Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS PROGRAM

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KESEHATAN, KOLABORASI DAN


PARTNERSHIP

OLEH :
KELOMPOK 7 KELAS 4A

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Hotijah 1130018058
2. Barokaniah Rizky Dianty 1130018106

Dosen Pembimbing :
Khamida, S.Kep., Ns., M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Komunikasi
Keperawatan II yang berjudul “Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik” dapat
selesai seperti waktu yang telah direncanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya
ridak lepas dari peran berbagai pihak yang memberikan bantuan secara materi dan
spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Komunikasih Keperawatan II Khamida,
S.Kep,Ns,.M.KeP.

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat


agar makalah ini dapat kami selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas budi
baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak
ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang
telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekeliruan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka
pintu selebar-lebarya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan kritik
yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang, dan
apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan dihati
pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Komunikai Terapeutik 4
2.2 Faktor-faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik 5
2.3 Macam-macam Hambatan Komunikasi Terapeutik 6
2.4 Therapeutic Impasses (Kebuntuan Terapeutik) 10
2.5 Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi Terapeutik 16
2.6 Jurnal Hambatan Komunikasi Terapeutik 20
BAB 3 PENUTUP
4.1 Kesimpulan 22
4.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan

kualitas sumber daya manusia, disamping juga merupakan karunia

Tuhan yang perlu disyukuri. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara

dan ditingkatkan serta dilindungi dari ancaman yang merugikan.

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu: lingkungan,

perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan

termasuk keadaan pemukiman atau perumahan, tempat kerja, sekolah,

tempat umum, air, udara, tekhnologi, keadaan social, pendidikan dan

ekonomi, sedangkan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehari-hari

seperti pola makan, kebersihan keluarga dan gaya hidup. Pelayanan

kesehatan mencakup sarana kesehatan, program kesehatan, dan tenaga

kesehatan (Mubarak, 2005).

Salah satu pelayanan kesehatan yang memberikan

konstribusi penting dalam peningkatan derajat kesehatan adalah

keperawatan yang berwenang memberikan asuhan keperawatan pada

komunitas. Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan

sehingga diperlukan suatu kerja sama yang melibatkan secara aktif

masyarakat untuk mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang optimal. Asuhan keperawatan komunitas bertujuan untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat serta peran serta

1
masyarakat dalam melakukan upaya preventif, promotif dan

mempertahankan kesehatanya. Praktik dilaksanakan secara

komprehensif dan umum, tidak hanya terbatas pada usia kelompok

tertentu atau diagnosa tertentu. Tanggung jawab yang dominan adalah

terhadap komunitas secara keseluruhan dan pelayanan deberikan secara

langsung, berkelanjutan dan tidak episodik yang ditujukan kepada

individu, keluarga dan kelompok maupun masyarakat (Mahyuddin,

2009).

Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan

profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang

ditujukan pada masyarakat dengan pendekatan pada resiko tinggi

melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak kuratif

dan rehabillatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah dengan

pengkajian, analisis data dan diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Dalam perawatan kesehatan masyarakat

keterlibatan kader kesehatan, tokoh-tokoh masyarakat formal dan

informal sangat diperlukan dalam tahap pelayanan keperawatan secara

terpadu dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu dan

mandiri dalam setiap upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang

diberikan (Anderson & Mc Farlane, 2000).

Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya, pertama pelayanan

keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga

2
dan kelompok dalam konteks komunitas, kedua perhatian langsung

terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health General community)

dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau issue kesehatan

masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok. Dan

selanjutnya secara spesifik diharapkan : individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan yang dialami, menetapkan masalah kesehatan dan

memprioritaskan masalah tersebut, merumuskan serta memecahkan,

menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapi, mengevaluasi sejauh

mana pemecahan masalah yang mereka hadapi yang akhirnya dapat

meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri

(Mubarak, 2005).

Praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh

mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners STIKes Sumatera Utara

menggunakan konsep Neuman. Pengkajian terdiri dari dua bagian

utama yaitu inti komunitas (core) dan delapan sub sistem yang

melingkupinya, baik garis pertahanan maupun resistensi, stressor

maupun derajat reaksi. Core atau inti menggambarkan masyarakat yang

membentuk komunitas. Yang termasuk kedalam core adalah demografi,

nilai dan kepercayaan serta sejarah dari masyarakat. Sebagai anggota

masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem

komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas

lingkungan, pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan

3
pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi

dan rekreasi.

