Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERAN BIDAN DALAM PROMOSI KESEHATAN


SEBAGAI MOTIVATOR

Disusun Oleh:

LURAH 4

STIKES KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

2009
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah


melimpahkan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah Peran Bidan dalam Promosi Kesehatan Sebagai Motivator.

Dalam menyusun makalah ini penulis mendapat banyak dukungan serta


terima kasih kepada :

1. Indah Mauludiyah, selaku Direktur Akademi Kebidana Kendedes Malang.


2. Eva Inayatul Faiza . SKM, selaku dosen pembimbing mata kuliah Promosi
Kesehatan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mohon segala kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

Malang, Desember 2009

Penulis
Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pemerintah mempunyai program pelayanan kesehatan bernama


Pengembangan Desa Siaga Menuju Indonesia Sehat, yang meliputi:

1. Poliklinik Desa,
2. Pengamatan masalah berbasis masyarakat,
3. Kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat,
4. Kemandirian pembiayaan kesehatan,
5. Perilaku hidup bersih dan sehat.
Sejalan dengan visi dan misi Departemen Kesehatan yang baru, yaitu
“Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan misi “Membuat Rakyat
Sehat”. Salah satunya dengan nilai Berpihak Pada Rakyat. Dari rencana besar
tersebut, tentunya gaungnya harus tersosialisasikan dengan tepat. Karena disana ada
sekelumit harapan akan vitalnya pelayanan kesehatan di daerah terpencil.

Indonesia, negara besar dengan geografis kepulauan yang tersebar dari


Sabang sampai Merauke. Dengan aneka ragam budaya dan adat istiadat yang
berkembang di masyarakat. Masih dapat dirasakan masalah kesejahteraan,
pendidikan, dan fokusnya adalah pelayanan kesehatan belum tersentuh secara hakiki.
Berbicara tentang pelayanan kesehatan tidak bisa dilepaskan dengan SDM Kesehatan.
Depkes telah membentuk satu unit utama yang menangani masalah SDM ini, yaitu
Badan PPSDM Kesehatan. Tulisan ini mencoba mengingatkan kembali kepada kita
semua sebagai insan tenaga kesehatan terutama saudaraku para bidan di daerah
terpencil untuk lebih menata segalanya mewujudkan harapan menjadi nyata.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah

bagaimana tentang peran bidan dalam promosi kebidanan sebagai motivator?

3. TUJUAN

o Agar mengetahui bagaimana peran bidan dalam promosi


kesehatan sebagai motivator
o Mengetahui tentang profesi bidan

BAB II

BIDAN SEBAGAI MOTIVATOR

Bidan sebagai anggota profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai
pelayan profesional yang notabene merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu: 1). Selalu
mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya. 2). Memiliki kode
etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan
dan jenjang tertentu, 3). Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang
bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, 4). Anggotanya
menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode
etik profesi.

Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan
anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus
diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.

Memerankan Bidan Siaga di daerah terpencil dari sudut nurani.


Pada saat penulis sedang dalam sebuah perjalanan di daerah terpencil, ada
seorang ibu-ibu yang habis memeriksakan kehamilannya berjalan sendirian. Dia
menempuh jarak yang sangat jauh dari tempat tinggalnya. Peluh membasahi dahinya,
nampak bajunya basah dengan keringat sehabis perjalanan. Haus dan lelah kelihatan
dari wajahnya, penulis menyodorkan sebotol air dalam kemasan, tanpa basa-basi sang
ibu menenggak habis. Kembali wajah sang ibu menjadi ceria. Saat penulis mengantar
pulang dengan mobil sewaan, betapa senangnya sang ibu. Dari mulutnya keluar
sepatah kata yang menyentuh nurani keharuan, “Bu bidan tadi orangnya baik sekali,
saya tidak membayar tidak jadi soal, yang penting saya dan kehamilan saya sehat.
Malah saya mendapat vitamin gratis”.

Suatu fenomena yang langka di jaman seperti ini. Bisa kita rasakan, peranan
bidan di daerah terpencil nampak nyata sekali. “Rasa” sebagai bagian dari anggota
masyarakat, begitu kentalnya melekat dalam jiwa bidan. Dari pengamatan, seorang
bidan desa di daerah terpencil dituntut berperan lebih. Kalau kita sedikit menegok
kasus yang terekspos melalui media massa, ada sebuah RS yang menolak pasien gara-
gara tidak mampu membayar. Sangat ironis sekali. Dari studi kasus kecil tersebut
dapat digaris bawahi seorang bidan di daerah terpencil mempunyai andil yang sangat
besar dalam menolong dan membantu sesama. Sebuah ironisasi yang akan selalu
menimbulkan keprihatinan. Padahal hak seluruh masyarakat Indonesia dimanapun
berada mendapat pelayanan kesehatan yang layak.

Fungsi dan peran bidan di daerah terpencil bila dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lain di daerah perkotaan bisa dikatakan lima kali lebih berat. Selain
menghadapi kendala yang besar dalam hal fasilitas, tranportasi, ketersediaan obat dan
sarana penunjang lain. Para bidan tetap dengan ikhlas berjuang dan bertugas
menjalankan profesinya. Disisi lain mereka harus pula memenuhi kebutuhan bagi
dirinya. Sedangkan tuntutan terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak mutlak dan
harus dipenuhi. Filosofi dasarnya adalah, apabila seorang ibu baik dan sehat, sehat
pula sang anak. Anak merupakan aset bangsa yang harus dipelihara dan dididik.
Sebuah fenomena lagi, sampai saat ini semua sektor pelayanan masih dijadikan
komoditas, bukan sebagai aset yang harus dikembangkan. Ini menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi kita semua. Terutama masalah SDM, kapan kita menjadikan
hal ini sebagai “aset”, bukan sekedar “komoditi”.

Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat,
sebagai anggota masyarakat, konselor, motivator, dan inovator di daerah terpencil.
Tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui
pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus dilihat sebagai “main
idea” untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan pelayanan kesehatan. Tuntutan
profesional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan daerah terpencil. Pemerintah
telah mencanangkan mengangkat mereka sebagai PNS. Suatu langkah aktif dalam
menyongsong peningkatan pelayanan di daerah terpencil.

Program Desa Siaga

Saat ini pemerintah sedang menyiapkan segala perangkat yang akan


mendukung program Desa Siaga. Baik sarana prasarana maupun SDM-nya. Salah
satunya tenaga bidan akan menjadi penopang pelayanan di lini terdepan ini. Gaung
ini akan disambut dengan antusias, yang berarti pelayanan kesehatan di pelosok desa
akan lebih meningkat.

Bidan yang telah lama bertugas di daerah terpencil dapat dijadikan contoh
bagi unsur Desa Siaga dalam membaur dengan masyarakat. Sudah tentu seorang
bidan adalah seorang wanita yang mempunyai sifat serta karakter yang khas. Ini dapat
dijadikan aset guna memerankan peranan yang lebih luas lagi, khususnya bagi tenaga
kesehatan lain yang akan bergabung dalam kebersamaan Desa Siaga. Menggagas
konsep tidaklah semudah melaksanakan. Sebagai seorang pelaksana pelayanan
kesehatan di lini depan, bidan harus bisa tampil memberikan contoh kebersamaan dan
keberterimaan dalam program pemerintah ini.
Pengalaman dan tempaan serta ujian hidup di dalam menjalankan tugas di
daerah terpencil akan menjadi inspirator bagi rekan tenaga kesehatan lain untuk tidak
canggung dan ragu lagi dalam mengabdi dan berkarya di daerah terpencil. Opini ini
harus tetap dikedepankan, agar tatanan dan peradaban pelayanan kesehatan di daerah
terpencil sesuai dengan kondisi sosial budayanya tetap terjaga.

Analisis kecenderungan fenomena program Desa Siaga ini dapat dijadikan


pembelajaran untuk para bidan tampil sebagai pemimpin dalam membaur dengan
masyarakat. Menyoal tentang program Desa Siaga, baik langsung maupun tidak
langsung, bidan telah melaksanakan tahapan pengembangan program tersebut.
Sehingga peningkatan dan kemajuan pelayanan di kemudian hari sesuai dengan
program pemerintah dapat lebih maju. Tugas pokok bidan akan lebih terfokus, karena
telah ada tim yang dengan spesifikasinya masing-masing akan bersama-sama
melayani masyarakat.

Gaung pengembangan Desa Siaga akan memberikan peranan yang lebih


berarti lagi bagi bidan, karena tugas bidan yang demikian berat di daerah terpencil
akan dilaksanakan bersama-sama dengan tim. Fokus ibu sehat, anak sehat, negara
sehat dan bangsapun kuat semoga terwujud. Kunci negara kuat adalah apabila
seorang ibu sehat dalam mengandung anak sebagai harapan generasi harus
diwujudkan. Selamat bertugas rekan-rekan bidan, karya terbaikmu ditunggu generasi
penerus bangsa ini.
BAB III
PENUTUP

Pemerintah mempunyai program pelayanan kesehatan bernama


Pengembangan Desa Siaga Menuju Indonesia Sehat, yang meliputi: 1). Poliklinik
Desa, 2) Pengamatan masalah berbasis masyarakat, 3). Kesiapsiagaan menghadapi
keadaan darurat, 3) Kemandirian pembiayaan kesehatan, 5). Perilaku hidup bersih
dan sehat. Sejalan dengan visi dan misi Departemen Kesehatan yang baru, yaitu
“Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan misi “Membuat Rakyat
Sehat”. Salah satunya dengan nilai Berpihak Pada Rakyat.

Bidan sebagai anggota profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai
pelayan profesional yang notabene merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu: 1). Selalu
mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya. 2). Memiliki kode
etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan
dan jenjang tertentu, 3). Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang
bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, 4). Anggotanya
menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode
etik profesi.

Fungsi dan peran bidan di daerah terpencil bila dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lain di daerah perkotaan bisa dikatakan lima kali lebih berat. Selain
menghadapi kendala yang besar dalam hal fasilitas, tranportasi, ketersediaan obat dan
sarana penunjang lain. Para bidan tetap dengan ikhlas berjuang dan bertugas
menjalankan profesinya.

SARAN
Bidan harus dapat menigkatkan profesionalisamenya dalam melayani masyarakat.

Bidan hendaknya dapat mendorog masyarakat untuk mendukung terciptanya desa


siaga untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.

Masyarakat juga harus dapat mendukung kegiatan pemerintah utuk mewujudkan


indonesia sehat 2010

Anda mungkin juga menyukai