Anda di halaman 1dari 19

PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN

PENGETAHUAN
Dosen pengampu:

DRS. AGUS HARYADI, MSI

Kelompok 5:

BELLA PITRIA 141160441

MOSES HENRICKUS THAROB 141170256

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah menganugrahkan Rahmat
dan karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“pembentukan dan pengembangan pengetahuan“ guna memenuhi salah satu tugas yanag telah di
tentukan. Kami menyadari sepenuhnya atas segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki
sehingga sangat mungkin makalah ini mempunyai banyak kelemahan. Dalam konteks inilah
kritik dan saran menjadi bagian sangat penting bagi kami penyempurnaan penulisan selanjutnya.
Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca semuanya.

Yogyakarata, 20 September 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dewasa ini menunjukan pada makin cepatnya perubahan dalam segala
bidang kehidupan, akibat dari efek globalisasi serta perkembangan teknologi informasi
yang sangat akseleratif. Kondisi ini jelas telah mengakibatkan perlunya cara-cara baru
dalam menyikapi semua yang terjadi agar dapat tetap survive. Penekanan akan makin
pentingnya kualitas SDM merupakan salah satu respon dalam menyikapi perubahan
tersebut, dan ini tentu saja memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan
mengembangkan SDM

Sehubungan dengan itu peran Ilmu pengetahuan menjadi makin menonjol, karena hanya
dengan pengetahuanlah semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Ini
berarti Pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan SDM yang
berkualitas dan kompetitif. Ketatnya kompetisi secara global khususnya dalam bidang
ekonomi telah menjadikan organisasi usaha memikirkan kembali strategi pengelolaan
usahanya, dan SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya menjadi
pilihan penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut

Pengetahuan telah menjadi sesuatu yang sangat menentukan, oleh karena itu perolehan
dan pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik dalam konteks peningkatan kinerja
organisasi. Langkah ini dipandang sebagai sesuatu yang sangat strategis dalam
menghadapi persaingan yang mengglobal, sehingga pengabaiannya akan merupakan
suatu bencana bagi dunia bisnis, oleh karena itu diperlukan cara yang dapat
mengintegrasikan pengetahuan itu dalam kerangka pengembangan SDM dalam
organisasi. Dari sinilah istilah manajemen pengetahuan berkembang sebagai suatu
bagian penting dan strategis dalam pengelolaan SDM pada Perusahaan/organisasi.
B. Rumusan masalah

a. Apa yang dimaksud dengan ontology dan epistemology pengetahuan?

b. Bagaimana proses penciptaan dan pengelolaan pengetahuan di organisasi?

c. Bagaimana cara mengidentifikasi informasi dan pengetahuan?

d. Bagaimana pengembangan pengetahuan dalam organisasi?

e. Apa saja sarana dan infrastruktur pengembangan pengetahuan?

f. Apa yang dimaksud dengan perekam data, visualisasi, dan penulisan?

C. Tujuan

a. Mengetahui tentang defenisi ontology dan epistemology

b. Mengetahui proses penciptaan dan pengelolaan pengetahuan di organisasi

c. Mengetahui cara mengidentifikasi informasi dan pengetahuan

d. Mengetahui cara pengembangan pengetahuan dalam organisasi

e. Mengetahui tentang sarana dan infrastruktur pengembangan pengetahuan

f. Mengetahui defenisi perekam data, visualisasi, dam penulisan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Onotologi dan Epistemologi Pengetahuan: Sebuah Konsep

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau
kenyataan konkret secara kritis. Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling
kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya, kebanyakan orang belum membedakan
antara penampakan dengan kenyataan.

Dimensi ontologis konteks pengetahuan pada dasarnya berasal dari individu. Oleh
karena itu, bila kita sering kali mendengar istilah penciptaan pengetahuan organisasi, pada
dasarnya bukan diciptakan oleh organisasi karena organisasi tidak dapat menciptakan
pengetahuan. Pengetahuan yang terdapat di dalam organisasi merupakan hasil kreasi dari
orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut.

