhana
subsidi berbanding 75 % (tujuh puluh lima persen) Rumah sederhana
nonsubsidi;
2) kawasan perkotaan sedang, 2 (dua) Rumah sederhana subsidi
berbanding 2 (dua) Rumah sederhana nonsubsidi dengan perhitungan
komposisi persentase 50% (lima puluh persen) Rumah sederhana
subsidi berbanding 50% (lima puluh persen) Rumah sederhana
nonsubsidi; atau
3) kawasan perkotaan kecil, 3 (tiga) Rumah sederhana subsidi
berbanding 1 (satu) Rumah sederhana nonsubsidi dengan perhitungan
komposisi persentase 75 % (tujuh puluh lima persen) Rumah
sederhana subsidi berbanding 25% (dua puluh lima persen) Rumah
sederhana nonsubsidi.
Rumah mewah merupakan Rumah yang harga jualnya di atas 15 (lima
belas) kali harga Rumah umum yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Rumah
menengah merupakan Rumah yang harga jualnya paling sedikit 3 (tiga)
kali sampai dengan 15 (lima belas) kali harga jual Rumah umum yang
ditetapkan Pemerintah Pusat. Rumah sederhana merupakan Rumah yang
dibangun di atas tanah dengan luas lantai dan harga jual sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Luasan Lahan
Komposisi berdasarkan luasan lahan merupakan perbandingan luas lahan
untuk rumah sederhana, terhadap luas lahan keseluruhan. Luasan lahan
tersebut minimal 25% (dua puluh lima persen) dari luas lahan keseluruhan
dengan jumlah sederhana sekurang-kurangnya sama dengan jumlah rumah
mewah ditambah jumlah menengah.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

4. Perencanaan, Pembangunan, Pengendalian dan Pemanfaatan


Perencanaan perumahan dan kawasan pemukiman dengan Hunian
Berimbang dapat dilaksanakan dalam satu hamparan atau tidak dalam satu
hamparan. Perencanaan tidak dalam satu hamparan wajib dilakukan oleh setiap
orang yang sama dan perencanaan tersebut tertuang dalam dokumen-dokumen
berupa:
a. Rencana tapak.
b. Desain rumah.
c. Spesifikasi teknis rumah.
d. Rencana kerja perwujudan hunian berimbang.
e. Rencana kerjasama.
Dokumen tersebut harus mendapat pengesahan dari pemerintah daerah
kabupaten/kota. Selanjutnya, pembangunan pemukiman, lingkungan hunian dan
kawasan pemukiman dengan hunian berimbang hanya dilakukan oleh badan
hukum bidang perumahan dan kawasan pemukiman. Badan hukum tersebut dapat
berupa badan hukum yang berdiri sendiri maupun badan hukum dalam bentuk
kerjasama. Kerjasama yang dimaksud dapat berbentuk:
a. Konsorsium.
b. Kerjasama operasional.
c. Bentuk kerjasama lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengendalian atas perumahan dan kawasan pemukiman dengan Hunian
Berimbang dilakukan melalui:
a. Pemberian peringatan tertulis.
b. Penyegelan lokasi dan penghentian sementara kegiatan pembangunan.
c. Pembatalan izin mendirikan bangunan.
d. Pembatalan izin mendirikan bangunan.
e. Pembongkaran bangunan.
f. Pemberian sanksi.
Kemudian terkait dengan pemanfaatan perumahan dan kawasan
permukiman dengan hunian berimbang, digunakan sebagai fungsi hunian dimana
dengan memperhatikan ketentuan:

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

a. Setiap orang yang menempati, menghuni atau memiliki rumah wajib


memanfaatkan rumah sesuai dengan fungsinya.
b. Pemanfaatan Rumah dapat digunakan sebagai kegiatan usaha secara
terbatas tanpa membahayakan dan tidak menganggu fungsi hunian.
c. Pemanfaatan Rumah selain digunakan untuk fungsi hunian harus
memastikan terpeliharanya perumahan dan lingkungan hunian.
d. Pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman dengan hunian
berimbang memperhatikan keseimbangan antara kepentingan publik dan
kepentingan setiap orang dengan diarahkan untuk kepentingan publik lebih
besar dari kepentingan setiap orang terhadap alokasi sumberdaya di bawah
kewenangan Pemerintah Daerah.
e. Kepentingan publik dalam hal ini meliputi prasarana, sarana dan utilitas
umum.

E. Penyediaan Tanah
Penyediaan tanah untuk pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman dalam hal pembangunan dan Penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Pengadaan tanah.
b. Pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang langsung dikuasai oleh
negara atau pemerintah daerah.
c. Konsolidasi tanah.
d. Peralihan atau pelepasan hak atas tanah.
e. Pemanfaatan dan pemindahan tanah milik negara atau milik daerah.
f. Pendayaan tanah negara bekas tanah terlantar.
g. Pemindahan hak bangun atas tanah.
Penyediaan tanah dilaksanakan untuk memenuhi ketersediaan tanah bagi
pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, sebagai
berikut.
a. Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang perumahan dan
kawasan permukiman.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

b. Fasilitasi penyediaan tanah bagi masyarakat yang tidak memenuhi syarat


akses pembiayaan perumahan.
Dalam hal penyediaan tanah, Pemerintah Daerah memiliki peran sesuai
dengan kewenangannya bertanggung jawab atas ketersediaan tanah untuk
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan RTRW dan
RDTR.
Dalam penerapannya, arahan dan ketentuan dalam penyediaan tanah untuk
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman juga
mencakup arahan pengaturan sebagai berikut.
1. Kebutuhan Tanah Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
Terkait dengan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Kawasan Permukiman Kabupaten Buleleng Tahun 2021-2041 membutuhkan
lokasi lahan permukiman dengan luas total sebesar 317,5 Ha (tiga ratus tujuh
belas koma lima hektar). Rencana kebutuhan lahan permukiman dengan asumsi
bahwa rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman mencakup pembangunan dan pengembangan perumahan horisontal
maupun perumahan vertikal.
Penerapan pembangunan dan pengembangan perumahan dilakukan secara
dua basis, mencakup:
a. Pembangunan dan pengembangan perumahan berbasis swadaya
masyarakat, yang dilakukan dengan pola proporsi 60% (enam puluh
persen) dari jumlah kebutuhan rumah.
b. Pembangunan dan pengembangan perumahan berbasis pengembang, yang
dilakukan dengan pola proporsi 40% (empat puluh persen) dari jumlah
kebutuhan rumah.
Pola proporsi dalam rencana kebutuhan tanah untuk pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baik berbasis swadaya
masyarakat maupun oleh pengembang masing-masing digunakan sebesar 70%
(tujuh puluh persen) untuk pembangunan dan pengembangan perumahan dan 30%
(tiga puluh persen) untuk pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana dan
utilitas.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

2. Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Berbasis Swadaya


Masyarakat
Pembangunan dan pengembangan perumahan berbasis swadaya
masyarakat memperhatikan:
a. Jumlah kebutuhan rumah yang disediakan sesuai pola proporsi.
b. Jumlah kebutuhan lahan yang disediakan sesuai pola proporsi;
Kebutuhan rumah untuk pembangunan dan pengembangan perumahan
berbasis swadaya masyarakat di Kabupaten Buleleng dengan pola proporsi 60%
(enam puluh persen) dari jumlah kebutuhan rumah total adalah sebesar 15.744
(lima belas ribu tujuh ratus empat puluh empat) rumah. Adapun kebutuhan rumah
terdiri atas:
a. Kebutuhan rumah dengan kategori kavling besar minimal seluas 200 m2
(dua ratus meter persegi) adalah sebanyak 2.676 (dua ribu enam ratus
tujuh puluh enam) rumah.
b. Kebutuhan rumah dengan kategori kavling sedang minimal seluas 150 m2
(seratus lima puluh meter persegi) adalah sebanyak 5.195 (lima ribu
seratus sembilan puluh lima) rumah.
c. Kebutuhan rumah dengan kategori kavling kecil minimal seluas 75 m2
(tujuh puluh lima meter persegi) adalah sebanyak 7.872 (tujuh ribu
delapan ratus tujuh puluh dua) rumah.
Kemudian untuk kebutuhan lahan untuk pembangunan dan pengembangan
perumahan berbasis swadaya masyarakat adalah seluas 190,50 Ha (seratus
sembilan puluh koma lima puluh hektar), terdiri atas:
a. Kebutuhan lahan untuk pembangunan dan pengembangan kavling
perumahan dengan pola proporsi 70% (tujuh puluh persen) seluas 133,35
Ha (seratus tiga puluh tiga koma tiga lima hektar).
b. Kebutuhan lahan untuk pembangunan dan pengembangan prasarana,
sarana dan utilitas dengan pola proporsi 30% (tiga puluh persen) seluas
57,15 Ha (lima puluh tujuh koma lima belas hektar).

