Kep
Good Moment………….
1. Silahkan Anda buat satu kasus lengkap BERFOKUS pada SATU system tertentu
2. Buat format PENGKAJIAN-EVALUASI (sudah terisi lengkap berdasarkan kasus yang Anda buat) dengan
pendekatan Model Teori Keperawatan
3. Berikan justifikasi analisis pada Format yang Anda gunakan
4. Anda selesaikan dalam waktu 1 minggu setelah soal diberikan
Oleh
Evimira Sukanti Nim. 2014101110002
2. KELUHAN UTAMA : PQRST : Pasien belum bisa dikaji dengan menjawab pertanyaan
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Keluarga pasien mengatakan sekitar 5 bulan yang lalu mengeluh nyeri pada tulang belakang sehingga bagian pinggang
sampai kaki mengalami kelemahan yang menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktifitas dan hanya berbaring ditempat tidur, dan pasien juga dalam
masa kehamilan, saat umur kehamilan berusia 8 bulan pasien merasakan sakit yang tidak tertahankan, kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke rumah sakit
Citra Mega Raya, dari hasil pemeriksaan tersebut pasien disarankan untuk dilakukan operasi caesar karena indikasi letak linta ng. Tanggal 09-05-2021 pasien
masuk OK EMG untuk persiapan operasi, Jam 15.35 pasien dilakukan operasi caesar. Pada jam 24.15 pasien masuk ruang GICU dimana pasien mengalami
sesak karena adanya adenocarsinoma mammae suspek metastase di paru-paru.
Justifikasi : Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. (Pudiastuti, 2011).
Laksono, S –
1
Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, antara lain: nyeri tulang (vertebra dan femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat,
dll
Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul bila tumor sudah besar, timbul borok, atau ada metastasis ke tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar
getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Tjindarbumi, 2000) 2Sander, Mochamad Aleq
Terkadang kanker payudara dapat muncul sebagai penyakit metastasis. Tipe ca mammae metastasis memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada
organ yang terkena metastasis tersebut. Organ-organ yang umumnya terkena metastasis ca mammae ialah tulang, hati, paru-paru dan otak. Gejalanya
tergantung pada lokasi metastasis, selain itu disertai dengan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, demam, menggigil, nyeri tulang, sakit kuning
atau gejala neurologis
Referensi :
Laksono, S. Asuhan Keperawatan Pada Ny E Dengan Karsinoma Mamae Di Ruang Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta, 2018.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2147/1/KTI SUGENG 2 fIXS.pdf.
Sander, Mochamad Aleq. “Profil Penderita Kanker Payudara Stadium Lanjut Baik Lokal Maupun Metastasis Jauh Di Rsup Hasan Sadikin Bandung.”
Farmasains : Jurnal Farmasi dan Ilmu Kesehatan 1, no. 2 (2012).
http://eprints.umm.ac.id/63642/3/BAB%20II.pdf
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Keluarga mengatakan pasien ada Riwayat benjolan di payudara kiri sejak 5 tahun sebelum masuk Rumah Sakit
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang ditemukan mengalami penyakit Ca Mammae seperti yang dialami oleh passekarang
6. Riwayat Alergi : Tidak ditemukan pasien mengalami alergi makanan dan obat- obatan
7. Faktor Resiko : Pasien punya Riwayat benjolan di payudara kiri metastase ke paru-paru
Justifikasi :
Faktor-faktor resiko, antara lain: usia penderita, usia melahirkan anak pertama, punya anak atau tidak, riwayat menyusukan, riwayat menstruasi (usia
menarche dan menopause), riwayat pemakaian obat hormonal, riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker lain, riwayat pernah operasi
tumor payudara atau tumor ginekologik, riwayat radiasi dinding dada
3
Sander, Mochamad Aleq
Referensi :
Sander, Mochamad Aleq. “Profil Penderita Kanker Payudara Stadium Lanjut Baik Lokal Maupun Metastasis Jauh Di Rsup Hasan Sadikin Bandung.”
Farmasains : Jurnal Farmasi dan Ilmu Kesehatan 1, no. 2 (2012)
Tekanan Darah 115/70 mmHg MAP: Dp 70 Map = (2 (70)+115) =255 = 85 Nilai Normal MAP = 70-99 mmhg
Sp143 3 3
MAP tinggi adalah lebih dari 100 mmHg, yang menunjukkan bahwa ada banyak tekanan di arteri. Ini pada akhirnya dapat menyebabkan
pembekuan darah atau kerusakan pada otot jantung, yang harus bekerja lebih keras.
Banyak hal yang menyebabkan tekanan darah sangat tinggi juga dapat menyebabkan MAP tinggi, antara lain: Serangan jantung, Gagal
ginjal dan Gagal jantung
Apa pun di bawah 60 mmHg biasanya dianggap sebagai MAP rendah. Ini menunjukkan bahwa darah Anda mungkin tidak mencapai organ
utama Anda. Tanpa darah dan nutrisi, jaringan organ-organ ini mulai mati, menyebabkan kerusakan organ permanen.