Fungsi organisasi dalam proses penciptaan pengetahuan organisasi hanya memberi


dukungan atau menyediakan konteks kepada anggota organisasi untuk menciptakan
pengetahuan. Penciptaan pengetahuan organisasi dapat dipahami sebagai sebuah proses di
mana organisasi memperluas atau memperbesar penciptaan pengetahuan yang diciptakan
oleh anggota organisasi.

Pengetahuan yang telah tercipta tersebut selanjutnya dikristalisasi sebagai bagian dari
jaringan pengetahuan organisasi. Proses perluasan pengetahuan yang sudah terkristalisasi
tersebut selanjutnya diperluas untuk mendapatkan justifikasi, baik pada tingkat internal
organisasi maupun ke tingkat antarorganisasi dan bahkan dengan para stakeholder
organisasi. Pengjustifikasian terhadap pengetahuan yang telah terbentuk tersebut diperlukan
untuk mengetahui kelayakan pengetahuan organisasi tersebut sehingga dapat digunakan
untuk mengkreasi inovasi-inovasi baru dalam organisasi.
Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang berkaitan dengan teori pengetahuan.
Epistemologi mempelajari tentanghakikat dari pengetahuan, justifikasi dan rasionalitas
keyakinan.

Dimensi epistemologi pada dasarnya berasal dari pemikiran pengetahuan (tacit


knowledge) dan pengetahuan yang sudah dikodifikasikan (explicit knowledge). Pemikiran
pengetahuan (tacit knowledge) merupakan pengetahuan yang bersifat pribadi, maka
pengetahuan ini sangat susah dikomunikasikan. Explicit knowledge merupakan pengetahuan
yang sudah disusun, diubah ke dalam bahasa yang sistematis.

Menurut Polanyi’s, yang mempopulerkan nama kedua jenis pengetahuan tersebut,


pengetahuan yang dapat diungkapkan oleh manusia tersebut bagaikan gunung es di mana
yang tampak di permukaan hanyalah sebagian dari keseluruhan gunung es tersebut.

Perbedaan antara tacit knowledge dengan explicit knowledge dapat dipahami dalam
beberapa hal, antara lain: pengetahuan yang bersifat subjektif (tacit) cenderung bersifat
implisit, fisikal, dan subjektif, sementara pengetahuan yang bersifat objektif (explicit)
cenderung eksplisit, metafisikal dan objektif. Tacit knowledge diciptakan “di sini (here) dan
sekarang (now)” di dalam suatu konteks yang lebih spesifik, praktis. Explicit knowledge
adalah mengenai peristiwa atau objek “di sana (there) dan kemudian (then)” dan lebih
berorientasi kepada teori yang bebas dari konteks.

B. Proses Penciptaan dan Pengelolaan Pengetahuan di Organisasi

Pengetahuan tidak tercipta sendiri, tapi harus dilakukan rancang bangun pengetahuan
yang diawali dari data, informasi, pengetahuan, dan wisdom. Pada ranah tingkatan yang
paling dasar, pengetahuan sebenarnya diciptakan oleh individu atau perorangan yang ada di
dalam organisasi, karena organisasi pada dasarnya tidak dapat menciptakan pengetahuan
tanpa individu atau perorangan yang ada di dalam organisasi yang bersangkutan.

