Nim : 202200150
Kelas : PBA 3B
A. Essay
1.Dalam bahasa Indonesia maf’ul artinya ialah objek atau sasaran. Adapun dalam ilmu nahwu,
dari maf’ul bih memiliki definisi sebagai berikut ; Maf’ul bih adalah isim manshub (yang
dibaca nashob) yang menunjukkan kepada orang yang ditimpakan suatu pekerjaan dari
pelaku kepadanya, bentuk dari pekerjaan tidak berubah yang mana hal ini karena adanya
maf’ul.
2.Faidah Ighra’ yaitu yang mengingatkan Mukhatab atas perkara terpuji untuk melakukannya.
Contoh االجتهاد االجتهاد, الصدق, وكرم الخلق
Dalam buku lain yang berjudul Annawu Al Wadikh karya Ali wal Jarim dan Mustafa Amin di
jelaskan juga entang faidah Ighra’ : Ighra’ itu menganjurkan Mukhathab atas perkara yang
baik untuk dilakukan. Dan isim dalam Ighra di Nashab-kan oleh fi;il yang di buang.
Apabila ungkapan ini memakai iyyaaka dan saudara-saudaranya, yaitu iyyaaka, iyyaaki,
iyyaakum dan iyyakunna, maka amil nashib-Nya harus disembunyikan tanpa memandang
Apabila tidak bersama dengan athof dan tidak pula diulangi, maka amil yang menashabkan
4. maf’ul li ajlih menurut bahasa adalah objek yang menjadi faktor Pekerjaan.
Menurut Ilmu Nahwu maf’u li ajlih adalah isim masdar yang menjelaskan tentang
faktor/alasan dari penyebutan amil sebelumnya. dan bersatu dalam hal waktu dan subjeknya.
1. Isim nakirah
maf’ul ma’ah dibaca nashob adalah fi’ilnya atau isim yang menyerupai fi’il (syibhu fi’il)
contoh :
Akan tetapi terkadang amil maf’ul ma’ah juga dikira-kirakan. Hal itu jika jatuh setelah “وكيف
ََ ما
“ istifhamiyyah. Contoh :
وسعيدا
َ ما أنتََ وخالداَ وما لك
Hal tersebut tetap menggunakan amil fi’il akan tetapi dikira-kirakan, jika ditampakkan
berbunyi :
ََل لك
ََ ص
َ ما تَكونَ وخالدا؟ وما َحا
8. Wawu hal ini menunjukkan arti keadaan atau bermakna sedang. Disebut dengan
wawu hal apabila pada jumlah ismiyyah maupun jumlah fi'liyyah yang sekaligus
menjadi hal. Contoh : َجاء زيد والشمس طالعة
Wawu tersebut menurut Ibnu hisyam di sebut wawu ibtida' karena masuk pada lafadz
mubtada', sedangkan imam sibaweh dan ulama salaf mengira-ngirakan wawu hal
yang Berada pada jumlah Ismiyyah dengan اذا, Bukanya mereka mengatakan bahwa
wawu hal itu bermakna اذا, tapi wawu hal dan lafadz setelahnya menjadi qoyyid pada
jumlah.
1. Mufrad Alam
Mufradَ alamَ atauَ seringَ dikenalَ sebagaiَ mufradَ ma’rifatَ merupakanَ kalimatَ isimَ
setelahَhurufَnida’,َyangَbukan syibih mudhof dan mudhof. Meskipun kalimat tersebut
berupaَjama’َatauَtatsniyah.َContohnyaَ يا زيدون، يا زيدان،يا زيد.
2. Nakirah Maqshudah
Nakirah maqshudah merupakan semua jenis isim nakirah yang digunakan untuk hal
tertentu. Tidak hanya itu, nakirah maqshudah digunakan setelah jatuh di depan huruf
nida’.َContohnyaَ يا رجلmaksudnya panggilan untuk orang yang ada di hadapannya.
Nakirah ghairu maqsudah bisa dikatakan sebagai kebalikan dari nakirah maqshudah,
yaitu semua jenis isim nakirah yang tidak digunakan untuk hal tertentu. Namun
penggunaanَ nakirahَ ghairuَ maqsudahَ ini,َ setelahَ jatuhَ diَ depanَ hurufَ nida’.َ
Contohnya يا رجال خذ بيديartinya seruan dari seseorang yang tidak dapat melihat
kepada yang dipanggil (anak kecil), agar bisa menggenggam tangannya.
4. Mudhof
Mudhofَmerupakanَkalimatَisimَsetelahَhurufَnida’,َyangَberbentukَnamaَdariَduaَ
atau beberapa gabungan kata. Misalnya أبوا بك َر, عبدَ هللا, زين الدين. Ketiga nama tersebut
mengandung idhofah atau dua kata.
5. Syibih Mudhof
Syibihَ mudhofَ merupakanَ kalimatَ isimَ setelahَ hurufَ nida’,َ yangَ berupaَ lafalَ danَ
memiliki makna sempurna di dalamnya. Kesempurnaan tersebut tidak dapat tercipta,
َ ياyang berarti seruan kepada
tanpa bantuan dari lafal lainnya. Contohnya َطإلِعا َجبَال
seorang pendaki gunung.
10. Secara etimologi kata تميي َزberasal dari مي َزia merupakan bentuk masdhar dari
fi'il tersebut . Dalam kamus di sebutkan bahwa مي َزberarti memisahkan sesuatu dari
yg lain atay mengutamakan sesuatu dari pada yg lain.
11.lafadz Kam كمKam Adalah Kalimah isim yang Yang menunjukkan hitungan Yang
samar jenis dan kadarnya.