PENDAHULUAN
Penyakit menular merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan,
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Berbagai penyakit dapat
ditularkan melalui berbagai jenis kontak baik secara langsung maupun tidak
langsung dari satu individu ke individu yang lain. Di Indonesia sendiri, penyakit
menular / infeksi yang umum ditemukan meliputi diare, malaria, demam
berdarah dengue, influenza, demam tifoid, infeksi saluran cerna dan penyakit
lainnya. Saat ini, satu penyakit menular, COVID - 19, telah mencapai berbagai
wilayah dunia. Penyebaran penyakit ini begitu cepat dengan tingkat kematian
yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit menular / infeksi,
meskipun umum ditemukan, merupakan penyakit yang perlu diperhatikan dan
dikendalikan.
Salah satu perantara utama yang berperan dalam transmisi penyakit menular
adalah tangan kita sendiri. Tangan yang tidak bersih dapat menularkan infeksi
baik di masyarakat maupun di rumah sakit. Tangan kita umumnya terinfeksi
saat menyentuh barang yang terkontaminasi, setelah menggunakan kamar kecil,
hingga saat terbatuk atau bersin. Transmisi ini mudah terjadi, menyebarkan
mikroorganisme antar individu terutama ketika kita gagal mencuci tangan
secara efektif.
1
mencuci / menjaga kebersihan tangan terbukti dapat mencegah diare dan infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA), yang keduanya merupakan penyebab utama
kematian pada anak. Mencuci tangan dengan sabun dikaitkan dengan
penurunan risiko diare sebesar 47%, sementara insiden ISPA dapat dikurangi
hingga 24%. Pada masa penyebaran COVID-19, mencuci tangan juga menjadi
salah satu bentuk pengendalian yang banyak disorot sebagai tindakan preventif
primer yang dapat dilakukan oleh semua orang.
Puskesmas, sebagai unit pelayanan kesehatan bagi masyarakat, memiliki peran
besar dalam hal ini. Puskesmas Baru Ulu merupakan salah satu pusat kesehatan
masyarakat yang berada di Kota Balikpapan yang turut terlibat dalam berbagai
promosi kesehatan pada masyarakat sekitar.
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
2
b. Sebagai acuan dasar penulis untuk mencari metode terbaik untuk
meningkatkan pelaksanaan hand hygiene pada para pegawai UPTD
Puskesmas Baru Ulu.
a. Tersedia data/laporan IMN terkait KKT pada UPTD Puskesmas Baru Ulu
untuk bahan evaluasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2005).
Atas dasar teori ini, dapat disimpulkan bahwa perilaku setiap individu dapat
bervariasi sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Hal ini berlaku dalam
berbagai aspek / bidang pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
a. Usia
Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun).
Seseorang dengan usia lebih lanjut / dewasa umumnya dianggap
memiliki pengetahuan lebih banyak dibanding individu berusia lebih
muda. Hal ini disebabkan oleh paparan informasi yang mungkin lebih
banyak diterima seiring berjalannya waktu dan perkembangan pola pikir
individu tersebut.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara
formal didalam lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai
hubungan terhadap tingkat kompleksitas informasi yang dapat diterima
oleh satu individu. Pendidikan juga mempengaruhi latar belakang
4
seorang individu dalam mengerti / menangkap suatu pengetahuan. Dalam
kaitan dengan topik penelitian ini, para petugas kesehatan dengan latar
belakang pendidikan di bidang kesehatan diasumsikan sudah pernah
mempelajari dan memahami prosedur dan manfaat dari melakukan hand
hygiene.
c. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Media
informasi untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu surat
kabar, majalah dan buku, dan media elektronik seperti radio, tv dan
internet. Sumber informasi dari buku-buku ilmiah adalah lebih baik jika
dibandingkan dengan sumber dari majalah dan surat kabar karena
informasinya lebih diyakini kebenarannya. Selain itu, sumber informasi
dari media elektronik seperti internet juga berbeda kebenarannya di mana
terdapat situs-situs yang menampilkan informasi yang berbeda. Selain
melalui media tersebut, informasi juga dapat disampaikan secara verbal.
Khususnya bagi topik-topik kesehatan yang sering disosialisasikan oleh
sarana-sarana kesehatan. Selain itu dengan paparan lingkungan sehari-
hari, informasi pun dapat didapat dan dicerna dengan lebih mudah,
terutama bagi individu dalam lingkungan kerja tertentu, terlepas dari latar
belakang pendidikan individu tersebut.
