Disusun Oleh:
LURAH 4
2009
KATA PENGANTAR
Penulis
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
1. Poliklinik Desa,
2. Pengamatan masalah berbasis masyarakat,
3. Kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat,
4. Kemandirian pembiayaan kesehatan,
5. Perilaku hidup bersih dan sehat.
Sejalan dengan visi dan misi Departemen Kesehatan yang baru, yaitu
“Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dengan misi “Membuat Rakyat
Sehat”. Salah satunya dengan nilai Berpihak Pada Rakyat. Dari rencana besar
tersebut, tentunya gaungnya harus tersosialisasikan dengan tepat. Karena disana ada
sekelumit harapan akan vitalnya pelayanan kesehatan di daerah terpencil.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah
3. TUJUAN
BAB II
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai
pelayan profesional yang notabene merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu: 1). Selalu
mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya. 2). Memiliki kode
etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan
dan jenjang tertentu, 3). Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang
bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, 4). Anggotanya
menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode
etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan
anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus
diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan selalu
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan.
Suatu fenomena yang langka di jaman seperti ini. Bisa kita rasakan, peranan
bidan di daerah terpencil nampak nyata sekali. “Rasa” sebagai bagian dari anggota
masyarakat, begitu kentalnya melekat dalam jiwa bidan. Dari pengamatan, seorang
bidan desa di daerah terpencil dituntut berperan lebih. Kalau kita sedikit menegok
kasus yang terekspos melalui media massa, ada sebuah RS yang menolak pasien gara-
gara tidak mampu membayar. Sangat ironis sekali. Dari studi kasus kecil tersebut
dapat digaris bawahi seorang bidan di daerah terpencil mempunyai andil yang sangat
besar dalam menolong dan membantu sesama. Sebuah ironisasi yang akan selalu
menimbulkan keprihatinan. Padahal hak seluruh masyarakat Indonesia dimanapun
berada mendapat pelayanan kesehatan yang layak.
Fungsi dan peran bidan di daerah terpencil bila dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lain di daerah perkotaan bisa dikatakan lima kali lebih berat. Selain
menghadapi kendala yang besar dalam hal fasilitas, tranportasi, ketersediaan obat dan
sarana penunjang lain. Para bidan tetap dengan ikhlas berjuang dan bertugas
menjalankan profesinya. Disisi lain mereka harus pula memenuhi kebutuhan bagi
dirinya. Sedangkan tuntutan terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak mutlak dan
harus dipenuhi. Filosofi dasarnya adalah, apabila seorang ibu baik dan sehat, sehat
pula sang anak. Anak merupakan aset bangsa yang harus dipelihara dan dididik.
Sebuah fenomena lagi, sampai saat ini semua sektor pelayanan masih dijadikan
komoditas, bukan sebagai aset yang harus dikembangkan. Ini menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi kita semua. Terutama masalah SDM, kapan kita menjadikan
hal ini sebagai “aset”, bukan sekedar “komoditi”.
Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat,
sebagai anggota masyarakat, konselor, motivator, dan inovator di daerah terpencil.
Tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut melalui
pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus dilihat sebagai “main
idea” untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan pelayanan kesehatan. Tuntutan
profesional diseimbangkan dengan kesejahteraan bidan daerah terpencil. Pemerintah
telah mencanangkan mengangkat mereka sebagai PNS. Suatu langkah aktif dalam
menyongsong peningkatan pelayanan di daerah terpencil.
Bidan yang telah lama bertugas di daerah terpencil dapat dijadikan contoh
bagi unsur Desa Siaga dalam membaur dengan masyarakat. Sudah tentu seorang
bidan adalah seorang wanita yang mempunyai sifat serta karakter yang khas. Ini dapat
dijadikan aset guna memerankan peranan yang lebih luas lagi, khususnya bagi tenaga
kesehatan lain yang akan bergabung dalam kebersamaan Desa Siaga. Menggagas
konsep tidaklah semudah melaksanakan. Sebagai seorang pelaksana pelayanan
kesehatan di lini depan, bidan harus bisa tampil memberikan contoh kebersamaan dan
keberterimaan dalam program pemerintah ini.
Pengalaman dan tempaan serta ujian hidup di dalam menjalankan tugas di
daerah terpencil akan menjadi inspirator bagi rekan tenaga kesehatan lain untuk tidak
canggung dan ragu lagi dalam mengabdi dan berkarya di daerah terpencil. Opini ini
harus tetap dikedepankan, agar tatanan dan peradaban pelayanan kesehatan di daerah
terpencil sesuai dengan kondisi sosial budayanya tetap terjaga.
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai
pelayan profesional yang notabene merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu: 1). Selalu
mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya. 2). Memiliki kode
etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan
dan jenjang tertentu, 3). Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang
bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat, 4). Anggotanya
menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode
etik profesi.
Fungsi dan peran bidan di daerah terpencil bila dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lain di daerah perkotaan bisa dikatakan lima kali lebih berat. Selain
menghadapi kendala yang besar dalam hal fasilitas, tranportasi, ketersediaan obat dan
sarana penunjang lain. Para bidan tetap dengan ikhlas berjuang dan bertugas
menjalankan profesinya.
SARAN
Bidan harus dapat menigkatkan profesionalisamenya dalam melayani masyarakat.