Fungsi organisasi adalah memberi dukungan kepada kreativitas individu yang ada di
dalam organisasi atau menyediakan suatu konteks bagi individu untuk menciptakan
pengetahuan.
Dalam mananjemen pengetahuan terdapat terminologi proses yang bervariasi,
sebagaimana diungkapkan oleh Tiwana (2000), yang membagi dalam tiga proses utama,
yaitu akuisisi, sharing, dan utilitasi pengetahuan. De Jannet (1996, dalam Erikson, 2006)
menyebutkan peristilahan knowledge creaton, knowledge interpration, knowledge
dissemination and use, serta knowledge retention and refinement sebagai proses utama
dalam manajemen pengetahuan. Peristilahan tersebut dapat dikonsepsikan sebagai berikut.
1. knowledge akuisisi, penambahan pengetahuan dalam perspektif manajemen pengetahuan
yang berorientasi pada pengetahuan yang dibutuhkan organisasi
2. knowledge sharing, tahapan deseminasi dan menyediakan pengetahuan pada saat yang
tepat untuk karyawan yang membutuhkan.
3. knowledge utillitation, penggunaan pengetahuan untuk menangai berbagai masalah dalam
berbagai situasi.
4. knowledge creation, proses pengembangan dan penciptaan skill, understanding, dan
relationship.
5. knowledge interpration, perusahaan yang menjalankan proses bisnisnya dan
meningkatkan daya saing berdasarkan pengetahuan.
6. knowledge dissemination and use, pengetahuan yang telah dirancang bangun dan dapat
digunakan.
7. knowledge retention and refinement, proses penyimpanan dan updating pengetahuan
dalam sistem sehingga siap didistribusikan atau diakses pengguna.
Disamping istilah tersebut, masih banyak istilah yang lain yang sering digunakan
dalam uraian manajemen pengetahuan, diantaranya adalah seperti berikut.
1. tacit knowledge, pengetahuan yang terletak di otak atau melekat dalam diri seseorang
yang diperolehnya melalui pengalaman dan pekerjaan.
2. explicit knowledge, segala bentuk pengetahuan yang sudah direkam dan
didokumentasikan, sehingga lebih mudah didistribusikan dan dikelola.
3. intellectual capital, pengetahuan yang mentransformasikan bahan-bahan mentah dan
membuatnya menjadi bernilai, yang terdiri dari human capital, structural capital, dan
customer capital.

Berikut urutan proses penciptaan pengetahuan organisasi.


1. Memperluas dan mengembangkan pengetahuan.
Penggerak utama proses penciptaan pengetahuan dalam organisasi adalah individu yang
berada di dalam organisasi. Individu tersebut mengakumulasi tacit knowledge melalui
pengalaman yang mereka miliki dan kualitasnya dipengaruhi oleh faktor keragaman
pengalaman individu.
2. Berbagi tacit knowledge.
Untuk membangun pengetahuan pribadi ke dalam konteks sosial sehingga pengetahuan
tersebut dapat diperluas, diperlukan suatu arena yang menyediakan suatu tempat di mana
perspektif individu terartikulasi dan konflik-konflik diselesaikan ke tingkatan konsep
yang lebih tinggi. Di dalam organisasi bisnis, arena interaksi sering kali disediakan dalam
bentuk yang bersifat otomotas, dan dalam bentuk pembentukan tim-tim yang anggotanya
berasal dari berbagai fungsi.
3. Pengonseptualisasian.
Model yang dominan dalam pengubahan pengetahuan dalam tahap ini adalah
eksternalisasi. Perspektif tacit diubah ke dalam bentuk konsep eksplisit yang dapat dibagi
ke dalam tim. Dialog dalam bentuk tatap muka merupakan salah satu upaya membangun
konsep karena karena hal ini memberikan peluang bagi seseorang untuk menguji asumsi
maupun hipotesisnya. Interaksi sosial ini menciptakan wahana yang sangat kuat di dalam
memperbaiki ide-ide seseorang.
4. Pengkristalisasian.
Kristalisasi dapat dipandang sebagai proses di mana berbagai macam bagian atau
departemen di dalam organisasi menguji realitas dan penerapan konsep yang diciptakan
oleh tim. Proses ini difasilitasi biasanya oleh apa yang disebut dengan kegiatan
percobaan.
5. Penilaian pengetahuan.
Standar penilaian harus dilakukan dalam terminologi konsistensi dengan sistem nilai yang
paling tinggi. Kemampuan pimpinan dan kebijaksanaannya diperlukan apabila tetap
menginginkan kualitas penciptaan pengetahuan terjadi.
6. Menjejaringkan pengetahuan.
Pengetahuan organisasi yang telah tercipta tersebut selanjutnya dikelola kembali melalui
proses interaksi antara visi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan konsep
baru yang telah diciptakan. Untuk menjembatani antara konsep besar dengan konsep
baru, diperlukan suatu konsep menengah yang diciptakan dan dilakukan oleh pimpinan
menengah atas dasar interpretasi konsep baru tersebut. Jadi, konsep menengah ini
menghilangkan ketidakjelasan konsep besar ke tingkat konsep baru maupun sebaliknya.

