Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit menular merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan,
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Berbagai penyakit dapat
ditularkan melalui berbagai jenis kontak baik secara langsung maupun tidak
langsung dari satu individu ke individu yang lain. Di Indonesia sendiri, penyakit
menular / infeksi yang umum ditemukan meliputi diare, malaria, demam
berdarah dengue, influenza, demam tifoid, infeksi saluran cerna dan penyakit
lainnya. Saat ini, satu penyakit menular, COVID - 19, telah mencapai berbagai
wilayah dunia. Penyebaran penyakit ini begitu cepat dengan tingkat kematian
yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit menular / infeksi,
meskipun umum ditemukan, merupakan penyakit yang perlu diperhatikan dan
dikendalikan.

Salah satu perantara utama yang berperan dalam transmisi penyakit menular
adalah tangan kita sendiri. Tangan yang tidak bersih dapat menularkan infeksi
baik di masyarakat maupun di rumah sakit. Tangan kita umumnya terinfeksi
saat menyentuh barang yang terkontaminasi, setelah menggunakan kamar kecil,
hingga saat terbatuk atau bersin. Transmisi ini mudah terjadi, menyebarkan
mikroorganisme antar individu terutama ketika kita gagal mencuci tangan
secara efektif.

Pengendalian penyakit infeksi yang paling mudah diterapkan adalah dengan


pola hidup bersih terutama mencuci tangan. Hand hygiene, atau upaya

1
mencuci / menjaga kebersihan tangan terbukti dapat mencegah diare dan infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA), yang keduanya merupakan penyebab utama
kematian pada anak. Mencuci tangan dengan sabun dikaitkan dengan
penurunan risiko diare sebesar 47%, sementara insiden ISPA dapat dikurangi
hingga 24%. Pada masa penyebaran COVID-19, mencuci tangan juga menjadi
salah satu bentuk pengendalian yang banyak disorot sebagai tindakan preventif
primer yang dapat dilakukan oleh semua orang.
Puskesmas, sebagai unit pelayanan kesehatan bagi masyarakat, memiliki peran
besar dalam hal ini. Puskesmas Baru Ulu merupakan salah satu pusat kesehatan
masyarakat yang berada di Kota Balikpapan yang turut terlibat dalam berbagai
promosi kesehatan pada masyarakat sekitar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, yang menjadi rumusan masalah


pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tingkat pengetahuan hand hygiene para tenaga kesehatan di
UPTD Puskesmas Baru Ulu.
2. Bagaimana tingkat kepatuhan mencuci tangan para petugas kesehatan di
UPTD Puskesmas Baru Ulu.

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui tingkat pengetahuan hand hygiene para tenaga kesehatan UPTD


Puskesmas Baru Ulu.
2. Mengetahui nilai tingkat kepatuhan mencuci tangan para petugas kesehatan
di UPTD Puskesmas Baru Ulu.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Manfaat bagi UPTD Puskesmas Baru Ulu

a. Mengetahui tingkat pengetahuan hand hygiene pada pegawai di UPTD


Puskesmas Baru Ulu.

2
b. Sebagai acuan dasar penulis untuk mencari metode terbaik untuk
meningkatkan pelaksanaan hand hygiene pada para pegawai UPTD
Puskesmas Baru Ulu.

1.4.2 Manfaat bagi Penulis

a. Menjadi gambaran mengenai tingkat pengetahuan para dokter internship


tentang hand hygiene dan pentingnya penyampaian informasi mengenai
hand hygiene pada masyarakat.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

a. Mendapatkan informasi mengenai pentingnya hand hygiene berikut cara


melaksanakannya dengan tepat.
b. Tenhindar dari resiko penularan infeksi sekunder dari petugas kesehatan di
UPTD Puskesmas Baru Ulu.
c. Mendapat pelayanan yang sesuai dengan kaidah PPI.

1.4.4 Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan

a. Tersedia data/laporan IMN terkait KKT pada UPTD Puskesmas Baru Ulu
untuk bahan evaluasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk


terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku
setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi
terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Atas dasar teori ini, dapat disimpulkan bahwa perilaku setiap individu dapat
bervariasi sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Hal ini berlaku dalam
berbagai aspek / bidang pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.

