TEORI-TEORI BELAJAR
OLEH
NAMA : HARDIANTI
NIM : A1L1 18 030
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas paper ini. Tugas ini telah disusun
dengan semaksimal mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Penegmbangan Pembelajaran Kimia Inovasi dengan materi Teori-teori Belajar. Selain itu,
tugas makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Teori Belajar dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan bahan referensi dalam mempelajari
bahasan ini.
Dengan segala keterbatsan yang ada, kami telah berusha dengan segala daya dan
upaya menyelesaikan tugas paper ini sebagaimana pepatah yang mengatakan tiada gading
yang tak retak, bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
Firayanti
A1L118037
BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar bukan semata-mata mentransfer ilmu yang dimilki oleh pendidik kepada
peserta didiknya, pendidik dan peserta didik bukanlah benda mekanik atau robot akan
tetapi pendidik maupun peserta didik dalam dunia pendidikan adalah manusia yang tentunya
memilki keragaman, karakteristik dan ciri khas, serta kelebihan dan kekurangannya masing-
masing.
Belajar tentunya memiliki berbagai macam taori yang telah dicetuskan oleh para
pakar yang punya keahlian di berbagai bidang bidanh keilmuan punya sumbagsih yang
dan lingkungannya telah digunakan oleh para praktisi pendidikan dan pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak
hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya
suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan.
mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai
pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah
masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam
permasalahan yang menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah tentang teori-teori belajar ini adalah sebagai
berikut :
2. Menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang teori-teori dalam belajar yang
dengan cara mengolah bahan belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:6), Berbeda dengan
Sanjaya (2010:112), beliau berpendapat bahwa “Belajar adalah proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.” Menurut
Djamarah, Syaiful dan Zain (2006:11), “belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi
bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak
bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar
Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar dan berinteraksi
Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah satu
aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori yang dicetuskan
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil daripengalaman.
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya.
b. Thorndike
c. Skiner
d. A. Bandura
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan
Eksperimen yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh Pavlov sangat berpengaruh
terhadapa pandangan behaviorisme yakni gejala-gejala kejiwaan seseorang dapat dilihat dari
prilakunya hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup
manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya.
Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di
demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia meletakkan secara
rutin bubur daging di depan mulut anjing. Anjing mengeluarkan air liur. air liur yang
dikeluarkan oleh anjing merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan makanan.
eksperimen pavlo diperoleh suatu kesimpulan bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan
suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting, yang kemudian
b. Edward LeeThorndike
yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks. Stimulus yang
terjadi setelah sebuah prilaku terjadi akan mempengaruhi prilaku selanjutnya. Dari
eksperimen ini Thorndike telah mengembangkan hukum Law Effect. Ini berarti jika
sebuah tindakan diikuti oleh sebuah perubahan yang memuskan dalam lingkungan, maka
kemungkinan tindakan itu akan diulang kembali akan semakin meningkat. Sebaliknya
jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan yang tidak memuaskan, maka tindakan itu
menurun atau tidak dilakukan sama sekali. Dengan kata lain, konsekuen-konsekuen dari
prilaku sesorang akan memainkan peran penting bagi terjadinya prilaku-prilaku yang akan
datang.
Teori ini disebut dengan teori koneksionisme atau juga disebut “S -R Bond Theory”
dan “S-R Psycology of learning” selain itu, teori ini juga terkenal dengan “Trial and
Error Learning”.
Menurut Thorndike, ada beberapa hukum pokok dalam proses belajar manusia,
antara lain:
a. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul karena penyesuaian
stimulus dan respon akan mudah terbentuk apabila ada kesiapan pada diri
seseorang.
b. Law of Exercise, hubungan antara stimulus dan respon itu akan sangat
kuat bila sering dilakukan pelatihan dan pengulangan, dan akan menjadi lemah
c. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan dampak atau pengaruh
yang memuaskan cenderung ingin diulangi lagi dan yang tidak mendatangkan
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian operan. Pelopor teori ini
adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan
Teori belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun
dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus - respons serta
belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan
bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan,
hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan
menurut skinner :
b. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari
c. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk)
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang
diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi
karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan yang lainnya, serta memahami konsep yang
mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul akibat
rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian
seterusnya.
d. A. Bandura
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori- teori belajar perilaku,
tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku,
Salah satu asumsi paling awal mendasari teori pembelajaran sosial Bandura
adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap
maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah pengalaman- penglaman tak
terduga (vicarious experiences). Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari
pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka pelajari dari aktivitas mengamati
Asumsi awal memberi isi sudut pandang teoritis Bandura dalam teori pembelajaran
sosial yaitu: (1) Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan
(imitation) atau pemodelan (modeling). (2) Dalam imitation atau modeling individu
dipahami sebagai pihak yang memainkan peran aktif dalam menentukan perilaku mana
yang hendak ia tiru dan juga frekuensi serta intensitas peniruan yang hendak ia jalankan.
(3) Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu yang dilakukan
tanpa harus melalui pengalaman langsung. (4) Dalam Imitation atau modeling terjadi
penguatan tidak langsung pada perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan
langsung untuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan. Individu dalam penguatan tidak
dalam pembelajaran, karena saat terjadi adanya masukan indrawi yang menjadi dasar
pembelajaran dan perilaku dihasilkan, terdapat operasi internal yang mempengaruhi hasil
akhirnya.
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk
belajar tanpa berbuat apapun. Manusia belajar dengan mengamati perilaku orang lain.
Vicarious learning adalah pembelajaran dengan mengobservasi orang lain. Fakta ini
menantang ide behavioris bahwa faktor-faktor kognitif tidak dibutuhkan dalam penjelasan
tentang pembelajaran. Bila orang dapat belajar dengan mengamati, maka mereka pasti
syarat utama. Pembelajaran manusia yang utama adalah mengamati model-model, dan
Kajian asumsi penting lain yang perlu dibahas dalam teori belajar sosial Albert
ini, pada tingkatan yang paling sederhana masukan indrawi (sensory input) tidak serta
merta menghasilkan perilaku yang terlepas dari pengaruh sumbangan manusia secara
sadar. Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga
bersifat coba-coba kemudian disesuaikan dengan manusia. Ketiga faktor yang resiprok
ini tidak perlu sama kuat atau memiliki kontribusi setara. Potensi relatif ketiganya
beragam, tergantung pribadi dan situasinya. Pada waktu tertentu perilaku mungkin lebih
kuat pengaruhnya. Namun, di lain waktu lingkungan mungkin memberikan pengaruh
paling besar. Meskipun perilaku dan lingkungan terkadang bisa menjadi bisa menjadi
kontributor terkuat suatu kinerja namun, kognisilah (kepribadian) kontributor yang paling
dan bertindak. Inti mengamati adalah pemodelan, yang mencakup pengamatan terhadap
pola-pola baru perilaku kompleks lewat pengalaman langsung dengan memikirkan dan
dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi
ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan (Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar
kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.
Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa
Internal. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon
sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif
leih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya (Bahruddin, dkk. 2012: 87).
Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang
mempelajari prses belajar hanya sebagai hubungan stimulus- respon, model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model
perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Perubahan Belajar merupakan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses
interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk
pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif
dan berbekas.
merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus- menerus
sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan
“pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah,
sebagainya.
Tokoh dari teori tersebut antara lain Jean Peaget, Bruner, dan Ausebel, Robert
M. Gagne.
a. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.
Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang pernah
beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1) Piaget mengatakan bahwa (i) anak
itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibunya; (ii)
kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi itu
memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir, sedangkan
struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu.
belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik (Ibda, 2015). Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan
dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak- anak akan belajar
lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik (Ibda, 2015). Guru harus
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, artinya
proses yang didasarkan atas mekenisme biologis dari perkembangan system syaraf.