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

3. Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Berbasis Pengembang


Pembangunan dan pengembangan perumahan berbasis pengembang dalam
penerapannya diarahkan dan diwajibkan untuk memperhatikan:
a. Jumlah kebutuhan rumah yang disediakan sesuai pola proporsi.
b. Jumlah kebutuhan lahan yang disediakan sesuai pola proporsi.
Kebutuhan rumah untuk pembangunan dan pengembangan perumahan
berbasis pengembang di Kabupaten Buleleng dengan pola proporsi 40% (empat
puluh persen) dari jumlah kebutuhan rumah total adalah sebesar 10.496 (sepuluh
ribu empat ratus sembilan puluh enam) rumah, dimana kebutuhan rumah tersebut
terdiri atas:
a. Kebutuhan rumah dengan kategori kavling besar minimal seluas 200 m2
(dua ratus meter persegi) adalah sebanyak 1.784 (seribu tujuh ratus
delapan puluh empat) rumah.
b. Kebutuhan rumah dengan kategori kavling sedang minimal seluas 150 m2
(seratus lima puluh meter persegi) adalah sebanyak 3.464 (tiga ribu empat
ratus enam puluh empat) rumah.
c. Kebutuhan rumah dengan kategori kavling kecil minimal seluas 80 m2
(delapan puluh meter persegi) adalah sebanyak 5.248 (lima ribu dua ratus
empat puluh delapan) rumah.
Kemudian untuk kebutuhan lahan untuk pembangunan dan pengembangan
perumahan berbasis pengembang adalah seluas 127 Ha (seratus dua puluh tujuh
hektar), terdiri atas:
a. Kebutuhan lahan untuk pembangunan dan pengembangan kavling
perumahan dengan pola proporsi 70% (tujuh puluh persen) seluas 88,9 Ha
(delapan puluh delapan koma sembilan hektar).
b. Kebutuhan lahan untuk pembangunan dan pengembangan prasarana,
sarana dan utilitas dengan pola proporsi 30% (tiga puluh persen) seluas
38,1 Ha (tiga puluh delapan koma satu hektar).

F. Persetujuan Bangunan Gedung


Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2021. PP No. 16 tahun 2021 merupakan aturan turunan Undang-

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

Undang Cipta Kerja yang baru diundangkan pada bulan Februari lalu. Sesuai
Pasal 1 angka 17 PP 16 Tahun 2021, PGB adalah perizinan yang diberikan kepada
pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas,
mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan standar teknis
bangunan gedung.
PP No. 16 Tahun 2021 menambahkan pengaturan mengenai sanksi
administratif. Pemenuhan terhadap standar teknis bangunan gedung
memperhatikan fungsi dari bangunan gedung yang ditetapkan oleh pemilik
bangunan gedung. Ketentuan ini, masih sama seperti aturan sebelumnya, yaitu
terdiri atas fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan
budaya, serta fungsi khusus. PP No. 16 Tahun 2021 juga mengatur bahwa fungsi
Bangunan Gedung dapat berupa fungsi campuran.
Dalam Pasal 12 ayat (1) PP No. 16 Tahun 2021 disebutkan bahwa
“Pemilik yang tidak memenuhi kesesuaian penetapan fungsi dalam PBG
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dikenai sanksi administratif,”
Adapun sanksi administratif dapat berupa:
1. Peringatan tertulis
2. Pembatasan kegiatan pembangunan
3. Penghentian sementara atau tetap proses pelaksanaan pembangunan
4. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung
5. Pembekuan PBG
6. Pencabutan PBG
7. Pembekuan SLF bangunan gedung
8. Pencabutan SLF bangunan gedung dan atau pembongkaran bangunan
gedung.
Pemberian PBG sendiri meliputi dua proses, yakni :
1. Konsultasi perencanaan
2. Penerbitan
Pertama, agar bisa memperoleh PBG, pemilik wajib mengajukan dokumen
rencana teknis kepada pemerintah daerah kabupaten sebelum pelaksanaan
konstruksi. Dokumen rencana teknis kepada pemda harus diperiksa dan disetujui

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

ketika proses konsultasi perencanaan. Proses konsultasi perencanaan terdapat tiga


tahapan:
1. Pendaftaran
2. Pemeriksaan pemenuhan standar teknis
3. Pernyataan pemenuhan standar teknis.

Pemenuhan standar teknis, wajib melalui dua tahapan pemeriksaan:


 Pemeriksaan dokumen rencana arsitektur, ketika tahap ini telah memenuhi
standar teknis
 Pemeriksaan dokumen rencana struktur, mekanikal, elektrikal, dan
perpipaan (plumbing).
Jika kedua pemeriksaan telah memenuhi standar teknis, maka dinas teknis
menerbitkan surat pernyataan pemenuhan standar teknis yang digunakan untuk
memperoleh PBG.
Kedua, tahap penerbitan PBG. Sesuai Pasal 261 ayat (1) PP No. 16 Tahun 2021,
penerbitan PBG meliputi :
1. Penetapan nilai retribusi daerah
2. Pembayaran retribusi daerah
3. Penerbitan PBG yang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Apabila PBG sudah terbit, pemilik Bangunan Gedung dapat memulai


pembangunannya. PP No. 16 Tahun 2021 juga mengatur mengenai bangunan
gedung yang telah memperoleh IMB sebelum berlakunya PP No. 16 Tahun 2021.
Sesuai Pasal 346 ayat (2) PP No. 16 Tahun 2021 meyebutkan bahwa: “Bangunan
gedung yang telah memperoleh izin mendirikan bangunan dari pemerintah daerah
kabupaten/kota sebelum peraturan pemerintah ini mulai berlaku, izinnya masih
tetap berlaku sampai dengan berakhirnya izin” untuk bangunan gedung yang telah
berdiri dan belum memiliki PBG, harus mengurus sertifikat laik fungsi-nya
berdasarkan ketentuan dalam PP No. 16 Tahun 2021 untuk bisa memperoleh
PBG.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 11
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

G. Penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan dan Kawasan


Permukiman
Penyediaan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan kawasan
permukiman diarahkan dan diwajibkan untuk menjamin keberlanjutan
pemeliharaan dan pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas di lingkungan
perumahan dan kawasan permukiman.
Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman
wajib memenuhi persyaratan:
a. Kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah.
b. Keterpaduan antara prasarana, sarana dan utilitas umum dan lingkungan
hunian.
c. Ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum.

Perencanaan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan kawasan


permukiman harus memenuhi standar:

a. Ketentuan Umum
Ketentuan umum dalam hal ini paling sedikit memenuhi:
1) Kebutuhan daya tampung perumahan
2) Kemudahan pengelolaan dan penggunaan sumber daya setempat
3) Mitigasi tingkat risiko bencana dan keselamatan.
4) terhubung dengan jaringan perkotaan existing
b. Standar Teknis
Standar teknis meliputi standar prasarana, standar sarana dan standar
utilitas umum.
Standar Prasarana meliputi:
1) Jaringan Jalan.
2) Saluran pembuangan air hujan atau drainase
3) Penyediaan air minum;
4) Saluran pembuangan air limbah atau sanitasi; dan
5) Tempat pembuangan sampah
Standar Sarana meliputi:
1) Ruang Terbuka Hijau
2) Sarana Umum

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

Sedangkan standar utilitas mecakup tersedianya jaringan listrik.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum


perumahan dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang.
Terkait dengan penyediaan yang dilakukan oleh setiap orang dalam hal ini adalah
merujuk pada orang perorangan atau badan hukum yang didirikan oleh warga
Negara Indonesia yang berkegiatan di bidang penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman.