Selanjutnya, dirumuskan metode penyampaian untuk mensuplai pengetahuan dalam


rangka memenuhi gap pengetahuan, berbagai caranya yakni:
1. melakukan kodifikasi pengetahuan, kemudian menyimpannya di data base pengetahuan
dan memberi otoritas kepada pekerja atau unit yang membutuhkan untuk mengakses dan
me-retieve pengetahuan yang dibutuhkan.
2. mengirim personel yang telah diseleksi untuk mengikuti pelatihan dan
mengakuisisi/penambahan pengetahuan yang dibutuhkan.
3. mengundang expert, baik intenal maupun eksternal untuk membagikan pengetahuan
melalui program yang mirip dengan in house training.
4. melakukan bandmarkin kepada perusahaan yang dianggap memiliki pengetahuan yang
dibutuhkan.
5. Mendorong anggota organisasi untuk mengenali secara mandiri pengetahuan yang
dibutuhkan, misalnya dengan melakukan bedah buku, melakukan riset dan melakukan
prototype dan memfasilitasi kelompok diskusi.

Stapleton (2003) mengemukakan sepuluh langka dalam menciptakan pengetahuan,


langkah-langkah tersebut yakni:
1. Cari. Setiap orang yang pernah melakukan penelitian tahu bahwa terdapat ratusan bahkan
ribuan sumber informasi untuk tipe informasi tertentu.
2. Dapatkan, Informasi didapatkan pada sumber yang orisinil dan penyusunanya harus dari
sumber yang terpercaya.
3. Evaluasi. Informasi harus dievaluasi dari segi kualitas, konteks, dan umur informasi yang
dikumpulkan.
4. Susun. Salin dan susun sesuai dengan keperluan yang dibutuhkan.
5. Pahami. Informasi tidak langsung mempunyai arah, maka harus dipahami sesuai dengan
konteksnya.
6. Analisis. Untuk melebihi tingkat pemahaman maka analisis diperlukan.
7. Simpulkan. Informasi setelah dipilih dan dianalisis lalu disimpulkan.
8. Sebarkan/Distribusikan. Informasi harus sampai pada orang yang tepat di dalam
organisasi.
9. Bertindaklah berbasis informasi.
10.Gabung, pelihara, dan perbaruhi. Informasi bersifat dinamis maka harus dikelola dan
dikelola serta diperbaharui secara terus-menerus.

Secara praktis, pengelolaan pengetahuan melalui empat proses utama, yaitu proses
akuisisi pengetahuan, proses distribusi dan berbagi pengetahuan, proses pengembangan dan
pemanfaatan pengetahuan, serta proses pemeliharaan pengetahuan.

C. Identifikasi Informasi dan Pengetahuan

Dalam kegiatan identifikasi harus berdasarkan kebutuhan knowledge pada organisasi,


dilakukan dengan identifikasi aset data, informasi, dan knowledge yang sudah atau belum
dimiliki karyawan dalam ranah internal organisasi.