2.1.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Usia
Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).
Seseorang dengan usia lebih lanjut / dewasa umumnya dianggap
memiliki pengetahuan lebih banyak dibanding individu berusia lebih
muda. Hal ini disebabkan oleh paparan informasi yang mungkin lebih
banyak diterima seiring berjalannya waktu dan perkembangan pola pikir
individu tersebut.

b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara
formal didalam lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai
hubungan terhadap tingkat kompleksitas informasi yang dapat diterima
oleh satu individu. Pendidikan juga mempengaruhi latar belakang

4
seorang individu dalam mengerti / menangkap suatu pengetahuan. Dalam
kaitan dengan topik penelitian ini, para petugas kesehatan dengan latar
belakang pendidikan di bidang kesehatan diasumsikan sudah pernah
mempelajari dan memahami prosedur dan manfaat dari melakukan hand
hygiene.

c. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Media
informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu surat
kabar, majalah dan buku, dan media elektronik seperti radio, tv dan
internet. Sumber informasi dari buku-buku ilmiah adalah lebih baik jika
dibandingkan dengan sumber dari majalah dan surat kabar karena
informasinya lebih diyakini kebenarannya. Selain itu, sumber informasi
dari media elektronik seperti internet juga berbeda kebenarannya di mana
terdapat situs-situs yang menampilkan informasi yang berbeda. Selain
melalui media tersebut, informasi juga dapat disampaikan secara verbal.
Khususnya bagi topik-topik kesehatan yang sering disosialisasikan oleh
sarana-sarana kesehatan. Selain itu dengan paparan lingkungan sehari-
hari, informasi pun dapat didapat dan dicerna dengan lebih mudah,
terutama bagi individu dalam lingkungan kerja tertentu, terlepas dari latar
belakang pendidikan individu tersebut.

2.2 PROFIL PUSKESMAS BARU ULU


2.2.1 Data Geografis

Wilayah UPTDD Puskesmas Perawatan Baru Ulu mencakup seluruh


Kelurahan Baru Ulu dan merupakan salah satu Puskesmas di Kecamatan
Balikpapan Barat.

Luas wilayah kerja UPTDD Puskesmas Perawatan Baru Ulu adalah


95,184 Ha dengan batas wilayah mengikuti wilayah Kelurahan Baru Ulu
yaitu:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Balikpapan


• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Margo Mulyo
• SebelahSelatan berbatasan dengan Kelurahan Baru Tengah
• Sebelah Barat berbatasandengan Teluk Balikpapan

5
Keadaan Geografi Kelurahan Baru Ulu 65 % terdiri atas tanah datar, 30 %
berupa perbukitan dan 5 % berupa tanah rawa. Ketinggian tanah dari
permukaan laut adalah 1-50 meter. Suhu Udara rata-rata, Min.21,8°C dan
Max 32,8°C. Sarana transportasi sudah menggunakan jalan beraspal yang
dapat dilalui kendaraan roda empat tetapi untuk gang-gang ke wilayah RT
sebagian masih setapak/ semen yang dapat dilalui kendaraan roda dua.

2.2.2 Data Demografis

Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTDD Puskesmas Perawatan Baru Ulu


adalah sebanyak 22.160 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 7.324.

JENIS
NO JUMLAH
KELAMIN

    Tahun 2020 Tahun 2021

1 Laki – Laki 11.449  

2 Perempuan 10.711  

JUMLAH 22.160  

     Tabel 1. Jenis kelamin

 
 
 
N JUMLAH
AGAMA
O

    Tahun 2019 Tahun 2020

1 Islam 21.345  

2 Kristen 165  

3 Khatolik 62  

4 Budha 29  

5 Hindu 15  

6 Konghucu 0  

7 Aliran Kepercayaan 1  

  Jumlah 21.617  

     Tabel 2. Kelompok Agama/Aliran Kepercayaan

 
    Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

6
NO PENDIDIKAN JUMLAH

    2019 Tahun 2020

Tidak sekolah/ Taman
1 Kanak 1.959 1.867

2 SD / Sederajat 5.263 4.554

3 SLTP / Sederajat 3.499 3.654

4 SLTA / Sederajat 5.118 5.575

5 Akademi / D1 – D3 280 319

6 Sarjana / S1 – S2 597 638

       Sumber Data : Monografi Kelurahan 2020


     Tabel 4. Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

NO
PEKERJAAN JUMLAH
.

