Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tolong buatkan latar belakang yaa….

1.2 Rumusan Masalah

1. apa pengertian dari prosedur-prosedur penilaian ?

2. apa yang dimaksud hakikat kisi-kisi soal dan kartu soal dan kartu soal?

3. apa saja komponen yang ada di kisi-kisi soal dan kartu soal ?

4. bagaimana cara menyusun kisi-kisi soal dan kartu soal?

5. apa yang dimaksud rubrik penilaian ?

1.3 Tujuan

1. mengetahui tentang prosedur-prosedur penilaian

2. mengetahui dan memahami hakikat kisi-kisi soal

3. mengetahui komponen kisi-kisi dan kartu soal

4. mengetahui cara penyusunan kisi-kisi dan kartu soal

5. mengetahui rubrik penilaian

BAB I

PEMBAHASAN

2.1 PROSEDUR PENILAIAN

2.1.1. Menetapkan tujuan

Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkain kegiatan penilaian secara
keseluruhan, seperti untuk penilaian harian,tengah semester, akhir semester. Sehingga di sini jelas
apa yang akan di nilai
Tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995:4) adalah sebagai berikut:mendeskripsikan
kecakapan belajar siswa sehingga dapat di ketahui kelbihan dan kekurangannya dalam berbagai
bidang study atau mata pelajaran yang di tempuhnya.

Menentukan tindak lanjut penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal
progam pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya

Dari pendapat di atas, penilaian mempunyai tujuan mendeskripsikan hasil belajar siswa sehingga
dapat kelebihan dan kekuraang siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Selain itu juga dapat
mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Apabila hasilnya kurang baik
maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan sehingga dapat
memberikan pertanggung jawaban terhadap pihak sekolah.

2.1.2. Menentukan lingkup bahan yang akan dinilai

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kopetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
di lakukan secara berimbang sehingga dapat di gunakan untuk menentukan posisi relatif setiap
peserta didik terhadap standart yang telah di tetapkan. Cangkupan penilaian merujuk pada ruang
lingkup materi, kopetensi mata pelajaran atau kopetensi muatan atau kopetensi progam dan proses.

2.1.3. Menetapkan teknik penilaian yang akan di pakai

pemilihan alat asasmen yang tepat tidak hanya mampu membantu guru untuk memperoleh data
atau informasi mengenai suatu proses dan hasil belajar, namun juga akan sangat bermakna bagi
peserta didik. Alat asasmen yang tepat akan memberikan petunjuk kepada peserta didik sehingga
sejak awal mereka bisa mengetahui berbagai kegiatan kongrit yang harus mereka lakukan di dalam
proses pembelajaran.

Teknik teknik asasmen yang di pilih juga harus memberi kesempatan kepada pembelajar untuk
menentukan secara khusus apa yang telah di capainya dan apa yang harus mereka lakukan untuk
memperbaiki unjuk kerja mereka.

Bergam teknik dapat di lakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta
didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Menurut BSNP, (2007)
teknik penilaian tersebut yaitu:

A. tes tertulis

Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan
atau isian

B. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang di lakukan dengan menggunakan indera
secara langsung. Observasi di lakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku yang akan diamati.

C.Tes Praktik

Tes praktik, juga bisa di sebut tes kinerja, adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan kemahirannya. Tes praktik dapat berupa tes tertulis keterampilan, tes
identivikasi tes simulasi dan tes patik kerja.

D. Penugasan
Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan teruntuk
diluar kegiatan pembelajaran di kelas. Penugan dapat di berikan dalam bentuk individunal atau
kelompok. Penugasan ada yang berupa pekerjaan rumah atau berupa proyek.

E. Tes lisan

Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik dengan seorang
atau beberapa penguji. Pertanyaan dan jawaban di berikan secara lisan dan sepontan

F. Penilain portofolio

Adalah penilaian yang di lakukan dengan cara menilai portofolio peserta didik. Portofolio adalah
kumpulan karya karya peserta didik dalam bidang tertentu yang di organisasikan untuk mengetahui
minat, perkembangan, prestasi peserta didik dalam kurung waktu tertentu

G. Jurnal

Merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap peserta didik yang di paparkan
secara deskriptif.

H. Penilaian diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya berkaitan dengan kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran.