Sumber informasi atau pemilik pengetahuan di lingkungan eksternal organisasi dapat


diakuisisi oleh perusahaan melalui berbagai cara, misalnya melalui kegiatan pelatihan, riset,
kerja sama dengan organisasi sejenis, merekrut eksekutif, mendatangkan konsultan, dan
sebagainya.

Penyelarasan informasi pada ranah internal dan eksternal dimulai dengan melakukan
analisis SWOT pada organisasi dan faktor-faktor yang menjadi penentu keberhasilan
organisasi sehingga dapat ditentukan sasaran dan strategi organisasi untuk mencapai sasaran
tersebut. Faktor kunci sukses pada suatu organisasi adalah sebagai berikut.
1. pangkalan data yang sudah divalidasi
2. adanya asosiasi organisasi profesi yang relevan
3. aadanya perangkat yang dapat menunjang seluruh kegiatan
4. adanya motivasi dan inovasi yang tumbuh di lingkungan organisasi
5. koordinasi antarbidang dan subbidang

Hasil dari analisis SWOT yang telah dilakukan, terdapat sejumlah tantangan nyata yang
harus dihadapi oleh suatu organisasi.
1. Banyaknya lembaga atau organisasi sejenis.
2. Asosiasi profesi peneliti makin kritis terhadap organisasi.
3. Banyaknya tenaga profeional.
4. Banyaknya prasyrat dari duniaa usaha dan industri
5. banyaknya lembaga sejenis yang mempunyai program pengembangan profesi secara
konsisten.
6. Banyaknya dunia usaha dan industri yang belum sesuai dengan kebutuhan organisasi.
7. masyarakat makin kritis terhadap layanan organisasi.
8. berlakunya era pasar bebas (globalisasi)
9. perubahan para user akibat reformasi/gesekan nilai.
10.Derasnya arus IPTEK
11.Banyaknya lembaga dokumentasi, informasi, dan perputakaan terutama perguruan tinggi
yang sudah memiliki fasilitas lengkap.
12.belum semua bidang keahlian punya asosiasi profesi.

Dengan mempertimbangkan hasil-hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, strategi


organisasi untuk mencapai sasarannya, yaitu.
1. Memanfaatkan secara maksimal seluruh sumber daya dan network yang dimiliki, baik di
dalam maupun di luar organisasi, serta pengembangan sumber daya manusia.
2. Memiliki sistem informasi strategis sesuai dengan perkembangan teknologi informasi,
untukm mendukung kelancaran tugas.
3. Menggunakan proses perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang serta aplikatif
dalam mengantisipasi perubahan.
D. Pengembangan Pengetahuan Dalam Organisasi

Pengetahuan dalam perspektif manajemen pengetahuan pada dasarnya berorientasi


pada pengembangan pengetahuan, baik yang bersifat pemikiran pengetahuan maupun
pengolahan dan penerapan pengetahuan.

Peristilahan pengembangan pengetahuan disebut akuisisi atau penambahan


pengetahuan. Sumber, secara umum dalam pengembangan pengetahuan dapat dari dalam
dan luar organisasi. Organisasi dapat memperoleh pengetahuan dari luar organisasi melalui
beberapa metoda, antara lain sebagai berikut.

1. Patok duga (benchmarking) dari organisasi lain.


2. Menghadiri kegiatan seminar, konferensi, lokakarya dan lainnya.
3. Menyewa konsultan
4. Membaca berbagai materi hasil cetakan, misalnya surat kabar, dan berbagai terbitan junal
5. Menonton televisi, video dan film
6. Pengamatan berbagai kecenderungan persoalan ekonomi, sosial, dan teknologi
7. Menyewa staf baru yang memiliki kualifikasi pengetahuan dan keterampilan tertentu
8. Berkolaborasi dengan organisasi lain, membangun aliansi berbagai kerja sama

Dalam upaya pencarian berbagai praktik di luar organisasi dengan menggunakan patok
duga dengan cepat menggambarkan sebuah organisasi yang mampu keluar dari kultur dan
kebiasaan yang mengikat selama ini. Hal tersebut dapat dicapai karena patok duga dapat
membantu organisasi dalam hal sebagai berikut.