Kewajiban penyediaan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan


kawasan permukiman yang diselenggarakan oleh setiap orang ditujukan untuk
luas lahan ≥15 (lebih dari dan sama dengan lima belas) are sebagai bentuk
kewajiban pemenuhan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas minimum 30%
(tiga puluh persen), dimana pembangunan prasarana, sarana dan utilitas oleh
setiap orang tersebut wajib terintegrasi dengan pembangunan prasarana, sarana
dan utilitas umum sistem perkotaan. Adapun prasarana, sarana dan utilitas umum
yang telah selesai dibangun oleh setiap orang wajib untuk diserahkan kepada
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam
pelaksanaannya, arahan dan ketentuan terkait penyediaan prasarana, sarana dan
utilitas oleh setiap orang adalah sebagai berikut.
1. Penyediaan Prasarana oleh Setiap Orang
Penyediaan prasarana oleh setiap orang mencakup:
a. Jaringan Jalan, dengan ketentuan:
1) Penyediaan prasarana jalan dalam mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman adalah melalui rencana pengembangan ruas jalan.
2) Pengembangan ruas jalan meliputi pengembangan jalan baru
penghubung dengan sistem jaringan jalan sesuai rencana tata ruang
wilayah dan melalui kajian teknis beserta pemeliharaan secara
berkelanjutan.
3) Pengembangan prasarana jalan wajib memenuhi standar dimensi
minimal ideal jalan di perumahan dan kawasan permukiman,
mencakup:

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

a) jalan Lokal Sekunder I harus memenuhi standar lebar jalur


ideal minimum untuk jalan satu jalur dengan dua lajur adalah
5,5 (lima koma lima) – 6,0 (enam koma nol) meter agar mampu
melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan relatif besar (800
(delapan ratus) – 2.000 (dua ribu) kendaraan/hari), dengan
lebar bahu antara 1,0 (satu koma nol) – 1,5 (satu koma lima)
meter;
b) jalan Lokal Sekunder II harus memenuhi stándar lebar badan
jalan 4,5 (empat koma lima) – 5,5 (lima koma lima) meter agar
mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan relatif
besar (200 (dua ratus) – 800 (delapan ratus) kendaraan/hari)
dengan lebar bahu jalan 0,75 (nol koma tujuh lima) – 1,0 (satu
koma nol) meter;
c) jalan Lokal Sekunder III harus memenuhi stándar lebar badan
jalan 4,0 (empat koma nol) – 5,5 (lima koma lima) meter agar
mampu melayani lalu lintas dengan jumlah kendaraan kurang
dari 350 (tiga ratus lima puluh) kendaraan/hari, dengan lebar
bahu 0,75 (nol koma tujuh lima) – 1,0 (satu koma nol) meter;
d) jalan Lingkungan I harus memenuhi stándar lebar badan jalan
3,5 (tiga koma lima) – 4 (empat) meter agar mampu melayani
lalu lintas dengan jumlah kendaraan kurang dari 350 (tiga ratus
lima puluh) kendaraan/hari dengan lebar bahu 0,5 (nol koma
lima) – 0,75 (nol koma tujuh lima) meter, yang dapat
dilengkapi dengan trotoar untuk pejalan kaki dan fasilitas orang
cacat;
e) jalan Lingkungan II harus memenuhi stándar lebar badan jalan
3 (tiga) – 3,5 (tiga koma lima) meter agar mampu melayani lalu
lintas dalam lingkungan perumahan dengan jumlah kendaraan
relatif sedikit (<350 (tiga ratus lima puluh) kendaraan/hari),
yang dilengkapi dengan lebar bahu 0,5 (nol koma lima) – 0,75
(nol koma tujuh lima) meter serta trotoar apabila diperlukan.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

4) Pengembangan prasarana jalan wajib menyediakan ruang atau


lahan untuk pembangunan saluran drainase, penanaman kabel
jaringan listrik, pipa air minum dan IPAL.
5) Pengembangan prasarana jalan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.
b. Drainase, dengan ketentuan:
1) Penyediaan prasarana drainase dalam mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman adalah terdiri atas:
a) pengembangan dan penyediaan sistem jaringan drainase wajib
menyatu dengan sistem dan sub sistem tata air terdekat
meliputi:
i. jaringan primer berupa sungai utama;
ii. jaringan sekunder berupa parit atau saluran-saluran yang
ada di tepi jalan; dan
iii. jaringan tersier berupa saluran-saluran kecil yang masuk
pada kawasan perumahan.
b) pembangunan sistem jaringan drainase terpadu antara sistem
makro dengan sistem mikro mengikuti sistem jaringan
eksisting dan daerah tangkapan air hujan;
c) pembangunan jalan inspeksi dan sempadan sungai untuk
saluran drainase yang disesuaikan dengan kondisi lapangan;
d) pengembangan sistem jaringan drainase bersifat terbuka dan
tidak tertutupi oleh bangunan;
e) peningkatan kapasitas alur sungai dan jaringan drainase;
f) pembangunan sistem pembuangan dan pengelolaan air hujan
yang terintegrasi mulai dari lingkungan perumahan sampai
saluran drainase primer yang dilengkapi prasarana pengelolaan
air hujan meliputi :
i. sumur resapan atau penampungan air hujan (biopori);
ii. saluran air hujan;
iii. talang air hujan;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

iv. bangunan atau bak pengontrol genangan;


v. bak penyaring dan penampung sedimen;
vi. pembuatan konstruksi baru berupa turap atau senderan;
vii. pembuatan parit infiltrasi air hujan.
g) pemisahan antara jaringan drainase dengan jaringan irigasi dan
jaringan air limbah; dan
h) pengembangan drainase di setiap kecamatan yang diawali
dengan kajian rencana induk drainase masing-masing
kecamatan.
2) Penyelenggaraan dan penyediaan prasarana sistem jaringan
drainase melalui tahapan:
a) penyusunan rencana induk atau master plan;
b) studi kelayakan; dan
c) perencanaan teknik terinci.
3) Pengembangan prasarana sistem jaringan drainase harus
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
a) arahan perencanaan induk sistem drainase perlu
memperhatikan Rencana Tata Ruang serta disesuaikan dengan
keperluan lapangan;
b) pembangunan sistem drainase wajib berwawasan lingkungan;
c) bangunan pelengkap yang dibangun pada saluran dan sarana
drainse kapasitasnya minimal 10% (sepuluh persen) lebih
tinggi dari kapasitas rencana saluran dan sarana drainase; dan
d) Rencana Induk Sistem Drainase yang berwawasan lingkungan
disahkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang.
4) Pembangunan prasarana sistem jaringan drainase wajib memenuhi
standar nilai koefisien aliran saluran drainase di kawasan
perumahan dan kawasan permukiman sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan dan standar teknis yang berlaku.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

c. Jaringan air minum, dengan ketentuan:


1) Penyediaan jaringan air minum dalam mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman adalah wajib melalui penyediaan instalasi air minum
untuk pemenuhan kebutuhan penghuni dalam perumahan dan
kawasan permukiman.
2) Penyediaan sumber air yang dilaksanakan melalui pengolahan air
setempat harus memenuhi persyaratan terkait:
a) sumber air, dengan persyaratan meliputi:
i. tersedianya kontinuitas ketersediaan sumber air;
ii. kapasitas minimum sumber air;
iii. cara pengambilan air dari sumber air;
iv. pengambilan air dari sumber yang digunakan bersama oleh
penduduk sekitar tidak diperbolehkan mengganggu
aktivitas penduduk di lokasi sumber dalam pemakaian air;
dan
v. pengambilan air dari sumber sebaiknya berada di bawah
muka air saat debit sungai minimum, demikian pula apabila
sumber airnya adalah mata air.
b) teknologi pengaliran air, dengan persyaratan berupa teknologi
sederhana dan terjangkau seperti teknologi pengaliran air
secara gravitasi atau teknologi pemompaan, apabila tidak
dimungkinkan dengan teknologi gravitasi.
c) kebutuhan air minum, dengan persyaratan meliputi:
i. kebutuhan air minum yang disediakan untuk wilayah
perumahan dan kawasan permukiman harus
memperhitungkan kebutuhan air penghuni di wilayah
tersebut untuk periode minimal 20 (dua puluh) tahun;
ii. dilakukan studi/survei terhadap penggunaan air minum oleh
masyarakat yang akan menempati wilayah tersebut agar air
minum yang disuplai dapat mendekati kebutuhan
sebenarnya; dan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

iii. persyaratan terkait kualitas air minum adalah bahwa


kualitas air minum yang dihasilkan harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah atau standar
yang diatur oleh Pemerintah Daerah di lokasi perumahan
dan kawasan permukiman.
d) teknologi pengolahan air minum, dengan persyaratan meliputi:
i. teknologi pengolahan air minum yang dapat digunakan
harus diupayakan merupakan teknologi yang dapat
disediakan secara murah dan memiliki biaya operasi dan
pemeliharaan yang murah tetapi memiliki efesiensi kerja
yang cukup tinggi; dan
ii. teknologi yang digunakan harus dapat mengolah air yang
berasal dari sumber menjadi air yang memenuhi standar air
minum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
3) Penyediaan utilitas jaringan air minum wajib disertai dengan
pemeliharan dan keberlanjutan pengoperasian instalasi air minum
yang dibangun.
d. Air limbah, dengan ketentuan:
1) Penyediaan prasarana pengolahan air limbah dalam mendukung
rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman adalah melalui:
a) pengembangan pengolahan air limbah sistem setempat (on
site); dan
b) pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat (off site).
2) Pengembangan pengolahan air limbah sistem setempat (on site)
berupa pengembangan jaringan air limbah komunal pada kawasan-
kawasan padat permukiman, melalui:
a) tangki septik komunal;
b) tangki septik bersekat; dan/atau
c) sistem MCK plus.
3) Pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat (off site)
berupa:

