MAKALAH
KONSELING SFBT
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Mahrita : 200101060586
Muhammad Hafiz : 200101060405
Yulia Shabrina : 200101060720
Makalah ini telah kami susun bersama dengan maksimal atas kerjasama kami sehingga
dapat memperlancarkan pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa
Makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun
dari cara bahasanya. Oleh karena itu kami terbuka untuk menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap, semoga makalah Tentang Konseling SFBT yang kami buat ini
dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Solution Focused Brief Therapy (SFBT) sebagai salah satu bentuk pendekatan
yang efektif dan efisien karena memerlukan waktu yang singkat dalam penerapannya.
Pendekatan ini sangat membantu konseli untuk menemukan solusi untuk memecahkan
suatu permasalahan karena pikiran konseli akan dibimbing untuk fokus pada solusi
sehingga mengesampingkan masalah.1 Pendekatan SFBT dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah seperti meningkatkan pengelolaan diri, mengurangi gairah
remaja, membantu orang-orang yang sedang mencari jati.2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Konseling SFBT?
2. Bagaimana sejarah konseling SFBT?
3. Bagaimana Pandangan Konseling Solution Focused Brief Therapy (SFBT) terhadap
hakikat manusia?
1
1 Khoirotul Ula, “Terapi Solution-Focused Brief Counseling Dalam Meningkatkan Manajemen Diri: Studi Kasus
Pada Seorang Anak Tunagrahita Di Kelurahan Barata Jaya Kecamatan Gubeng Surabaya.,” 2019.
2
Hanah Pratini and Aini Nur Afifah, “Pendekatan Solution Focused Brief Therapy (Sfbt) Dalam Mengurangi
Perilaku Prokrastinasi Pada Mahasiswa,” FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling Dalam Pendidikan) 1, no. 2
(2018): 74–81.
1
4. Bagaimana Konsep tentang pribadi sehat dan tidak sehat?
5. Bagaimana karakteristik konseling SFBT?
6. Apa saja tujuan konseling SFBT?
7. Bagaimana fungsi dan peran konselor SFBT?
8. Bagaimana hubungan konselor dengan konseli?
9. Apa saja teknik-teknik dan prosedur konseling SFBT?
10.Apa saja kelebihan, keterbatasan dan kritik terhadap konseling SFBT?
11. Hasil penelitian pendekatan konseling SFBT?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Konseling SFBT.
2. Untuk mengetahui Sejarah konseling SFBT.
3. Untuk mengetahui Pandangan Konseling Solution Focused Brief Therapy (SFBT)
terhadap hakikat manusia.
4. Untuk mengetahui Konsep Tentang Pribadi Sehat dan Tidak Sehat.
5. Untuk mengetahui Karakteristik Konseling SFBT.
6. Untuk mengetahui Tujuan Konseling SFBT.
7. Untuk mengetahui Fungsi dan Peran Konselor.
8. Untuk mengetahui Hubungan Konselor Dengan Konseli.
9. Untuk mengetahui Teknik-Teknik dan Prosedur Konseling SFBT.
10. Untuk mengetahui saja Kelebihan, Keterbatasan dan Kritik Terhadap Konseling
SFBT.
11. Untuk mengetahui Hasil Penelitian Pendekatan Konseling SFBT.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Iverson Chris, Solution-Focused Brief Therapy, vol. 8:149-157.” (Advances in Pyschiatric Treatment ., 2002)
4
Barry Winbolt, Solution Focused Therapy for the Helping Professions (Jessica Kingsley Publishers, 2011)
5
Richard Sharf, Psychotherapy And Counseling (United States of America: Cengage Learning, 2012).
6
Samuel T Gladding, “Konseling Profesi Yang Menyeluruh,” Jakarta: Indeks, 2012
3
B. Sejarah SFBT
Pendekatan Solution Focused Brief Therapy (SFBT) merupakan konseling dan terapi
psikis yang dipengaruhi oleh postmodern. Menurut beberapa literature pendekatan SFBT
biasanya dikenal dengan terapi konstruktivis, terapi yang berfokus pada solusi, dan konseling
singkat berfokus solusi. Pendekatan SFBT berkembang mengikuti perkembangan zamam.
