Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

( Sebagai salah satu tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf )

AKHLAK TASAWUF

Oleh Kelompok 1 :

Diana Indah Lestari 2111010032

Gemilang Rahmatulloh 2111010054

Zakia Putri Zahra 2111010058

Dosen Pengampu : Ida Faridatul Hasanah M. Pd. I

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmatNya yang
telah dilimpahkan kepada tim penulis sehingga tim penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Akhlak Tasawuf “.Sholawat dan salam tetap kita curahkan kepada baginda
Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
yang sempurna dengan Bahasa yang indah

Perkenankan kami menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada semua pihak, yang turut memberikan sumbangan saran secara moral maupun materi
dan penunjuk serta pembimbing pada kami dan pembuatan makalah ini. Adapun tujuan
penulisan makalah ini selainuntuk memenuhi tugas mata pelajaran Akhlak Tasawuf juga
untuk lebih memahami lagi dari pengertian induk akhlak islam,nilai dan norma dalam
islam,keadilan menurut al-quran

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama
bagi pembaca .

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Bandar lampung,16 febuari 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2

2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A.Latar Belakang......................................................................................................................................3
B.Rumusan masalah................................................................................................................................3
C.Tujuan...................................................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
1.Pengertian Induk Akhlak Islam.............................................................................................................4
2. Sumber Nilai Dan Norma Dalam Islam................................................................................................5
3. Adil sebagai Induk Akhlak Islam...........................................................................................................6
4. Keadilan Menurut Al-Quran dan Al-Hadis..........................................................................................10
5. Prinsip Akhlak dalam Islam................................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................................................11
1.KESIMPULAN......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Akhlak merupakan suatu perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang,
sehingga menjadi kepribadiannya. Karena sifatnya yang mendarah daging, maka semua
perbuatannya dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Dengan demikian, baik atau
buruknya seseorang dilihat dari perbuatannya.

Induk akhlak islami yang akan dibahas pada makalah maksudnya adalah sikap adil dalam
melakukan suatu perbuatan. Dari sikap adil tersebut akan muncul beberapa teori pertengahan,

3
karena sebaik-baiknya perkara (perbuatan) itu terletak pada pertengahannya, hal ini apa yang
telah Nabi sabdakan :

Artinya : “Sebaik-baiknya urusan (perbuatan) adalah yang pertengahan”. (HR. Ahmad).

Oleh karena itu, agar lebih jelasnya lagi tentang induk akhlak islami, di dalam makalah ini
akan membahas apa yang dimaksud dengan induk akhlak islami, serta ketiga macam induk
akhlak yang muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam
mempergunakan ketiga potensi sohaniah yang terdapat dalam diri manusia : akal, amarah dan
anfsu syahwat.

B.Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1.Menjelaskan Pengertian Induk Akhlak Islami?

2.Membahas Sumber Nilai Dan Norma Dalam Islam?

3.Menjelaskan Keadlian Menurut AL-Quran Dan Hadis?

4.Menjelaskan Perinsip Akhlak Dalam islam?

C.Tujuan
Agar mengetahuai apa itu induk akhlak,sumber nilai dan norma dalam islam,serta
keadlian menurut al-quran

BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Induk Akhlak Islam


Dalam berbagai literatur tentang Ilmu Akhlak Islami, dijumpai uraian tentang akhlak yang
secara garis besar dapat dibagi dua bagian, yaitu akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah), dan
akhlak yang buruk (al-akhlaq al-mazmumah). Berbuat adil, jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan

4
amanah misalnya termasuk ke dalam akhlak yang baik. Sedangkan berbuat zalim, berdusta,
pemarah, pendendam, kikir dan curang termasuk ke dalam akhlak yang buruk1.Secara teoritis
macam-macam akhlak tersebut berinduk kepada tiga perbuatan yang utama, yaitu hikmah
(bijaksana), syaja’ah (pewira atau kesatria), dan iffah (menjaga diri dari perbutan dosa dan
maksiat). Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau
seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia,
yaitu ‘aql (pemikiran) yang berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan
nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat di perut2. Akal yang digunakan secara adil akan
menimbulkan hikmah, sedangkan amarah yang digunakan secara adil akan menimbulkan sikap
perwira, dan nafsu syahwat yang digunakan secara adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat
memelihara diri dari perbuatan maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara
pada sikap adil dalam mempergunakan potensi rohaniah yang dimiliki manusia.