I. Penilaian antarteman

Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal. Untuk itu perlu
pedomanan penilaian antarteman yang memuat indikator perilaku yang dinilai.

2.1.4. Pengembangan instrumen

Untuk melaksanakan evaluasi hasil belajar, tentunya memerlukan instrumen atau alat yang di
gunakan untuk mengumpulkan informasi atau data yang di butuhkan. Instrumen informasi hasil
belajar yang di sebut juga alat penilaian yang akan di gunakan, tergantung dari metode atau teknik
evaluasi yang di pakai.

2.1.5. Melakukan pengukuran

Pelaksanaan pengukuran untuk teknik tes maupun teknik non tes hampir sama, oleh karena itu akan
di uraikan pelaksanaanya secara umum. Adapun prosedur pelaksanaan pengukuran sebagai berikut:

A. Pelaksanaan tempat pelaksanaan pengukuran

B. Melancarkan pengukuran

C. Menata dan mengadminitrasikan lembar soal dan lembar jawaban siswa untuk memudahkan
penilaian.

2.1.6. Pengolahan hasil pengukuran dan penafsiran hasil penelitian

Pengolahan hasil penilaian dilakukan oleh pendidik untuk memberikan makna terhadap data yang
diperoleh melalui penilaian. Sedangkan untuk penafsiran hasil penilaian guru membuat diskripsi
hasil penilaiannya.
Dari pelaksanaan penilaian (melalui pengukuran atau tidak) dapat di kumpulkan sejumlah data atau
informasi yang di butuhkan dalam evaluasi hasil belajar. Prosedur pelaksanaan pengolahan hasil
penilaian adalah sebagi berikut:

A. Menilai

B. Mengubah nilai mentah menjadi nilai standart

C. Mengkonversikan nilai standar ke dalam nilai

Penafsiran hasil penilaian pengolahan hasil penilaian memberikan kepada guru sejumlah skor
standart dam nilai bagi setiap siswa. Maka guru harus mampu menafsirkannya, penafsiran terhadap
hasil penilaian di bedakan menjadi dua, yakni penafsiran yang bersifat indivudual dan penafsiran
yang bersifat klasikal (Nur Kancana,1986:113).

HAKIKAT KISI – KISI SOAL DAN KARTU SOAL

2.2.1 Kisi – Kisi Soal

Kisi-kisi soal (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi
yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi soal adalah untuk menentukan ruang lingkup dan
sebagai petunjuk dalam menulis soal (Sarwanto, 2011).

Media Kartu Soal

Dalam Ruminiati (2007: 2.11) secara harafiah kata “media” berasal dari bahasa Latin medio, yang
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar. Secara khusus kata
tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari
satu sumber kepada penerima. Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal
tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu
didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media
meskipun tanpa keberadaan guru. Setiap media pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Hal tersebut bisa diperhatikan dari cara pembuatan, penggunaan dan cara penilaian
terhadap media yang digunakan.

Untuk kelebihan dan kelemahan media kartu soal, dapat peneliti kemukakan berdasarkan proses
pembelajaran yang dilakukan. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan media kartu soal menurut
Berliana (dalam Tarjo, 2012: 4), yaitu:

a. Kelebihan

1) Membuat siswa trampil mengerjakan soal-soal sendiri dan belajar mengatasi masalah.

2) Mengefektifkan proses cooperative learning.

3) Menumbuhkan suasana kreatif dan enjoyfull learning .

b. Kelemahan
1) Siswa terkadang saling mengandalkan dalam mengerjakan soal yang terdapat dalam kartu soal.

2) Suasana yang belajar yang dibentuk dalam permainan terkadang membuat siswa ada yang
bermain-main dalam belajar.

3) Kartu soal sering dijadikan bahan permainan oleh siswa.