Semakin bertambah umur seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya (Muhaimin, dkk. 2012: 199). Sehingga ketika dewasa
sudah ada. Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip- prinsip penjumlahan,
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak)
baru. Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya :
siswa ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal
perkalian.
akomodasi. Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan
kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi yang
dan pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan konsep schema/skema (jamak =
schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/ struktur kognitif yang baru tersebut akan
menjadi dasar untuk kegiatan belajar berikutnya. Proses belajar harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam empat tahap,
yaitu :
dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak
mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata
dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum
spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar
menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses
intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan
pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha
membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya;
benaknya. Dari implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah
bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman didalam dirinya yang
tertata dalam bentuk struktur kognitif, yang kemudian mengalami tahap belajar sebagai
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk
aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini “belajar ekspositori” (belajar dengan
cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu informasi umum dan diminta untuk mencari
contoh-contoh khusus dan konkrit. Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan
kognitif, yaitu :
verbal.
ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya; 2).
dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/ meaning full learning).
Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap (Budiningsih, 2015: 43): 1). Memperhatikan
stimulus yang diberikan; 2). Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan
informasi yang sudah dipahami; 3). Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya.
Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan
dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced Organizer),
organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang
akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu : 1).
Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari. 2).
Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan
yang akan dipelajari. 3). Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara
lebih mudah.
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan
demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif
yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika berfikir yang
yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah
dipahami.
d. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Vygotsky
suatu perkembangan pengertian yang dibedakan menjadi pengertian spontan dan ilmiah.
sedangkan pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas. Dalam proses
belajar terjadi perkembangan dari pengertian spontan ke ilmiah. Suparno (dalam Suprijono,
tentang perkembangan kognitif dalam teori belajar dan pembelajaran adalah: (1) hukum
kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran yaitu: (a)
pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang; (b) tataran psikologis dalam diri orang
keturunan yang tumbuh dan berkembang yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaandan
kemampuan yang belum matang yang masihberada pada prosespematangan; (3) mediasi,
menurut Vygotsky kunci utama untuk memahami proses-proses sosial dan psikologis
adalah tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Ada dua jenis
mediasi dalam teori Vygotsky yaitu: (1) mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat
semiotik yang bertujuan untuk melakukan self-regulation atau regulasi diri, meliputi self-
planning, self- monitoring, self-checking, dan self-evaluating; (2) mediasi kognitif adalah
Ide penting lain dari teori Vygotsky adalah Scaffolding, yaitu menghadirkan tugas
tantangan (melempar bola berisi soal) bagi siswa dalam kerangka pembelajaran aktif,
membantu siswa memperoleh konsep dasar berbagai disiplin akademik. Scaffolding berarti
memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran dan
kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk,
contoh, ataupun hal-hal lain yang memungkinkan pelajar tumbuh sendiri. Inti teori
Vygotsky adalah lebih menekankan pada interaksi antara aspek internal dan aspek eksternal
dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori
Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial setiap individu dalam konteks
budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan
kemampuannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Teori belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh guru yang telah
berlaku.
behaviorisme yaitu : Ivan Pavlov, E.L, Thorndike, B.F. Skinner, dan A. Bandura.
informasi sangat penting dalam proses belajar. Model kognitif ini memiliki perspektif
bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori belajar ini
Kognitif, yaitu : Jerome Bruner, David Ausubel, Jean Piaget, dan Lev Vygostik.
DAFTAR PUSTAKA
Lesilolo, H. J.2018. Penerapan Teori Belajar Sosial Albert Bandura Dalam Proses Belajar Mengajar
di Sekolah. Kenosis. Vol 4(2).
Narhadi. 2020. Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya dalam Pembelajaran . Jurnal Edukasi
dan Sains. Vol 2(1).
Safaruddin. 2016. Teori Belajar Behavioristik. Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan. Vol 8(2).