    Tahun 2019 Tahun 2020

1 Petani 49 50

2 Tukang 31 13

3 Pedagang / Wiraswasta 252 688

4 PNS 123 109

5 ABRI 62 57

6 Swasta/lain-lain 1.041 2824

7 Buruh Bebas 1.959 1910

8 Profesi 28 648

9 Pensiunan 51 44

10 Tidak Bekerja atau Belum mempunyai kerjaan  tetap 11.183 11626

11 Nelayan 24 89

          Sumber Data : Monografi Kelurahan 2020


    Tabel 5. Sarana Pendidikan

NO. JENIS JUMLAH


PENDIDIKAN

1 PAUD 4

2 TK 3

3 SD / MI 5

4 SMP -

7
5 SMA 1

  JUMLAH 13

     Sumber Data : Monografi Kelurahan 2020


    Tabel 6. Sarana Tempat Ibadah.

NO. JENIS TEMPAT IBADAH JUMLAH

1 Mesjid 9

2 Langgar/Musholla 9

  JUMLAH 18

     Sumber Data : Monografi Kelurahan 2020


     Tabel 7. Sarana Kesehatan.

NO. JENIS SARANA JUMLAH

1 Puskesmas 1 Buah

2 Dokter Praktek 2 Buah


Swasta

3 Bidan Praktek Swasta 2 Buah

4 Apotik  1 Buah

5 UKBM 53 buah

  JUMLAH 59 Buah

     Sumber Data : Monografi Kelurahan 2020

2.2.3 Orbitasi Jarak Pusat Pemerintahan

• Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan : 2,5 km

• Jarak dari pusat Pemerintahan Kota : 13 km

• Jarak dari kota / Ibukota Kabupaten : 13 km

• Jarak dari Ibu Kota Propinsi : 140 km

2.2.4 Fasilitas Pelayanan, Tenaga Kerja & Peran Serta Masyarakat

a. Sarana Fisik

8
UPTDD Puskesmas Perawatan Baru Ulu pertama kali dibangun pada
tahun 1975 dengan bangunan fisik dari kayu yang kemudian
mengalami perbaikan-perbaikan dan rehabilitasi menjadi bangunan
beton Puskesmas Perawatan Baru Ulu terdiri dari dua bangunan
terpisah, bangunan induk Rawat Jalan berukuran ± 722 meter2. Pada
tahun 2009 dibangun 1 gedung perawatan 24 jam Rawat Inap dengan
ukuran 10x12 meter. di Awal Tahun 2014 gedung Rawat Jalan
Diperbaharui dan selesai pembangunan Bulan Desember Tahun 2014.
Tata ruang Gedung Rawat Jalan terdiri dari :
Þ Lantai Bawah :

- Ruangan TB MDR - Gudang

- Ruangan Laktasi - Ruangan Farmasi

- Ruangan KIA, KB dan Imunisasi - Ruangan Tunggu

- Ruangan Tunggu - Ruangan Promosi Kesehatan

- Ruangan Anak - Ruang Penyelenggara


Makanan

- Ruangan Dewasa - Toilet Petugas

- Ruang Pendaftaran dan Rekam Medik - Toilet Pasien

- Ruangan Lansia

Þ Lantai Atas :

- Ruangan Rapat - Ruangan Tunggu

- Gudang - Ruangan Kepala Puskesmas

- Ruangan Gigi dan Mulut - Mushola

- Ruangan Kesling dan Gizi - Toilet Petugas

- Ruangan Administrasi Kantor - Toilet Pasien


9
- Ruangan Laboratorium - Ruang Penunjang
Persediaan

Tata ruang Gedung Rawat Inap 24 Jam terdiri dari :

Þ Lantai Bawah :

- Ruangan Tindakan - Toilet Petugas

- Ruangan Rawat Pasca Persalinan - Toilet Pasien

- Ruangan Persalinan dan Toilet Pasien - Ruangan Sterilkan Alat

- Ruangan Jaga Petugas - Dapur

- Ruangan Obat dan Administrasi - Ruangan Tunggu

Þ Lantai Atas :