Banyak tokoh-tokoh terdahulu yang memberikan konstribusi terhadap perkembangan SFBT
sejak tahun 1970 yaitu Steve de Shazer, Bil O'Hanlon, Michele Weiner-Davis, dan Inso Kim
Berg. Adapun tokoh-tokoh yang paling berperan dalam perkembangan SFBT yaitu orang-orang
yang bekerja di Mental Research Instiute di Palo Alto, California yaitu Richard Fisch, John
Weakland, Paul Watzlawick, dan Gregory Bateson yang bekerja pada Mental Research Instiute
di Palo Alto, California.
Banyak pendekatan-pendekatan konseling lain yang ikut berperan penting terhadap SFBT
seperti Brief psychodynamic psychotherapy, Behavioral dan terapi cognitve-behavioral, Single
Sesion Therapy serta Family therapy. Pendekatan-pendekatan ini lebih memfokuskan bagaimana
masalah klien bisa diatasi dan kurang memperhatikan sejarah masa lalu klien. Solution Focused
Brief Therapy (SFBT) pertama kali dipelopori oleh Inso Kim Berg dan Steve De Shazer.
Keduanya adalah direktur eksekutif dan penelit senior di lembaga nirlaba yang disebut Brief
Family Therapy Center (BFTC) di Milwauke, Wisconsin, Amerika Serikat pada akhir tahun
1982.
Inso Kim Berg merupakan juru bicara yang sangat berpengaruh terhadap terapi yang
berorientasi pada solusi. Inso Kim Berg membuat banyak karya untuk menunjang terapi yang
berorientasi pada solusi. Karyanya dibuat pada tahun 1980 dalam bentuk buku-buku dan
rekaman video. Inso Kim Berg juga pengembangkan warisan budaya timur dan pengalamannya
semasa di barat menjadi sebuah pendekatan psikoterapi yang merupakan perpaduan kreatif
antara menumbuh kembangkan kesadaran dan proses membuat pilhan perubahan. O'Hanlon dan
Weiner-Davis serta de Shazer dan Berg juga memberikan konstribusi melalui karyanya yaitu
solution-oriented brief therapy. Terapi ini bertujuan untuk membantu konseli untuk fokus
terhadap keberhasilan dan harapan masa depan. O'Hanlon dan Weiner-Davis mengesampingkan
masalah atau akar permasalahan yang sedang dihadapi dan fokus terhadap solusi masalah agar
dapat segera terselesaikan. Metode yang dilakukan pada teori ini yaitu dengan sudut pandang dan
tindakan konseli terhadap masalah dibaubah menjadi fokus terahadap solusi dan menggali
4
potensi diri konseli sehingga konseli menyadari kekuatan dan potensi yang ada dalam diri
sehingga dapat menyelesaikan permasalahan.7
7
Rena Rostini & Nurjannah. TEORI DAN PENDEKATAN KONSELING SFBT ( SOLUTION FOUSED BRIEF
THERAPY) BERBASIS ISLAM. Vol. 4 No. 1. Hal 84
8
Gerald B. Sklare. Brief Counseling That Works: A Solution-Focused Approach (California: Corwin Press, 2005).
9
Gerald Corey, “Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy Belmont. Brooks/Cole. Thomson
Learning,” 2005.
5
E. Karakteristik Konseling SFBT
Terapi berfokus solusi mengikuti aliran terapi konstruksionis karena mendasarkan dirinya
pada teori pengetahuan konstruksionis. Pendekatan lain yang memiliki landasan teoritis yang
sama adalah terapi konstruksi personal, pemrograman neuro-linguistik dan model pemecahan
problem ringkas yang dikembangkan oleh Mental Research Institute di Palo Alto, California.10
Pendekatan ini lebih terfokus pada bagaimana menemukan solusi (solusi) daripada
berorientasi masalah. SFBT membangun rasa kerjasama antara konselor dan konseli. Konseli
dipandang kompeten dan berdaya, penekanannya adalah pada bagaimana masa depan kita
terbentuk dari yang dilakukan saat ini. Mengetahui secara jelas masa depan yang diinginkan,
memotivasi dan mengklarifikasi pendekatan pada saat ini.