5
Keadaan Geografi Kelurahan Baru Ulu 65 % terdiri atas tanah datar, 30 %
berupa perbukitan dan 5 % berupa tanah rawa. Ketinggian tanah dari
permukaan laut adalah 1-50 meter. Suhu Udara rata-rata, Min.21,8°C dan
Max 32,8°C. Sarana transportasi sudah menggunakan jalan beraspal yang
dapat dilalui kendaraan roda empat tetapi untuk gang-gang ke wilayah RT
sebagian masih setapak/ semen yang dapat dilalui kendaraan roda dua.
JENIS
NO JUMLAH
KELAMIN
2 Perempuan 10.711
JUMLAH 22.160
N JUMLAH
AGAMA
O
1 Islam 21.345
2 Kristen 165
3 Khatolik 62
4 Budha 29
5 Hindu 15
6 Konghucu 0
7 Aliran Kepercayaan 1
Jumlah 21.617
Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan
6
NO PENDIDIKAN JUMLAH
Tidak sekolah/ Taman
1 Kanak 1.959 1.867
NO
PEKERJAAN JUMLAH
.
1 Petani 49 50
2 Tukang 31 13
5 ABRI 62 57
8 Profesi 28 648
9 Pensiunan 51 44
11 Nelayan 24 89
1 PAUD 4
2 TK 3
3 SD / MI 5
4 SMP -
7
5 SMA 1
JUMLAH 13
1 Mesjid 9
2 Langgar/Musholla 9
JUMLAH 18
1 Puskesmas 1 Buah
4 Apotik 1 Buah
5 UKBM 53 buah
JUMLAH 59 Buah
a. Sarana Fisik
8
UPTDD Puskesmas Perawatan Baru Ulu pertama kali dibangun pada
tahun 1975 dengan bangunan fisik dari kayu yang kemudian
mengalami perbaikan-perbaikan dan rehabilitasi menjadi bangunan
beton Puskesmas Perawatan Baru Ulu terdiri dari dua bangunan
terpisah, bangunan induk Rawat Jalan berukuran ± 722 meter2. Pada
tahun 2009 dibangun 1 gedung perawatan 24 jam Rawat Inap dengan
ukuran 10x12 meter. di Awal Tahun 2014 gedung Rawat Jalan
Diperbaharui dan selesai pembangunan Bulan Desember Tahun 2014.
Tata ruang Gedung Rawat Jalan terdiri dari :
Þ Lantai Bawah :
- Ruangan Lansia
Þ Lantai Atas :
Þ Lantai Bawah :
Þ Lantai Atas :
N LAKI-
JENIS KETENAGAAN PEREMPUAN JUMLAH TOTAL
O LAKI
6 Nurse 0 0 0
10
8 Promkes 0 1 Orang 1 Orang
15 Satpam 0 0 0
Sumber Daya Manusia Rawat Inap 24 Jam
Tabel 9. Sumber Daya Manusia Rawat Inap 24 Jam
N LAKI-
JENIS KETENAGAAN PEREMPUAN JUMLAH TOTAL
O LAKI
d. Sarana Transportasi.
11
- Mobil Operasional : 1 Unit
- Sepeda Motor : 3 Buah (2 dalam keadaan kurang baik)
a. Sarana Fisik
- Posyandu : 53 Buah
- Dasa Wisma : 4 Buah
b. Sarana Tenaga
2.3 INFEKSI
Pasien yang dirawat di unit pelayanan kesehatan sangat rentan terhadap infeksi
yang dapat terjadi karena tindakan perawatan selama pasien dirawat di bangsal
rawat inap, kondisi lingkungan di sekitar, dan daya tahan tubuh pasien itu sendiri.
Penularan dapat terjadi dari pasien ke petugas kesehatan, dari pasien ke pasien
yang lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga pasien maupun petugas
kesehatan kepada pasien. Infeksi ini dikenal dengan infeksi nosokomial atau di
rumah sakit yang saat ini disebut dengan HAI’S (Hospital Acquired Infection)
dimana dapat memperpanjang lama rawat, meningkatkan morbiditas dan
mortalitas, serta menambah biaya perawatan (Damadi, 2008).
Selain HAI, ada pula Community Acquired Infection (CAI) yang mengacu pada
infeksi yang didapat / ditularkan dalam populasi masyarakat. Beberapa penyakit
12
yang umum ditularkan dalam komunitas sehari-hari meliputi influenza,
pneumonia, infeksi berbagai virus, hingga penyakit menular seksual. Penyakit-
penyakit ini dapat menular melalui berbagai perantara dengan tingkat penularan
yang berbeda-beda. Salah satu contohpenyakit menular yang kini telah menjadi
pandemi adalah infeksi virus COVID-19.
13
rentan. Mekanisme penularan infeksi melalui penularan langsung, tidak
langsung dan melalui udara (Arias, 2010). Selama perawatan medis,
tangan tenaga layanan kesehatan sering berkontak dengan pasien.