1. Menyusun dan memperbaiki strategi.

2. Merekayasa proses kerja dan sistem organisasi secara terus-menerus.

3. Membangun, menyusun perencanaan strategik dan sasarannya.

4. Menyelesaikan masalah.

5. Mendidik dan memperkaya ide-ide organisasi.

6. Memberikan perbandingan dan evaluasi terhadap kinerja organisasi dan pasar.


7. Membuat perubahan.

Metode pengembangan pengetahuan dalam organisasi dapat menempuh dan


menggunakan sumber dari dalam organisasi, antara lain sebagai berikut.
1. Menyerap pengetahuan yang berasal dari organisasi
2. Belajar dari pengalaman anggota organisasi maupun pengalaman organisasi itu sendiri
3. Menerpakan proses perubahan yang terus-menerus

Dalam pengembangan pengetahuan, perlu memperhatikan koleksi berbagai hal yang


berhubungan dengan kebutuhan pengetahuan dalam organisasi, pengetahuan yang berasal
dari dalam maupun dari luar diperlukan. Perlu dilandasi dengan kesadaran bahwa untuk
mengetahui sesuatu yang tidak dapat diramalkan atau penegtahuan tersebut belum ada baik
di internal maupun eksternal.

Setelah melakukan pengembangan pengetahuan dalam organisasi, langusng digunakan


oleh pengguna, disosialisasikan, dan juga perlu dimobilisasikan kepada seluruh karyawan
dalam organisasi. Langkah-langkah yang diperlukan pasca pengembangan pengetahuan
dalam organisasi adalah sebagai berikut.
1. Pembentukan tim perubahan yang akan melakukan sosialisasi ke seluruh organisasi
2. Penunjukan personel yang bertanggung jawab dalam pengoperasian pengetahuan dalam
organisasi, yang terdiri atas personel teknis yang ditugaskan mengelola sistem dan juga
personel yang ditugaskan untuk mengelola konten yang dikandung sistem
3. Penyediaan insentif berupa rekognisi dan pengharapan berdasarkan aktivitas karyawan
dalam penggunaan pengetahuan dalam organisasi

Pada keperluan pengoperasionalan pengetahuan dalam organisasi sering kali dalam


perjalanannya tidak selalu seperti apa yang diharapkan, tentu adanya berbagai kendala.
Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu menyusun manual, membentuk help desk dan
menyusun frequent ask question agar pengelola pengetahuan dalam organisasi tidak
menghabiskan tenaga dan waktu dalam melatih karyawan dan operasionalisasi pekerjaan
karyawan dalam menjelaskan penggunaan pengetahuan yang baru.

Pendapat lain tentang pengembangan pengetahuan adalah menurut Stapleton (2003),


dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu dengan: sumber informasi, evaluasi
informasi, susunan informasi, pemahaman informasi, pengaruh faktor luar organisasi,
pengaruh faktor dalam organisasi, penetapan parameter pengembangan pengetahuan,
penggabungan pemeliharaan semua langkah pengembangan, dan tindakan pengembangan
pengetahuan.

E. Sarana dan Infrastruktur Pengembangan Pengetahuan

Keberhasilan pengembangan pengetahuan dipengaruhi berbagai sarana atau


infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, tuntutan lingkungan, dan dinamika
teknologi.