10
Stephen Palmer, Konseling dan Psikoterapi.......hlm. 550
11
Ibid, hlm. 556
6
konseling ini konselilah orang yang tahu tentang apa dan bagaimana dirinya yaitu konseli
sebagai ahli termasuk kemungkinan pemecahan masalah yang di hadapinya.12
12
(Bavelas, 2013:10).
13
(Corey, 2013:404).
14
(Simon & Nelson, 2007 dalam Simon, 2010:82).
15
Gerald B. Sklare, Brief Counseling That Works: A Solution-Focused Approach.
7
sehingga dapat direalisasikan untuk memecahkan suatu permasalahan oleh konseli
dan bantuan konselor.16
c. Teknik Exception merupakan teknik yang memegang asumsi bahwa setiap masalah
memiliki dispensasi untuk mencari solusi. Dari pernyataan tersebut maka peran dari
konselor adalah sebagai pembangkit berbagai solusi yang dapat ditemukan dari diri
konseli sendiri dengan metode tanya jawab tentang permasalahan-permasalahan yang
sedang dihapainya.17
d. Teknik Problem-Free Talk merupakan teknik yang disarankan untuk dilakukan pada
sesi pertama konseling karena dapat menimbulkan hubungan dan komunikasi yang
baik antara konseli dan konselor. Tujuannya adalah untuk mendapatkan banyak
informasi dari konseli sehingga dapat fokus menemukan solusi dan
mengesampingkan masalah.18 Dalam sesi ini konselor akan lebih banyak
mendengarkan tentang keterampilan dan kekuatan konseli karena hal tersebut
merupakan sumber untuk menemukan solusi.19
e. Teknik Flagging The Minefield merupakan teknik yang dapat membantu konseli
untuk mengidentifikasi dan memilih cara agar dapat menghadapi dan menyelesaikan
masalah. Cara yang dilakukan teknik ini menggunakan solusi yang berkesan pada
masa yang lalu sehingga dapat dipakai untuk masalah yang terjadi saat ini.20
16
MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI, “SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA
PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAB I ESENSI BIMBINGAN DAN
KONSELING PADA SATUAN JALUR, JENIS, DAN JENJANG PENDIDIKAN M. RAMLI NUR HIDAYAH ELIA
FLURENTIN ELLA FARIDATI ZEN BLASIUS BOLI LASAN IMAM HAMBALI KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017,” n.d.
17
AH Pohan, Be A Smart Leader (Galangpress Publisher, 2010).
18
Ima Gustiana, “Penerapan Solution Focused Brief Counseling (SFBC) Dalam Meningkatkan Motivasi Relawan
Dompet Dhuafa Banten.,” 2019.
19
John Sharry, Solution-Focused Workgroup (London: Sage Publications., 2004).
20
Gerald B. Sklare, Brief Counseling That Works: A Solution-Focused Approach.
8
e. SFBT terbukti menjadi konseling yang efektif.
2. Kekurangan :
a. Praktiknya sangat menekankan konselor untuk menggunakan bahasa yang cocok
dan baik
b. Tidak memperhatikan riwayat konseli
3. Kritik SFBT
a. SFBT memandang bahwa setiap orang memiliki kekuatan dan sanggup untuk
mencari solusi dari setiap permasalahan yang terjadi. Hal tersebut bertolak
belakang dengan kenyataan, karena pada dasarnya setiap orang tidak selalu
memiliki problem solving. Problem solving dipengaruhi oleh faktor internal yang
ada di dalam diri seseorang yang meliputi motivasi, kepercayaan, sikap,
kebiasaan, dan emosi masing-masing individu. Sehingga pada kondisi ini konseli
sangat mengandalkan konselor.
b. Hanya berfokus pada solusi bertentangan dengan kaidah agama islam dimana
sebelum memikirkan solusi untuk sebuah permasalahan perlu mengkaji suatu
permasalahan. Hal ini sesuai dengan Q.S al-Hasyr ayat 18 yang artinnya: “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Maksud dari ayat tersebut adalah ayat ini memerintahkan manusia untuk
memperhatikan persoalan yang terjadi sebelum memecahkan masalahan. Dari hal
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa untuk memecahkan sebuah permasalahan
maka dibutuhkan tahap evaluasi diri untuk menentukan akar masalah kemudian
dapat mengambil solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut.
9
Penulis Jurnal : Yodi Fitradi Potabuga
Tujuan Penelitian : Tujuan dari artikel ini diharapkan mampu mengisi kekurangan
pada praktik bimbingan dan konseling dengan pendekatan realitas.
Metode Penelitian :Penulis memberikan praktik pendekatan realitas dengan
memadukan pendekatan post modern yakni SFBT dalam bimbingan dan konseling
islam.
Pembahasan : Pendekatan realitas berpandangan bahwa setiap manusia memiliki
kebutuhan dasar yakni kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan fisiologis sama
halnya dengan kebutuhan biologis. Namun Glasser memandang bahwa kebutuhan
psikologis manusia lebih cenderung pada akan rasa cinta, sehingga manusia dipandang
sangat memerlukan sebuah identitas yang disebut dengan identitas keberhasilan dengan
mengembangkan potensi diri dengan lingkungan.
Kesimpulan : Pada intinya implementasi pendekatan realitas dan solution focused
brief therapy dalam bimbingan dan konseling islam sama dengan bimbingan dan
konseling pada umumnya, akan tetapi disini penyelesaian masalah dengan pendekatan
realitas kemudian dikombinasikan dengan teknik dalam SFBT serta memberikan
konseli dorongan-dorongan spiritualitas berupa ayat-ayat di dalam Al-Qur’an supaya
konseli memiliki bekal untuk menjalankan hidup di masa sekarang dan masa depan
tetap berteguh pada syari’at agama.
10
Pembahasan : Dari hasil penelitian ini, semua partisipan sedang mengalami stress
kerja pada saat ini. Mereka menyatakan mengalami distress pada situasi-situasi
pekerjaannya sebagai perawat di Panti X pada saat ini. Namun demikian, Partisipan 2
dan Partisipan 3 masih bisa menghayati stress yang dialaminya tersebut dari sisi
positifnya sehingga berpotensi menjadikan stress tersebut bersifat lebih positif
(eustress). Sementara itu, Partisipan 1 yang paling menunjukkan kondisi distress
terbesar daripada kedua partisipan lainnya itu.
Kesimpulan : Semua partisipan menyatakan sedang mengalami stress kerja sebagai
perawat di Panti X. Partisipan 1 mengalami stress kerja berkadar berat. Partisipan 3
mengalami stress kerja berkadar sedang. Partisipan 2 mengalami stress kerja berkadar
ringan. Terdapat sejumlah penanganan stress (coping stress) yang kerapkali dilakukan
oleh setiap partisipan setiap kali mengalami stress kerja, baik secara disadari ataupun
tidak disadari. Namun, mereka masih mencampuradukkan penanganan stress (dalam
merespon stress kerja) dengan solusi terhadap permasalahan utama yang memicu stress
mereka tersebut. Mereka masih belum memiliki solusi terarah untuk mengatasi
permasalahan utama yang mereka alami masing-masing. Mereka sering menggunakan
emotion focused coping dengan cenderung berkutat atas permasalahan mereka masing-
masing yang memicu stress kerja.