4) Banyak waktu yang dibutuhkan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan media kartu soal
dalam proses pembelajaran pada intinya adalah upaya guru memodifikasi cara penyampaian materi
pelajaran. Cara penyampaian tersebut diupayakan semaksimal mungkin dibantu dengan suatu
media yang terbuat dari benda-benda yang mudah didapat. Dengan bahan yang sederhana untuk
membuat media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran. Pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tentunya akan meningkatkan prestasi atau
hasil belajar siswa itu sendiri.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan media kartu soal adalah sebagai berikut :

a. Setiap siswa diberi kartu soal berupa kertas manila berukuran 10 cm x 15 cm untuk menuliskan
soal cerita sesuai materi yang dibahas.

b. Kartu yang telah berisi soal yang ditulis oleh siswa dikumpulkan kembali pada guru.

c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 3 s.d. 4 orang siswa.

d. Salah seorang siswa diminta untuk mengocok kartu soal yang telah berisi pertanyaan kemudian
membagikannya secara acak kepada teman – temannya dan masing – masing mendapat satu buah
kartu.

e. Setiap kelompok memecahkan soal yang telah diterima secara bersama– sama.

f. Koreksi jawaban atas tugas kelompok.

g. Pembahasan bersama terutama soal–soal yang tidak dapat dikerjakan dengan benar.

h. Siswa bertanya tentang hal–hal yang belum dipahami.

i. Guru bersama–sama dengan siswa membuat kesimpulan tentang hal yang baru dipelajari

j. Tes untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita.

Komponen Kisi-Kisi Soal dan Kartu Soal

Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik
atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Adapun fungsi kisi-kisi sebagai
pedoman untuk menulis soal atau mereka soal menjadi perangkat tes. Dalam konteks hasil belajar,
kisi-kisi soal disusun berdasarkan silabus setiap mata pelajaran dan kisi-kisi yang baik akan
memperoleh perangkat soal yang relatif sama sekalipun penulis soalnya berbeda. Jadi, guru harus
melakukan analisis silabus terlebih dahuliu sebelum menusun kisi-kisi soal. Perhatikan langkah-
langkah berikut :

Kisi-kisi ini sangat penting dalam perencanaan penilaian hasil belajar, karena di dalamnya terdapat
sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen soal. Kisi-kisi soal yang baik
harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain :

Reperentatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebabagi sampel perilaku yang akan di
nilai.

Komponen-komponen harus teratur atau terperinci, jelas dan mudah dipahami.

Soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikarot dan bentuk soal yang ditetapkan.

Dalam format kisi-kisi tidak ada yang baku, karena banyak model format yang dikembangkan para
pakar evaluasi, namun sekedar untuk memperoleh gambaran, format kisi-kisi soal dapat dibagi
menjadi dua yaitu :

Komponen identitas ditulis dibagian atas matriks. Komponen identitas meliputi jenis atau jenjang
sekolah, jurusan atau program studi (jika ada), bidang studi atau mata pelajaran, tahun ajaran dan
semster, kurikulum acuan, alokasi waktu, jumlah soal keseluruhan, dan bentuk soal.

Komponen matriks dibuat dalam bentuk kolom yang sesuai dan komponen matriks terdiri atas
kompetesi dasar, materi, jumlah soal, jenjang kemampuan, indikator, dan nomor urut soal.

Contoh :

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

Nama Sekolah : ....................................................................

Mata Pelajaran : ....................................................................

Jurusan/Program Studi : ....................................................................

Kurikulum Acuan : ....................................................................

Alokasi Waktu : ....................................................................

Jumlah Soal : ....................................................................

Standar Kompetisi : ....................................................................

No.

Kompetensi

Dasar

Hasil Belajar

Indikator
Jenjang Kemampuan

Bentuk Soal

Nomor Soal

1.

2.

Unsur penting dalam komponen matriks adalah indikator yaitu rumusan pertanyaan sebagai bentuk
ukuran spesifik yang menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar menggunakan kata kerja
operasional (KKO). Perhatiakan contoh berikut ini :

Menyebutkan empat komponen dalam sisitem komputer.

Menjelaskan fungsi monitor dalam mesin komputer.

Membedakan antara hardware dengan software.

Perhatikan juga indikator dalam matriks berikut ini :

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : III/2

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

Menulis :

dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi

Menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik

Menyebutkan ciri-ciri kalimat dalam puisi.

Menulis puisi dengan benar.

Dalam, penggunaan kata kerja oprasional untuk setiap indikator harus sesuai dengan domain dan
jenjang kemampuan yang diukur. Berikut contoh rumusan kata kerja operasional :

Domain kognitifis

Pengetahuan : mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar,


mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan kembali, memilih, menyatakan.