Induk akhlak ada 4 pokok:

1) Ilmu Hikmah, keadaan diri mampu membedakan yang mana benar/salah. Kalau mau
berakhlak baik, mestinya seseorang harus menuntut ilmu agama.
2) Adil, yaitu keadaan diri&kekuatan diri untuk mengatur emosi(kemarahan) dan
syahwat(keinginan), sehingga keduanya terdorong dan terjaga sesuai tuntutan Ilmu.
Seperti mampu mengatur emosinya kapan dia marah(sepeti melihat kema’siatan, anak
digoda org, istri diganggu org) atau menahannya. contoh lain menahan syahwatnya dari
sesuatu yg diharamkan.
3) Pemberani, yaitu Keadaan emosinya yang tunduk pada akal, melakukan atau tidak
dilaksanakan(ditahan), seperti dalam jihad. Amarah pada pada jalan tengah, baiknya
pembelaan(contoh: membela dari gangguan dan penghinaan agama)yang tidak membabi
buta ataupun penakut.“Akal selalu memikirkan dan memandang akibatnya kemudian,
sedangkan Nafsu syahwat “penting sekarang” tidak memikirkan akibat kedepannya “,
seperti: Seseorang yg Makan tanpa memikirkan pantangan yang mengakibatkannya sakit,
Berzina tanpa memikirkan kehormatan dan dosa.”
4) Iffah(kehormatan), yaitu Terdidiknya kekuatan emosi dengan didikan akal dan syariat.
 Org yang mau baik akhlaknya harus belajar Ilmu agama. karena akhlak yang baik adalah:
1
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulum Al-Din, Jilid lll, hlm.59.
2
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam, op.cit., hlm.17.

5
“Akhlak itu baik dan bermanfaat diakherat, apabila baiknya menurut pandangan Agama”
 Contoh menundukkan syahwat “bersedekah dengan hartanya”, sebenarnya Syahwatnya
ingin menyimpan harta dan mengumpulkannya sebanyak-banyaknya, dll.
 Akhlak bisa diperbaiki menjadi akhlak mulia, binatang saja bisa dirubah menjadi jinak
dan terkendali, apalagi manusia yg mempunyai akal, hati, mendengar al-qur’an dan hadis.
 Akhlak dapat diperbaiki secara bertahab sebagaimana sabda nabi “perbaikilah akhlak
kalian”
 Dulunya pemarah/kikir/banyak makan/banyak bicara/bohong/suka ghibah/, bisa dirubah
dengan melatihnya secara bertahap.

“Orang berAkhlak yang Baik adalah Orang yang keluar dari perbuatannya sesuatu yang
terpuji menurut akal dan agama tanpa terpaksa dan berfikir panjang (seperti sudah
menjadi kebiasaan hidupnya)”

2. Sumber Nilai Dan Norma Dalam Islam


a. Pengertian nilai dan norma

Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai
suatu identitas, yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan,
keterkaitan maupun prilaku. 3 Secara etimologi, nilai keagamaan berasal dari dua kata
yakni: nilai dan keagamaan. Menurut Rokeach dan Bank mengatakan bahwasanya nilai
merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada pada suatu lingkup sistem kepercayaan
dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang
dianggap pantas atau tidak pantas. Sedangkan keagamaan merupakan suatu sikap atau
kesadaran yang muncul yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang
terhadap suatu agama. 4

Oleh karena itu sistim nilai dapat merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap
dari pada keadaan yang obyektif, maupun yang diangkat dari keyakinan, sentiment
(perasaan umum), maupun identitas yang diwahyukan oleh Allah swt. Yang pada
gilirannya sentimen, kejadian umum, identitas umum yang karenanya menjadi syariat
umum. Sistim nilai adalah merupakan ketentuan umum, yang merupakan pendekatan pada
3
Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam.( Jakarta:Bulan Bintang. 1992), hal. 260
4
Asmaun Sahlan, Meujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hal.1

