Anda di halaman 1dari 22

Tugas Makalah Penegmbangan Pembelajaran Kimia Inovasi

TEORI-TEORI BELAJAR

OLEH

NAMA : HARDIANTI
NIM : A1L1 18 030

JURUSAN PENDIDKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas paper ini. Tugas ini telah disusun

dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat

memperlancar proses pembuatan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Penegmbangan Pembelajaran Kimia Inovasi dengan materi Teori-teori Belajar. Selain itu,

tugas makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Teori Belajar dan semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan bahan referensi dalam mempelajari

bahasan ini.

Dengan segala keterbatsan yang ada, kami telah berusha dengan segala daya dan

upaya menyelesaikan tugas paper ini sebagaimana pepatah yang mengatakan tiada gading

yang tak retak, bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan

maupun materinya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Kendari, Desember 2021


Penyususn

Firayanti
A1L118037
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengajar bukan semata-mata mentransfer ilmu yang dimilki oleh pendidik kepada

peserta didiknya, pendidik dan peserta didik bukanlah benda mekanik atau robot akan

tetapi pendidik maupun peserta didik dalam dunia pendidikan adalah manusia yang tentunya

memilki keragaman, karakteristik dan ciri khas, serta kelebihan dan kekurangannya masing-

masing.

Belajar tentunya memiliki berbagai macam taori yang telah dicetuskan oleh para

pakar yang punya keahlian di berbagai bidang bidanh keilmuan punya sumbagsih yang

penting dalam merumuskan teori belajar. Pemikiran-pemikiran mereke tentang manusia

dan lingkungannya telah digunakan oleh para praktisi pendidikan dan pembelajaran

untuk merumuskan teori belajar dan mempraktikkannya dalam kenyataan

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk

suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi

bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak

hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana

melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya

menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan

suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan

lingkungan.

Teori Belajar dan Pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik,

mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai

pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah

kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian


kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-

masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam

kemampuan intelektual (Nurhadi, 2018: 3).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa

permasalahan yang menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian belajar?

2. Apa saja teori-teori dalam belajar yang dapat mendukung pembelajaran?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah tentang teori-teori belajar ini adalah sebagai

berikut :

1. Menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang proses belajar

2. Menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori-teori dalam belajar yang

dapat mendukung pembelajaran


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan

dengan cara mengolah bahan belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:6), Berbeda dengan

Sanjaya (2010:112), beliau berpendapat bahwa “Belajar adalah proses mental yang terjadi

dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.” Menurut

Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:11), “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat

pengalaman dan latihan.”

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk

suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi

bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak

hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun

bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar

yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.

Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi

dengan sumber belajar dan lingkungan.

2.2 Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu

aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan

oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil daripengalaman.

Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar

merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan

respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan

tingkah lakunya.

1. Tokoh-tokoh dan Pemikirannya Terhadap Teori Belajar Behavioristik

Adapun tokoh-tokoh aliran behaviorisme ini antara lain :

a. Ivan Petrovich Pavlov

b. Thorndike

c. Skiner

d. A. Bandura

a. Ivan Petrovich Pavlov

Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang

ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan

netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan

reaksi yang diinginkan.

Eksperimen yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Pavlov sangat berpengaruh

terhadapa pandangan behaviorisme yakni gejala-gejala kejiwaan seseorang dapat dilihat dari

prilakunya hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup

manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya.

Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia

berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-

rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di

inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang

(anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun

demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia meletakkan secara

rutin bubur daging di depan mulut anjing. Anjing mengeluarkan air liur. air liur yang

dikeluarkan oleh anjing merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan.

Pavlov juga menggunakan lonceng sebelum makanan diberikan. Berdasarkan hasil

eksperimen pavlo diperoleh suatu kesimpulan bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan

suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian

dikenal dengan Teori Pengkondisian Klasik.

b. Edward LeeThorndike

Edward Lee Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog

berkebangsaan Amerika. Edward awalnya melakukan penelitian tentang prilaku binatang

sebelum tertarik pada psikologi manusia.

Thorndike menyatakan bahwa prilaku belajar manusia ditentukan oleh stimulus

yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks. Stimulus yang

terjadi setelah sebuah prilaku terjadi akan mempengaruhi prilaku selanjutnya. Dari

eksperimen ini Thorndike telah mengembangkan hukum Law Effect. Ini berarti jika

sebuah tindakan diikuti oleh sebuah perubahan yang memuskan dalam lingkungan, maka

kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali akan semakin meningkat. Sebaliknya

jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang tidak memuaskan, maka tindakan itu

menurun atau tidak dilakukan sama sekali. Dengan kata lain, konsekuen-konsekuen dari

prilaku sesorang akan memainkan peran penting bagi terjadinya prilaku-prilaku yang akan

datang.

Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme.

Teori ini disebut dengan teori koneksionisme atau juga disebut “S -R Bond Theory”

dan “S-R Psycology of learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan “Trial and

Error Learning”.
Menurut Thorndike, ada beberapa hukum pokok dalam proses belajar manusia,

antara lain:

a. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian

diri dengan sekitarnya yang akan memberikan kepuasan, hubungan antara

stimulus dan respon akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan pada diri

seseorang.

b. Law of Exercise, hubungan antara stimulus dan respon itu akan sangat

kuat bila sering dilakukan pelatihan dan pengulangan, dan akan menjadi lemah

jika latihan tidak diteruskan.

c. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh

yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan

kepuasan akan dilupakan.

c. Burrhus Frederic Skinner

Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor teori ini

adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan

perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi.

Teori belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun

dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya

terhadap perkembangan teori belajar Behaviorisme. Program -program pembelajaran

seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program

pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus - respons serta

mementingkan faktor-faktor penguat merupakan program-program pembelajaran yang

menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner.

Menurut skinner berdasarkan percobaanya terhadap tikus unsur terpenting dalam

belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan

negatif).Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan

bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan,

memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.

Skinner tidak sependapat pada asumsi yang dikemukakan Guthrie bahwa

hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan

menurut skinner :

a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.

b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari

jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama.

c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)

agar ia terbebas dari hukuman.

d. Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala

lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang diperbuatnya.

Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui

interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,

tidaklah sesederhana itu yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Menurutnya

respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang

diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi

respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.

Konsekuensi-konsuekensi inilah yang nantinya memengaruhi menculnya perilaku. Oleh

karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami

hubungan antara stimulus yang satu dengan yang lainnya, serta memahami konsep yang

mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul akibat

respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-


perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah

rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian

seterusnya.

d. A. Bandura

Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang

tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura

(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori- teori belajar perilaku,

tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku,

dan pada proses-proses mental internal.

Salah satu asumsi paling awal mendasari teori pembelajaran sosial Bandura

adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap

maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah pengalaman- penglaman tak

terduga (vicarious experiences). Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari

pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari dari aktivitas mengamati

perilaku orang lain.

Asumsi awal memberi isi sudut pandang teoritis Bandura dalam teori pembelajaran

sosial yaitu: (1) Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan

(imitation) atau pemodelan (modeling). (2) Dalam imitation atau modeling individu

dipahami sebagai pihak yang memainkan peran aktif dalam menentukan perilaku mana

yang hendak ia tiru dan juga frekuensi serta intensitas peniruan yang hendak ia jalankan.

(3) Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan

tanpa harus melalui pengalaman langsung. (4) Dalam Imitation atau modeling terjadi

penguatan tidak langsung pada perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan

langsung untuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan. Individu dalam penguatan tidak

langsung perlu menyumbangkan komponen kognitif tertentu (seperti kemampuan mengingat


dan mengulang) pada pelaksanaan proses peniruan. (5) Mediasi internal sangat penting

dalam pembelajaran, karena saat terjadi adanya masukan indrawi yang menjadi dasar

pembelajaran dan perilaku dihasilkan, terdapat operasi internal yang mempengaruhi hasil

akhirnya.

Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk

belajar tanpa berbuat apapun. Manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain.

Vicarious learning adalah pembelajaran dengan mengobservasi orang lain. Fakta ini

menantang ide behavioris bahwa faktor-faktor kognitif tidak dibutuhkan dalam penjelasan

tentang pembelajaran. Bila orang dapat belajar dengan mengamati, maka mereka pasti

memfokuskan perhatiannya, mengkonstruksikan gambaran, mengingat, menganalisis, dan

membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi pelajaran. Bandura percaya penguatan

bukan esensi pembelajaran. Meski penguatan memfasilitasi pembelajaran, namun bukan

syarat utama. Pembelajaran manusia yang utama adalah mengamati model-model, dan

pengamatan inilah yang ters menerus diperkuat.

Kajian asumsi penting lain yang perlu dibahas dalam teori belajar sosial Albert

Bandura adalah determinisme timbal balik (reciprocal determinism). Menurut pandangan

ini, pada tingkatan yang paling sederhana masukan indrawi (sensory input) tidak serta

merta menghasilkan perilaku yang terlepas dari pengaruh sumbangan manusia secara

sadar. Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga

variabel, lingkungan, perilaku dan kepribadian.