Investasi teknologi umumnya akan lebih relevan di dalam organisasi yang memiliki
skala menengah sampai ke skala yang besar. Pendekatan organik umumnya lebih praktis
bagi organisasi yang berskala menengah ke bawah (Sangkala, 2007). Selanjutnya, Sangkala
megemukakan dan menjelaskan dan merinci infrastruktur pada intinya, seperti yang
dijelaskan berikut ini.
1. Penggunaan internet dalam manajemen pengetahuan
Penggunaan internet dalam aktivitas manajemen pengetahuan sangat membantu
pekerjaan karena beberapa keunggulannya.
a. Mampu memfasilitasi penyebaran informasi dengan lebih cepat
b. Mampu menciptakan sebuah pasar dimana pembeli dan penjual dapat bertemu di
dalam ruang maya, tanpa harus bertemu secara fisik
c. Memfasilitasi interaksi manusia sehingga memungkinkan terjadi transfer informasi
dan bahkan penciptaan pengetahuan
d. Dapat menghilangkan diskriminasi antara perusahaan global dengan perusahaan yang
berskala menengah dan kecil
e. Memungkinkan perusahaan untuk menemukan diri mereka kembali
f. Menawarkan peluang pasar yang signifikan
g. Dapat digunakan untuk mengelola sistem penyimpanan dengan efektif
h. Memungkinkan sumber daya dan kemampuan organisasi secara strategik dicapai
i. Memberikan konsumen informasi harga
j. Memotong waktu dan biaya dari rangkaian suplai
k. Menyediakan jangkauan pemasaran global
l. Memfasilitasi jaringan dan penciptaan pengetahuan dengan efektif
m. Memungkinkan one-to-one marketing
2. Intranet dan ekstranet
Banyak sarana manajemen pengetahuan yang tersedia di pasar, seperti video
conferencing, groupware, electronic data interchange, share database, dan alat-alat lain
berupa sistem berbasis pengetahuan. Selain itu, internet juga memberikan akses untuk
mempublikasikan informasi kepada perusahaan lain dan sektor-sektor lainnya.
Menurut Bergeron (2003) berbagai bentuk aplikasi teknologi yang secara signifikan dapat
membantu tahap-tahap aktivitas manajemen pengetahuan sehingga berlangsung dengan
efektif dan efisien, antara lain sebagai berikut.
a. Tahap penciptaan/pengakusisian, bentuknya berupa alat-alat penulisan, interface tools,
penangkap data, pendukung keputusan, simulasi, database profesional, program
aplikasi yang spesifik, database, pattern matching, groupware, pengontralan kosa
kata, infrastruktur, dan alat grafik.
b. Tahap permodifikasian, bentuknya berupa alat-alat penulisan, pendukung keputusan,
infrastruktur.
c. Tahap penggunaan, bentuknya berupa interface tools, visualisasi, pendukung
keputusan, simulasi, program aplikasi khusus, database, pattern matching,
groupware, infrastruktur, dan sarana web.
d. Tahap pengarsipan, bentuknya berupa sarana database, katalog, pengontrol kosa kata,
infrastruktur.
e. Tahap pentransferan, bentuknya berupa groupware, infrastruktur.
f. Tahap pengaksesan, bentuknya berupa interface tools, database, pattern matching,
groupware, pengontrolan kosa kata, infrastruktur.
g. Tahap penghapusan, bentuknya berupa sarana database, infrastruktur.
3. Piranti Lunak/groupware
Berbagai bentuk groupware antara lain saran mengarang bersama, whiteboard elektronik,
video konfrensi, form online, email, layar online dan multimodal konfrensi.
4. Penyesuain pola
Sarana penyesuaian pola (pattern matching) mempunyai ciri-ciri utama berasal dari
bidang inteligent artificial, yang menyediakan berbagai aspek manajemen pengetahuan.
Pattern matching adalah teknologi utama dari sistem keahlian, yatu program yang dapat
membantu manusia membuat keputusan, terutama di dalam kondisi yang tidak pasti.
Sistem keahlian juga berguna membantu para ahli bekerja dalam proses seperti diagnosis
medis. Sekali proses disaring ke dalam aturan, logikanya dapat dimasukkan ke dalam
lingkungan standar pemegroman atau dimasukkan sebagai grafis diagram keputusan.
5. Database
Database bagi sistem manajemen pengetahuan memberikan memori jangka panjang
memiliki berbagai macam, nama, tergantung atas strukturnya, isi, gunanya, dan jumlah
data yang dapat dimuat.
6. Pengontrol kosa kata
Dari perspektif bisnis, pengontrol kosa kata sangat penting karena ia menentukan
mudahnya karyawan dan manajer menyimpan dan menemukan kembali informasi di
dalam alat manajemen pengetahuan.
7. Database profesional
Database profesional atau database komersil dan mesin pencari memberi kontribusi pada
tahap pengakusisian pengetahuan secara virtual di setiap organisasi. Organisasi dengan
akses ke database profesional dapat menghemat waktu dan uang karena tidak perlu
menyianyiakan waktunya hanya untuk menemukan dimana letak informasi tersebut
berada.
8. Program aplikasi khusus
Proses manajemen pengetahuan secara khusus difasilitasi melalui groupware dan aplikasi
jaringan lainnya. Oleh karen itu, ratusan aplikasi program khusus dapat digunakan dalam
membantu karyawan untuk mengurangi waktu maupun kesalahannya.
9. Simulasi
Simulasi merupakan alat yang sempurna menggambarkan proses yang kompleks ke
dalam suatu cara yang lebih mudah dipahami.
F. Perekaman Data, Visualisasi, dan Penulisan

