Anda di halaman 1dari 6

Dampak psychological dan dampak social pada penderita TB HIV anak

Latar Belakang

Human immunodeficiency virus dan tuberkulosis adalah dua masalah

kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian global. Tuberkulosis disebabkan

oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang ditularkan melalui percikan renik

dahak yang dikeluarkan oleh pasien tuberkulosis. Sementara, HIV atau human

immunodeficiency virus adalah jenis virus yang menyerang dan menginfeksi sel

darah putih dan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala

yang terjadi akibat infeksi virus HIV. Akibat turunnya kekebalan tubuh maka

seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi

(infeksi oportunistik) yang sering berakibat fatal. Infeksi TB-HIV yang terjadi pada

anak-anak biasanya disebabkan oleh penularan dari orang dewasa atau orang

tua mereka, dapat dikatakan bahwa TB-HIV pada anak dapat diketahui dari pola

penyebaran penyakit tersebut yang mencerminkan epidermis dari populasi orang

dewasa. Dengan perkembangan ganda epidemi TB dan HIV, jumlah anak

dengan koinfeksi TB dan HIV telah meningkat selama bertahun-tahun, karena

meningkatnya prevalensi TB dan HIV di antara perempuan muda dan ibu. TB

menjadi salah satu infeksi paling sering pada penderita HIV/AIDS.

Masalah fisik sering terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang

lemah. Banyak infeksi oportunistik yang terjadi akibat infeksi HIV, banyak

penelitian melaporkan berbagai jenis infeksi oportunistik yang terjadi pada pasien

HIV/AIDS. Selain masalah fisik yang paling terlihat pada pengidap penyakit

HIV/AIDS masih ada masalah psikologis, sosial dan ekonomi yang kurang

mendapat perhatian dari masyarakat, yang jelas berdampak pada kehidupan

masyarakat dan juga penderita penyakit itu sendiri. Pada penulisan ini, akan
dipaparkan mengenai dampak dampak psikologis dan dampak sosial dari

penyakit TB-HIV pada penderita penyakit tersebut.

Pembahasan

Tuberkulosis merupakan salah satu infeksi oportunistik utama yang

berpengaruh pada morbiditas dan mortalitas penderita infeksi HIV/AIDS di

negaranegara berkembang termasuk di Indonesia, dan merupakan penyebab

30% kematian pada populasi AIDS. Koinfeksi TB dan HIV terjadi ketika

seseorang menderita infeksi aktif atau laten TB dan infeksi HIV. Orang dengan

HIV memiliki risiko 30 kali lebih tinggi untuk tertular TB dibandingkan orang yang

HIV-negatif. Setiap infeksi, baik itu infeksi TB atau HIV, akan mempercepat

proses memperburuk yang lain. Infeksi HIV akan mempercepat proses dari TB

laten menjadi infeksi TB aktif, sedangkan infeksi TB bakteri akan memperburuk

kondisi penderita infeksi HIV. Penyakit HIV/AIDS menimbulkan stigma tersendiri

pada penderita dan masyarakat, dampak sosial, dan psikologis yang dirasakan

sangat mendalam seperti yang diungkapkan oleh Kementerian Sosial yang

menyatakan bahwa seseorang yang terinfeksi HIV/AIDS dapat memiliki dampak

yang sangat luas pada hubungan sosial, dalam keluarga, hubungan dengan

teman, dan hubungan kerja akan berubah baik kuantitas maupun kualitas. Orang

yang terinfeksi HIV/AIDS secara alami mengubah hubungan sosialnya. Dampak

paling parah dirasakan oleh keluarga dan orang-orang terdekat lainnya.

Perubahan dalam hubungan sosial dapat memiliki efek positif atau negatif pada

semua orang. Reaksi setiap orang berbeda-beda, tergantung seberapa dekat

perasaan itu atau jauh suka dan tidak sukanya seseorang terhadap orang yang

terkena.
Dampak Sosial

Dampak sosial merupakan suatu akibat dari adanya kesenjangan dari

interaksi sosial. Dampak sosial terjadi biasanya karena adanya diskriminasi

terhadap individu dalam melakukan interaksi sosial. Selain itu adanya stigma dari

masyarakat juga berdampak terhadap perilaku sosial dari penderita, Stigma

adalah tindakan memberikan label sosial yang bertujuan untuk memisahkan atau

mendiskreditkan seseorang atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan

buruk. Stigma memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tingkat

kecemasan, rasa bersalah, perasaan ingin dihukum dan ingin menarik diri dari

lingkungan sekitarnya. Sehingga perilaku sosial penderita TB-HIV menjadi

perilaku yang berubah-ubah dan sangat situasional, penderita mengalami

kesulitan dalam mencapai adaptasi sosial dengan lingkungannya.

Ketidakmampuan untuk melakukan adaptasi sosial terhadap lingkungan

didasarkan pada dua aspek, yaitu perilaku situasional yang membuat orang yang

terkena tidak mampu lingkungannya dan ketidakmampuan masyarakat untuk

beradaptasi dengan penyesuaian sosial penderita. Tingkah laku yang ditampilkan

tergantung pada kemampuannya dalam menginterpretasikan rangsangan yang

datang dari lingkungan, jika lingkungan memberikan dukungan, maka yang

terjadi adalah munculnya perilaku secara konstruktif dan optimis. Sebaliknya, jika

menurut penafsirannya, ternyata lingkungan menolak, maka penderita akan

menampilkan dirinya sebagai orang yang menarik diri, mengasingkan diri dan

bahkan disertai dengan sikap menutup diri terhadap lingkungan sosialnya.

Sehingga dibutuhkan dukungan secara sosial dari orang tua kepada anak

penderita TB-HIV tersebut, Beberapa temuan menunjukkan bahwa dukungan


sosial yang dirasakan memiliki efek yang signifikan dan positif pada anak yang

terkena TB-HIV.

Dampak Psikologis

Psikologis merupakan suatu tingkah laku dari individu, kelakuan seorang

individu tidak saja terdiri atas perbuatan-perbuatan yang dapat dilihat, akan tetapi

juga semua reaksi terhadap semua keadaan didalam dan pengaruh dari

berbagai faktor lingkungan. Dampak psikologis biasanya terkait dengan

rangsangan dan tanggapan yang mendorong seseorang untuk berperilaku,

dampak psikologis dapat dianggap sebagai hasil rangsangan dan jawaban yang

bekerja kepada seseorang. Dampak psikologis dikaitkan dengan tindakan dan

efek. Tindakan yang dimaksud adalah keseluruhan respon (reaksi yang

mencerminkan tindakan/perilaku) yang berdampak pada lingkungan, sedangkan

efek adalah yang ditentukan agar perubahan nyata terjadi oleh tindakan.

Dampak psikologis dapat dilihat sebagai akibat dari stimulus dan respon yang

bekerja pada seseorang. Anak-anak yang terinfeksi TB-HIV tidak hanya

menderita beban berat penyakit fisik yang terkait dengan penyakit kronis, tetapi

juga berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Dampak psikologis yang

terjadi pada penderita TB-HIV anak yang paling sering menyerang adalah

Depresi. Depresi mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup penderiata TB-

HIV ini. Depresi adalah suatu sindrom yang terdiri dari beberapa gejala yang

mencerminkan suatu kesedihan atau suasana hati yang berlebihan. Depresi

pada anak dengan HIV memiliki efek negatif pada berbagai aspek kualitas hidup

mereka dan memiliki efek yang sangat merusak pada masyarakat. Penelitian

sebelumnya telah menunjukkan bahwa anak dengan HIV dengan depresi lebih
mungkin untuk mengembangkan hasil dan perilaku maladaptif, termasuk putus

sekolah, penyalahgunaan zat, penggunaan alkohol, dan keterlibatan dalam

kegiatan sosial, serta perilaku seksual berisiko tinggi akan meningkat. Depresi

berdampak pada perkembangan penyakit dan kualitas hidup pada anak yang

terinfeksi TB-HIV yang mengakibatkan hasil yang meningkatkan beban sosial

penyakit, serta penyebaran dan kematian HIV/AIDS. Selain itu, Terdapat dampak

psikologis yang signifikan berupa sering sakit, marah, terisolasi, ketakutan,

kehilangan kepercayaan diri, dan kecenderungan bunuh diri. Sehingga, perlu

menyediakan pendekatan konseling yang tepat, pendidikan dan cara-cara kreatif

untuk mengurangi dampak psikologis HIV/AIDS. Pendidikan dan dukungan

adalah alat paling efektif yang membantu anak-anak dan remaja yang terinfeksi

HIV untuk bertahan hidup hingga dewasa secara psikologis.

Kesimpulan

Penyakit TB-HIV merupakan penyakit yang menjadi problem baru untuk

global. Tuberkulosis (TB) dan HIV adalah penyakit terkait dan sering

menyebabkan koinfeksi dengan TB-HIV, di mana seseorang mengalami infeksi

tuberkulosis dan infeksi HIV secara bersamaan. Diagnosis infeksi dan sakit TB

pada anak yang terinfeksi HIV sangat sulit, sehingga dibutuhkan peran orang tua

untuk selalu mengecek atau skrining pada anak penderita TB. Penderita TB-HIV

mendapatkan stigma yang buruk dari masyarakat sehingga mereka merasakan

kurang dianggap dan di kucilkan dari masyarakat. Hal tersebut menjadikan

seorang penderita terserang Kesehatan mentalnya. Kesehatan mental yang

buruk berdampak pada psikologis dari penderita, kebanyakan penderita TB-HIV

mengalami depresi atau merasakan sedih yang berkepanjangan dan rasa

bersalah yang tinggi, sehingga dapat memperparah kondisi penderita penyakit

TB-HIV ini. Dalam hal ini yang paling penting dibutuhkan oleh penderita adalah
dukungan moral dan sosial dari orang tua dan masyarakat sekitar dalam upaya

memberikan dukungan kepada penderita keluar dari kondisi tersebut. Selain itu

pendekatan consoling dan Pendidikan dapat menjadi jawaban paling efektif

untuk pengananan TB-HIV sehingga penderita dapat terus bertahan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Bankole, K., Bakare, M., Edet, B., Igwe, N., Ewa, A., Bankole, I., & Olose, I. (2017).
Psychological complications associated with HIV/AIDS infection among children
in South-South Nigeria, sub-Saharan Africa. Cogent Medicane, 1-16.
Hong, Y., Li, X., Fang, X., Zhao, G., Lin, X., Zhang, J., . . . Zhang, L. (2010). Perceived
Social Support and Psychosocial Distress Among Children Affected by AIDS in
China. Community Ment Health Journal, 46(1), 33-43.
Kusumawati, P., Saraswati, L., Martini, & Retno, H. (2021). Gambaran Pengetahuan
Petugas Tb-Hiv Dalam Penemuan Dan Akses Pengobatan (Studi Di Layanan
Komprehensif Berkesinambungan Di Puskesmas Kota Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 9(4), 497-503.
Limalvin, N., Putri, W., & Sari, K. (2020). Gambaran dampak psikologis, sosial dan
ekonomi pada ODHA di Yayasan Spirit Paramacitta Denpasar. Intisari Sains
Medis, 11(1), 81-91.
Pardita, P., & Sudibia, I. (2014). Analisis Dampak Sosial, Ekonomi, Dan Psikologis
Penderita Hiv Aids Di Kota Denpasar. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, 19(2), 193-
199.
Zhou, E., Qiao, Z., Cheng, Y., Zhou, Z., Wang, W., & Zhao, M. (2019). Factors
associated with depression among HIV/AIDS children in China. International
Journal of Mental Health System, 13(10), 1-9.

Anda mungkin juga menyukai