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

a) penggunaan pipa sewer, flushing untuk seluruh air limbah; dan


b) penggunaan sistem small bore seller.
4) Pengembangan pengolahan air limbah sistem setempat (on site)
didukung dengan pengelolaan air limbah permukiman berbasis
masyarakat melalui Sanitasi oleh Masyarakat (Sanimas), berupa
dukungan perencanaan, pemilihan tekonologi, pembangunan,
operasi dan pemeliharaan sistem pengolahan air limbah setempat.
5) Penyediaan prasarana pengolahan air limbah dalam mendukung
pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman
disediakan terpisah dengan sistem jaringan drainase.
6) Penyediaan prasarana pengolahan air limbah mengacu kepada
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) Daerah.
7) Pembangunan prasarana air limbah wajib memenuhi standar
dimensi prasarana pengelolaan air limbah di kawasan perumahan
dan kawasan permukiman sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan dan standar teknis yang berlaku.
e. Persampahan, dengan ketentuan:
1) Penyediaan prasarana persampahan dalam mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman ditujukan untuk pengelolaan dan pengurangan
timbulan terhadap:
a) sampah rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik;
b) sampah sejenis rumah tangga; dan
c) sampah plastik sekali pakai (PSP).
2) Penyediaan prasarana persampahan untuk pengelolaan dan
pengurangan sampah diarahkan melalui:
a) peningkatan sarana pengangkutan persampahan dan TPS;
b) pengembangan TPST;
c) komposter skala rumah tangga; dan
d) pengembangan bank sampah

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

3) Peningkatan sarana pengangkutan persampahan dan TPS


dilaksanakan dengan ketentuan:
a) melibatkan peran masyarakat terutama dalam pemilihan lokasi
dan penyediaan lahan di dekat/sekitar masyarakat yang
dilayani;
b) tidak berada pada lahan RTH atau sempadan badan air;
c) memperhatikan aspek lingkungan dan estetika;
d) memperhitungkan volume sampah dan jangkauan pelayanan;
e) mudah dijangkau kendaraan angkutan sampah dan berada pada
lokasi yang aman terhadap kegiatan;
f) mencegah perembesan air lindi, mengendalikan dampak bau
dan memperhitungkan dampak kesehatan terhadap lingkungan
sekitar.
4) Pengembangan TPST dikembangkan dengan kriteria sebagai
berikut:
a) memperhatikan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar;
b) memaksimalkan kegiatan pengolahan dan/atau 3R (reduce,
reuse, recycle) sampah;
c) memperhatikan aspek kelayakan pembiayaan dan kewajiban
pemerintah kabupaten;
d) memperhatikan jarak pencapaian dan ketersediaan fasilitas
yang ada; dan
e) memperhatikan kecukupan ketersediaan lahan termasuk untuk
zona penyangganya.
5) Pengembangan komposter atau proses pengolahan sampah skala
rumah tangga dilakukan untuk mengurangi beban Tempat
Pemrosesan / Pengolahan Akhir (TPA).
6) Pengembangan bank sampah dikembangan dengan memperhatikan
persyaratan konstruksi bangunan bank sampah sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

2. Penyediaan Sarana oleh Setiap Orang


Penyediaan sarana oleh setiap orang
mencakup:
a. Sarana kesehatan, dengan ketentuan:
1) Penyediaan sarana kesehatan dalam mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman adalah melalui:
a) pengembangan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di
kawasan perkotaan fungsi PPK, ditingkatkan statusnya dengan
kelengkapan pelayanan rawat inap;
b) pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dengan skala
pelayanan sebagian wilayah kecamatan atau beberapa desa,
tetap dipertahankan dan ditingkatkan kualitas pelayanannya;
c) pusat kesehatan masyarakat pembantu (pustu) dengan skala
pelayanan satu sampai dua desa tetap dipertahankan dan
ditingkatkan kualitas pelayanan;
d) penyediaan sarana kesehatan lainnya berupa posyandu, praktek
dokter mandiri, dan poliklinik kesehatan.
2) Penyediaan sarana kesehatan mengacu pada RTRW Kabupaten
Buleleng dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Sarana peribadatan, dengan ketentuan penyediaan mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman adalah mengacu pada ketentuan dalam RTRW Kabupaten
Buleleng dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Sarana perdagangan dan jasa, dengan ketentuan:
1) Penyediaan sarana perdagangan dan jasa dalam mendukung
rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman adalah melalui:
a) penyediaan fasilitas berupa toko atau warung sebagai fasilitas
perbelanjaan terkecil yang melayani kebutuhan sehari-hari dari
unit lingkungan terkecil.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 12
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

b) penyediaan fasilitas berupa pertokoan sebagai fasilitas


perbelanjaan yang lebih lengkap dari pada toko untuk melayani
kebutuhan sehari-hari.
c) penyediaan sarana lingkungan fasilitas pusat perbelanjaan
lingkungan sebagai pusat perbelanjaan dan niaga.
2) Penyediaan dan pembangunan sarana perdagangan dan jasa
mengacu pada RTRW Kabupaten Buleleng dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Ruang Terbuka Hijau (RTH), dengan ketentuan:
1) Penyediaan RTH dalam mendukung rencana pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman adalah
melalui pengadaan lahan untuk penambahan jumlah RTH.
2) Pengadaan lahan untuk penambahan jumlah RTH dilakukan
berdasarkan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan
memperhatikan rencana struktur dan pola ruang.
3) Penyediaan RTH merupakan bagian wajib sebagai pemenuhan
ketentuan proporsi 30% (tiga puluh persen) dalam penyediaan
prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan kawasan
permukiman.

3. Penyediaan Utilitas oleh Setiap Orang


Penyediaan utilitas oleh setiap orang mencakup:
a. Jaringan energi listrik, dengan ketentuan:
1) Penyediaan jaringan energi listrik dalam mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman wajib untuk menyediakan jaringan listrik yang
mencukup kebutuhan penghuni pada perumahan dan kawasan
permukiman.
2) Persyaratan jaringan listrik untuk pemenuhan kebutuhan meliputi:
a) instalasi listrik;
b) sumber daya listrik;
c) jaringan tiang listrik; dan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

d) konduktor listrik.
3) Penyediaan utilitas jaringan energi listrik wajib disertakan dengan
pemberian ruang akses untuk pelayanan oleh PLN dan
pemeliharaan jaringan secara berkelanjutan.
b. Jaringan telekomunikasi, dengan ketentuan:
1) Penyediaan jaringan telekomunikasi, dalam mendukung rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman adalah melalui:
a) sistem jaringan kabel; dan
b) sistem jaringan nirkabel.
2) Penyediaan jaringan telekomunikasi melalui sistem jaringan kabel
dilakukan melalui:
a) pengembangan STO baru sesuai perkembangan kebutuhan
pelayanan; dan
b) pengembangan jaringan bawah tanah untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas ruang dan estetika lingkungan.
3) Penyediaan jaringan telekomunikasi melalui sistem jaringan
nirkabel dilakukan melalui:
a) menara telekomunikasi terpadu secara bersama oleh beberapa
penyedia layanan telekomunikasi (operator) untuk
menempatkan dan mengoperasikan peralatan telekomunikasi
berbasis radio (Base Transceiver Station) berdasarkan cellular
planning yang diselaraskan dengan rencana jaringan
telekomunikasi yang tersedia;
b) pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi
khusus seperti untuk keperluan meteorologi dan geofisika,
radio siaran, navigasi, penerbangan, pencarian dan pertolongan
kecelakaan, amatir radio, televisi, komunikasi antar penduduk
dan keperluan transmisi jaringan telekomunikasi utama
(backbone) diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

c) pemenuhan kebutuhan lalu lintas telekomunikasi selular


nirkabel secara optimal untuk seluruh operator seluler dengan
kehandalan cakupan yang menjangkau seluruh wilayah;
d) pengembangan sistem jaringan satelit meliputi pengembangan
jaringan melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi untuk
melengkapi sistem telekomunikasi jaringan bergerak dan
pengembangan jaringan backbone serta jaringan distribusi
untuk wilayah-wilayah yang belum terjangkau secara langsung.
4) Penyediaan jaringan telekomunikasi wajib terintegrasi dengan
rencana jaringan telepon regional dan dapat dijangkau oleh
penghuni.

4. Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas oleh Setiap Orang


Penyerahan prasarana, sarana dan utilitas oleh setiap orang khususnya
badan hukum atau pengembang kepada Pemerintah Daerah dilakukan dengan
ketentuan:
a. Pemerintah Daerah meminta pengembang atau badan hukum untuk
menyerahkan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman
yang dibangun oleh pengembang;
b. penyerahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman
dilakukan:
1) paling lambat 1 (satu) tahun setelah masa pemeliharaan dan/atau telah
terbangun minimal 60% (enam puluh persen);
2) sesuai dengan rencana tapak yang telah disetujui oleh pemerintah
daerah.
c. penyerahan prasarana, sarana dan utilitas perumahan dan permukiman
sesuai rencana tapak dilakukan:
1) secara bertahap, apabila rencana pembangunan dilakukan bertahap;
dan/atau
2) sekaligus, apabila rencana pembangunan dilakukan tidak bertahap.
d. penyerahan prasarana, sarana dan utilitas pada perumahan tidak bersusun
berupa tanah dan bangunan.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

e. penyerahan sarana pada perumahan tidak bersusun berupa tanah siap


bangun.
f. penyerahan prasarana, sarana dan utilitas rumah susun berupa tanah siap
bangun.
g. tanah siap bangun berada di satu lokasi dan di luar hak milik atas satuan
rumah susun.
Pemerintah Daerah menerima penyerahan prasarana, sarana dan utilitas
perumahan dan permukiman yang telah memenuhi persyaratan:
a. persyaratan umum meliputi:
1) lokasi prasarana, sarana dan utilitas sesuai dengan rencana tapak yang
sudah disetujui oleh pemerintah daerah; dan
2) sesuai dengan dokumen perizinan dan spesifikasi teknis bangunan.
b. Persyaratan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan pembangunan perumahan dan permukiman.
c. Persyaratan administrasi harus memiliki:
1) dokumen rencana tapak yang telah disetujui oleh pemerintah daerah;
2) Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) bagi bangunan yang
dipersyaratkan;
3) Izin penggunaan bangunan (IPB) bagi bangunan yang dipersyaratkan;
dan
4) surat pelepasan hak atas tanah dari pengembang kepada pemerintah
daerah.
Adapun tata cara dalam penyerahan prasarana, sarana dan utilitas
perumahan dan kawasan permukiman oleh setiap orang, diarahkan dengan
ketentuan sebagai berikut.
a. Tata cara persiapan penyerahan prasarana, sarana dan utilitas meliputi:
1) Bupati menerima permohonan penyerahan prasarana, sarana dan
utilitas perumahan dan permukiman dari setiap orang khususnya badan
hukum atau pengembang.
2) Bupati menugaskan tim verifikasi untuk memproses penyerahan
prasarana, sarana dan utilitas.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

3) Tim verifikasi mengundang pengembang untuk melakukan pemaparan


prasarana, sarana dan utilitas yang akan diserahkan.
4) Tim verifikasi melakukan inventarisasi terhadap prasarana, sarana dan
utilitas yang akan diserahkan, meliputi rencana tapak yang disetujui
oleh pemerintah daerah, tata letak bangunan dan lahan, serta besaran
prasarana, sarana dan utilitas.
5) Tim verifikasi menyusun jadwal kerja tim dan instrumen penilaian.
b. Tata cara pelaksanaan penyerahan prasarana, sarana dan utilitas meliputi:
1) Tim verifikasi melakukan penelitian atas persyaratan umum, teknis dan
administrasi.
2) Tim verifikasi melakukan pemeriksaan lapangan dan penilaian fisik
prasarana, sarana dan utilitas.
3) Tim verifikasi menyusun laporan hasil pemeriksaan dan penilaian fisik
prasarana, sarana dan utilitas, serta merumuskan prasarana, sarana dan
utilitas yang layak atau tidak layak diterima.
4) Prasarana, sarana dan utilitas yang tidak layak diterima diberikan
kesempatan kepada pengembang untuk melakukan perbaikan paling
lambat satu bulan setelah dilakukan pemeriksaan
5) Hasil perbaikan prasarana, sarana dan utilitas dilakukan pemeriksaan
dan penilaian kembali.
6) Prasarana, sarana dan utilitas yang layak diterima dituangkan dalam
berita acara pemeriksaan untuk disampaikan kepada Bupati.
7) Bupati menetapkan prasarana, sarana dan utilitas yang diterima.
8) Tim verifikasi mempersiapkan berita acara serah terima, penetapan
jadwal penyerahan dan OPD yang berwenang mengelola.
9) Penandatanganan berita acara serah terima prasarana, sarana dan
utilitas dilakukan oleh pengembang dan Bupati dengan melampirkan
daftar prasarana, sarana dan utilitas, dokumen teknis dan administrasi.
c. Tata cara pasca penyerahan prasarana, sarana dan utilitas meliputi:
1) Bupati menyerahkan prasarana, sarana dan utilitas kepada OPD yang
berwenang mengelola dan memelihara paling lambat tiga bulan setelah
penyerahan prasarana, sarana dan utilitas dilaksanakan.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

2) Pengelola barang milik daerah melakukan pencatatan asset atas


prasarana, sarana dan utilitas ke dalam Daftar Barang Milik Daerah
(DBMD).
3) OPD yang menerima asset prasarana, sarana dan utilitas melakukan
pencatatan ke dalam DBMP.
4) OPD yang menerima asset prasarana, sarana dan utilitas
menginformasikan kepada masyarakat mengenai prasarana, sarana dan
utilitas yang sudah diserahkan oleh pengembang.
d. Dalam hal prasarana, sarana dan utilitas ditelantarkan dan belum
diserahkan, pemerintah daerah membuat berita acara perolehan prasarana,
sarana dan utilitas perumahan dan permukiman;
e. Pemerintah Daerah membuat pernyataan asset atas tanah prasarana, sarana
dan utilitas tersebut sebagai dasar permohonan pendaftaran hak atas tanah
di kantor Badan Pertanahan Nasional setempat;
f. Bupati menyerahkan prasarana, sarana dan utilitas kepada OPD yang
berwenang mengelola dan memelihara paling lambat tiga bulan setelah
kantor Badan Pertanahan Nasional menerbitkan hak atas tanah;
g. Pengelola barang milik daerah melakukan pencatatan asset atas prasarana,
sarana dan utilitas ke dalam DBMB; dan
h. OPD yang menerima asset prasarana, sarana dan utilitas melakukan
pencatatan ke dalam DBMP.

Pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas dilakukan dengan ketentuan:


a. Pengelolaan prasarana, sarana dan utilitas yang telah diserahkan kepada
pemerintah daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah yang bersangkutan;
b. Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan pengembang, badan usaha
swasta dan/atau masyarakat dalam pengelolaan prasarana, sarana dan
utilitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. dalam hal pemerintah daerah melakukan kerja sama pengelolaan
prasarana, sarana dan utilitas dengan pengembang, badan usaha swasta,
dan masyarakat, pemeliharaan fisik dan pendanaan prasarana, sarana dan
utilitas menjadi tanggungjawab pengelola; dan

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

d. pengelola prasarana, sarana dan utilitas tidak dapat merubah peruntukan


prasarana, sarana dan utilitas.
Dalam hal pengelolaan terhadap prasarana, sarana dan utilitas didukung
oleh pembiayaan pemeliharaan dengan ketentuan:
a. Pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas sebelum
penyerahan menjadi tanggung jawab pengembang; dan
b. Pembiayaan pemeliharaan prasarana, sarana dan utilitas setelah
penyerahan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten.
Penyelenggaraan penyerahan dan pengelolaan prasarana, sarana dan
utilitas disertai dengan pelaporan dan kegiatan pembinaan serta pengawasan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

H. Lokasi Pelayanan Jasa Pemerintahan, Sosial dan Ekonomi


Rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, sosial dan ekonomi
dilakukan dalam rangka penyediaan kawasan peruntukan fasilitas penunjang
permukiman. Kawasan peruntukan fasilitas penunjang permukiman terdiri atas:
1. Fasilitas Pelayanan Jasa Pemerintahan
Rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan direncanakan pada lokasi:
a. Fasilitas perkantoran pemerintahan skala wilayah kabupaten yang tersebar
di kawasan perkotaan fungsi PKW dan PKL;
b. Fasilitas perkantoran pemerintah skala kecamatan yang tersebar di
kawasan perkotaan ibukota kecamatan; dan
c. Fasilitas perkantoran pemerintah skala desa/kelurahan yang tersebar di tiap
pusat-pusat desa/kelurahan.
2. Fasilitas Pelayanan Sosial dan Kegiatan Ekonomi
Rencana lokasi pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi, di antaranya
mencakup:
a. Fasilitas pendidikan, terdiri atas:
1) Fasilitas pendidikan tinggi tersebar di kawasan perkotaan fungsi PKW;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