- Gudang - Toilet Petugas

- Ruangan Rawat Inap Pasien ada 4 Kamar - Toilet Pasien

- Ruangan Tunggu Pasien - Mushola

b. Sumber Daya Manusia Rawat Jalan  

Tabel 8. Sumber Daya Manusia Rawat Jalan

N LAKI-
JENIS KETENAGAAN PEREMPUAN JUMLAH TOTAL
O LAKI

1 Dokter Umum 2 Orang 0  2 Orang

2 Dokter Gigi 0 1 Orang 1 Orang

3 Bidan 0 2 Orang 2 Orang

4 Apoteker 0 1 Orang 1 Orang

5 Akper 1 Orang 2 Orang 3 Orang

6 Nurse 0 0 0

7 Sanitarian 0 1 Orang 1 Orang

10
8 Promkes 0 1 Orang 1 Orang

9 Asisten Apoteker 0 1 Orang 1 Orang

10 Ahli Gizi 0 1 Orang 1 Orang

11 Analis 0 1 Orang 1 Orang

12 Rekam Medis 0 1 Orang 1 Orang

13 Admin Kantor 1 Orang 0 1 Orang

14 Loket 1 Orang 3 Orang 4 Orang

15 Satpam 0 0 0

16 Supir 0 1 Orang 1 Orang

17 Pramu Kantor 0 3 Orang 3 Orang

  JUMLAH 5 Orang 19 Orang 24 Orang

 
Sumber Daya Manusia Rawat Inap 24 Jam   
 
Tabel 9. Sumber Daya Manusia Rawat Inap 24 Jam

N LAKI-
JENIS KETENAGAAN PEREMPUAN JUMLAH TOTAL
O LAKI

1 Dokter Umum - 5 Orang  5 Orang

2 Bidan - 5 Orang 5 Orang

3 Akper 2 Orang 3 Orang 5 Orang

4 Asisten Apoteker   2 Orang 2 Orang

5 Loket   2 Orang 2 Orang

6 Satpam 3 Orang   3 Orang

7 Supir 2 Orang   2 Orang

8 Pramu Kantor   2 Orang 2 Orang

  JUMLAH 7 Orang 19 Orang 26 Orang

d. Sarana Transportasi.

- Mobil Puskesmas Keliling : 1 Unit


- Mobil Ambulans : 1 Unit

11
- Mobil Operasional : 1 Unit
- Sepeda Motor : 3 Buah (2 dalam keadaan kurang baik)

e. Tugas Pokok dan Fungsi (Terlampir)

2.2.5 Peran Serta Masyarakat

a. Sarana Fisik

- Posyandu : 53 Buah
- Dasa Wisma : 4 Buah

b. Sarana Tenaga

- Kader Posyandu / Kesehatan : 162 Orang


- Dukun Bayi : 7 Orang
- PLKB : 1 Orang

2.3 INFEKSI

Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang


menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis lokal maupun sistemik
(Potter & Perry, 2005)

Pasien yang dirawat di unit pelayanan kesehatan sangat rentan terhadap infeksi
yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien dirawat di bangsal
rawat inap, kondisi lingkungan di sekitar, dan daya tahan tubuh pasien itu sendiri.
Penularan dapat terjadi dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke pasien
yang lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga pasien maupun petugas
kesehatan kepada pasien. Infeksi ini dikenal dengan infeksi nosokomial atau di
rumah sakit yang saat ini disebut dengan HAI’S (Hospital Acquired Infection)
dimana dapat memperpanjang lama rawat, meningkatkan morbiditas dan
mortalitas, serta menambah biaya perawatan (Damadi, 2008).

Selain HAI, ada pula Community Acquired Infection (CAI) yang mengacu pada
infeksi yang didapat / ditularkan dalam populasi masyarakat. Beberapa penyakit

12
yang umum ditularkan dalam komunitas sehari-hari meliputi influenza,
pneumonia, infeksi berbagai virus, hingga penyakit menular seksual. Penyakit-
penyakit ini dapat menular melalui berbagai perantara dengan tingkat penularan
yang berbeda-beda. Salah satu contohpenyakit menular yang kini telah menjadi
pandemi adalah infeksi virus COVID-19.