Inti reciprocal determinism adalah manusia memproses informasi dari modeldan

mengembangkan serangkaian gambaran simbolis perilaku melalui pembelajaran yang

bersifat coba-coba kemudian disesuaikan dengan manusia. Ketiga faktor yang resiprok

ini tidak perlu sama kuat atau memiliki kontribusi setara. Potensi relatif ketiganya

beragam, tergantung pribadi dan situasinya. Pada waktu tertentu perilaku mungkin lebih
kuat pengaruhnya. Namun, di lain waktu lingkungan mungkin memberikan pengaruh

paling besar. Meskipun perilaku dan lingkungan terkadang bisa menjadi bisa menjadi

kontributor terkuat suatu kinerja namun, kognisilah (kepribadian) kontributor yang paling

kuat. Kognisi mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi kognisi. Lingkungan

mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan. Kognisi mempengaruhi

lingkungan. Lingkungan mempengaruhi kognisi.

Teori pembelajaran sosial Albert Bandura adalah pembelajaran dengan mengamati

dan bertindak. Inti mengamati adalah pemodelan, yang mencakup pengamatan terhadap

aktivitas-aktivitas yang benar, mengkodekan secara tepat kejadian-kejadian ini untuk

dipresentasikan di dalam memori, melakukan performa aktual perilaku, dan menjadi

cukup termotivasi. Pembelajaran dengan bertindak mengizinkan seseorang untuk mencapai

pola-pola baru perilaku kompleks lewat pengalaman langsung dengan memikirkan dan

mengevaluasi konsekuensi- konsekuensi perilaku tersebut.

2.3 Teori Belajar Kognitivisme

Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan

dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi

ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan (Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar

kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.

Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa

Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon

sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme

melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif

leih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, dkk. 2012: 87).

Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang

mempelajari prses belajar hanya sebagai hubungan stimulus- respon, model belajar

kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model

perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan

oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan

belajarnya. Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu

dapat terlihat sebaigai tingkah laku yang Nampak.

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang

terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha

yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses

interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk

pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif

dan berbekas.

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar

tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus- menerus

sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan

“pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah,

menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan

sebagainya.

1. Tokoh Teori Belajar Kognitivisme

Tokoh dari teori tersebut antara lain Jean Peaget, Bruner, dan Ausebel, Robert

M. Gagne.
a. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.

Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang pernah

mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri atas

beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1) Piaget mengatakan bahwa (i) anak

itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibunya; (ii)

kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi itu

memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan

struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu.

Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan

dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, bahwa

belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif

peserta didik (Ibda, 2015). Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan

eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan

dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan

rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,

mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : Bahasa

dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar

dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak- anak akan belajar

lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik (Ibda, 2015). Guru harus

membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.

Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan

peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak

hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, artinya

proses yang didasarkan atas mekenisme biologis dari perkembangan system syaraf.

Semakin bertambah umur seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin

meningkat pula kemampuannya (Muhaimin, dkk. 2012: 199). Sehingga ketika dewasa

seseorang akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan

adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget membagi

proses belajar kedalam tiga tahapan yaitu :

1) Asimilasi. Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang

sudah ada. Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip- prinsip penjumlahan,

jika gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses

pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak)

dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).

2) Akomodasi. Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang

baru. Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya :

siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal

perkalian.

3) Equilibrasi. Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan

akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan

menambah ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya,

maka diperlukan roses penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif

seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan

kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi yang

diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan logis.

Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian, pengembangan

dan pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan konsep schema/skema (jamak =

schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/ struktur kognitif yang baru tersebut akan

menjadi dasar untuk kegiatan belajar berikutnya. Proses belajar harus disesuaikan dengan

tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam empat tahap,

yaitu :

1) Tahap sensorimotor (anak usia lahir-2 tahun)

2) Tahap preoperational (anak usia 2-8 tahun)

3) Tahap operational konkret (anak usia 7/8-12/14 tahun)

4) Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)

b. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jarome Bruner.

Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan

dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh

lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Sehingga,

perkembangan bahasa memberi pengaruh besar dalam perkembangan kognitif.

Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak

mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata

dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif

seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan

menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum

spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar

sampai Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif

mereka, artinya menuntut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar yang terbaik

menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses
intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan

kata lain, belajar dengan menemukan.

Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah menghadapkan anak

pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha

membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya;

dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan

kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam

benaknya. Dari implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah

bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman didalam dirinya yang

tertata dalam bentuk struktur kognitif, yang kemudian mengalami tahap belajar sebagai

perubahan persepsi dan pemahaman dari apa yang aia temukan.

Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif

jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk

konsep, teori, definisi, dsb) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili)

aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini “belajar ekspositori” (belajar dengan

cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu informasi umum dan diminta untuk mencari

contoh-contoh khusus dan konkrit. Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan

kognitif, yaitu :

1) Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan dengan

observasi, pengalaman terhadap suatu realita.

2) Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan visualaisasi

verbal.

3) Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi

oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.


Keuntungan belajar menemukan (Free Discovery Learning): 1). Menimbulkan rasa

ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya; 2).

Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan

siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.

c. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel

Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang

dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/ meaning full learning).

Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap (Budiningsih, 2015: 43): 1). Memperhatikan

stimulus yang diberikan; 2). Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan

informasi yang sudah dipahami; 3). Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya.

Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan

dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced Organizer),

dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced

organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang

akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : 1).

Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. 2).

Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan

yang akan dipelajari. 3). Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara

lebih mudah.

Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan

demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif

yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika berfikir yang

baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan

yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah

dipahami.
d. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Vygotsky

Vygotsky(dalam Suprijono, 2009:32) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan

suatu perkembangan pengertian yang dibedakan menjadi pengertian spontan dan ilmiah.

Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan daripengalaman sehari-hari

sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas. Dalam proses

belajar terjadi perkembangan dari pengertian spontan ke ilmiah. Suparno (dalam Suprijono,

2009:34) menyatakan bahwa keduakonsep itu sama-sama mengimplikasikan pentingnya

keaktifan siswa dalambelajar dengan menekankan pada tindakan terhadap obyek.

Budiningsih (2012:100-104) mengungkapkan konsep-konsep penting teori Vygotsky

tentang perkembangan kognitif dalam teori belajar dan pembelajaran adalah: (1) hukum

genetika tentang perkembangan (genetic law ofdevelopment), menurut Vygotsky

kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran yaitu: (a)

tataran sosial tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (interpsikologi atau

intermental) yang merupakan faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan

pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang; (b) tataran psikologis dalam diri orang

yang bersangkutan (intrapsikologis atau intramental) yang dipandang sebagai derivasiatau

keturunan yang tumbuh dan berkembang yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaandan

internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut; (2) zona perkembangan proksimal

(zone of proximal development), diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-

kemampuan yang belum matang yang masihberada pada prosespematangan; (3) mediasi,

menurut Vygotsky kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis

adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Ada dua jenis

mediasi dalam teori Vygotsky yaitu: (1) mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat
semiotik yang bertujuan untuk melakukan self-regulation atau regulasi diri, meliputi self-

planning, self- monitoring, self-checking, dan self-evaluating; (2) mediasi kognitif adalah

penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan

pengetahuan tertentu atau subject-domain problem.

Ide penting lain dari teori Vygotsky adalah Scaffolding, yaitu menghadirkan tugas

tantangan (melempar bola berisi soal) bagi siswa dalam kerangka pembelajaran aktif,

membantu siswa memperoleh konsep dasar berbagai disiplin akademik. Scaffolding berarti

memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran dan

kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk,

peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkal- langkah pemecahan, memberi

contoh, ataupun hal-hal lain yang memungkinkan pelajar tumbuh sendiri. Inti teori

Vygotsky adalah lebih menekankan pada interaksi antara aspek internal dan aspek eksternal

dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori

Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial setiap individu dalam konteks

budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan

kemampuannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah ini disimpulkan bahwa :

a. Teori belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru yang telah

diprogram dalam rangka membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan petunjuk kurikulum yang

berlaku.

b. Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu.

Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan

mengabaikan aspek – aspek mental. Teori behaviorisme hanya ingin mengetahui

bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Tokoh belajar

behaviorisme yaitu : Ivan Pavlov, E.L, Thorndike, B.F. Skinner, dan A. Bandura.

c. Teori Kognitivisme adalah tentang bagaimana manusia memproses dan menyimpan

informasi sangat penting dalam proses belajar. Model kognitif ini memiliki perspektif

bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya

mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara

pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori belajar ini

berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya. Tujuan

utama para pendidik adalah mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia

serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Tokoh belajar

Kognitif, yaitu : Jerome Bruner, David Ausubel, Jean Piaget, dan Lev Vygostik.
DAFTAR PUSTAKA

Lesilolo, H. J.2018. Penerapan Teori Belajar Sosial Albert Bandura Dalam Proses Belajar Mengajar
di Sekolah. Kenosis. Vol 4(2).
Narhadi. 2020. Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya dalam Pembelajaran . Jurnal Edukasi
dan Sains. Vol 2(1).
Safaruddin. 2016. Teori Belajar Behavioristik. Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan. Vol 8(2).

Anda mungkin juga menyukai