Hasil pengumpulan data melalui metode whienshield survey,

observasi, wawancara dengan kepala lingkungan dan masyarakat serta

pengambilan data sekunder melalui fasilitas pelayanan kesehatan

seperti Puskesmas, puskesmas pembantu, dan kegiatan Posyandu.

Didapatkan masalah kesehatan terkait yaitu ; bayi, balita dan toddler,

anak usia sekolah, dewasa, lansia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pendidikan kesehatan dalam keperawatan


komunitas ?
2. Bagaimanakah konsep komunikasi dalam keperawatan
komunitas ?
3. Bagaimanakah konsep kolaborasi dan partnership dalam
keperawatan komunitas ?
4. Bagaimanakah penerapan program implememtasi dalam
keperawatan komunitas ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami implementasi program
keperawatan komunitas

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu memahami pendidikan kesehatan dalam
keperawatan komunitas
2. Mahasiswa mampu memahami konsep komunikasi dalam
keperawatan komunitas

4
3. Mahasiswa mampu memahami konsep kolaborasi dalam
keperawatan komunitas
4. Mahasiswa mampu memahami impelemtasi program keperawatan
komunitas
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu
pengetahuan di lapangan tentang konsep program keperawatan
komunitas
1.4.2 Manfaat bagi fkk
Dapat dijadikan sebagai bacaan di perpustakaan UNUSA,
sehingga menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan Komunitas


Pendidikan kesehatan adalah merupakan bagian dri upaya
mempromosikan kesehatan untuk mencegah penyakit dan mempertahankan
kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat. Pendidikan kesehatan
juga diartikan sebagai segala bentuk kombinasi pemberian pengalaman
pembelajaran yang ditujukan untuk mempengaruhi dan meningkatkan
perilaku sadar kesehatan pada indiviu, kelompok, dan masyarakat. Tujuan
dari pelaksanaan Pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan dalam memahami perilaku kesehatan agar mampu menghindari
dan mengatasi potensi yang mengganggu kesejahteraan kesehatan yang
dimiliki. Perawat komunitas menjalankan fungsinya sebagai educator
dengan melaksanakan Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari intervensi
kesehatan agar klien memiliki wawasan yang cukup untuk mempertahankan
kesehatannya. Perawat berperan sebagai agen perubahan serta role model
dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Perawat
komunitas dapat mengaktifkan ide, menawarkan intervensi yang sesuai,
mengidentifikasi sumber daya kesehatan, dan memfasilitasi perbedaan
dalam pelaksanaan promosi kesehatan ( Abdurasyyid, 2019 ).

2.2 Konsep Komunikasi Komunitas

1. Definisi komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris
berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”. Communico,
communication atau communicare yang berarti “membuat sama”.
Istilah pertama communis adalah istilah yang paling disebut sebagai
asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin
lainnya yang mirip. Komunikasi menyarabkan bahwa suatu pikiran,
suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama. Menurut Scott M

6
Cotlip, mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses timbal
balik ( resiplokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi,
membujuk, memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan
dikondisikan oleh kontek para komunikator dan kontek sosialnya.
Perawat komunitas adalah mereka yang mampu menciptakan
suasana berkomunikasi yang kondusif dalam rangka mencapai
tujuan lembaganya. Susana curiga , tidak komunikatif, rasa taku,t
dan sebagainya merupakan penghambat tidak tercapainya tujuan.
Dalam hal ini tujuan yang dimaksud adalah peningkatan kesehatan
masyarakat diwilayah komunitas (Ketut. 2016)
2. Definisi Komunitas
Istilah kata arti komunitas berasal dari Bahasa latin communitas
yang berasal dari kata dasar communis yang artinya masyarakat,
public, atau banyak orang, arti komunitas sebagai sebuah kelompok
social dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya
memiliki ketetarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas
manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud
kepercayaan , sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan
sejumlah kondisi lain yang serupa.
komunikasi keperawatan komunitas adalah proses timbal balik
( resiplokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk,
memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan
oleh kontek para komunikator dan kontek sosialnya yang dilakukan
oleh perawat kepada masyarakat sebagai penerima informasi.melalui
komunikasi yang dilakukan oleh perawat dalam komunitasnya upaya
– upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui
pelayanan keperawatan secara langsung terhadap individu, keluarga
sehingga dengan demikian indivudu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentipikasi masalah kesehatan yang dialami.

