Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI KASUS STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh:

Muhammad Caesar Dwi A

20214030098

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2022
A. Deskripsi Kejadian

Selain itu juga di Bangsal Ibnu Sina ternyata tidak melakukan pre dan post
conference. Setelah saya amati di stase manajemen ternyata tidak berjalannya pre dan
post kemudian juga tidak adanya tindak lanjut dari atasan. Apabila diingat kembali,
kegiatan pre dan post bahkan mempunyai manfaat yang besar seperti dapat
mengoptimalkan asuhan keperawatan dan tentunya akan lebih terorganisir di dalam
pembagian serta perencanaan asuhan keperawatan. Tertatalaksanana asuhan keperawatan
yang optimal tersebut bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Dan dari pre dan
con dilakukan bersama-sama saat Timbang terima pasien saat pergantian jaga saja.
B. Perasaan Saat Menghadapi Kasus Tersebut
Perasaan saya ketika melihat itu adalah biasa saja karena hampir di semua RS
yang pernah menjadi tempat saya praktik juga seperti itu. Sehingga sudah bukan menjadi
rahasia umum lagi bahwa terkadang apa yang kita pelajari di kuliah (teori) tidak
diterapkan di lapangan sehingga tidak sesuai dengan teori. Hanya menyayangkan
mengapa perilaku yang seperti itu terus-menerus dilakukan padahal sudah mengetahui
teori yang benar seperti apa.
C. Evaluasi
1. Sisi positif
Dengan adanya kasus tersebut saya jadi lebih mencari tahu dan mengingat
lagi terkait dengan manfaat dilakukannya pre serta post conference itu sendiri.
Sehingga bisa lebih menekankan bagaimana pentingnya hal tersebut.
2. Sisi negatif
Dengan tidak dilakukan pre dan juga post conference bisa berdampat
ketidakoptimalan pemberian asuhan keperawatan ke pasien.
D. Analisis
1. Mengapa kasus tersebut menarik?
Karena dari kasus tersebut saya bisa belajar pentingnya adanya pre dan juga
post conference supaya pemberian asuhan dapat diberikan dengan optimal (Amalia
et al, 2016).
2. Mengapa bisa terjadi?
Masalah pre dan post conference terjadi karena tidak adanya tindak lanjut.
3. Bagaimana hubungannya dengan kompetensi ners?
Tentu saja masalah tersebut harus dilakukan karena mendatangkan banyak
sekali manfaat. Selain itu juga tindakan tersebut adalah kegiatannya seorang
perawat supaya bisa memberikan asuhan keperawatan dengan seoptimal mungkin.
4. Analisis dapat dilihat dari berbagai aspek budaya
Apabila saya lihat, masalah tersebut dipengaruhi oleh aspek budaya. Hal itu
dikarenakan sudah terbiasa dari perawat-perawat senior atau dari tempat kerjanya
yang dulu tidak adanya pre dan juga post conference.
E. Kesimpulan dari kasus tersebut
Semoga dengan adanya permasalahan tersebut tidak lantas menjadikan kita lupa
tentang penerapan teori agar bisa sesuai dengan di lapangan. Hal itu diperlukan supaya
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan ke pasien juga dapat terlaksana dengan
baik dan lebih optimal.
F. Action plan: seandainya ke depan kasus tersebut terjadi lagi, rencana apa yang
akan digunakan
Ketika besok saya menemui hal yang sama, maka rencana saya adalah akan
berusaha untuk menanyakan tidak melaksanakan pre serta post conference. Kemudian
setelah itu akan memberitahukan terkait dengan manfaatnya apa saja.

SUMBER:

Amalia, Endra, Akmal Defitra, Sari Yuli Permata. (2016). Hubungan Pre dan Post
Conference Keperawatan dengan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi, 117-124.

Anda mungkin juga menyukai