Anda di halaman 1dari 3

Tugas Kelompok

ANALISIS DUA KASUS VIDEO DALAM FILSAFAT


PANCASILA
Dosen Pengampu: Monica Tiara, S.Pd, M.Pd
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

Disusun Oleh:

1. Afifa (21017030)
2. Jenny Permata Sari (21017060)
3. Mila Amelia (21017063)
4. Nofrilia Putri (21017108)

Prodi Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2022
SEMESTER 2 (JANUARI-JUNI)
Analisis Dua Kasus Video Berdasakan Filsafat Pancasila

1. Kasus Pertama (Kata Menaq Yaqut Cholil Soal Aturan Pengeras Suara Masjid)

Dalam video tersebut mengatakan bahwa Kementrian Agama, Menaq Yaqut Cholil
menerbitkan surat edaran tentang volume pengeras suara azan di Masjid dan Mushala paling
besar 100 dB (seratus desibel). Alasan dikeluarkan surat edaran tersebut adalah menurut
Menag, penggunaan pengeras suara di Masjid dan Mushala merupakan kebutuhan bagi umat
Islam sebagai salah satu media syiar Islam di tengah masyarakat. Pada saat yang bersamaan,
masyarakat Indonesia juga beragama, baik agama, keyakinan, latar belakang, dan lainnya.
Sehingga, diperlukan untuk merawat persaudaraan dan harmoni sosial.
2. Kasus Kedua (KKB bunuh 8 pekerja tower BTS)

Ditinjau dari teori Pancasila sebagai filsafat bangsa indonesisa menganai kasus “KKB
bunuh 8 pekerja tower BTS”. KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) adalah kelompok dari
Papua yang ingin melepaskan diri dari NKRI, sehingga kelompok tersebut sudah bisa disebut
sebagai gerakan separatis. Namun, baru-baru ini kelompok tersebut melakukan tindakan
pembunuhan. Korbannya adalah delapan pekerja tower BTS (Base Transceiver Station ). Para
korban ditembak saat sedang memperbaiki tower BTS (Base Transceiver Station ). Dan
tindakan tersebut merupakan tindakan yang sangat melanggar baik aturan dalam agama
maupun dalam aturan negara. Berikut analisis masalah tersebut dalam teori filsafat Pancasila,
yaitu:
Pertama, bahwa kasus pembunuhan tersebut termasuk melanggar sila pertama yaitu
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan dari sila ini menjelaskan bahwa kita sebagai bangsa
Indonesia yang menekankan nilai-nilai moral dan keagamaan dan kita sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang mempunyai akal budi, tidak mempunyai hak untuk menyabut nyawa
seseorang. Dan dalam sila ini juga dijelaskan bahwa manusia sebagai umat beragama tidak
diajarkan untuk membunuh sesama manusia, melainkan untuk hidup rukun antar umat
manusia dan saling mangasihi, menghargai satu dengan yang lain serta saling bertoleransi
bagi setiap umat beragama.
Kedua, kasus pembunuhan tersebut juga melanggar sila ke dua yaitu “kemanusiaan
yang adil dan beradab”. Kita sebagai umat manusia tidak diajarkan untuk menyakiti atau
bahkan membunuh sesama kita, dan sila ini juga menjelaskan bahwa kita sebagai umat
manusia yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa, harus memperlakukan manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, serta mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban manusia sebagai insan yang berakal budi,
dan menghargai hak asasi setiap individu. Lain halnya dengan sikap pelaku pembunuhan
“KKB bunuh 8 pekerja tower BTS” yang sama sekali tidak mencerminkan sikap pada sila
kedua pancasila. Dalam kasus ini sangat jelas melanggar sila ke kedua, karena pelaku
pembunuhan delapan pekerja tower BTS ini tidak memiliki rasa keadilan bagi korban
pembunuhan, yang telah tega menghabisi nyawa para korban. Sungguh hal yang
memperhatinkan, seharusnya sebagai umat manusia harus saling menyayangi, mengasihi,
saling perhatian satu dengan yang lain dan mempunyai sikap toleransi bagi setiap umat
manusia.
Ketiga, dalam kasus pembunuhan ” KKB bunuh 8 pekerja tower BTS” juga
melanggar sila ke lima yaitu, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Pada sila ini
pun sudah dijelaskan bahwa kita sebagai bangsa Indonesia, menekankan keadilan sosial yang
merata bagi seluruh rakyat Indonesia, dalam hubungan mengenai kasus pembunuhan tersebut
adalah pelaku telah melanggar nilai - nilai keadilan, karena pelaku telah tega menghabisi
delapan pekerja tersebut secara brutal dan tidak punya sikap adil bagi mereka korban yang
telah dibunuh. Dan untuk pembelajaran, sebagai bangsa Indonesia harus mempunyai sikap
yang peduli, mengasihi, menghargai, menjaga toleransi, serta mentaati peraturan atau norma-
norma yang berlaku di Indonesia agar kejadian ini tidak terulang lagi.

Anda mungkin juga menyukai