Pemahaman : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan,


menyatakan secara luas, menyimpulkan, memberi contoh, melukiskan kata-kata sendiri,
meramalkan, menuliskan kembali, meningkatkan.

Penerapan : mengitung, mendemonstrasikan, menggungkapkan, mengerjakan dengan teliti,


menjalankan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, mengunakan.

Analisasi : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan,


membuat garis besar, menghubungkan, menunjukkan, merinci.

Sintesis : menggolongkan, menggabungkan, menghimpun, mencipakan, merencanakan,


menjelaskan, membangkitkan, menggorganisasi, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.

Evaluasi : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengkritik, membeda-bedakan,


mempertimbangkan kebenaran, menyokong.

Domain afektif

Kemauan menerima : bertanya, meilih, menggambarkan, mengikuti, memberi, berpegang teguh,


menjawab, menggunakan.

Kemauan menanggapi : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan,


mempraktikkan, menggemukakan, membaca, melaporkan, menulis, memberi tahu.
Berkeyakinan : melengkapi, menggambarkan, membeda-bedakan, mengususlkan, bekerja sama.

Ketekunan : merevisi, melaksanakan, memeriksa kebenaran, melayani.

Domain psikomotor

Menirukan, menggunakan, artikulasi (mengucapkan dengan nayata, menyatukan), mewujudkan,


membina, menukar, membersihkan, menyusun, menghubungkan, melatih, mengikuti, membuat
bagan, melokalisasi, mengikat, mencampur, mengasah, mengaduk, mengerjakan dengan teliti,
memulai, memanaskan, mengidentifikasi.

Rumusan indikator hampir sama dengan pembelajaran khusus atau tujuan tingkah laku (behavioral
objektive. Bedanya tujuan pembelajaran khusus harus dirumuskan dengan lengkap, contohnya :

Siswa dapat menyebutkan empat komponen dalam sistem komputer.

Siswa dapat mejelaskan fungsi monitor dalam jaringan komputer.

Siswa dapat membedakan antara hardware dengan software.

Manfaat adanya indikator yaitu :

Guru dapat memilih materi, metode, media, dan sumber belajar yang tepat sesuai dengan
kompetensi yang telah ditetapkan.

Sebagai pedoman dan pegangan bagi guru untuk menyusun soal atau instrumen penilaian lain yang
tepat sesuai dengan standar kompetensi dasar yang telah ditetapkan untuk mengukur pencapaian
target dalam indikator, sebaiknya disusun apakah rumusan indikator sudah benar atau belum, dan
apakah sudah konsisten antara indikator dengan soal.

Contohnya yaitu :

HUBUNGAN INDIKATOR DENGAN SOAL

No.

Jenjang Kemampuan

Indikator

Soal-soal

No. Naskah
No.

Rumusan masalah

II

III

IV

10
Keterangan :

Kolom 1 : diisi dengan nomor indikator, tiap lembar untuk satu nomor indikator.

Kolom 2: diisi dengan jenjang kemampuan baik dalam domain kongnitif (pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi). Maupun domain afektif dan psikomotor.

Kolom 3: diisi dengan rumusan indikator

Kolom 4: diisi dengan nomor urut soal untuk setiap indikator. Satu indikator dapat di susun untuk
beberapa soal.

Kolom 5: diisi dengan rumusan soal.

Kolom 6: diisi dengan nomor soal yang bersangkutan pada naskah ujian atau tes kesatu.

Kolom 7,8,9, dan 10: diisi dengan kolom 6.

1.4 Cara penulisan atau pembuatan kisi-kisi soal dan kartu soal

D. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang
akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut
ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis sekolah : Jumlah soal :

Mata pelajaran : Bentuk soal/tes : ..................

Kurikulum : Penyusun : 1.

Alokasi waktu : 2.

No.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Kls/

smt

Materi

pokok

Indikator soal

Nomor

soal
Keterangan:

Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.

1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara
tepat dan proporsional.

2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.

3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

E. Perumusan Indikator Soal

Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan
perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan
indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator
pembelajaran, kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara
singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik:

1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,

2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja
operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,

3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).

Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = behaviour (perilaku
yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang
diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di
awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan
(stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya,
sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus
ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan
dasar pertanyaan (stimulus).

(1) Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik "belajar mandiri",


peserta didik dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya.