2.3.1 Infeksi Nosokomial


Pasien yang dirawat di unit pelayanan kesehatan sangat rentan terhadap
infeksi yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien
dirawat di bangsal rawat inap, kondisi lingkungan di sekitar, dan daya
tahan tubuh pasien itu sendiri. Penularan dapat terjadi dari pasien ke
petugas kesehatan, dari pasien ke pasien yang lain, dari pasien ke
pengunjung atau keluarga pasien maupun petugas kesehatan kepada
pasien. Infeksi ini dikenal dengan infeksi nosokomial atau di rumah sakit
yang saat ini disebut dengan HAI’S (Hospital Acquired Infection)
dimana dapat memperpanjang lama rawat, meningkatkan morbiditas dan
mortalitas, serta menambah biaya perawatan (Damadi, 2008).

Infeksi nosokomial juga didefinisikan sebagai infeksi yang menjangkit


pasien semasa dirawat di unit pelayanan kesehatan, dimana infeksi yang
terjadi setelah 72 jam pasien dirawat dan pasien tersebut tidak
menunjukan gejala infeksi saat masuk rumah sakit (WHO, 2002). Suatu
penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukan bahwa sekitar 8,7%
dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur
Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi
nosokomial dan di Asia Tenggara sendiri ditemukan hingga sebanyak
10% (WHO, 2002). Daya tubuh pasien yang sedang dalam proses asuhan
perawatan di rumah sakit atau di puskesmas sedang menurun. Hal ini
akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman – kuman,
virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita. Infeksi yang
terjadi pada penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini
disebut infeksi nosokomial.

Beberapa kejadian infeksi nosokomial mungkin tidak menyebabkan


kematian pasien namun menyebabkan pasien dirawat lebih lama yang
berdampak pada bertambahnya biaya perawatan akibat lama perawatan
akan bertambah (Baker, et al., 2008).

Mikroorganisme memiliki beberapa cara penularan untuk membantu


memfasilitasi perpindahan suatu agen dari reservoir ke penjamu yang

13
rentan. Mekanisme penularan infeksi melalui penularan langsung, tidak
langsung dan melalui udara (Arias, 2010). Selama perawatan medis,
tangan tenaga layanan kesehatan sering berkontak dengan pasien.
Dengan demikian, tangan klinisi tersebut merupakan sarana yang paling
lazim untuk penularan infeksi nosokomial. Penularan melalui rute ini
lebih sering terjadi dibandingkan penularan bawaan vektor, bawaan udara
ataupun bentuk kontak langsung dan tidak langsung (Pruss, et al., 2005).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meilia Supeni didapatkan
hubungan antara kepatuhan pelaksanaan hand hygiene dengan
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi nosokomial dengan nilai korelasi
0,327 (Supeni, 2010).

Untuk itu upaya pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial


menerapkan prinsip asepsis dan menerapkan standar tinggi untuk
menghilangkan sumber potensial penyakit. Menghambat rute penularan
bakteri dari sumber potensial dan reservoir bakteri ke orang yang tidak
mengalami infeksi dengan hand hygiene yang efektif terutama pada
petugas kesehatan juga merupakan salah satu pencegahan (Brooker,
2009).

2.4 HAND HYGIENE

Tangan merupakan sarana untuk hampir setiap penyebaran patogen potensial dari
satu pasien ke pasien lain, dari objek yang terkontaminasi ke pasien, atau dari staff
member ke pasien. Organisme ini bersifat baik patogen maupun flora normal.
Jumlah total bakteri yang terdapat di tangan sekitar 5 sampai 6 batang colony
forming unit (CFUs) sebelum mencuci tangan (Larson, Butz, Gullete, & Laughon,
1990). Area jari dan kuku juga dianggap sebagai tempat utama flora ditangan dan
area subungual (wilayah dibawah jari kuku) sering menjadi tempat masuknya
mikroorganisme paling banyak dan merupakan sumber perkembang biakkan
selanjutnya, khususnya dibawah sarung tangan. Flora normal yang terdapat di
tangan meliputi gram negative dan staphylococcus aureus.

Investasi bakteri berlebih ini dapat dicegah dengan melakukan hand hygiene sesuai
dengan standar, termasuk tekhnik menggunakan sabun dan agen antiseptic,
waterless hand scrubs, serta tekhnik mencuci tangan, patuh dengan standar
mencuci tangan menurut WHO. (WHO, 2012).