MAP rendah sebagai kemungkinan tanda: Sepsis, Stroke dan Pendarahan di dalam
Anak usia prasekolah (3–5 tahun): batas normal tekanan sistolik berkisar antara 95-110 mmHg dan tekanan diastolik berkisar antara 56-70
mmHg.
Anak usia sekolah (6–13 tahun): batas normal tekanan sistolik berkisar antara 97-112 mmHg dan tekanan diastolik berkisar antara 57-71
mmHg.
Pada ibu hamil, perubahan hormonal menyebabkan kisaran tekanan darah menjadi lebih rendah. Bahkan pada ibu hamil, tekanan darah
120/80 mmHg sudah termasuk kategori harus berhati-hati akan risiko preeklamsia.
Nilai Normal Nadi : 60-100 kali/mnt dan suhu 36,5 s/d 37,3 Celcius
Airway Jalan Nafas Paten □ Obstruksi ( Lidah……...Cairan………...Benda asing √ ) Suara Nafas Stridor □ Snoring □ Gurgling □
□ Edema Paru / Ronchi/Wheezing □ Kusmaul □ Lain………………
Justifikasi :
Kalau secara tiba-tiba napas jadi terengah-engah saat naik tangga atau sekedar jalan biasa, mungkin saja itu salah satu kanker paru, apalagi
kalau disertai gejala-gejala lainnya. Menurut Dr. Flores, sesak napas mungkin saja berasal dari tumor yang menghalangi tenggorokan. Ini juga
bisa berasal dari akumulasi cairan di dada yang menekan (mendorong) organ paru sehingga kekurangan udara.
Referensi : http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-penyakit/gejala-kanker-paru-yang-sering-diabaikan
Justifikasi :
Napas tersengal-sengal atau terengah-engah bisa menjadi gejala awal kanker paru-paru. Perubahan pernapasan ini dapat terjadi jika kanker
paru-paru menyumbat atau mempersempit jalan napas, atau jika cairan dari tumor paru menumpuk di dada.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "9 Gejala Awal Kanker Paru-paru yang Harus Diwaspadai", Klik untuk baca:
https://health.kompas.com/read/2020/07/13/193200868/9-gejala-awal-kanker-paru-paru-yang-harus-diwaspadai?page=all.
Penulis : Irawan Sapto Adhi, Editor : Irawan Sapto Adhi
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Breathing □ Gerakan Dada Simetris/Asimetris □ Pola Nafas: Tackipnea, Dyspnea, Kusmaul, Eupnea, Orthopnea □ Lain-lain Frekw 28kali/mnt, □
Irama Nafas Teratur/ Tidak □ Cuping Hidung/Tidak □ Retraksi Otot Dada Ada/ Tidak □ Bentuk Dada…….. □ Lain……….
PERINGKAT INTENSITAS
0 Tidak sesak sama sekali
0,5 Sesak sangat ringan sekali
1 Sesak sangat ringan
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6
7 Sesak sangat berat
8
9
10 Sesak sangat berat sekali, hampir maksimal
Berjalan lebih lambat dibanding orang seumur oleh karena sesak atau
harus berhenti untuk bernapas saat berjalan biasa 2 Sedang
Circulation □ Nadi Teraba/Tidak □ Nadi Kuat/Lemah □ CRT<2 detik/>2 detik □ Perdarahan □ Wajah Pucat,………………….
□ Perfusi Perifer Hangat/ Dingin □ Sianosis □ Basah/Kering □ Pucat □ Berkeringat Dingin, Lain…………………...
Nilai Normal :
Denyut nadi normal adalah : Bayi perinatal sampai umur 1 tahun=120 –160 kali/menit. Umur 1 tahun sampai 3 tahun= 90 –140
kali/menit. Umur 3 tahun sampai 6 tahun=80 –110 kali/menit. Umur 6 tahun sampai 12 tahun =75 –100 kali/menit. Umur 12 tahun
sampai 19 tahun (dewasa) =60 -100 kali/menit.
Disability Respon: Alert/ Verbal/ Pain/ Unrespon □ Kesadaran CM □ Apatis □ Somnolen □ Sopor □ Soporo Coma □ Coma
GCS Nilai : Eye 4 Verbal 4 Motorik 5 □ Pupil Isokor/Unisokor □ Pinpoint □ Medriasis □ Reflek Cahaya Ada/Tidak
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Delirium: Penurunan tingkat kesadaran seseorang yang disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pengidapnya akan
tampak gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-ronta.
Somnolen (letargi, obtundasi, dan hipersomnia): Kondisi ini ditandai dengan mengantuk yang masih dapat dipulihkan bila diberi rangsangan.