Soal : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta
didik memilih dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Hari harus masuk
kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.")

Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut:

a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.

b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini

c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini,

d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini

Kunci: d

(2) Contoh model kedua

Indikator: Peserta didik dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai
uang.

Soal : Penulisan nilai uang yang benar adalah ....

a. Rp 125,-

b. RP 125,00

c. Rp125

d. Rp125.

Kunci: b

F. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal

Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan handal,
maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan
kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran
butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan
ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi
butir soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun
pedoman penskorannya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data
empirik hasil uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.

G. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis

Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan
bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang
sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah
penulisan soal uraian.

Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi
yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes
tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan
menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun
uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.

Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perilaku
secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan
mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri.
Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan
untuk soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.

H. Penulisan Soal Bentuk Uraian

Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya.
Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk
uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan
atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun
kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk
menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan
soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan
setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada
tingkat subyektivitas penskorannya.

Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif
dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut
sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan
secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0).
Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar
untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini,
maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang
diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan
dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan 0-3

Skor

- Sesuai 3

- Cukup/sedang 2

- Tidak sesuai 1

- Kosong 0

Atau skala seperti berikut:

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 5 Skor

Skor

- Sangat Sesuai 5

- Sesuai 4

- Cukup/sedang 3

- Tidak sesuai 2

- Sangat tidak sesuai 1

- Kosong 0

Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya.
Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam
format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh
format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.
KARTU SOAL

Jenis Sekolah : ............ Penyusun : 1.

Mata Pelajaran : ........... 2.

Bahan Kls/Smt : ............ 3.

Bentuk Soal : ............ Tahun Ajaran : .

Aspek yang diukur : ............

KOMPETENSI DASAR

BUKU SUMBER:

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI

NO SOAL:
INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL

NO

DIGUNAKAN UNTUK

TANGGAL

JUMLAH SISWA

TK

DP

PROPORSI PEMILIH ASPEK

KET.

E
OMT

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN

NO

SOAL

KUNCI/KRITERIA JAWABAN

SKOR
Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan
(3) pedoman penskoran.

Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator.

b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.

c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.

d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.

2. Konstruksi

a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.

b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.

d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan
berfungsi.

3. Bahasa

a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.

b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).

c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.

d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.

H. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda

Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling
sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh
yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-
pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam
penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah
berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci
jawabannya, langkah ketiga menuliskan pengecohnya.

Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di dalam
format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya seperti berikut ini.

KARTU SOAL

Jenis Sekolah : . Penyusun : 1.

Mata Pelajaran : . 2.

Bahan Kls/Smt : . 3.

Bentuk Soal : .

Tahun Ajaran : .

Aspek yang diukur : .

KOMPETENSI DASAR

BUKU SUMBER

RUMUSAN BUTIR SOAL


MATERI

NO SOAL:

KUNCI :

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL

NO

DIGUNAKAN UNTUK

TANGGAL

JUMLAH SISWA
TK

DP

PROPORSI PEMILIH

KET.

OMT
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Peserta didik
yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang
disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3)
pilihan jawaban yang terdiri atas: kunci jawaban dan pengecoh.

Perhatikan contoh berikut!

Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.

2.5 RUBRIK PENILAIAN

2.5.1 Pengertian rubrik

Kata “rubrik” berasal dari bahasa Latin rubra yang artinya merah. Dalam perkembangannya, Kamus
online Merriam-Webster mendefinisikan makna rubric yang pertama sebagai “suatu peraturan
otoritatif”. Selanjutnya, pada makna keempat, rubric dimaknai sebagai “panduan yang
mencantumkan kriteria khusus untuk menilai atau menskor makalah akademis, proyek, atau tes”.
Brookhart (2013:3) dan Ülkü Ayhan dan M

Rubrik menurut Brookhart (2013:4) adalah seperangkat kriteria yang koheren untuk pekerjaan
peserta didik yang mencakup deskripsi tingkat kualitas kinerja berdasarkan kriteria. Dalam bentuk
aslinya, rubrik lebih bersifat deskriptif dan bukan evaluatif.

Menurut abdul majid (2014:104) rubrik adalah perangkat skor yang secara eksplisit menyatakan
kinerja yang diharapkan bagi tugas-tugas yang diberikan terhadap suatu hasil karya siswa.