7
2. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut.
3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan.
4. Menanggulangi masalah kesehatah yang mereka hadapi.
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care) (Agung.2019)
3. Fungsi komunikasi
Komunikasi pada komunitas berfungsi untuk pengendalian,
motivasi, pengungkapan emosi, dan informasi. Berfungsi
mengendalikan artinya hirarki wewenang dan garis panduan formal
yang harus dipatuhi oleh masyarakat bila ingin mengkomunikasikan
setiap keluhan yang berkaitan dengan kesehatannya. Sementara itu
berfungsi memperkuat motivasi artinya yaitu dengan memberikan
penjelasan kepada masyarakat tentang apa yang harus dilakukan,
seberapa baik mereka menjaga kesehatannya dan apa yang dapat
dikerjakan untuk memperbaiki derajat kesehatannya. Sedangkan
komunikasi sebagai pengungkapan emosi artinya dimana melaliu
komunikasi yang terjadi didalam komunitas itu merupakan
mekanisme masyarakat menunjukkan kekecewaan dan kepuasan
terhadap lingkungannya. Dan yang terakhir komunikasi berfungsi
sebagai informasi artinya komunitas dapat mengambil keputusan
melalui penyampaian data guna mengenali dan mengevaluasi pilihan
– pilihan alternatif
4. Proses Komunikasi
Sebelum komunikasi berlangsung dalam komunitas
diperlukan tujuan yang dinyatakan sebagai pesan yang
harus disampaikan.Pesan itu disampaikan dari sumber ke penerima
diubah kedalam bentuk simbolik dan diteruskan melalui sejumlah
media penerima .

8
Menurut Stepen p. Robbin komunikasi terdiri atas tujuh bagian
yaitu:
1.Sumber komunikasi
2. Pengkodean.
3. Pesan
4. Saluran
5. Dekoding
6. Penerima
7. Umpan balik
Sumber mengawali pesan dengan mengkodekan pikiran.
Pesan adalah produk fisik aktual dari sumber yang melakukan
pengkodean. Bila kita berbicara, pembicaraan itu adalah pesan. Bila
kita menulis, tulisan itulah pesan. Ketika kita melakukan gerakan
isyarat, gerakan tangan dan ekspresi wajah kita itu merupakan pesan.
Saluran adalah, medium tempat pesan diantarkan. Dekoding adalah
penterjemahan simbol-simbol kedalam bentuk yang dapat dimengerti
oleh penerima. Penerima adalah objek yang menjadi tujuan
penyampain pesan, selanjtnya umpan balik adalah pengecekan
mengenai seberapa sucses kita menyampaikan pesan seperti yang
dimaksudkan semula.
Prinsip dan Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Perawatan
Komunitas Wahid IQbal Mubarak mengemukakan bahwa tempat
pelaksanaan kegiatan perawatan komunitas adalah: Puskesmas,
rumah, sekolah, perusahaan-perusahaan, dan panti-panti. Selanjutnya
yang menjadi sasaran dari pelayan perawatan komunitas adalah:
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat. dari sasaran
pelaksanaan keperawatan komunitas yang telah dikemukakan di atas,
dikethui bahwa sasaran (objek) dari pelaksanaan perawatan
komunitas terdiri dari 4 (empat) yaitu:
1) Individu
2) Keluarga

9
3) Kelompok khusus
4) Masyarakat
Dengan demikian, teknik komunikasi yang diterapkan harus
menggunakan pendekatan yang sesuai . Untuk itu perawat
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang/cinta dalam
berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki
ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra
rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan
ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
(Ketut. 2016)

2.3 Konsep Kolaborasi dan Partnership

1. Definisi Kolaborasi

Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan


dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan
diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan
kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-
masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan
tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide
yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Kolaborasi
merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab
bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam
hubungan yang lama antara tenaga professional.