Namun, saat rangsangan dihentikan, orang tersebut akan tertidur lagi. Pada somnolen, jumlah jam tidur meningkat dan reaksi psikologis
menjadi lambat.
Soporous atau stupor: Keadaan mengantuk yang dalam. Pengidapnya masih bisa dibangunkan dengan rangsangan kuat. Namun, mereka tidak
terbangun sepenuhnya dan tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik. Pada soporous/stupor, refleks kornea dan pupil baik, tetapi BAB
dan BAK tidak terkontrol. Stupor disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus.
Semi koma: Tingkatan penurunan kesadaran selanjutnya semi koma. Penurunan kesadaran ini terjadi ketika seseorang tidak bisa memberi
respons terhadap rangsangan verbal dan tidak dapat dibangunkan sama sekali. Namun, refleks kornea dan pupilnya masih baik.
Koma: Berbeda dengan semi koma, koma merupakan penurunan kesadaran yang terjadi sangat dalam. Pada tubuh pengidapnya tidak ada
gerakan spontan dan tak ada respon terhadap nyeri yang dirasakan.
Exposure □ Oedema □ Acites □ Oedema Anasarka □ Deformitas □ Combustio □ Contusio □ Abrasi □ Laserasi □ Jejas
□ Hematom □ Lainnya Pasien Post SC
Justifikasi :
Pada Post SC proses adaptasi pada Sistem perpanasan
Paru – paru dan pernapasan, letak diafragma berubah karena pertumbuhan janin. Efek anestasi menyebabkan penumpukan secret sehingga
merangsang terjadinya batuk.
Referensi :
http://eprints.ums.ac.id/16789/4/BAB_I.pdf
Combustio
Berat luka bakar
Ringan/minor
Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat II seluas <15%
Luka bakar derajat III seluas <2%
Sedang
Luka bakar derajat II seluas 10-15%
Luka bakar derajat III seluas 5-10%
Berat/mayor
Luka bakar derajat II seluas >20%
Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki alat kelamin atau persendian sekitar ketiak.
Luka bakar derajat III seluas >10%
Luka bakar akibat listrik dengan tegangan >1000 volt
Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas, atau gangguan jalan napas.
Kepala: 9%
Ekstremitas atas kanan: 9%
Ekstremitas atas kiri: 9%
Dada: 9%
Perut: 9%
Punggung: 18%
Perineum: 1%
Ekstremitas bawah kanan: 18%
Ekstremitas bawah kiri: 18%
Sumber : https://gustinerz.com/menentukan-derajat-luas-dan-berat-luka-bakar/
Contusio
Glasgow Coma Scale (GCS) untuk menilai kesadaran pasien dan mengidentifikasi tingkat keparahan cedera kepala. Nilai GCS ditentukan
berdasarkan tiga faktor, yaitu:
Respons verbal
Pergerakan fisik
Kemudahan membuka mata
Nilai dari setiap faktor di atas akan dijumlahkan hingga menghasilkan total nilai. Berdasarkan total nilai ini, cedera kepala diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat keparahan, yaitu:
Cedera kepala ringan: total nilai berada dalam skala 13–15
Cedera kepala sedang: total nilai berada dalam skala 9–12
Cedera kepala berat: total nilai berada dalam skala 8–3
Sumber : https://www.alodokter.com/trauma-kepala-berat
Tekanan intra kranialnya, apakah termasuk normal (<10 cm H2O), naik ringan (10-15 cm H2O), naik sedang (16-25 cm H2O) dan tekanan
tinggi (>25 cm H2O).
Nilai Normal :
Skala Aktifitas 1 = Mandiri
Skala Aktifitas 2 = Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain
Skala Aktifitas 3 = Memerlukan bantuan / pengawasan / bimbingan sederhana
Skala Aktifitas 4 = Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan alat bantu
Skala Aktifitas 5 = Tergantung secara total.
Sedangkan skala aktifitas yang terdapat di buku Carpenito, Linda J halaman 576 tahun 1999 mempunyai 5 tingkatan dari 0 sampai 4 sebagai berikut :
Referensi : https://infuset.blogspot.com/2016/05/skala-aktifitas.html
Hemodinamik
Respirasi (Ventilator)
Fraksi O2 50%
Tekanan Inspirasi
PEEP 8
Frekuensi Napas 28
Penilaian :
B1 (Breathing) Sistem Pernafasan
Inspeksi: Bentuk dada (Normochest, Barellchest, Pigeonchest atau Punelchest). Pola nafas: Normalnya = 12-24 x/ menit, Bradipnea/ nafas
lambat (Abnormal), frekuensinya = < 12 x/menit, Takipnea/ nafas cepat dan dangkal (Abnormal) frekuensinya = > 24 x/ menit. Cek
penggunaan otot bantu nafas (otot sternokleidomastoideus) Normalnya tidak terlihat. Cek Pernafasan cuping hidung Normalnya tidak
ada. Cek penggunaan alat bantu nafas (Nasal kanul, masker, ventilator).
Palpasi: Vocal premitus (pasien mengatakan 77) Normal (Teraba getaran di seluruh lapang paru)
Perkusi dada: sonor (normal), hipersonor (abnormal, biasanya pada pasien PPOK/ Pneumothoraks)
Auskultasi: Suara nafas (Normal: Vesikuler, Bronchovesikuler, Bronchial dan Trakeal). Suara nafas tambahan (abnormal): wheezing
suara pernafasan frekuensi tinggi yang terdengar diakhir ekspirasi, disebabkan penyempitan pada saluran pernafasan distal). Stridor
suara pernafasan frekuensi tinggi yang terdengar diawal inspirasi. Gargling suara nafas seperti berkumur, disebabkan karena adanya
muntahan isi lambung.
Secara umum, kebanyakan orang membutuhkan MAP minimal 60 mmHg ( milimeter air raksa) atau lebih besar untuk memastikan aliran
darah yang cukup ke organ vital, seperti jantung, otak, dan ginjal. Dokter biasanya menganggap apa pun antara 70 dan 100 mmHg sebagai
normal. MAP dalam kisaran ini menunjukkan bahwa ada cukup tekanan konsisten di arteri Anda untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh
Anda. MAP tinggi adalah lebih dari 100 mmHg, yang menunjukkan bahwa ada banyak tekanan di arteri. Ini pada akhirnya dapat
menyebabkan pembekuan darah atau kerusakan pada otot jantung, yang harus bekerja lebih keras. Banyak hal yang menyebabkan tekanan
darah sangat tinggi juga dapat menyebabkan MAP tinggi, antara lain: serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung. Apa pun di bawah 60
mmHg biasanya dianggap sebagai MAP rendah. Ini menunjukkan bahwa darah Anda mungkin tidak mencapai organ utama Anda. Tanpa
darah dan nutrisi, jaringan organ-organ ini mulai mati, menyebabkan kerusakan organ permanen. MAP rendah sebagai kemungkinan tanda:
sepsis, stroke, Pendarahan di dalam. Penanganan MAP : MAP yang tidak biasa biasanya merupakan tanda dari kondisi atau masalah
mendasar dalam tubuh, jadi pengobatan tergantung pada penyebabnya. Untuk MAP rendah, pengobatan berfokus pada peningkatan tekanan
darah secara aman dengan cepat untuk menghindari kerusakan organ. Ini biasanya dilakukan dengan: cairan intravena atau transfusi darah
untuk meningkatkan aliran darah. obat yang disebut "vasopresor" yang mengencangkan pembuluh darah, yang dapat meningkatkan tekanan
darah dan membuat jantung berdetak lebih cepat atau memompa lebih keras. Mengobati MAP tinggi juga membutuhkan tindakan cepat ,
dalam hal ini, untuk mengurangi tekanan darah secara keseluruhan. Ini dapat dilakukan dengan nitrogliserin oral atau intravena (Nitrostat).
Obat ini membantu mengendurkan dan memperlebar pembuluh darah, sehingga darah lebih mudah mencapai jantung.
Volume tidal adalah volume udara yang masuk maupun keluar dari paru-paru saat proses pernapasan. Pada orang dewasa, rata-rata volume
tidal seseorang adalah 500 ml. Sesuai rumus:Ventilasi pulmonal = Volume tidal x frekuensi pernapasan. Pada tidal volum rata-rata
sebesar 500 ml/napas dan frekuensi pernapasan 12 x/menit sehingga ventilasi paru adalah 6 L/menit
Melansir Medicine Net, kadar oksigen dalam darah dari hasil pengukuran analisis gas darah menunjukkan: Kelebihan oksigen atau
hiperoksemia: di atas 120 mmHg Kadar oksigen dalam darah normal: antara 75-100 mmHg Kekurangan oksigen atau hipoksemia: kurang
dari 75 mmHg Kadar oksigen di dalam darah di bawah 60 mmHg menunjukkan, kekurangan oksigen sangat parah dan penderita
membutuhkan oksigen tambahan. Kadar oksigen dalam darah dari hasil pengukuran alat cek saturasi oksigen menunjukkan: Kadar oksigen
dalam darah normal: antara 95-100 persen Kekurangan oksigen atau hipoksemia: kurang dari 90 persen.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berapa Kadar Oksigen dalam Darah yang Normal?", Klik untuk baca:
https://health.kompas.com/read/2020/12/31/141400468/berapa-kadar-oksigen-dalam-darah-yang-normal?page=all. Penulis : Mahardini Nur
Afifah, Editor : Mahardini Nur Afifah
Nonrebreathing
4-10 Liter/ menit 60-100
B2 Saat di inspeksi ictus cordis tidak terlihat, tidak teraba ictus cordis saat dipalpasi, pemeriksaan perkusi didapatkan batas atas jantung (ICS 2
sinistra), batas kanan jantung (Linea sternalis kanan), batas kiri jantung (Linea Mid Clavikula), saat auskultasi bunyi jantung IIA tunggal, II
P tunggal, I T tunggal, dan I M tunggal, irama Gallop murmur tidak ada, sirkulasi perifer: akral kedua ekstremitas dingin dan tidak tampak
sianosis. Capillary refill Time (CRT) < 3 detik. Dalam mempertahankan kontraksi jantung guna mempertahankan cardiac output (CO) saat
ini pasien terpasang alat monitoring hemodinamik.
Penilaian :
B2 (Circulation) Sistem Peredaran Darah
Inspeksi: CRT (Capillary Refill Time) tekniknya dengan cara menekan
salah satu jari kuku klien Normal < 2 detik, Abnormal > 2 detik. Adakah sianosis (warna kebiruan) di sekitar bibir klien, cek
konjungtiva klien, apakah konjungtiva klien anemis (pucat) atau tidak normalnya konjungtiva berwarna merah muda.
Palpasi: Akral klien Normalnya Hangat, kering, merah, frekuensi nadi Normalnya 60 - 100x/ menit, tekanan darah Normalnya 100/ 80
mmHg – 130/90 mmHg.
Penilaian tes CRTJika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2 detik. Pada bayi baru lahir batas normal
pengisian kapiler adalah 3 detik.CRT memanjang (> 2 detik) pada :
:• Dehidrasi (hipovolumia)
• Syok
• Peripheral vascular disease
• hipotermia
B3 Kesadaran pasien compos mentis dengan GCS: E (4) M (6), V (T), pupil isokor dengan diameter 2 mm, status mental normal dimana pasien
dapat mengenali orang, tempat dan waktu saat ini, uji saraf kranial tidak terkaji, wajah menyeringai saat menggerakkan anggota badan baik
pada ektermitas atas ataupun bawah.
Penilaian :
B3 (Neurologi) Sistem Persyarafan
Cek tingkat kesadaran klien, untuk menilai tingkat kesadaran dapat digunakan suatu skala (secara kuantitatif) pengukuran yang disebut
dengan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS memungkinkan untuk menilai secara obyektif respon pasien terhadap lingkungan. Komponen
yang dinilai adalah : Respon terbaik buka mata, respon verbal, dan respon motorik (E-V-M). Nilai kesadaran pasien adalah jumlah nilai-
nilai dari ketiga komponen tersebut. Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan, tingkat kesadaran (secara kualitatif) dibedakan menjadi:
a. Compos Mentis (Conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
b. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh
c. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
d. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
e. Stupor, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri
f. Coma, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Pemeriksaan Reflek:
a. Reflek bisep: ketukan jari pemeriksa pada tendon muskulus biceps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.
Respon: fleksi lengan pada sendi siku
b. Reflek patella: ketukan pada tendon patella.
Respon: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi muskulus quadriceps femoris
Nervus 1(Olfaktorius): Tes fungsi penciuman (pasien mampu mencium bebauan di kedua lubang hidung)
Nervus 2 (Optikus): Tes fungsi penglihatan (pasien mampu membaca dengan jarak 30 cm (normal)
Nervus 3, Nervus 4, Nervus 6 (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen): Pasien mampu melihat ke segala arah (Normal)
Nervus 5 (Trigeminus):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rangsangan di dahi, pipi dan dagu (normal)
b. Motorik : pasien mampu mengunyah (menggeretakan gigi) dan otot masseter (normal)
Nervus 7 (Facialis):
a. Sensorik : pasien mampu merasakan rasa makanan (normal)
b. Motorik : pasien mampu tersenyum simetris dan mengerutkan dahi (normal)
Nervus 8 (Akustikus): Tes fungsi pendengaran (rine dan weber)
Nervus 9 (Glososfaringeus) dan N10 (Vagus): pasien mampu menelan dan ada refleks muntah (Normal)
Nervus 11 (Aksesorius): pasien mampu mengangkat bahu (normal)
Nervus 12 (Hipoglosus): pasien mampu menggerakan lidah ke segala arah (normal)
B4 Eliminasi fekal : BAB (-) selama 2 hari, Eliminasi urine : BAK terpasang kateter diuresis sejak tanggal 09 Mei 2021 dengan volume urine
saat pengkajian 1,440 ml/24 jam dengan warna kuning tua
Penilaian :
B4 (Bladder) Sistem Perkemihan
Inspeksi: integritas kulit alat kelamin (penis/ vagina) Normalnya warna merah muda, tidak ada Fluor Albus/ Leukorea (keputihan
patologis pada perempuan), tidak ada Hidrokel (kantung yang berisi cairan yang mengelilingi testis yang menyebabkan pembengkakan
skrotum.