Dalam upaya perekaman, visualisasi dan penulisan data agar tacit knowledge menjadi
explicit knowledge dan kreasi pengetahuan sesuai dengan kebutuhan dalam organisasi, yang
menurut Sangkala (2007) dijelaskan berikut ini.
1. Penangkap atau perekaman data
Menangkap data, mendapatkan informasi secara akurat dan efisien ke dalam mesin-
bentuknya dapat dibaca, apakah sebuah keseluruhan daftar gaji atau catatan dari hasil
pertemuan komunitas yang terakhir-secara khusus merupakan hal yang paling menantang
dari bagian memulai manajemen pengetahuan.
Untuk material cetak di dalam kantor, teknologi optical character recognition, dan
scanner dapat digunakan untuk mengubah teks yang tercetak ke mesin yang dapat
membaca teks, catatan whiteboard dan kamera digital dapat menyimpan. Demikian juga
tape record, dapat digunakan untuk menangkap suara yang dapat ditranskripkan
kemudian.
2. Visualisasi
Data yang telah terekam dari berbagai sumber, misalnya sebuah slide persentasi dengan
histogram dan gambar lainnya biasanya dihargai dan efektif dibandingkan dengan
presentasi dalam bentuk teks dengan objek yang sama. Grafik dan animasi dapat
mengurangi waktu yang diperlukan bagi karyawan untuk mengatasi proses yang
kompleks, dan memungkinkan orang yang tidak ahli untuk mampu menguji keakuratan
hubungan yang mungkin tidak dapat dijelaskan dengan tabel data.
3. Penulisan
Data yang telah direkam, kemudian divisualisasikan, dimasukkan ke database. Mesin
pengubah teks ke percakapan bermanfaat mengubah percakapan ke bentuk tayangan teks
di layar yang disebut dengan text-to-speech (TTS)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen pengetahuan pada saat sekarang ini sangat diperlukan agar perusahaan yang
didirikan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Dengan mempunyai pengetahuan yang
luas kita dapat mengetahui semua informasi yang benar dan valid sehungga perusahaan tidak
keliru dalam mengambil tindakan dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh sebab itu pengetahuan
harus dibentuk dan di kembangkan oleh setiap pemimpin maupun karyawan yang ada di suatu
perusahaan.
Daftar pustaka

http://www.sarjanaku.com/2011/01/makalah-manajemen-pengetahuan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Ontologi

https://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi

Nawawi, Ismail.,2002, knowlodge management, surabaya

Anda mungkin juga menyukai