11
kontrol (Sugiyono, 2013). Dalam bidang psikologi banyak digunakan desain
eksperimen kuasi ini karena pertimbangan praktis dan etis. Rancangan ini
direkomendasikan dapat digunakan untuk melakukan penelitian pada manusia
(Latipun, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memakai
desain (Nonrandomize Control Group Pretest-Posttest Design) yang secara operasional
sampel ditetapkan dengan tidak random (Latipun, 2010). Penggunaan desain ini
dilakukan dengan pre-test sebelum perlakuan diberikan dan post-test sesudahnya,
sekaligus ada kelompok perlakuan dan kontrol. Tetapi penulis memodifikasi desain ini
dengan menambahkan middle-test yang diberikan saat ditengan perlakuan terhadap
sampel. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Bimbingan
Konseling angkatan 2011 di FKIP Universitas Lambung mangkurat Banjarmasin yang
mempunyai self esteem rendah. Dengan populasi mahasiswa Bimbingan Konseling
angkatan 2011 di FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, karena
angkatan mahasiswa angkatan 2011 pada semester 6 tahun ajaran 2013/2014 ini
mengikuti mata kuliah wajib seminar proposal skripsi. Teknik pengumpulan data
dengan interview dan angket menggunakan skala ukur Rosenberg’s Selfesteem Scale
(RSES). Data yang diperoleh kemudian di analisis dengan menggunakan analisis T-
test.
Pembahasan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling individual dengan
konseling singkat berfokus solusi untuk meningkatkan self esteem mahasiswa
ditandainya dengan adanya peningkatan skor poin self esteem konseli
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dan thit didapatkan bahwa thit > dari ttab
(5,650 > 2,776 dengan taraf kepercayaan 95%) dapat disimpulkan bahwa singkat
berfokus solusi dapat secara efektif meningkatkan self esteem pada mahasiswa.
Mahasiswa diharapkan dan berfikir positif atas semua peristiwa negatif yang tidak
menyenangkannya. Karena setiap orang memiliki sumber daya yang dapat digunakan
untuk menciptakan perubahan. Sehingga dapat mengambil makna positif dalam hidup
dibalik peritiwa negatif dan dapat menerima kegagalan dan bangkit dari kekecewaan
akibat gagal.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konseling SFBT berfokus bertujuan untuk membantu konseli menemukan solusi
dari suatu masalah. Konseling SFBT sangat bermanfaat untuk membantu orang-orang
yang memiliki kemampuan problem solving yang buruk dan dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai masalah antara lain masalah sekolah, keluarga, sosial dan lain lain.
Konseling SFBT kemudian dikembangkan dan dievaluasi menjadi konseling SFBT
berbasis islam. SFBT berbasis islam berasal dari konsep yang bersumber pada ajaran
agama yaitu Al-Qur’an. Tujuan dari konseling SFBT berbasis islam menyadarkan bahwa
semua orang yang beragama islam harus menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi
larangan Allah SWT. Hal tersebut dikarenakan amal dan perbuatan yang baik akan
dicatat sebagai pahala, amal dan perbuatan yang buruk akan dicatat sebagai dosa, karena
pahala dan dosa yang akan mengantarkan ke surga atau neraka dikehidupan selanjutnya.
B. Saran
Makalah yang telah tersusun ini adalah banyak kekurangan atau dapat dikatakan
jauh dari kata sempurna, tetapi kami sebagai kelompok penyusun makalah yang telah
menjadi tugas kami ini sepenuhnya mengucapkan syukur. Kami selaku kelompok
penyusun makalah ini mengharapkan supaya makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat untuk diri kami sendiri dan orang lain, tidak lupa kami mengharapkan
partispasi dari teman- teman pembaca agar menyalurkan partisipasinya untuk
memeberikan saran ataupun kritikan yang membangun yang dapat memberikami kami
sebagai tim penyusun motivasi supaya hari esok menjadi lebih baik. Aamiin.
13
DAFTAR PUSTAKA
Fernando, F & Kania Rahman, I. (2016). Jurnal Edukasi. KONSEP BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAM SOLUTION FOCUSED BRIEF THERAPY (SFBT) UNTUK MEMBANTU
MENYEMBUHKAN PERILAKU PROKRASTINASI MAHASISWA. Vol 2, Nomor 2. Halaman
215-236.
Pebrianti, Dewi. Dr. Budi Purwoko, S.Pd., M.Pd. STUDI KEPUSTAKAAN MENGENAI
LANDASAN TEORI DAN PRAKTIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY (SFBT).
14