Dengan demikian, tangan klinisi tersebut merupakan sarana yang paling
lazim untuk penularan infeksi nosokomial. Penularan melalui rute ini
lebih sering terjadi dibandingkan penularan bawaan vektor, bawaan udara
ataupun bentuk kontak langsung dan tidak langsung (Pruss, et al., 2005).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meilia Supeni didapatkan
hubungan antara kepatuhan pelaksanaan hand hygiene dengan
pertumbuhan bakteri penyebab infeksi nosokomial dengan nilai korelasi
0,327 (Supeni, 2010).
Tangan merupakan sarana untuk hampir setiap penyebaran patogen potensial dari
satu pasien ke pasien lain, dari objek yang terkontaminasi ke pasien, atau dari staff
member ke pasien. Organisme ini bersifat baik patogen maupun flora normal.
Jumlah total bakteri yang terdapat di tangan sekitar 5 sampai 6 batang colony
forming unit (CFUs) sebelum mencuci tangan (Larson, Butz, Gullete, & Laughon,
1990). Area jari dan kuku juga dianggap sebagai tempat utama flora ditangan dan
area subungual (wilayah dibawah jari kuku) sering menjadi tempat masuknya
mikroorganisme paling banyak dan merupakan sumber perkembang biakkan
selanjutnya, khususnya dibawah sarung tangan. Flora normal yang terdapat di
tangan meliputi gram negative dan staphylococcus aureus.
Investasi bakteri berlebih ini dapat dicegah dengan melakukan hand hygiene sesuai
dengan standar, termasuk tekhnik menggunakan sabun dan agen antiseptic,
waterless hand scrubs, serta tekhnik mencuci tangan, patuh dengan standar
mencuci tangan menurut WHO. (WHO, 2012).
14
Mencuci tangan yang tepat dapat menurunkan angka infeksi dan mengurangi
transmisi ke pasien. Sabun dan air memberikan pengurangan mekanis bagi
mikroorganisme dan menghilangkan kotoran. Penelitian membuktikan infeksi
nosokomial di RS terjadi akibat kurangnya kepatuhan petugas. Rata-rata kepatuhan
petugas untuk mencuci tangan di Indonesia 20%-40% (Depkes, 2010).
Hand hygiene termasuk cuci tangan dan disinfeksi tangan merupakan tindakan
pencegahan primer yang dapat dilakukan oleh tenaga layanan kesehatan.
Pencucian tangan menyeluruh dengan jumlah air dan sabun yang memadai dapat
menghilangkan lebih dari 90% bakteri. Disinfeksi dengan alkohol digunakan untuk
membunuh mikroorganisme beserta kontaminan yang ada (Pruss, et al.,2005).
Meningkatkan resistensi pasien terhadap infeksi, termasuk status nutrisi dan
kerentanan terhadap infeksi dalam upaya menekan penularan infeksi (Brooker,
2009).
The Centers for Disease Control and Prevention mengeluarkan rekomendasi untuk
hand hygiene yang merupakan salah satu tindakan aseptik. Hand hygiene adalah
istilah yang diterapkan untuk mencuci tangan, menggunakan antiseptik mencuci
tangan, atau antiseptis tangan untuk pembedahan. Data menunjukkan bahwa
pembersihan tangan dengan antiseptik pencuci tangan lebih efektif dalam
mengurangi infeksi nosokomial dari pada mencuci tangan dengan cara biasa
(Garber, et al., 2010).
Untuk dapat melindungi pasien dari infeksi, hand hygiene harus dilaksanakan
secara rutin dan sesuai dengan rekomendasi protokol(Kowalak,2009). Mencuci
tangan yang tidak memadai dapat menjadi wadah terjadinya infeksi (Friedman &
Petersen, 2004).
Hand hygiene juga merupakan tindakan yang bisa di lakukan oleh masyarakat
setiap hari dan biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan fasilitas hand hygiene
baik wastafel untuk melaksanakan hand washing atau pun alkohol based hand rub
tersebut tidak tinggi, tetapi memiliki manfaat yang cukup besar untuk mencegah
terjadinya HAIs yang dapat mengakibatkan pengeluaran biaya yang lebih besar
bahkan kematian
15
WHO sebagai Organisasi Kesehatan Dunia telah merekomendasikan tentang
pentingnya mencuci tangan. WHO pada tahun 2005 mengeluarkan pesan kesehatan
untuk mencuci tangan dengan 6 langkah.
1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
16
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
Membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan langkah awal untuk mencegah
masuknya kuman dan resiko tertularnya penyakit (Depkes, 2007).