Palpasi: Tidak ada distensi kandung kemih. Tidak ada distensi kandung kemih
Banyaknya urine yang dikeluarkan dalam sehari berkisar antara 400 sampai 2.000 mL, dengan asupan cairan normal sekitar 2 liter per hari.
Jumlah urin normal ialah 600- 1600 ml/hari hasil dari penyaringan normal sekitar 4 Liter volume darah yang melalui ginjal setiap harinya
dan berubah sesuai pola makan dan minum dan aktivitas. Dikatakan poliuria atau produksi urin terlalu banyak apabila dalam 24 jam
melebihi 2500 ml. Pemeriksaan nilai pH normal urine dilakukan apabila dokter mencurigai adanya batu ginjal atau infeksi saluran kemih.
Nilai pH urine yang normal berkisar antara 4,5-8,0 dengan rata-rata 6,0. nilai pH urine yang netral adalah 7,0. Jika pH urine berada di
bawah atau melebihi batas normal, hal tersebut dapat menjadi pertanda masalah kesehatan serius. Jika hasil pH urine Anda berada di bawah
5,0 artinya urine bersifat asam. Sementara itu, hasil yang lebih tinggi dari 8,0 menandakan sifat basa. Apabila angkanya tergolong rendah,
Anda mungkin berisiko terhadap batu ginjal.
Sementara itu, apabila pH urine terbaca lebih tinggi dari nilai normal, maka ada indikasi bahwa Anda mengalami gangguan di bawah ini:
Gagal ginjal
Asidosis tubulus ginjal
Obstruksi pilorus atau penyempitan katup yang terletak di antara lambung dan usus halus
Alkalosis respiratori
Infeksi saluran kemih
Muntah-muntah
Berikut ini beberapa senyawa yang dianggap penting dalam pemeriksaan mikroskopis.
Sel darah putih (leukosit) dalam urine untuk menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah (eritrosit) yang merupakan tanda penyakit ginjal dan gangguan darah.
Bakteri atau ragi sebagai tanda infeksi.
Kristal, yang menandakan batu ginjal.
Epitel dalam urine berjumlah banyak pertanda tumor, infeksi dan penyakit ginjal
B5 Nampak luka insisi operasi pada daerah abdomen 12 cm, bibir pasien tampak kering, tidak terdapat mual dan muntah, tidak ditemukan
adanya acites, saat diauskultasi terdengar suara bising usus 9x/menit, pasien terpasang NGT sejak tanggal 09 Mei 2021, jenis diet susu cair,
alergi makanan tidak dan konjungtiva tidak anemis, hasil pengukuran IMT didapatkan 22,2 dengan kategori berat badan normal
Justifikasi :
Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan NGT:
1. Iritasi hidung, sinusitis, epistaksis, rhinorrhea, fistula
esophagotracheal akibat pemasangan NGT jangka lama.
2. Pneumonia Aspirasi.
3. Hypoxia, cyanosis, atau respiratory arrest akibat tracheal intubation
Referensi :
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2018/01/Manual-CSL-5-Pemasangan-NGT.pdf
Penilaian :
B5 (Bowel) Sistem Pencernaan
Inspeksi: bentuk abdomen simetris, tidak ada distensi abdomen, tidak accites, tidak ada muntah,
Auskultasi: peristaltik usus Normal 10-30x/menit
B6 Pada lengan dan tungkai pasien tidak terdapat atrofi otot dan deformitas tulang, skala kekuatan otot ektremitas atas dextra/sinsitra 4 (dapat
bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan) dan skala kekuatan otot ektremitas bawah dextra/sinsitra 3 (dapat
menggerakkan otot dengan tahanan minimal misalnya dapat menggerakkan telapak dan jari). Pasien hanya melakukan mobilisasi di
tempat tidur, dengan skala aktivitas 4 (bantuan penuh) dimana kebutuhan pasien semua dibantu oleh perawat
Kelembaban kulit cukup, tampak luka dekubitus a/r sacrum pasien dengan ukuran 4x5 cm derajat II, hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu
epidermis dan dermis, luka superficial, membentuk lubang yang, dengan luka yang berwarna kemerahan.
Penilaian :
B6 (Bone) Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Skala Kekuatan Otot :
0 (0) Kontraksi otot tidak terdeteksi (paralisis sempurna)
1 (10) Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2 (25) Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan
3 (50) Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 (75) Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 (100) Kekuatan otot normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh
Inspeksi: warna kulit sawo matang, pergerakan sendi bebas dan kekuatan otot penuh, tidak ada fraktur, tidak ada lesi
Palpasi: turgor kulit elastis, 3 turgor kulit ( kekenyalan, elastisitas kulit) : dengan cara dicubit didaerah perut dengan cubitan agak lebar,
sekitar 3 cm, dipertahankan selama 30 detik, kemudian dilepas. Bila kulit kembali normal dalam waktu kurang 1 detik; turgor baik, bila 2-5
detik ; turgor agak kurang, bila 5-10 detik; turgor kurang dan bila lebih 10 detik: turgor jelek.
12. Status Mental : Status mental normal dimana pasien dapat mengenali orang, tempat dan waktu saat ini
Penilaian :
Cara menghitung IMT yang tepat, dapat dilihat menggunakan rumus di bawah ini:
IMT = Berat badan (dalam kg) : Tinggi badan (dalam m)²
Hasil pengukuran IMT orang Indonesia, berbeda dari orang yang berasal dari benua Eropa ataupun Amerika. Berikut ini acuan IMT dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
1. Untuk perempuan
Rentang nilai indeks massa tubuh untuk perempuan dewasa adalah sebagai berikut:
Kurus: < 17 kg/m²
Normal: 17 – 23 kg/m²
Kegemukan: 23 – 27 kg/m²
Obesitas: > 27 kg/m²
2. Untuk laki-laki
Rentang nilai indeks massa tubuh untuk laki-laki dewasa adalah sebagai berikut:
Kurus: < 18 kg/m²
Normal: 18 – 25 kg/m²
Kegemukan: 25 – 27 kg/m²
Obesitas: > 27 kg/m²
Rata-rata pria dewasa memerlukan sekitar 2.000–2.500 kalori per hari, sedangkan wanita dewasa membutuhkan sekitar 1.600–2.000 kalori setiap harinya.
Rata-rata laki-laki perlu memakan 55gr protein dan perempuan 45gr protein, WHO merekomendasikan asupan lemak tidak lebih dari 30% dari asupan total
energi per hari. Ini setara dengan 67 gram lemak per hari, jika total kebutuhan energi Anda per hari 2000 kalori. Atau, setar a dengan 5-6 sendok makan
minyak per hari. Minimal standar diet TKTP yaitu 90 g hari
Referensi
https://www.sehatq.com/artikel/cara-menghitung-indeks-massa-tubuh-imt-yang-akurat
Pemeriksaan
Hb 9,6 13 – 16 g/dl ↓
Ht 29 40 – 48% ↓
HCO3 -21 2 – 26
BE -5 -2,4 – 2,3
Saturasi O2 99 95 – 99 % Normal
- Hasil Lab Tanggal 10-05-2021, Pukul 07.00 Wita
Pemeriksaan
(MG)
bebas)
pH 7.35–7.45
pCO2 35–45 torr 4.5–6.0 kPa
pO2 >79 torr >10.5 kPa
CO2 23-30 mmol/L
Base excess/deficit ± 3 mEq/L ± 2 mmol/L
SO2 >94%
pH 7.31–7.41
pCO2 41–51 torr 5.5–6.8 kPa
pO2 30–40 torr 4.0–5.3 kPa
CO2 23–30 mmol/L
Base excess/deficit ± 3 mEq/L ± 2 mmol/L
SO2 75%
pH adalah pengukuran keasaman darah, yang mencerminkan jumlah ion hidrogen yang ada, Angka yang lebih rendah berarti lebih banyak keasaman;
angka yang lebih tinggi berarti lebih banyak alkalinitas.
pCO2 (tekanan parsial karbon dioksida) mencerminkan jumlah gas karbon dioksida terlarut dalam darah.
Referensi :https://www.glowm.com/lab-text/item/3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
□ 1. Kelebihan volume cairan □ 4.Penurunan curah jantung □ 7. Kerusakan Integritas Kulit b.d
□ 2. Ketidakefektifan pola nafas □ 5.Nurisi kurang dari kebutuhan tubuh □ 8 Gangguan Ventilasi spontan b.d
□ 3. Intoleransi aktivitas □ 6. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri □ 9. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d
TUJUAN KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan …….jam diharapkan :
1. Keseimbangan cairan tercapai dengan kriteria BB
2. Pola nafas efektif dengan kriteria RR 16-20 x/menit, tidak ada sianosis, edema paru berkurang/hilang
3. Hipotensi tidak terjadi dengan kriteria TTV px dalam batas normal 120/80 mmHg, px tidak mengeluh keringat dingin, badan lemah, dan
pandangan gelap.
4. Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi dengan kriteria berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih,
berpartisipasi dalam peningkatan aktivitas dan latihan, istirahat dan aktivitas seimbang
5. Px bisa mengkonsumsi makanan saat Hemodialisa dengan kriteria px tampak makan makanan ringan seperti kue dan roti, px tampak
menghabiskan makanan/bekal yang dibawa dari rumah.
6. Px mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria skala nyeri 0-1, px tampak tenang, px tampak bisa beristirahat .
7. Ketidakseimbangan asam basa tidak terjadi ditandai dengan nadi dalam batas normal, mual dan muntah tidak terjadi, haus berlebih, kelelahan,
disorientasi dan pernafasan kusmaul tidak terjadi.