2) Fasilitas pendidikan menengah mencakup SMA dan sejenisnya


mempertahankan fasilitas yang telah ada dan menambah fasilitas
sesuai ketentuan jumlah penduduk pendukung; dan
3) Fasilitas pendidikan dasar mempertahankan fasilitas yang telah ada
dan menambah fasilitas sesuai ketentuan jumlah penduduk pendukung.
b. Fasilitas kesehatan, terdiri atas:
1) Pengembangan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dengan skala
pelayanan sebagian wilayah kecamatan atau beberapa desa, tetap
dipertahankan dan ditingkatkan kualitas pelayanannya;
2) Pusat kesehatan masyarakat pembantu (Pustu) dengan skala pelayanan
satu sampai dua desa tetap dipertahankan dan ditingkatkan kualitas
pelayanan;
3) Penyediaan sarana kesehatan lainnya berupa posyandu, praktek dokter
mandiri, dan poliklinik kesehatan.
c. Fasilitas peribadatan, terdiri atas:
1) Sebaran fasilitas peribadatan umat yang beragama hindu terdiri atas
Pura Kahyangan Tiga, Pura Swagina, Pura Dadia, Pura Dang
Kahyangan dan Pura Kahyangan Jagat; dan
2) Sebaran fasilitas peribadatan umah yang bukan beragama hindu tetap
dipertahankan terdiri atas fasilitas peribadatan umat Islam, umat
Kristen, Katolik, Budha dan Konghucu.
d. Fasilitas rekreasi dan olahraga, terdiri atas:
1) Sebaran taman-taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka hijau
kota terdiri atas taman lingkungan perumahan, taman skala banjar,
taman skala desa, taman skala kecamatan dan skala kabupaten atau
kota;
2) Sebaran lapangan umum atau lapangan olahraga skala banjar, skala
desa, skala kecamatan dan skala kabupaten atau skala kota; dan
3) Sebaran lapangan olahraga skala kecil tersebar di dalam kawasan
permukiman.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

e. Fasilitas perdagangan dan jasa, terdiri atas:


1) Fasilitas perdagangan dan jasa skala pelayanan wilayah seperti pasar
wilayah, pusat pertokoan atau perdagangan modern yang tersebar di
kawasan perkotaan fungsi PKW, PKL maupun pusat kawasan efektif
pariwisata;
2) Fasilitas perdagangan dan jasa skala pelayanan kecamatan seperti
pasar kecamatan, kelompok pertokoan, maupun perdagangan modern
skala kecamatan tersebar di ibukota kecamatan fungsi PPK; dan
3) Fasilitas perdagangan dan jasa skala pelayanan local seperti pasar desa,
kelompok pertokoan tersebar di tiap desa atau tiap lingkungan
permukiman.

I. Lokasi dan RP3KP


Penetapan lokasi dan RP3KP mencakup perumahan dan kawasan
permukiman dengan karakteristrik permukiman perkotaan dan karakteristik
permukiman perdesaan. Penetapan lokasi dan RP3KP masing-masing mencakup
lokasi rencana penyediaan perumahan dan kawasan permukiman yang meliputi:
1. Rencana pengembangan perumahan dan kawasan permukiman;
2. Rencana pengembangan baru perumahan dan kawasan permukiman
(kebutuhan backlog);
3. Rencana penataan perumahan dan kawasan permukiman, terdiri atas:
a. Rencana penataan perumahan dan kawasan permukiman kumuh;
b. Rencana penataan rumah tidak layak huni (RTLH);
c. Rencana penataan rumah sehat;
d. Rencana revitalisasi permukiman tradisional;
e. Rencana penataan permukiman pada kawasan rawan bencana;
f. Rencana penataan permukiman nelayan; dan
g. Rencana penataan permukiman fungsional yang terdiri atas
permukiman khusus dan permukiman pada kawasan strategis.
Penetapan lokasi dan RP3KP dilakukan pada seluruh kecamatan di
Kabupaten Buleleng yang terdiri atas penetapan lokasi dan RP3KP Kecamatan
Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Busungbiu, Kecamatan Banjar,

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

Kecamatan Sukasada, Kecamatan Buleleng, Kecamatan Sawan, Kecamatan


Kubutambahan dan Kecamatan Tejakula.

J. Pemanfaatan dan Pengendalian Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman pada Kawasan Fungsi Lain
Pengaturan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada kawasan fungsi lain
ditujukan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketetapan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengaturan pemanfaatan dan
pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman pada kawasan
fungsi lain dilakukan melalui:
1. pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD);
2. Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada KSPDK (Kawasan Strategis Pariwisata Daerah
Khusus);
3. Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada kawasan minapolitan (nelayan);
4. Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada kawasan peruntukan industri;
5. Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada kawasan pertahanan dan keamanan.
Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada Kawasan Strategis Pariwisata Daerah diperkenankan
dengan pertimbangan:
1. Pengembangannya sangat dibatasi untuk lebih diarahkan kepada upaya
pelestarian budaya dan lingkungan hidup;
2. Dalam peruntukan lainya baik peruntukan kawasan lindung maupun
kawasan budidaya lainnya diatur lebih lanjut dalam rencana rinci tata
ruang kawasan strategis pariwisata dan ditetapkan dalam Peraturan
Daerah;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 13
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

3. Pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung dan
daya tampung lingkungan;
4. Perlindungan situs warisan budaya setempat;
5. Pembatasan pendirian bangunan non-pariwisata pada kawasan efektif
pariwisata;
6. Pembatasan koefisien wilayah terbangun (KWT) lebih lanjut ditetapkan
dalam Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Pariwisata;
7. Pembatasan koefisien dasar bangunan bagi setiap usaha akomodasi dan
fasilitas pariwisata lainnya, setinggi-tingginya 50% (lima puluh persen)
dari persil yang dikuasai;
8. Ketinggian bangunan setinggi-tingginya 15 m (lima belas meter) dari
permukaan tanah;
9. Pembangunan fasilitas pariwisata pada kawasan efektif pariwisata
diutamakan fasilitas akomodasi pariwisata dengan klasifikasi berbintang;
10. Pengharusan penerapan ciri khas arsitektur Bali pada setiap bangunan
akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata;
10. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir yang cukup bagi setiap bangunan
akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata; dan
11. Pengharusan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan sesuai ketentuan
perundang-undangan.
Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada KSPDK (Kawasan Strategis Pariwisata Daerah
Khusus) diperkenankan dengan pertimbangan:
1. Pengembangan fasilitas penunjang pariwisata, jasa pelayanan makan dan
minum, serta akomodasi non bintang atau melati yang berkualitas;
2. Pengharusan penerapan ciri khas arsitektur Bali pada setiap bangunan
akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata;
3. Pembatasan koefisien wilayah terbangun (KWT) untuk kawasan efektif
pariwisata setinggi-tingginya 5% (lima persen) dari luas kawasan KSPDK
di luar kawasan lindung, serta sebaran akomodasi dan fasilitas penunjang
pariwisata diatur dalam rencana rinci tata ruang kawasan strategis
KSPDK;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

4. pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung, daya
tampung lingkungan dan perlindungan situs warisan budaya setempat;
5. Pembatasan koefisien dasar bangunan, setinggi-tingginya 40% (empat
puluh persen) dari persil yang dikuasai;
6. Pembatasan ketinggian bangunan, setinggi-tingginya 8 (delapan) meter
dari permukaan tanah tempat bangunan berdiri;
7. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir yang cukup bagi setiap bangunan
akomodasi dan fasilitas penunjang pariwisata; dan
8. Pengharusan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan sesuai ketentuan
perundang-undangan.
Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada kawasan minapolitan (nelayan) diperkenankan
dengan:
1. Peningkatan sarana-prasarana meliputi jaringan jalan, termasuk jalan
usaha tani, irigasi, pasar, air bersih, pemanfaatan air limbah dan sampah;
dan
2. Peningkatan sarana prasarana kesejahteraan sosial meliputi pendidikan,
kesehatan, kebudayaan dan sarana-prasarana umum lainnya seperti listrik
dan lainnya.
Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada kawasan peruntukan industri masih diperkenankan
namun dengan pertimbangan:
1. Kegiatan pembangunan yang diperbolehkan adalah pembangunan
permukiman yang di peruntukan untuk karyawan dalam kawasan tersebut;
2. Pembangunan fasilitas penunjuang antara 8-14% (delapan sampai dengan
empat belas persen) dari luas lahan berupa kantin, perumahan karyawan,
guest house, tempat ibadah, fasilitas olahraga, gardu induk dan rumah
telekomunikasi;
3. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri diprioritaskan untuk mengolah
bahan baku lokal menggunakan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia setempat;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

4. Pemanfaatan kawasan industri untuk menampung kegiatan aneka industri


sesuai karakteristik kawasan;
5. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan industri siap bangun; dan
6. Pembatasan pembangunan perumahan di dalam kawasan industri.
Pengaturan pemanfaatan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada kawasan pertahanan dan keamanan merupakan
pengaturan pada permukiman khusus yang ada di Kabupaten Buleleng dengan
pertimbangan:
1. Kegiatan yang diperbolehkan meliputi: kegiatan pertahanan dan keamanan
negara meliputi kantor hankam, tempat latihan dan kegiatan lain yang
mendukung fungsi kawasan pertahanan dan keamanan;
2. Pendirian bangunan secara terbatas, untuk menunjang kegiatan pertahanan
dan keamanan negara;
3. Pembinaan dan pemeliharaan instalasi, fasilitas, sarana dan prasarana
pertahanan dan keamanan negara yang telah ada sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. Kegiatan yang tidak diperbolehkan yaitu kegiatan selain poin 2 dan 3 yang
dapat menggangu fungsi kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan
negara; dan
5. Prasarana dan sarana minimum untuk kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan negara meliputi utilitas umum, pos penjagaan, serta peralatan
keamanan dan pertahanan.

K. Daerah Terlarang untuk Pembangunan dan Pengembangan


Perumahan dan Kawasan Permukiman Baru
Daerah terlarang atau negative list untuk pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasna permukiman baru ditetapkan berdasarkan
hasil analisa fungsi kawasan. Daerah terlarang atau negative list pada Kabupaten
Buleleng terdiri atas:
1. Sempadan sungai;
2. Sempadan danau;
3. Sempadan pantai;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

4. Sempadan mata air;


5. Sempadan irigasi;
6. Radius kesucian pura;
7. Kawasan peruntukan pertanian, berupa :
a. Sawah irigasi; dan
b. Sawah tadah hujan.
8. Hutan rakyat;
9. Hutan lindung;
10. Hutan produksi terbatas;
11. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Khusus (KSPDK);
12. Taman Wisata Alam (TWA);
13. Radius pengamanan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Sebaran daerah terlarang atau negative list pada Kabupaten Buleleng


adalah seluas 87.030,57 Ha (delapan puluh tujuh ribu tiga puluh koma lima puluh
tujuh hektar), mencakup:

1. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Gerokgak seluas


33.598,83 Ha (tiga puluh tiga ribu lima ratus sembilan puluh delapan
koma delapan puluh tiga hektar);
2. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Seririt seluas 8.093,90
Ha (delapan ribu sembilan puluh tiga koma sembilan puluh hektar);
3. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Busungbiu seluas
11.077,33 Ha (sebelas ribu tujuh puluh tujuh koma tiga puluh tiga hektar);
4. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Banjar seluas
10.788,34 Ha (sepuluh ribu tujuh ratus delapan puluh delapan koma tiga
puluh empat hektar);
5. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Sukasada seluas
14.801,05 Ha (empat belas ribu delapan ratus satu koma nol lima hektar);
6. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Buleleng seluas
2.353,57 Ha (dua ribu tiga ratus lima puluh tiga koma lima tujuh hektar);
7. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Sawan seluas 6.396,99
Ha (enam ribu tiga ratus sembilan puluh enam koma sembilan puluh
sembilan hektar);

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

8. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Kubutambahan seluas


5.553,92 Ha (lima ribu lima ratus lima puluh tiga koma sembilan puluh
dua hektar); dan
9. Daerah terlarang atau negative list pada Kecamatan Tejakula seluas
5.710,02 Ha (lima ribu tujuh ratus sepuluh koma nol dua hektar).

L. Arahan Pengaturan Mitigasi Bencana


Pengaturan mitigasi bencana dalam lingkup pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada prinsipnya
memperhatikan:
1. Penyediaan informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana;
2. Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi
bencana
3. Pemahaman tata cara atau Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait
yang harus dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan
diri jika bencana timbul; dan
4. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana.
5. Pengaturan teknis terkait mitigasi bencana dalam pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati.
Penerapan pengaturan mitigasi bencana dalam lingkup pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Buleleng
terdiri atas:
1. Mitigasi bencana alam terhadap perumahan dan kawasan permukiman
dalam perencanaan, dengan memperhatikan :
a. Jenis bahaya alam yang berada pada lokasi atau sekitar perumahan dan
kawasan permukiman;
b. Lokasi perumahan dan kawasan permukiman sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

c. Sesuai standar kualitas lingkungan, daya dukung dan daya tampung


lingkungan hidup;
d. Rencana dan rancangan perumahan dan kawasan permukiman tanggap
terhadap bencana alam terutama yang berlokasi pada daerah rawan
bencana;
e. Pelibatan peran serta masyarakat; dan
f. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan
kemandirian masyarakat dalam mengelola risiko bencana alam.
2. Mitigasi bencana alam terhadap perumahan dan kawasan permukiman
dalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman baru, dengan
memperhatikan:
a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan atau sesuai rencana
pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
b. Bukan kawasan lindung;
c. Tidak pada zona dengan tingkat kerawanan bencana tinggi;
d. Pembatasan intensitas penggunaan lahan melalui koefisien dasar
bangunan, koefisien luas bangunan, koefisien daerah hijau, ketinggian
bangunan dan kepadatan bangunan;
e. Struktur konstruksi bangunan, bahan bangunan sesuai dengan kearifan
lokal;
f. Penyediaan prasarana, sarana dan utilitas sesuai cakupan layanan yang
mendukung tindakan mitigasi dan tanggap darurat terhadap bencana
alam; dan
g. Pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
sesuai perizinan.
3. Mitigasi bencana alam terhadap perumahan dan kawasan permukiman
yang telah terbangun, dengan memperhatikan:
a. Peningkatan kualitas prasarana, sarana dan utilitas umum sesuai
kebutuhan mitigasi bencana alam;
b. Pembatasan intensitas penggunaan lahan melalui pengaturan koefisien
dasar bangunan, koefisien luas bangunan, koefisien daerah hijau,

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

ketinggian bangunan dan kepadatan bangunan terutama wilayah rentan


bencana alam;
c. Pelibatan peran serta masyarakat dalam penentuan risiko bencana
alam, mitigasi bencana dan penyusunan rencana kontijensi berbasis
masyarakat; dan
d. Penataan daerah aliran sungan, pantai serta wilayah rawan bencana
alam.

M. Kelembagaan
Kelembagaan dalam rangka pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman diarahkan dengan dibentuk oleh Bupati sesuai
kewenangannya. Untuk mendukung penyelenggaraan RP3KP, Bupati sesuai
kewenangannya menunjuk dan/atau membentuk kelembagaan sesuai tahapan
RP3KP, meliputi:
1. Kelembagaan tahap penyusunan RP3KP, dengan arahan:
a. Penyusunan RP3KP difasilitasi melalui Kelompok Kerja Perumahan
dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP).
b. Pokja PKP dibentuk sebelum dimulainya pelaksanaan penyusunan
RP3KP.
c. Pembentukan Pokja PKP ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
d. Keanggotaan Pokja PKP terdiri atas dinas, instansi, perguruan tinggi,
dan asosiasi bidang perumahan dan kawasan permukiman.
2. Kelembagaan tahap pemanfaatan RP3KP, dengan arahan:
a. Lembaga yang bertanggung jawab pada tahap pemanfaatan RP3KP
adalah OPD yang membidangi perumahan dan kawasan permukiman.
b. OPD dalam hal ini mempunyai tugas:
1) Mengkoordinasikan penyusunan program perumahan dan kawasan
permukiman dengan sektor terkait;
2) Mengkoordinasikan pelaksanaan RP3KP secara terpadu sebagai
dasar bagi penentuan perizinan dalam pelaksanaan pembangunan
dan pengambangan perumahan dan kawasan permukiman;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

3) Merumuskan pelaksanaan dan mengkoordinasikan masalah-


masalah yang timbul dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman serta memberikan arahan dan
pemecahannya;
4) Mengkoordinasikan penyusunan peraturan perundang-undangan di
bidang perumahan dan kawasan permukiman di daerah;
5) Membantu memaduserasikan penatagunaan tanah dan
penatagunaan sumberdaya alam lainnya dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah yang terkait dengan perumahan dan kawasan
permukiman;
6) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
RP3KP; dan
7) Melaporkan progress pelaksanaan RP3KP terhadap Bupati.

N. Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan


Perumahan dan Kawasan Permukiman
Pemantauan, pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman dilakukan untuk mengantisipasi pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang padat dan tidak teratur
atau kumuh.
1. Pemantauan
Pemantauan terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
dilakukan melalui:
a. Pemantauan secara langsung dilakukan dengan memverifikasi kesesuaian
antara pelaksanaan pembangunan kawasan permukiman dengan perizinan
yang diberikan;
b. Pemantauan secara tidak langsung dilakukan dengan memverifikasi
kesesuaian antara rencana pembangunan yang disusun oleh pelaku
pembangunan dengan rencana pembangunan yang disahkan oleh
pemerintah daerah kabupaten;

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

c. Pemantauan melalui laporan masyarakat dilakukan sesuai dengan


mekanisme peran masyarakat dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman; dan
d. Pemantauan ditindaklanjuti melalui evaluasi untuk menilai tingkat
pencapaian penyelenggaraan kawasan permukiman secara terukur dan
obyektif.
Evaluasi menghasilkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh satuan kerja
perangkat daerah atau instansi pemerintah yang membidangi perumahan dan
kawasan permukiman daerah.Pemantauan didukung dengan sistem informasi
pemantauan pemanfaatan kawasan permukiman yang terintegrasi dengan sistem
informasi pembangunan daerah provinsi dan daerah kabupaten.

2. Pengawasan
Pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman, dilakukan melalui:
a. Pemeriksaan secara berkala di lingkungan perumahan dan kawasan
permukiman;
b. Peringatan terhadap masyarakat maupun pihak swasta (developer) yang
melakukan pelanggaran pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman. Melalui pengeluaran surat peringatan atau
pemberhentian pembangunan/penyegelan bangunan; dan
c. Penertiban terhadap bangunan perumahan dan kawasan permukiman yang
tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Buleleng dengan RDTR di masing-
masing wilayah perkotaan yang ada di Kabupaten Buleleng.

3. Pengendalian
Pengendalian dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman dilakukan melalui tahapan pengendalian yang terdiri atas:
a. Pengendalian pada tahap perencanaan, dilaksanakan dalam bentuk:
i. Perizinan, dilakukan melalui pemberian izin yang efektif dan
efisien, mulai dalam proses permohonan informasi tata ruang, izin
lokasi, perubahan aspek penatagunaan lahan ke fungsi perumahan,

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

persetujuan lingkungan, persetujuan/konfirmasi kesesuaian


kegiatan pemanfaatan ruang, pengesahan rencana tapak,
persetujuan bangunan gedung serta Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
Bangunan Gedung.
1) Penertiban, dilakukan melalui pengawasan terhadap pembangunan
perumahan yang tidak sesuai dengan RTRW dan RDTR dan belum
mendapatkan Persetujuan Bangunan Gedung.
2) Penataan, dilakukan melalui perbaikan guna mewujudkan perumahan
yang sesuai dengan RTRW, RDTR serta tata bangunan dan lingkungan
yang terstruktur serta mencegah terjadinya penurunan kualitas
perumahan.
b. Pengendalian pada tahap pembangunan, dilakukan dengan mengawasi
pelaksanaan pembangunan kawasan permukiman dalam bentuk: 1).
perizinan melalui kesesuaian pembangunan dengan perizinan; 2)
penertiban dilakukan untuk menjamin kesesuaian pembangunan
perumahan dengan rencana tata ruang wilayah, perencanaan perumahan,
persetujuan bangunan gedung, dan persyaratan lain sesuai peraturan
perundang-undangan; 3) penataan dilakukan untuk menjamin
pembangunan Perumahan yang layak huni sehat, aman, serasi, dan teratur
serta mencegah terjadinya penurunan kualitas Perumahan.
c. Pengendalian pada tahap pemanfaatan, dilakukan dengan:
1) Pemberian insentif untuk mendorong pengembangan kawasan
permukiman sesuai rencana tata ruang.
2) Pengenaan disinsentif untuk membatasi pengembangan kawasan
permukiman sesuai rencana tata ruang.
3) Pengenaan sanksi terhadap setiap pelanggaran pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman.
4) Pengendalian perumahan pada tahap pemanfaatan dalam bentuk
perizinan dilakukan melalui pemberian arahan penerbitan Sertifikat
Laik Fungsi (SLF) bangunan gedung untuk menjamin kesesuaian
pemanfaatan rumah dengan fungsinya.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 14
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

O. Pemeliharaan dan Perbaikan


Pemeliharaan dan perbaikan dalam pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman diarahkan sebagai berikut.
1. Pemeliharaan
Pemeliharaan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan melalui
perawatan dan pemeriksanaan secara berkala. Perawatan merupakan proses
menjaga atau mempertahankan fungsi rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang dilakukan secara rutin. Pemeriksaan secara berkala merupakan proses
memeriksa secara kondisi fisik rumah serta prasarana, sarana dan utilitas umum
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan umur konstruksi.
Pemerintah Daerah bertanggungjawab dalam pemeliharaan perumahan,
permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman meliputi prasarana,
sarana dan utilitas umum yang menjadi Barang Milik Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemeliharaan dalam hal ini meliputi
prasarana, sarana dan utilitas umum yang belum menjadi Barang Milik Daerah
dilakukan oleh Badan Hukum.

2. Perbaikan
Perbaikan dilakukan melalui rehabilitasi atau pemugaran. Rehabilitasi atau
pemugaran rehabilitasi atau pemugaran merupakan kegiatan perbaikan rumah
serta prasarana, sarana dan utilitas umum jika terjadi kerusakan untuk
mengembalikan fungsi sebagaimana semula.
Perbaikan dilakukan di perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan
kawasan permukiman oleh setiap orang secara berkala. Perbaikan rumah oleh
masyarakat miskin dan MBR dilakukan secara swadaya dapat diberikan fasilitasi
pendanaan dan/atau pembiayaan oleh Pemerintah Daerah. Perbaikan dalam hal ini
dilakukan terhadap prasarana, sarana dan utilitas umum yang merupakan barang
milik Pemerintah Daerah dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 15
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

5.4 Ruang Lingkup Materi Muatan yang Diatur dalam Peraturan Daerah
Materi muatan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng tentang
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan kawasan Permukiman
meliputi bab-bab sebagai berikut.
1. BAB I KETENTUAN UMUM berisikan pengertian istilah yang tertuang
dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng tentang
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan kawasan Pemukiman.
2. BAB II TUJUAN, FUNGSI DAN KEDUDUKAN RP3KP.
3. BAB III ASAS, PRINSIP DAN RUANG LINGKUP PERENCANAAN.
4. BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.
5. BAB V KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN
PERMUKIMAN.
6. BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.
7. BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN HUNIAN
BERIMBANG.
8. BAB VIII KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN
PERMUKIMAN KUMUH
9. BAB IX PENCEGAHAN TERHADAP TUMBUH DAN
BERKEMBANGNYA PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN
KUMUH
10. BAB X PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN
KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH
11. BAB XI RENCANA PENYEDIAAN TANAH.
12. BAB XII RENCANA PENYEDIAAN PRASARANA, SARANA DAN
UTILITAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.
13. BAB XIII RENCANA LOKASI PELAYANAN JASA
PEMERINTAHAN, SOSIAL DAN EKONOMI.
14. BAB XIV PENETAPAN LOKASI DAN RP3KP.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 15
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
NASKAH dan
_____________________

15. BAB XV RENCANA AKSI RP3KP.


16. BAB XVI PENGATURAN PEMANFAATAN DAN PENGENDALIAN
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN
KAWASAN PERMUKIMAN PADA KAWASAN FUNGSI LAIN.
17. BAB XVII DAERAH TERLARANG UNTUK PEMBANGUNAN DAN
PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
BARU.
18. BAB XVIII PENGATURAN MITIGASI BENCANA.
19. BAB XIX KELEMBAGAAN.
20. BAB XX PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN
21. BAB XXI HAK DAN KEWAJIBAN
22. BAB XXII PERAN SERTA MASYARAKAT.
23. BAB XXIII PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.
24. BAB XXIV PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN.
25. BAB XXV LARANGAN.
26. BAB XXVI KETENTUAN PEMBERIAN INSENTIF DAN
PENGENAAN DISINSENTIF.
27. BAB XXVII TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH.
28. BAB XXVIII KETENTUAN PENGENAAN SANKSI.
29. BAB XXIX SANKSI ADMINISTRATIF.
30. BAB XXX KETENTUAN PENYIDIKAN.
31. BAB XXXI KETENTUAN PIDANA
32. BAB XXXII KETENTUAN PERALIHAN.
33. BAB XXXIII KETENTUAN PENUTUP.

Tim Penyusun NA RP3KP Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi Daerah Kabupaten 15

Anda mungkin juga menyukai