14
Mencuci tangan yang tepat dapat menurunkan angka infeksi dan mengurangi
transmisi ke pasien. Sabun dan air memberikan pengurangan mekanis bagi
mikroorganisme dan menghilangkan kotoran. Penelitian membuktikan infeksi
nosokomial di RS terjadi akibat kurangnya kepatuhan petugas. Rata-rata kepatuhan
petugas untuk mencuci tangan di Indonesia 20%-40% (Depkes, 2010).

Hand hygiene termasuk cuci tangan dan disinfeksi tangan merupakan tindakan
pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh tenaga layanan kesehatan.
Pencucian tangan menyeluruh dengan jumlah air dan sabun yang memadai dapat
menghilangkan lebih dari 90% bakteri. Disinfeksi dengan alkohol digunakan untuk
membunuh mikroorganisme beserta kontaminan yang ada (Pruss, et al.,2005).
Meningkatkan resistensi pasien terhadap infeksi, termasuk status nutrisi dan
kerentanan terhadap infeksi dalam upaya menekan penularan infeksi (Brooker,
2009).

Teknik aseptik adalah metode yang digunakan untuk mencegah infeksi


nosokomial.
Prosedur ini harus dilaksanakan untuk meminimalkan resiko infeksi, diperkirakan
30% infeksi nosokomial dapat dicegah (Baker, et al., 2008).

The Centers for Disease Control and Prevention mengeluarkan rekomendasi untuk
hand hygiene yang merupakan salah satu tindakan aseptik. Hand hygiene adalah
istilah yang diterapkan untuk mencuci tangan, menggunakan antiseptik mencuci
tangan, atau antiseptis tangan untuk pembedahan. Data menunjukkan bahwa
pembersihan tangan dengan antiseptik pencuci tangan lebih efektif dalam
mengurangi infeksi nosokomial dari pada mencuci tangan dengan cara biasa
(Garber, et al., 2010).

Untuk dapat melindungi pasien dari infeksi, hand hygiene harus dilaksanakan
secara rutin dan sesuai dengan rekomendasi protokol(Kowalak,2009). Mencuci
tangan yang tidak memadai dapat menjadi wadah terjadinya infeksi (Friedman &
Petersen, 2004).

Hand hygiene juga merupakan tindakan yang bisa di lakukan oleh masyarakat
setiap hari dan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan fasilitas hand hygiene
baik wastafel untuk melaksanakan hand washing atau pun alkohol based hand rub
tersebut tidak tinggi, tetapi memiliki manfaat yang cukup besar untuk mencegah
terjadinya HAIs yang dapat mengakibatkan pengeluaran biaya yang lebih besar
bahkan kematian

15
WHO sebagai Organisasi Kesehatan Dunia telah merekomendasikan tentang
pentingnya mencuci tangan. WHO pada tahun 2005 mengeluarkan pesan kesehatan
untuk mencuci tangan dengan 6 langkah.

Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain:


1. Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik
(handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash).
2. Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
3. 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash.

Di bawah ini adalah 6 langkah mencuci tangan menurut WHO:

1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

16
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

2.5 PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)

Membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan langkah awal untuk mencegah
masuknya kuman dan resiko tertularnya penyakit (Depkes, 2007).

Kesenjangan antara pengetahuan mencuci tangan dengan praktik cuci tangan masih
banyak terjadi, sehingga diperlukan inisiatif jangka panjang untuk menyadarkan
masyarakat terutama pada anak-anak. Rabbi dan Dey (2013) Di Indonesia sendiri,
17
di bawah program kesehatan lingkungan, sudah diadakan gerakan bernampa Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS). Gerakan ini sudah dilakukan sejak lama, namun
praktik di masyarakat masih rendah. Sehingga kegiatan untuk mempromosikan
Cuci Tangan Pakai Sabun perlu terus dilakukan sebagai upaya meningkatkan
kesadaran pada masyarakat.
Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah
beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang umumnya diajarkan pada masyarakat,
untuk mencuci tangan memakai sabun:

1. Sebelum makan

Hal ini dilakukan untuk menghindari terkontaminasinya makanan yang akan


di konsumsi dengan kuman, sekaligus mencegah masuknya kuman ke dalam
tubuh.

2. Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan

Mencuci tangan sebelum menyiapkan bahan makanan bertujuan untuk


membunuh kuman yang ada pada tangan agar tidak berpindah ke bahan
makanan yang akan diolah.

3. Sebelum dan sesudah mengganti popok

Agar menjaga kesterilan kulit bayi sehingga terhindar dari kuman – kuman
berbahaya yang dapat menginfeksi, maka mencuci tangan sebelum
mengganti popok harus dilakukan.

4. Setelah buang air besar dan buang air kecil

Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan bakteri
akan mudah menempel pada tangan.

5. Setelah bersin atau batuk

Refleks menutup mulut dan hidung menggunakan tangan saat batuk atau
bersin memungkinkan kuman yang keluar bertepatan dengan batuk atau
bersin menempel pada tanggan.

18
6. Setelah menyentuh binatang

Bulu binatang merupakan penyumbang bakteri dan kuman yang sangat


besar, sehingga mencuci tangan juga diwajibkan setelah bersentuhan dengan
binatang, terutama yang berbulu tebal.

7. Setelah menyentuh sampah

Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat
berbahaya bagi tubuh, sehingga sangat disarankan untuk mencuci tangan
setelah menyentuh sampah.

8. Sebelum menangani luka


Luka, terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat sensitive terhadap
bakteri dan kuman. Apabila tidak mencuci tangan sebelum menangani luka,
maka kemungkinan terjadinya infeksi karena bakteri dan kuman akan
menjadi semakin tinggi.

9. Setelah memegang benda umum

Benda – benda umum memiliki kandungan bakteri dan kuman yang sangat
tinggi, sehingga wajib anda bersihkan.

Sementara bagi tenaga kesehatan, WHO memberi pedoman adanya lima kesempatan bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan
hand hygiene. Lima kesempatan tersebut meliputi:

19
`

a. Sebelum Menyentuh Pasien

Sebelum memulai perawatan pasien dan melakukan perawatan kembali,


kebersihan tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan
perawatan karena banyak penelitian mendokumentasikan bahwa petugas
kesehatan dapat terkontaminasi melalui tangan mereka sendiri (atau sarung
tangan) dengan hanya menyentuh benda yang ada di ruangan pasien dan area
kulit yang ada mikroorganisme.

b. Setelah menyelesaikan perawatan pasien

Dianjurkan untuk mencuci tangan setelah kontak dengan pasien, seperti


berjabat tangan, melakukan pemeriksaan fisik, mengukur vital sign.
Diharapkan penularan antara pasien melalui tangan kita menjadi minimal.

c. Sebelum melakukan prosedur aseptic

Situasi yang harus melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan


aseptic, pada pemeriksaan fisik dalam ataupun untuk melakukan tindakan
invansif. Dimaksudkan untuk meminimalisir resiko penularan ke pasien dari
tangan tenaga medis.

d. Setelah kontak dengan cairan tubuh yang beresiko

Situasi yang dimaksudkan adalah seperti setelah memasang selang kateter,


melakukan medikasi luka, mengganti perban, pemeriksaan gigi, melakukan
perkutaneus injeksi. Pada keadaan ini kolonisasi bakteri pada cairan tubuh
pasien sangat beresiko banyak.

e. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien

Hal seperti mengganti linen, menyentuh tempat tidur pasien, monitoring, dan
benda – benda lainnya yang secara kontak pernah disentuh oleh pasien.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini dibuat menggunakan desain penelitian deskriptif.

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Baru Ulu dalam periode waktu 14
Februari s/d 14 April 2022 ± 200-250 siklus mencuci tangan disetiap bulan.

3.3. Populasi/ Sampel


Populasi yang menjadi target meliputi pegawai Puskesmas Baru Ulu yang aktif
pada periode 14 Februari s/d 14 April 2022.

Kriteria Inklusi:
a. Pegawai Puskesmas Baru Ulu yang aktif bertugas dalam periode 14 Februari
s/d 14 April 2022.
b. Pegawai Puskesmas yang bertugas di ruang perawatan yang terlah
ditentukan oleh website Indikator Mutu Nasional dari Kemenkes.