10
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan
atau perawat klinik bekerja dengan dokter dan tim medis lainnya
untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek
profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang
ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana pelayanan
diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat
penting apabila ingn menunjukkan fungsinya secara independen.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi
praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang
difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling
menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari
tangung jawab.

2. Tujuan Kolaborasi

Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-


masalah tentang klien dan untuk meningkatkan pamahaman tentang
kontrbusi setiap anggota tim serta untuk mengidentifikasi cara-cara
meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat
optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk
bekerjasama. Perawat dan tim medis lain merencanakan dan
mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan
pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi
terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat. Tim satu
disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi,
dan lain-lain.Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan
sekelompok professional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan
umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik, jika terjadi

11
adanya konstribusi dari anggota timdalam memberikan pelayanan
kesehatan efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai sesama
anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang
unik dalam tim inter disiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu
pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi
kesehatan lain

Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien


dan pemberi pelayanan kesehatan.Dokter memiliki peran utama
dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.Pada situasi
ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota
tim lain sebagai membuat relevan pemberian pengobatan. Tim multi
disiplin meliputi: tim operasi, tim infeksi nasokomial, dan lain-lain.
3. Manfaat Kolaborasi
Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi
antar profesi kesehatan, antara lain:
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik professional
b. Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi
sumber daya.
c. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
d. Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
e. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga
kesehatan profesional
4. Karakteristik Kolaborasi
Kolaborasi memiliki 8 karakterisitik yaitu :
a. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
b. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian
kesuksesan. Adanya tujuan yang masuk akal.

12
c. Ada pendefinisian masalah.

d. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.

e. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.

f. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang


terlibat.

g. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

5. Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi


a. Komunikasi
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena
kolaborasi membutuhkan pemecahan masalah yang lebih komplek,
dibutuhkan komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua
anggota tim.
b. Respek dan kepercayaan
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal
maupun non verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam
penerapannya sehari-hari.
c. Memberikan dan menerima feed back
Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola
hubungan, harga diri, kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta
waktu, feed back juga dapat bersifat negative maupun positif.
d. Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk
mewujudkan kolaborasi yang efektif guna menyatukan data
kesehatan pasien secara komperensip sehingga menjadi sumber
informasi bagi semua anggota tim.
e. Manajemen konflik
Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota
harus memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi

13
persepsi dan harapan, mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi
tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung
jawabnya.

6. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan
sekelompok profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan
umum, dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi
adanya kontribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi pasien, perawat,
dokter, fisioterapis, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker.
Oleh karena itu, tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi
yang efektif, bertanggung jawab, dan saling menghargai antar
sesama anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting.
Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah
kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan
kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa
perspektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi
dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari
praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati, dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter
menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.
Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi
pasien juga termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi.
Karena keluarga merupakan orang terdekat dari pasien atau individu

14
yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap individu. Melalui
keluarga tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data mengenai
pasien yang dapat mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan
proses penyembuhan pasien.
7. Elemen Kunci Kolaborasi
Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien diantaranya yaitu :
a. Kerjasama
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain
dan bersedia untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan
perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika individu
dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan.
Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar
didengar dan konsensus untuk dicapai.Tanggung jawab,
mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus
dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
b. Komunikasi
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota
bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai
perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim
dalam batas kompetensinya.
c. Koordinasi
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan
dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin
orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
d. Kepercayaan
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua
elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan
ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi.

15
8. Kriteria Kolaborasi
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria,
yaitu:
a. Adanya saling percaya dan menghormati
b. saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing
c. memiliki citra diri positif
d. memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari
pendidikan dan pengalaman).
e. mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan
f. keinginan untuk bernegoisasi
9. Kolaborasi di Rumah Sakit
Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim
dalam memberikan asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap
saling menghargai antar tenaga kesehatan dan saling memberikan
informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart &
Wood, 1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
Tim satu disiplin ilmu:
1) Tim Perawat
2) Tim dokter
3) Tim administrasi, dll.
B. Tim multi disiplin :
1) Tim operasi
2) Tim nosokomial infeksi, dll.
2.4 Penerapan Program Implemtasi dalam Komunitas
Implementasi merupakan tahap kegiatan setelah perencanaan
kegiatan keperawatan komunitas dalam proses keperawatan komunitas.
Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana mencapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, tetapi yang sangat penting dalam
implementasi keperawatan kesehatan komunitas adalah melakukan