6
hakikat filosofi dari ketiga hal tersebut diatas ( keyakinan, sentiment dan identitas). Oleh
karena itu, sistim nilai yang ada bersifat ilahi dan normatif, dan ada yang bersifat modual
(duniawi) yang dirumuskan sebagai keyakinan, sentiment maupun identitas dari atau yang
dipandang suatu kenyataan yang berlaku dalam tempat dan waktu tertentu atau dalam alam
semesta dan karenanya bersifat desriptif

b. Sumber dan nilai norma

Berdasarkan uraian dan pengertian nilai dan norma diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa sumber nilai dan norma itu ada dua yaitu, nilai yang bersifat ilahi, sumbernya adalah
Al-Qur’an dan Hadits, dan nilai yang bersifat modial (duniawi) sumbernya adalah ra’yu
(fikiran), adat istiadat dan kenyataan alam.Bagi umat islam sumber nilai yang tidak berasal
dari Al-qur’an dan sunnah hanya digunakan sepanjang tidak menyimpan dari sistim nilai
yang bersumber dari Al-qur’an dan sunnah5.untuk lebih jelasnya salah satu contoh nilai baik
yang bersumber dari Alqur’an dan sunnah atas nilai yang bersumber dari ra’yu, adat istiadat
dan kenyataan alam sebagai berikut :

o Nilai yang berasal dari Alqur’an, perintah sholat, zakat, puasa, haji dan lain-lain.
o Nilai yang bersumber dari sunnah, tata cara pelaksanaan sholat, zakat, puasa, haji,
thahara dan lainnya.
o Nilai yang bersumber dari ra’yu, memberikan penafsiran dan penjelasan terhadap
Al-qur’an dan sunnah dalam hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan yang
tidak diatur oleh Al-qur’an dan sunnah.
o Nilai yang bersuber dari adat istiadat, tata cara komunikasi, sopan santun intraksi
sesama manusia atau intraksi social dan sebagainya.
o Nilai yang bersumber dari kenyataan alam, tata cara berpakaian, tata cara makan,
dan lain sebagainya.

3. Adil sebagai Induk Akhlak Islam


Di dalam Al-Qur’an kita jumpai berbagai ayat yang menyuruh manusia agar mampu
bersikap adil. Untuk itu perhatikanlah ayat-ayat di bawah ini :

5
Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, Terj. Herry Noer Ali,(Bandung, CV. Dipenegoro, 1988), h. 143-155

7
 Artinya :“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. (QS. Al-Maidah :
8).
 Artinya : “Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil”. (QS. an-Nisa : 58).
 Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran”. (QS. an-Nahl : 90).

Ayat-ayat tersebut secara keseluruhan bertemakan perintah berbuat adil yang dihubungkan
dengan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti bertakwa kepada Allah, menetapkan keputusan
yang bijaksana, berbuat kebajikan, memberi makan kepada kaum kerabat, menjauhi perbuatan
keji dan munkar serta perbuatan yang menimbulkan permusuhan. Dengan demikian ayat tersebut
dapat dipahami bahwa keadilan erat kaitannya dengan timbulnya berbagai perbuatan terpuji
lainnya. Berikut ini akan dijelaskan ketiga macam induk akhlak yang muncul dari sikap adil,
yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang
terdapat dalam diri manusia :

1.Akal

Akal yang digunakan secara adil akan menimbulkan hikmah. Pemahaman tersebut pada
akhirnya akan membawa kepada timbulnya teori pertengahan, yaitu bahwa sikap pertengahan
sebagai pangkal timbulnya kebajikan. Pemahaman ini sejalan pula dengan isyarat yang terdapat
dalam hadits nabi6

Sebaliknya akhlak yang buruk atau tercela pada dasarnya timbul disebabkan oleh
penggunaan dari ketiga potensi rohaniah yang tidak adil. Akal yang digunakan secara berlebihan
akan menimbulkan sikap pintar busuk atau penipu; dan akal yang digunakan terlalu lemah akan
menimbulkan sikap dungu atau ediot. Dengan demikian akal yang digunakan secara berlebihan
atau terlalu lemah merupakan pangkal timbulnya akhlak yang tercela.

2.Amarah

6
“Sebaik-baiknya urusan (perbuatan) adalah yang pertengahan”. (HR. Ahmad).