Kriteria Eksklusi:
a. Pegawai aktif Puskesmas Baru Ulu yang tidak berada di ruangan di website
Indikator Mutu Nasional dari Kemenkes.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Data dikumpulkan secara deskriptif pada website Indikator Mutu Nasional
dari Kemenkes.

3.5. Hipotesis
H0: Pengetahuan dan kepatuhan pegawai Puskesmas Baru Ulu baik.
H1: Pengetahuan dan kepatuhan pegawai Puskesmas Baru Ulu kurang baik.

21
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari website Indikator Mutu Nasional dari
Kemenkes didapatkan nilai kepatuhan kebersihan tangan pegawai UPTD
Puskesmas Baru Ulu pada bulan Februari adalah 86,17%, pada bulan Maret adalah
76,73% dan bulan April adalah 80,49%. Sedangkan berdasarkan website Indikator
Mutu Nasional dari Kemenkes standart nilai yang diharapkan adalah 85,00%.

Gambar 1. Hasil Entri Data

Gambar 2. Rekapitulasi Kepatuhan Kebersihan Tangan

22
Gambar 3. Hasil Entri Data Per Ruangan

Hasil yang didapatkan dari website Indikator Mutu Nasional dari Kemenkes
nilai Kepatuhan Kebersihan Tangan Per Ruangan adalah :
1. Ruang Kesehatan Anak dan Imunisasi pada bulan Februari 73.74% Maret
74.19% dan April 77.65%.
2. Ruang kesehatan gigi dan mulut pada bulan Februari 86.87% Maret 78.76%
dan April 82.22%.
3. Ruang kesehatan ibu dan KB pada bulan Februari 90.63%, Maret 77.08%,
dan April 82.35%.
4. Ruang Laboratorium pada bulan Februari 91.05%, Maret 87.8% dan April
88.39%.
5. Ruang Pemeriksaan Umum pada bulan Februari 85.93%, Maret 73.07% dan
April 76.44%.
6. Ruang Tindakan dan Gawat Darurat pada bulan Februari 79.65%, Maret
82.01% dan April 84.29%.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tingkat pengetahuan dan kepatuhan kebersihan tangan pegawai UPTD Puskesmas


Baru Ulu Baik, namun di beberapa ruang pelayanan masih belum memenuhi target
dari website Indikator Mutu Nasional dari Kemenkes. Maka dari itu diperlukan
adanya intervensi berupa penyuluhan rutin mengenai Kepatuhan Kebersihan
Tangan.

5.2 SARAN

5.2.1. Saran Untuk Puskesmas

1. Dapat dilakukan penyuluhan secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan


kepatuhan kebersihan tangan pegawai UPTD Puskesmas Baru Ulu sebagai upaya
pencegahan terhadap berbagai macam infeksi sekunder .

2. Puskesmas juga melakukan pengisian data di Website Indikator Mutu Fasyankes


sebagai titik ukur tingkat kepatuhan kebersihan tangan para pegawainya.

5.2.2 Saran Untuk Peneliti Berikutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian ini dengan tujuan


meningkatkan kepatuhan kebersihan tangan para pegawai UPTD Puskesmas Baru
Ulu.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Judah, G., Curtis, V & Schmidit, W. (2011). The Effect of

Handwashing with Water or Soap on Bacterial Contamination of Hands. Int. J. Environ. Res.

Public Health. Vol 8. Januari 2011. Pages 97-104.

2. Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

3. Kementrian Kesehatan, (2010). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

4. Notoadmodjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta

5. Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rhineka Cipta

6. Notoatmodjo, S. 2006. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Rekacipta, Jakarta

7. Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses dan Praktek.

Jakarta : EGC

8. Proverawati, Atikah & Rahmawati. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika

9. Rabbi, E.S & Dey, N.C. (2013). Exploring the gap between handwashing knowledge and

practice in Bangladesh, a cross-sectional comparative study. BMS Public Health. Vol 13:89.

Pages 2-7.

10. WHO.(2014). Global Youth Tobacco Survey: Indonesia Report. World Health Organization

Regional Office for South East Asia, Jakarta

11. WHO (2019) Hand Hygiene: Why, How & When? World Health Organization

25

Anda mungkin juga menyukai