2.5.2 Tujuan Penyusunan Rubrik


            Tujuan dari penilaian rubrik yaitu siswa diharapkan secara jelas memahami dasar penilaian
yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja siswa. Kedua pihak (guru dan siswa) akan
mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik
diharapkan pula dapat menjadi pendorong atau motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran.

2.5.3 Komponen dan Format Rubrik

Sebagai suatu panduan pengamatan dalam menilai kinerja dan produk, rubrik dibuat dengan
mengacu pada tes kinerja yang berisi deskripsi tugas. Deskripsi tugas tersebut memuat proses kerja
atau spesifikasi produk hasil kerja, yang harus diperlihatkan oleh peserta didik, baik dalam
melakukan, membuat, mendemonstrasikan, memperagakan, atau menggunakan sesuatu. Deskripsi
tugas dapat berupa salah satu dari proses kerja atau produk hasil kerja atau bahkan keduanya.
Dalam deskripsi tugas dapat pula diuraikan bahan, alat, langkah-langkah, dan waktu
pelaksanaannya.

Suatu rubrik paling tidak memiliki kelengkapan komponen berikut: (1) aspek yang diamati untuk
dinilai, (2) skala atau kategori penilaian untuk menandai tingkatan kualitas pelaksanaan kinerja atau
produk, (3) deskripsi dari setiap aspek dalam setiap tingkat skala atau kategori penilaian, dan (4)
penghitungan nilai akhir.

Komponen dan Format Rubrik

Aspek/Dimensi

Skala

Aspek 1
Aspek 2

Aspek 3

Aspek 4

Aspek ke-N

2.5.4 Jenis Jenis Rubrik

a. Rubrik holistik, merupakan penskoran yang dilakukan terhadap proses keseluruhan atau lesatuan
produk tanpa menilai bagian komponen secara terpisah.
Contoh :

Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia

Kelas

V (lima) SD

Indikator

Membaca Puisi

Produk

Bacaan Puisi

Aspek-aspek Penyekoran

1.    Mimik (ekspresi wajah)

2.    Artikulasi (pengucapan bunyi vokal dan konsonan)

3.    Gesture (gerak anggota tubuh)

4.    Kekuatan/power suara

Rubrik Penyekoran

Skor

Kriteria

Deskripsi

4 aspek terpenuhi

Menunjukkan mimik atau ekspresi yang sesuai dengan isi puisi, menggunakan artikulasi yang jelas
antara bunyi vokal dan konsonan, menunjukkan gesture atau gerak yang sesuai dan tidak
berlebihan, dan kekuatan atau power suara tepat dengan isi puisi.

3
3 aspek terpenuhi

Menunjukkan mimik atau ekspresi yang sesuai dengan isi puisi, menggunakan artikulasi yang jelas
antara bunyi vokal dan konsonan, dan menunjukkan gesture atau gerak yang sesuai dan tidak
berlebihan.

Menunjukkan mimik atau ekspresi yang sesuai dengan isi puisi, menggunakan artikulasi yang jelas
antara bunyi vokal dan konsonan, dan kekuatan atau power suara tepat dengan isi puisi.

Menunjukkan mimik atau ekspresi yang sesuai dengan isi puisi, menunjukkan gesture atau gerak
yang sesuai dan tidak berlebihan, dan kekuatan atau power suara tepat dengan isi puisi.

Menggunakan artikulasi yang jelas antara bunyi vokal dan konsonan, menunjukkan gesture atau
gerak yang sesuai dan tidak berlebihan, dan kekuatan atau power suara tepat dengan isi puisi.

2 aspek terpenuhi

Menunjukkan mimik atau ekspresi yang sesuai dengan isi puisi dan menggunakan artikulasi yang
jelas antara bunyi vokal dan konsonan.

Menunjukkan mimik atau ekspresi yang sesuai dengan isi puisi, dan menunjukkan gesture atau gerak
yang sesuai dan tidak berlebihan.

Menunjukkan mimik atau ekspresi yang sesuai dengan isi puisi, dan kekuatan atau power suara tepat
dengan isi puisi.
Menggunakan artikulasi yang jelas antara bunyi vokal dan konsonan, dan menunjukkan gesture atau
gerak yang sesuai dan tidak berlebihan.