8
Amarah yang digunakan secara adil akan menimbulkan sikap perwira, demikian pula amarah
yang digunakan terlalu berlebihan akan menimbulkan sikap membabi buta atau hantam kromo,
yaitu berani tanpa memperhitungkan kebaikan dan keburukannya. Sebaliknya jika amarah
digunakan terlalu lemah akan menibulkan sikap pengecut. Dengan demikian penggunaan amarah
secara berlebihan atau berkurang sama-sama akan menimbulkan akhlak yang buruk. Berkenaan
dengan ini di dalam al-Qur’an dijumpai ayat yang menunjukkan akhlak yang baik yang
dihubungkan dengan sikap yang mampu menahan amarah. Allah berfirman yang artinya :
“(Orang-orang yang bertakwa yaitu) “Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang lain”. (QS. Ali ‘Imran : 134).

Pada ayat tersebut kemampuan menahan amarah dijadikan salah-satu sifat orang yang
bertakwa dan disebut bersamaan dengan akhlak yang terpuji lainnya, yaitu menafkahkan
sebagian hartanya, baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit serta mau
memaafkan kesalahan orang lain.Penggunaan amarah secara pertengahan itu sejalan pula dengan
hadits nabi yang artinya : “Orang yang gagah perkasa itu bukanlah orang yang kuat tenaganya,
tetapi orang yang gagah itu adalah orang yang dapat menahan amarahnya jika marah”. (HR.
Ahmad).

3.Nafsu syahwat

Nafsu syahwat yang digunakan secara pertengahanlah yang akan menimbulkan sikap iffah,
yaitu orang yang dapat menahan syahwat dan farjinya dari berbuat lacur. Allah Swt. berfirman
yang artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya”. (QS. Al-Mu’minun : 1-5).

Adapun nafsu syahwat yang digunakan secara berlebihan akan menimbulkan sikap melacur,
dan jika nafsu syahwat tersebut digunakan secara lemah akan menimbulkan sikap tercela, yaitu
tidak ada semangat untuk hidup7. Dengan demikian dari sikap pertengahan dalam menggunakan
akal, amarah, dan nafsu syahwat menimbulkan sikap bijaksana, perwira, dan dapat memelihara
diri. Dan dari tiga sikap inilah menimbulkan akhlak yang mulia.
7
Ibid., hlm.218

9
Di dalam juga dijumpai keterangan tentang orang yang akan mendapatkan perlindungan di
hari kiamat, di antaranya adalah seorang yang diajak berbuat serong, namun ia dapat menjaga
dirinya. Teks hadits yang artinya : “Seseorang yang diajak berbuat serong oleh seorang wanita
yang mempunyai kecantikan dan martabat, lalu ia mengatakan bahwa aku takut kepada Allah
yang menguasai sekalian alam”. (HR. Bukhari).

Teori pertengahan hanya terbatas pada akhlak yang dasarnya adalah bersumber pada penggunaan
potensi rohaniah: akal,amarah dan nafsu syahwat yang digunakan secara pertengahan.Jika teori
pertengahan yang merupakan sumber akhlak tersebut dihubungkan dengan Al-Qur’an,tampak
kata-kata adil dalam al-Qur’an digunakan untuk berbagai peristiwa dan aktivitas kehidupan. Ini
menunjukkan bahwa teori pertengahan sebagai timbulnya akhlak yang mulia tidak bertentangan
dengan ajaran Al-Qur’an. Namun demikian untuk menunjukkan contoh-contoh bentuk perbuatan
dalam hubungannya dengan teori pertengahan, Al-Qur’an tidak selamanya menggunakan kata
adil,misalnya:

 Sikap pertengahan antara kikir dan boros misalnya, Al-Qur’an menggunakan kata
qawwama.
 Sikap pertengahan (adil) dalam hal menimbang, Al-Qur’an menggunakan kata al-Qisth
 Dalam hal pengaturan volume suara yang pertengahan dalam berdoa, Al-Qur’an
menempatkannya antara tadarru’,khifah dengan al-jahr.
 Untuk menggambarkan sikap pertengahan dalam mencintai atau membenci seseorang,
Al-Qur’an menggunakan kata haunamma.
 Untuk menunjukkan sikap pertengahan (adil) dalam memutuskan perkara, Al-Qur’an
menggunakan kata al-Adl.
 Menggambarkan keadaan pertengahan atau yang ideal terhadap binatan semacam sapi,
Al-Qur’an menggunakan kata awwanun.
 Menggambarkan sikap antara menyalurkan emosi dan menahannya, Al-Qur’an
menggunakan kata al-Kadzimin.

Dr. Hamzah Yakub membagi keadilan-keadilan menjadi dua bagian. Adil yang berhubungan
dengan perseorangan dan adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan.

10
1) Adil perseorangan adalah tindakan memihak kepada yang mempunyai hak, bila
seseorang mengambil haknya tanpa melewati batas, atau memberikan hak orang lain
tanpa menguranginya itulah yang dinamakan tidak adil.
2) Adil dalam segi kemasyarakatan dan pemerintahan misalnya tindakan hakim yang
menghukum orang-orang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca
keadilan. Jika hakim menegakan neraca keadilanya dengan lurus dikatakanlah dia hakim
yang adil dan jika dia berat sebelah maka dipandanglah dia zalim. Pemerintah dipandang
adil jika dia mengusahakan kemakmuran rakyat secara merata, baik di kota-kota maupun
di desa-desa.

Allah berfirman dalam Al-Quran: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-
orang yang menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap satu kaum, mendorong untuk kamu berbuat tidak adil. Berlaku
adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Maidah [5] : 8)

Keadilan adalah ketetapan Allah bagi kosmos atau alam raya ciptaan-Nya, karena menurut
ajaran Islam keadilan adalah prinsip yang merupakan hukum seluruh hajat raya. Oleh karenanya
melanggar keadilan adalah melanggar hukum kosmos dan dosa ketidak adilan akan mempunyai
dampak kehancuran tatanan masyarakat manusia. (Nurcholish Majid).

4. Keadilan Menurut Al-Quran dan Al-Hadis

5. Prinsip Akhlak dalam Islam


Akhlak berkaitan dengan perilaku manusia dengan manusia lainnya, dengan alam sekitar,
bahkan berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Kedudukan akhlak
dalam kehidupan manusia sehari-hari menempati tempat yang sangat penting sekali, baik sebagai
individu maupun sebagai masyarakat dan bangsa. Akhlak adalah hal ihwal yang melekat dalam
jiwa, daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh
manusia. Prinsip-prinsip pandangan Islam tentang falsafah akhlak, adalah bahwa akhlak
menduduki posisi yang sangat penting dalam Islam, akhlak diletakkan sesudah ajaran utama
Islam tentang tauhid. Dengan iman yang baik, maka manusia berperilaku dengan baik tidak
secara terpaksa untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

11
BAB III
PENUTUP
1.KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa sumber nilai dan norma itu ada dua yaitu, nilai yang bersifat
ilahi, sumbernya adalah Al-Qur’an dan Hadits, dan nilai yang bersifat modial (duniawi)
sumbernya adalah ra’yu (fikiran), adat istiadat dan kenyataan alam.Bagi umat islam sumber nilai
yang tidak berasal dari Al-qur’an dan sunnah hanya digunakan sepanjang tidak menyimpan dari
sistim nilai yang bersumber dari Al-qur’an dan sunnah.untuk lebih jelasnya salah satu contoh
nilai baik yang bersumber dari Alqur’an dan sunnah atas nilai yang bersumber dari ra’yu, adat
istiadat dan kenyataan alam

Akhlak secara garis besar dapat dibagi dua bagian, yaitu akhlak yang baik (al-akhlak al
karimah) dan akhlak yang buruk (al-akhlak al-mazmumah). Secara teoritis macam-macam
akhlak tersebut berinduk kepada tiga perbuatan yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah
(perwira atau ksatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat). Ketiga macam
induk akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap pertengahan atau seimbang dalam
mempergunakan ketiga potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia, yaitu ‘aql
(pemikitan) yang berpusat di kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat
(dorongan seksual) yang berpusat di perut.

12
Oleh karena itu, dari sikap pertengahan dalam menggunakan akal, amarah, dan nafsu syahwat
akan menimbulkan sikap bijaksana, perwira, dan dapat memelihara diri. Dan dari tiga sikap
inilah menimbulkan akhlak yang mulia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohim, U. A. (2013). Akidah Akhlak. Direktur Pendidikan Madrasah,Direktur pendidikan


islam,Kementrian agama republik indonesia.

Dr. H. Badrudin, M. (2015). Akhlak Tasawuf. IAIB PRESS.

Dr. Mahmud Syafe'i, M. (2001). AL-Quran Sebagai Sumber Nilai Islam.

HB, A. A. (2021). Akhlak Tasawuf. K-Media.

13

Anda mungkin juga menyukai