Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

TINGKAT PEMAHAMAN MASYARAKAT DESA TARA-TARA DAN


WOLOAN MENGENAI TIKUS EKOR PUTIH SEBAGAI SATWA
ENDEMIK SULAWESI UTARA

ENJEL LAREGA
19502028

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2022

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sulawesi utara memiliki banyak satwa yang sangat tinggi keragamannya.
Menurut Mac Kinnon, 1986 bahwa lebih 70% dari 114 jenis satwa yang sudah
diketahui keberadaannya adalah jenis-jenis langka dan endemik termasuk tikus
ekor putih. Infomasi dari IUCN (the international union for the conservation of
nature and natural resource ), bahwa jenis tikus ekor putih ini berada dalam status
“least concern” yaitu keberadaanya masih kurang diperhatikan.
Menurut Wahyuni (2005) meningkatnya permintaan terhadap daging tikus
ekor putih, memiliki dampak positif terkait peluang dan prospek
pengembangannya sebagai satwa harapan, namun di sisi lain juga dapat
berdampak negatif karena masih mengandalkan perburuan di habitat asli dan telah
mengancam populasinya (Kennerley dan Clayton, 2016). Prospek kedepan tikus
ekor putih berpeluang sangat baik dilihat dari sosial budaya, ekonomi goegrafis
dan alamnya. Hal ini sesuai dengan data terakhir yang menunjukan bahwa
kecenderungan populasi tikus ekor putih menurun (IUCN, 2008), sehingga perlu
dilakukan usaha perlindungan dan pemanfaatan secara lestari.
Di Minahasa tikus ekor putih sudah lama dijadikan bahan makanan eksotik
seperti yang sering dilakukan oleh masyarakat kelurahan Taratara dan Woloan di
Kota Tomohon yang dikenal dengan nama lokal “kulo ipus atau kawok”. Daging
tikus ekor putih ini dijual dengan harga mencapai 20.000 rupiah per ekor. Namun
hal ini disayangkan karena tikus ekor putih ini ditangkap/diburuh di alam bebas
tanpa terkendali, dan belum ada upaya pemanfaatan secara lestari lewat
pengembangan usaha penangkaran dan budidaya. Nampaknya masyarakat
kelurahan Taratara dan Woloan belum begitu memahami betapa pentingnya satwa
liar endemik termasuk tikus ekor putih ikut berperan dalam proses ekosistem di
alam bebas. Mengingat satwa endemik tikus ekor putih merupakan satwa yang
bernilai ekonomis bagi masyarakat kelurahan Taratara dan Woloan, maka untuk
menjaga kelestarian perlu dilakukan suatu kajian ilmiah lewat penelitian terhadap
tingkat pemahaman masyarakat di kelurahan Taratara dan Woloan mengenai tikus

1
ekor putih sebagai satwa endemik Sulawesi Utara, serta sekaligus mencari solusi
yang tepat bagaimana proses penangkaran dan budiddaya tikus ekor putih
sehingga dapat dimanfaatkan secara lestari dan terkendali.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah
ialah sejauh mana tingkat pemahaman masyarakat kelurahan Taratara dan Woloan
Kota Tomohon terhadap tikus ekor putih sebagai satwa endemik Sulawesi Utara
yang dapat dimanfaatkan secara lestari dan terkendali.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menggali dan mempelajari tingkat pemahaman masyarakat kelurahan
Taratara dan Woloan Kota Tomohon terhadap kelestarian tikus ekor putih
sebagai satwa endemik Sulawesi Utara.
2. Sebagai langka awal untuk menggali/ informasi terhadap ketertarikan
masyarakat kelurahan Taratara dan Woloan dalam uasaha penangkaran dan
budidaya tikus ekor putih sebagai satwa endemik.
3. Menambah refrensi pengetahuan dalam bidang peternakan dalam hal ini
tikus ekor putih sebagai satwa harapan masa depan yang perlu ditangkarkan
dan dibudidayakan.

1.4 Manfaat penelitian


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kalangan
pemerintah daerah maupun pusat dalam menyatakan pola kebijakan untuk
pengembangan tikus ekor putih sebagai salah satu satwa endemik Sulawesi
Utara.
2. Sebagai bahan informasi ilmiah untuk menunjang usaha konservasi fauna
endemik Sulawesi Utara dalam hal ini tikus ekor putih sehingga
kehidupannya dapat lestari serta dapat dimanfatkan secara terkendali.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan morfologi tikus ekor putih


Menurut Corbet dan Hill (1992), klasifikasi tikus ekor putih adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animal
Filu : Chordata
Subfilum : Vertebrata(Craniata)
Kelas : Mamalia
Subkelas : Theria
Ordo : Rodentia
Subordo : Myomorpha
Suberfamili : Muroidea
Family : Muridae
Subfamily : Murinae
Genus : Murinae
Spesies : Maxomys hellwandii

Gambar 1. Tikus Hutan ekor putih


Sumber: Indozone 2020

Tikus ini mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil, berwarna krem kecoklatan
dengan ciri-ciri khusus bagian dada berwarna agak putih dengan ekor yang

3
panjang dan sebagian ujungnya berwarna putih sehingga dikenal dengan nama
tikus ekor putih (Van der Zon, 1979).

2.2 Pakan
Tikus ekor putih mengkonsumsi buah kelapa, buah pepaya, daun sirih, buah
sirih juga jenis buah dan daun yang ada di hutan (Upa et al., 2020). Selain itu
menurut Wahyuni (2005), tikus ekor putih memakan buah-buahan, biji, dan kulit
buah serta janis arthopoda seperti serangga (belalang), kumbang, semut, ngengat,
dan kecoak. Dari hasil penelitian Walukow et al., 2020 menunjukan bahwa jenis
makanan yang paling disukai tikus ekor putih betina adalah buah pepaya 55,62
gr/ekor/hari sedangkan jantan lebih menyukai buah pisang 49,28 gr/ekor/hari.

2.3 Habitat
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak.
Menurut Clements & Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di
sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau
komunitas. Habitat dari tikus hutan ekor putih hidup di hutan primer maupun
hutan sekunder. Hutan primer adalah hutan yang minim terhadap gangguan
manusia, sedangkan untuk hutan sekunder adalah hutan yang merupakan hasil
regenerasi (pemulihan) setelah mengalami kerusakan. Menurut Chazdon et al.,
2009, hutan sekunder dapat digunakan sebagai tempat konservasi keaneka
ragaman hayati. Sebaliknya Barlow et al., 2007 mengemukakan hutan sekunder
yang bergenerasi secara alami dapat menyediakan jasa konservasi selayaknya
hutan primer namun tidak dapat menyamai keanekaragaman hayatinya. Mamalia
kecil ini aktif pada malam hari, baik di atas permukaan tanah (terestrial) maupun
di atas pohon (arboreal), (Payne et al., 1999).
Tikus ekor putih ini juga banyak di temukan di hutan tangkoko di provinsi
Sulawesi Utara, (Masalah et al., 2020).

2.4 Kecamatan Tomohon barat


Menurut Data kecamatan Tomohon Barat 2018 Kelurahan Taratara dan
Woloan terletak di kecamatan Tomohon Barat dengan letak geografis membujur

4
sepanjang kaki gunung lokon, dengan batas-batasnya sebagai berikut sebelah
Utara dengan Kecamatan Tomohon Utara, sebalah Timur dengan Kecamatan
Tomohon Tengah, sebelah Selatan dengan Kecamatan Tomohon Selatan, sebelah
Barat dengan Kecamatan Tombariri kabupaten Minahasa. Kecamatan Tomohon
barat terletak di atas wilaya 34,99 Km² dengan memiliki jumblah penduduk
sebanyak 16.916 jiwa.
Menurut Profil kelurahan Woloan dan Taratara 2019, Kelurahan Taratara
melimilki ketinggian 633 mdl dari permukaan laut, kelembapan 30 % dengan suhu
rata-rata harian mencapai 25-30 ⁰C. Kelurahan Woloan terletak di ketinggian 600
mdl dari permukaan laut dengan kelembapan 30 % dengan suhu harian mencapai
27 ⁰C.

2.5 Pemahaman masyarakat


a. Definisi pemahaman
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia pemahaman adalah suatu hal
yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Pemahaman berasal dari kata
paham yang artinya pengertian, pendapat, aliran, tau benar. Sehingga dapat
diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami, dan cara
mempelajari, (Depdikbud, 1994:74). Menurut Rahman, 2003 : 92, pemahaman
adalah kegiatan mengerti dengan sungguh-sungguh atau mengerti secara cerdas
tentang masalah, fakta, gagasan atau implikasi.
b. Masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah
ilmiah adalah saling berinteraksi. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan
bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan suatu adat
istiadat menurut (Soekanto 2006:22).

Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pemahaman masyarakat


adalah kemampuan masyarakat dalam mengerti tentang suatu masalah, fakta,
gagasan atau implikasi dengan sungguh-sungguh dan cerdas

5
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu pelaksanaan


Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Taratara dan Woloan Kota
Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara, penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2022.

3.2. Materi dan alat penelitian


Materi penelitian yaitu masyarakat yang ada di kelurahan Taratara dan
Woloan, alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat tulis
menulis, kamera dan kuesioner.

3.3 Metode penelitian

• Pra penelitian (orientasi lapangan )


Penelitian pendahuluan/orientasi lapangan dilakukan untuk mencari informasi
sebanyak mungkin tentang keadaan tipikal masyarakat kelurahan Taratara dan
Woloan yamg akan dijadikan responden serta keadaan umum wilayah peneltian.
Pra penelitian (orientasi lapangan) dilakukan 7-14 hari.

3.4 Teknik pengumpulan data


a. Data diambil selama penangkaran/ budidaya tikus ekor putih diambil
secara keseluruhan
b. Data diambil juga di masyarakat kelurahan Taratara dan Woloan yang
belum membudidayakan tikus ekor putih 20% dari jumlah penduduk
dewasa yang ada

3.5 Analisis Data


Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa secara sederhana yang
menghintung presentase variabel yang diukur, kemudian disajikan secara
deskripsi yaitu pengukuran dari apa yang diperoleh dari hasil-hasil wawancara
dengan responden terhadap variabel yang diukur.

6
3.6 Variabel
Dalam penelitian ini variable yang akan di amati meliputi:
1. Nama
2. Umur
3. Tingkat pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pengetahuan mengenai Tikus ekor putih sebagai satwa endemik
6. Tingkat pemahaman masyarakat mengenai tikus ekor putih

7
DAFTAR PUSTAKA

Barlow, J., Gardner, T. A, Araujo, I. S., vila-Pires, T.C.A., Bonaldo, A. B., Costa,
J. E., Esposito, M. C., Ferreira, L. V., Hawes, J., Hernandez, M. I. M,
Hoogmoed, M. S., Leite, R. N., Lo-Man-Hung, N. F., Malcolm, J. R.,
Martins, M. B., Mestre, L. A. M., Miranda-Santos, R., Nunes-Gutjahr, A.
L., Overal, W. L., Parry, L., Peters, S. L., Ribeiro-Junior, M. A., da Silva,
M. N. F., C. da Silva Motta and Peres, C. A. 2007. Quantifying the
biodiversity value of tropical primary, secondary, and plantation forests.
Proceeding of the National Academy Science of The United State of
America 104 (47):18555–18560.

Chazdon, R.L., C.A. Peres., D. Dent., D. Sheil., A.E. Lugo., D. Lamd., N.E.
Stork., and S.E. Miller. 2009. The potential for species conservation in
tropicalsecondary forests. Conservation Biology 23 (6): 1406–1417.

Clements F. E, dan Shelford V. E. 1939. Bioecology. New York: John Wiley &
Sons, Inc.

Corbet g. B dan hill j. E. 1992. The mammals of the indomalayan region: a


sistematic review. Natural history museum publications. Oxford
university press.

Data Kecamatan Tomohon Barat. 2018. Badan pusat statistik Kota Tomohon
BPS-Statistics of Tomohon Municipality.

Depdikbud. (1994: 74). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai pustaka.

Indozone ID. 2020. Kelezatan tikus hutan yang jadi makanan khas minahasa.
https://www.indozone.id/food/WYsv6jq/kelezatan-tikus-hutan-yang-
jadimakanan-tradisional-khas-minahasa (diakses 29 januari 2021).

8
IUCN, 2008. Redlist. https://www.iucnredlist.org/species/ 19372/115150466
[diakses 27 April 2019].

Kennerley, R dan E. Clayton. 2016. Rattus xanthurus (errata version published in


2017). The IUCN Red List of Threatened Species 2016 :
e.T19372A115150466. http//dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-
3.RLTS.T19372A22444970.en. Downloaded on 06 May 2019.

Masala J, Wahyuni I, Rimbing S. C, Lapian H. F. N, 2020. Karakteristik


morfologi tikus hutan ekor putih di tangkoko batuangus Bitung.

Payne j. C. M, francis k, philipps s. N, kartikasri dan junaidi. 1999. Panduan


lapangan mamalia di kalimantan, sabah, serawak dan brunai darusalam.
Sabah sociaty.

Rahman, maman. 2003. Filsafat ilmu. Semarang: UPT UNNES Press.

Soekanto S. (2006:22) Sosiologi suatu pengantar. Jakarta

Upa f. T, saroyo, katili d. Y, 2020. Komposisi pakan tikus ekor putih (maxomys
hellwandii) di kandang. Program studi biologi, jurusan biologi, fmipa.
Unsrat. Manado.

Van der Zon A P M.1979. mammals of indonesia. UNDP/FAO National park


Development Project.

Walukow S R F, Kiroh H J, Wahyuni I, Wungow R S H. 2020. tingkat kesukan


jenis makanan dan pengaruhnya terhadap pertambahan berat badan tikus
ekor putih (rattus xanthurus) di penangkaran ex-situ. Vol 40(1), 182190.

9
Wahyuni i. 2005. Tingkah laku, reproduksi, dan karakteristik daging tikus ekor
putih imaxomys hellwandii). Disertasi sekolah pascasarjana ipb. Bogor.

10

Anda mungkin juga menyukai