Kesenjangan antara pengetahuan mencuci tangan dengan praktik cuci tangan masih
banyak terjadi, sehingga diperlukan inisiatif jangka panjang untuk menyadarkan
masyarakat terutama pada anak-anak. Rabbi dan Dey (2013) Di Indonesia sendiri,
17
di bawah program kesehatan lingkungan, sudah diadakan gerakan bernampa Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS). Gerakan ini sudah dilakukan sejak lama, namun
praktik di masyarakat masih rendah. Sehingga kegiatan untuk mempromosikan
Cuci Tangan Pakai Sabun perlu terus dilakukan sebagai upaya meningkatkan
kesadaran pada masyarakat.
Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah
beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang umumnya diajarkan pada masyarakat,
untuk mencuci tangan memakai sabun:
1. Sebelum makan
Agar menjaga kesterilan kulit bayi sehingga terhindar dari kuman – kuman
berbahaya yang dapat menginfeksi, maka mencuci tangan sebelum
mengganti popok harus dilakukan.
Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan bakteri
akan mudah menempel pada tangan.
Refleks menutup mulut dan hidung menggunakan tangan saat batuk atau
bersin memungkinkan kuman yang keluar bertepatan dengan batuk atau
bersin menempel pada tanggan.
18
6. Setelah menyentuh binatang
Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat
berbahaya bagi tubuh, sehingga sangat disarankan untuk mencuci tangan
setelah menyentuh sampah.
Benda – benda umum memiliki kandungan bakteri dan kuman yang sangat
tinggi, sehingga wajib anda bersihkan.
Sementara bagi tenaga kesehatan, WHO memberi pedoman adanya lima kesempatan bagi tenaga kesehatan untuk melaksanakan
hand hygiene. Lima kesempatan tersebut meliputi:
19
`
Hal seperti mengganti linen, menyentuh tempat tidur pasien, monitoring, dan
benda – benda lainnya yang secara kontak pernah disentuh oleh pasien.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Kriteria Inklusi:
a. Pegawai Puskesmas Baru Ulu yang aktif bertugas dalam periode 14 Februari
s/d 14 April 2022.
b. Pegawai Puskesmas yang bertugas di ruang perawatan yang terlah
ditentukan oleh website Indikator Mutu Nasional dari Kemenkes.
Kriteria Eksklusi:
a. Pegawai aktif Puskesmas Baru Ulu yang tidak berada di ruangan di website
Indikator Mutu Nasional dari Kemenkes.
3.5. Hipotesis
H0: Pengetahuan dan kepatuhan pegawai Puskesmas Baru Ulu baik.
H1: Pengetahuan dan kepatuhan pegawai Puskesmas Baru Ulu kurang baik.
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari website Indikator Mutu Nasional dari
Kemenkes didapatkan nilai kepatuhan kebersihan tangan pegawai UPTD
Puskesmas Baru Ulu pada bulan Februari adalah 86,17%, pada bulan Maret adalah
76,73% dan bulan April adalah 80,49%. Sedangkan berdasarkan website Indikator
Mutu Nasional dari Kemenkes standart nilai yang diharapkan adalah 85,00%.
22
Gambar 3. Hasil Entri Data Per Ruangan
Hasil yang didapatkan dari website Indikator Mutu Nasional dari Kemenkes
nilai Kepatuhan Kebersihan Tangan Per Ruangan adalah :
1. Ruang Kesehatan Anak dan Imunisasi pada bulan Februari 73.74% Maret
74.19% dan April 77.65%.
2. Ruang kesehatan gigi dan mulut pada bulan Februari 86.87% Maret 78.76%
dan April 82.22%.
3. Ruang kesehatan ibu dan KB pada bulan Februari 90.63%, Maret 77.08%,
dan April 82.35%.
4. Ruang Laboratorium pada bulan Februari 91.05%, Maret 87.8% dan April
88.39%.
5. Ruang Pemeriksaan Umum pada bulan Februari 85.93%, Maret 73.07% dan
April 76.44%.
6. Ruang Tindakan dan Gawat Darurat pada bulan Februari 79.65%, Maret
82.01% dan April 84.29%.
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 SARAN
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Judah, G., Curtis, V & Schmidit, W. (2011). The Effect of
Handwashing with Water or Soap on Bacterial Contamination of Hands. Int. J. Environ. Res.
5. Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rhineka Cipta
7. Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, proses dan Praktek.
Jakarta : EGC
9. Rabbi, E.S & Dey, N.C. (2013). Exploring the gap between handwashing knowledge and
practice in Bangladesh, a cross-sectional comparative study. BMS Public Health. Vol 13:89.
Pages 2-7.
11. WHO (2019) Hand Hygiene: Why, How & When? World Health Organization
25