16
tindakan-tindakan berupa promosi kesehatan, memelihara kesehatan atau
mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit, dan dampak pemulihan.
1. Pengertian pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
memfasilitasi agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi,
merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi, dan kebutuhan
setempat. Menurut Wallerstein (1992), pemberdayaan masyarakat
adalah suatu proses kegiatan sosial yang meningkatkan partisipasi
masyarakat dan organisasi yang bertujuan meningkatkan kontrol
individu dan masyarakat, kemampuan politik, memperbaiki kualitas
hidup masyarakat, dan keadilan sosial.
2. Proses pemberdayaan Kartasasmita (1995) menyatakan bahwa proses
pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga proses. Pertama,
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah setiap
manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada
sumber daya manusia atau masyarakat tanpa daya. Dalam konteks ini,
pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan atau kemampuan,
dengan mendorong (encourage) dan membangkitkan kesadaran
(awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya
mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki oleh masyarakat (empowering), sehingga diperlukan langkah
yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana. Ketiga,
memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah,
oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
Keperawatan Keluarga Dan Komunitas 175 Gambar 1 • Upaya
penggerakan komunitas atau pengembangan peran-aktif komunitas
melalui proses pembelajaran yang terorganisir dengan baik.
Mengidentifikasi Masalah & Penyebab Proses Pembelajaran
Merumuskan Alternatif Pemecahan Menetapkan & melaksanakan

17
pemecahan Memantau & Evaluasi Untuk Sustainability Fasilitasi/
pendamping Fasilitasi/ pendamping Fasilitasi/ pendamping Fasilitasi/
pendamping
3. Strategi dalam pemberdayaan masyarakat Beberapa strategi dalam
pemberdayaan masyarakat yang digunakan, yaitu
menumbuhkembangkan potensi masyarakat, kontribusi masyarakat
dalam pemberdayaan masyarakat, mengembangkan gotong royong,
bekerja bersama masyarakat, komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
berbasis masyarakat, kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat
serta organisasi masyarakat lain, dan desentralisasi.
4. Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat melalui pengorganisasian
masyarakat adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi masalah dan penyebabnya


1) Melalui survei mawas diri (Community Self Survey).
2) Didahului dengan rekrutmen kader.
3) Pelatihan kader tentang survei mawas diri.
b. Merumuskan alternatif pemecahan masalah
1) Melalui lokakarya desa, selain diikuti oleh kader, juga mengundang
stakeholders (pemerintah, masyarakat madani, dan dunia usaha).

18
2) Didahului dengan pelatihan kader tentang hakikat masalah & cara
mengatasi masalah secara teoritis dan berdasar pengalaman di desa-desa
lain.
c. Menetapkan dan melaksanakan pemecahan masalah
1) Di antara alternatif-alternatif pemecahan masalah, pilihlah yang layak
dan efektif dilaksanakan.
2) Didahului dengan pelatihan kader tentang cara-cara menyusun
prioritas dan menetapkan pemecahan masalah.
3) Di sini harus dirumuskan dengan jelas peran kontribusi semua pihak
yang terlibat (masyarakat, pemerintah, LSM, swasta).
d. Memantau dan mengevaluasi untuk pelestarian
1) Sistem informasi (pencatatan, pelaporan & pengolahan data),
termasuk Survei Mawas Diri ulang.
2) Didahului dengan pelatihan kader tentang cara-cara mengelola sistem
informasi serta bagaimana memanfaatkan data untuk pemantauan,
evaluasi dan pembinaan kelestarian ( Wahyu, Siti. 2016)

19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

20
DAFTAR PUSTAKA
Ketut, I. 2016.”Keperawatan Kesehatan Komunitas”. Yogyakarta :
CV.ANDI OFFSET
Agung, M. 2019.”Buku Ajar Konsep-Konsep Dasar Dalam
Keperawatan Komunitas”. Yogyakarta : CV budi utama
Wahyu, Siti. 2016. Modul Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Abdurasyyid, 2019. Modul Keperawatan Komunitas. Jakarta :
Universitas Esa Unggulan

21

Anda mungkin juga menyukai