8. Mempunyai peningkatan energi dan fungsi otot yang adekuat untuk mendapatkan pernapasan spontan dengan menunjukkan tanda vital, yang
dibuktikan oleh indikator Suhu, Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam.
Perilaku Verbal:
Perawat mengatakan pasien tidak terlalu sering lagi menunjuk dadanya dan ketika ditanya apakah ia merasa terkadang sesak saat bernapas
pasien mulai tidak sering mengangguk.
Perilaku Non Verbal:
Pernafasan dalam rentang 16-24 x/mnt, Nadi 80-100 x/mnt, Wajah tidak menyeringai saat menggerakkan anggota badan.
Tekanan Darah: 120/80 mmHg, CRT < 2 dtk
Parameter hemodinamik: Sat.O2/FP/ FN/T: 99%/28/128/37,0 C
BP/MAP: 115/70/80
9. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa sesak, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal), serta mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan
dalam waktu 3 x 24 jam.
Perilaku Verbal:
Perawat yang bertugas mengatakan sekret pasien mulai berkurang
Perilaku Non Verbal:
Klien tampak rileks, Wajah pasien tampak tidak sering mengeluarkan keringat, Terpasang ETT No 7, dengan mode ventilator CPAP Ps, FiO2
60%, Tekanan inspirasi 5,0 PEEP 5, VT= 347 ml, FP: 28 x/mnt, Pengembangan dada simetris
Hasil AGD : pH/PCO2/PO2/BE/Sat O2: 7,476/36/106/27,1/3/98%, Sianosis (-), Hb= 13 gr/dl
10. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama perawatan diharapkan kerusakan intgritas kulit mengalami peningkatan perbaikan dengan
kriteria sensasi pada sekitar kulit tetap normal, warna kulit tetap kemerahan, jaringan bebas lesi, derajat dekubitus menurun menjadi derajat
Perilaku Verbal:
Perawat yang bertugas mengatakan adanya luka dekubitus yang mulai membaik walaupun pasien tidak bisa melakukan mobilisasi
Perilaku Non Verbal:
Tampak luka dekubitus a/r sacrum pasien dengan ukuran 4x5 cm derajat II, tampak luka berwarna kemerahan.
Pasien hanya melakukan mobilisasi di tempat tidur, dengan skala aktivitas 4 (bantuan penuh) dimana kebutuhan pasien semua dibantu oleh
perawat.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
□ Intervensi Skrinning Awal (Rajal/Ranap Tranfer)
□ Intervensi Gangguan Ventilasi Spontan
□ Intervensi Nyeri
□ Intervensi Nutrisi (mual, muntah dll)
□ Intervensi Oksigenasi
□ Intervensi Aktivitas
□ Intervensi Mobilisasi
□ Intervensi Elektrolit
□ Obsevasi Pasien (monitor vital sign)
□ Intervensi Peningkatan Suhu Tubuh
□ Intervensi Emergency
□ Intervensi Bersihan Jalan Nafas Efektif
□ Lakukan Komunikasi Terapeutik
□ Lakukan Fiksasi Pada Pasien
□ Fasilitasi keluarga untuk mengekspresikan perasaan
□ Dampingi pasien menjelang ajal (proses kehilangan, berduka dan kematian)
□ Observasi Pasien Kritis (TTV dan GCS)
□ Intervensi Pemerisaan Lab
□ Lakukan fasilitasi lingkungan yang tenang dan aman
□ Intervensi kebutuhan istirahat dan tidur pasien
□ PENKES : diit dll
□ Monitor tanda dan gejala infeksi (lokal dan sistemik)
□ Rawat luka : Ganti balutan luka dan rawat luka
□ Intervensi Kerusakan Integritas Kulit
□ Intervensi tranfusi
Intervensi Kolaborasi : □ Program tindakan □ Nutrisi □ Operasi □ Pengobatan □ Obat-obat emergency (Morphine, Nitrate, Aspirin, Co
Pidrogel, Epineprin, Amiadarone) □ Intubasi □ DC Shock
INTRUKSI MEDIK
Out-
Nadi
Observasi
Hasil Analisa
Kolaborasi Bronkodilator bila perlu
Analisa Intervensi
- - - - - - - - -
- -
Hasil Analisa
Analisa Intervensi
Jumlah : cc Balance : cc
Total : ml
Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin
dll.
Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung
urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.
IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu jumlah keringat, uap hawa nafas
Menurut Haswita & Sulistyowati (2017) besarnya nilai IWL berdasarkan usia ditampilkan dalam tabel di bawah ini:
USIA IWL (ml/kgBB/hari)
Bayi baru lahir 30
Bayi 50-60
Anak 40
Remaja 30
Dewasa 20
Discharge Planning:……………….. □ Catatan Medik □ Instruksi Medik Po □ TTD dan Nama Dokter
Dr Sherly
( ROE ) ( Evimira, )