Menggunakan artikulasi yang jelas antara bunyi vokal dan konsonan, dan kekuatan atau power suara
tepat dengan isi puisi.

Menunjukkan gesture atau gerak yang sesuai dan tidak berlebihan, dan kekuatan atau power suara
tepat dengan isi puisi.

1 aspek terpenuhi

Menunjukkan mimik atau ekspresi yang sesuai dengan isi puisi.

Menggunakan artikulasi yang jelas antara bunyi vokal dan konsonan.

Menunjukkan gesture atau gerak yang sesuai dan tidak berlebihan.

Kekuatan atau power suara tepat dengan isi puisi.


Kekurangan dan kelebihan

Kelebihan

Pemberian skor lebih cepat daripada rubrik analitik

Baik untuk penilaian sumatif

Kekurangan

Satu skor tunggal yang menyeluruh kurang dapat mengkomunikasikan tentang kemajuan peserta
didik.

Kurang sesuai untuk tes formatif.

Rubrik analitik, merupakan pensekoran yang mula-mula dilakukan atas bagian-bagian individu
produkatau penampilan secara terpisah, kemudian dijumlahkan skor individual itu untuk
memperoleh skor total.

Contoh :

Kegiatan: siswa membaca puisi

Aspek penilaian

Skor

Mimik/

ekspresi

Ekspresi tidak sesuai dengan isi puisi.

Ekspresi kurang sesuai dengan isi puisi.

Ekspresi cukup sesuai dengan isi puisi.

Ekspresi sesuai dengan isi puisi.

Artikulasi

Artikulasi tidak jelas.


Artikulasi kurang jelas.

Artikulasi cukup jelas.

Artikulasi jelas dan baik.

Gesture/

gerak tubuh

Gerak tubuh kaku dan tidak sesuai dengan isi puisi.

Gerak tubuh tidak sesuai dengan isi puisi.

Gerak tubuh cukup sesuai dengan isi puisi.

Geak tubuh luwes dan sesuai dengan ini puisi.

Kekuatan/power suara

Kekuatan suara sangat kuang dan lemah.

Kekuatan suara kurang ada.

Kekuatan suara cukup.

Kekuatan suara baik dan sesuai.

Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan

Memberikan informasi diagnostik kepada pengajar.

Memberikan umpan balik formatif kepada peserta didik.

Lebih mudah mengaitkan dengan pembelajaran dari pada rubrik holistik.

Baik untuk penilaian formatif; dapat disesuaikan untuk penilaian sumatif.

Kekurangan

Membutuhkan waktu lebih lama untuk memberikan skor.


2.5.5 Langkah Penyusunan Rubrik

Semua bermula dari kompetensi dasar yang akan dicapai. Kompetensi yang berupa keterampilan
kinerja menuntut strategi penilaian dengan instrument tes kinerja. Kinerja peserta didik tersebut
sengaja dirancang pengajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas, di laboratorium, di bengkel, atau
di luar kelas. Pengajar kemudian membuat deskripsi tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik.

Data untuk tes kinerja diperoleh dengan pengamatan. Pengamatan, dalam hal ini, merupakan cara
untuk mendapatkan data secara langsung (live) ketika peserta didik melakukan unjuk kerja (on the
spot) melalui penggunaan pancaindera penglihatan dan pendengaran. Pengajar yang akan
melakukan pengamatan atas kinerja peserta didik harus merancang rubrik penilaian.

Berikut ini dideskripsikan langkah-langkah penyusunan rubrik secara deduktif.

Pertama, mengidentifikasi kompetensi dasar untuk menentukan pencapaian kinerja peserta didik.

Kedua, mendeskripsikan kualitas kinerja yang diharapkan dan ditugaskan kepada peserta didik untuk
ditunjukkan, ditampilkan atau didemonstrasikandi kelas.

Ketiga, menentukan aspek atau dimensi yang harus dinilai dari kinerja peserta didik. Termasuk di
dalam langkah ketiga ini adalah pemberian bobot untuk masing-masing aspk atau dimensi.

Keempat, menentukan skala atau kategori yang mencerminkan kontinum pencapaian kinerja, seperti
skala 1-4 atau kategori mampu, cukup mampu, atau tidak mampu dan sebagainya.

Kelima, membuat deskripsi kemampuan untuk setiap aspek atau dimensi dalam setiap skala atau
kategori. Keenam, menuliskan langkah 3 hingga 5 dalam format rubrik yang ditetapkan. Ketujuh,
menetapkan sistem penghitungan nilai capaian peserta didik dalam kinerjanya melaksanakan tugas
tersebut.

2.5.6 Kelemahan dan kelebihan rubrik

Menurut Anders Jonsson dan Gunilla Svingby (2007), rubrik memperbaiki pengajaran, memberikan
umpan balik kepada siswa, berkontribusi terhadap penilaian yang lebih baik, dan merupakan sumber
informasi penting untuk perbaikan program, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pandangan
tersebut selaras dengan pandangan Kenneth Wolf† and Ellen Stevens (2007) yang menyajikan empat
kelebihan penggunaan rubrik, yakni berkontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran dengan
adanya target pembelajaran yang lebih jelas, memandu desain dan penyampaian instruksional,
membuat proses penilaian lebih akurat dan adil, dan memberikan peserta didik alat untuk penilaian
diri dan umpan balik rekan. Namun demikian Porath (2010) menyuarakan bahwa di samping
kelebihan dari rubrik ini, terpampang kelemahannya, yakni membatasi kreativitas peserta didik
hanya seperti yang terdapat dalam rubrik.

2.5.7 Manfaat Penilaian Rubrik

Adapun manfa’at  atau kegunaa dari penilaian rubric adalah sebagai berikut :

Rubrik menjelaskan deskripsi tugas

Rubrik  memberikan informasi bobot penilaian

Siswa memperoleh umpan balik yang cepat dan akurat


Penilaian lebih objektif dan konsisten

Para peserta didik jadi pembelajar aktif

Para peserta didik memperoleh "content knowledge" dan "procedural knowledge". 

Para peserta didik dapat menilai kinerja kelompoknya sendiri

Baik pendidik maupun peserta didik memperoleh alat refleksi yang efektif tentang proses
pembelajaran yang telah berlangsung.

Sebagai alat atau pedoman penilaian kinerja atau hasil kerja mahasiswa.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam prosedur penilaian harus memerhatikan sebagai berikut :

Menetapkan tujuan

Menentukan lingkup bahan yang akan dinilai

Menetapkan teknik penilaian yang akan di pakai

Pengembangan instrument

Melakukan pengukuran

Pengolahan hasil pengukuran dan penafsiran hasil penelitian

Kisi-kisi soal (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi
yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi soal adalah untuk menentukan ruang lingkup dan
sebagai petunjuk dalam menulis soal (Sarwanto, 2011).

Dalam Ruminiati (2007: 2.11) secara harafiah kata “media” berasal dari bahasa Latin medio, yang
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar. Secara khusus kata
tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi dari
satu sumber kepada penerima. Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal
tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa.

……………………………

Kata “rubrik” berasal dari bahasa Latin rubra yang artinya merah. Dalam perkembangannya, Kamus
online Merriam-Webster mendefinisikan makna rubric yang pertama sebagai “suatu peraturan
otoritatif”. Selanjutnya, pada makna keempat, rubric dimaknai sebagai “panduan yang
mencantumkan kriteria khusus untuk menilai atau menskor makalah akademis, proyek, atau tes”.
Brookhart (2013:3) dan Ülkü Ayhan dan M

Jenis-jenis Rubrik

Rubrik holistik : merupakan penskoran yang dilakukan terhadap proses keseluruhan atau lesatuan
produk tanpa menilai bagian komponen secara terpisah.
Rubrik analitik : merupakan pensekoran yang mula-mula dilakukan atas bagian-bagian individu
produkatau penampilan secara terpisah, kemudian dijumlahkan skor individual itu untuk
memperoleh skor total.

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah pasti tidak luput dari kesalahan yang telah dibuat, maka dari itu dengan
disusunnya makalah ini dapat bermanfaat dan kami mohon saran serta krik bagi pembaca untuk
perbaikan penulisan kami pada selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikanto, S, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Brookhart, Susan M. 2013. How to Create and Use Rubrics for Formative Assesment and Grading.
USA: Ascd.

Depdiknas, 2007, Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda, Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan
Balitbang.

Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai