Anda di halaman 1dari 20

ASKEP JIWA PADA

KELOMPOK KHUSUS
(NARAPIDANA DAN
ANAK JALANAN)
Disusun oleh:
Agnes Irmadani
Juwita Kartikasari
Juwita Puspitasari
Stephina Sari
Windra
Yohanes Tommy
Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan
sejahtera dikaitkan dengan kebahagiaan,
kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimisme,
atau harapan. Kesehatan jiwa melibatkan sejumlah
kriteria yang terdapat dalam suatu rentang. Kriteria
sehat jiwa yaitu, sikap positif terhadap diri sendiri,
berkembang aktualisasi diri dan ketahanan diri,
integrasi, otonomi, persepsi sesuai realitas, dan
penguasaan lingkungan
Kondisi kesehatan jiwa/
mental seseorang akan
mengalami perubahan
ketika mengalami sutu
perubahan keadaan
atau peristiwa dalam
hidupnya.
DEFINISI
Narapidana adalah
orang-orang yang
sedang menjalani sanki
kurungan atau sanksi
lainnya, menurut
perundang-undangan.
Pengertian narapidana
menurut KBBI adalah
orang hukuman (orang
yang sedang menjalani
hukuman karena tindak
pidana) atau terhukum.
PENYEBAB
• Faktor ekonomi: banyaknya
pengangguran, pendapatan yang
kurang dari kebutuhan dan konsumsi
yang melebihi kemampuan memicu
kriminalitas
• Faktor mental: tidak memiliki
keyakinan terhadap agama dan
sering membaca atau melihat
gambaran kejahatan.
• Faktor pribadi: kecenderungan
berbuat anti sosial yaitu usia 20-25,
efek alkohol dan kepemilikan benda
tajam.
MASALAH • Kesehatan
Mental
KESEHATAN • Kesehatan fisik

NAPI
JENIS NARAPIDANA
Berdasarkan populasi
narapidana yang
mempunyai masalah
kesehatan pada
lembaga
pemasyarakatan,
yaitu :
• Wanita
• Remaja
PENGOBATAN
NARAPIDANA
• Psikoterapi
• Keperawatan
• Terapi kerja
DEFINISI Departemen Sosial RI
mendefinisikan,
“Anak Jalanan Adalah
anak yang sebagian
besar menghabiskan
waktunya untuk
mencari nafkah atau
berkeliaran di jalanan
atau tempat-tempat
lainnya”.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MENYEBABKAN ANAK-ANAK
HIDUP DI JALANAN:
• Sukarela dan ingin bertualang: Sebagian besar
remaja yang menjadi anak jalanan juga beranggapan
apabila mereka mencari uang sendiri mereka akan
dianggap sebagai orang yang mandiri dan menjadi
anak jalanan merupakan pilihan terakhir yang
mereka pilih (Suryaningsih & Nur, 2020)
• Merasa ditolak dalam keluarga: anak jalanan
meninggalkan rumah karena orang tuanya tak
mampu menyediakan lingkungan yang aman dan
mengayomi, dan tak jarang di antara mereka
mengalami kekerasan fisik maupun seksual
(Raffaelli, Koller, et al., 2000, dalam Kohler &
Raffaelli, 2002).
• Kemiskinan: Ketidakmampuan orangtua
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
memaksa mereka mempekerjakan anaknya
untuk membantu mencukupi kebutuhan
ekonomi keluarga
Sementara Itu Menurut Yayasan Kesejahteraan
Anak Indonesia (1999; 22-24) Anak Jalanan .
Dibedakan Menjadi 4 Kelompok, Yaitu :
• Anak-anak yang tidak
berhubungan lagi dengan orang
tuanya (children of the street).
• Anak-anak yang berhubungan
tidak teratur dengan orang tua.
Mereka adalah anak yang bekerja
di jalanan (children on the street).
• Anak-anak yang berhubungan
teratur dengan orang tuanya.
• Anak-anak jalanan yang berusia
di atas 16 tahun
MASALAH KESEHATAN
ANAK JALANAN
Anak jalanan yang
mengalami beberapa
trauma cenderung
mengalami penyakit mental
diantaranya depresi, putus
asa dan bunuh diri, akan
tetapi beberapa anak
jalanan mampu
menunjukkan self efficacy
untuk menghadapi
pengalaman traumatis yang
mereka alami
SOLUSI UNTUK
MENGATASI
ANAK JALANAN
• Tiga pendekatan untuk mengatasi
masalah anak jalanan, yaitu:
– Pendekatan Penghapusan (abolition)
– Pendekatan Perlindungan (protection)
– Pendekatan Pemberdayaan (empowerment)
MASALAH
KESEHATAN
MENTAL
• Harga diri rendah
• Isolasi sosial
• Depresi
• Defisit perawatan
diri
FAKTOR PREDISPOSISI
• Psikologis: Penolakan
dari lingkungan dan
orang terdekat,
kegagalan berulang,
memiliki krisis identitas
• Sosial Budaya: Adanya
penilaian negative dari
lingkungan, sosial
ekonomi rendah, dan
pendidikan yang rendah
FAKTOR PRESIPITASI
• Riwayat trauma seperti adanya
penganiayaan seksual dan
pengalaman psikologis yang
tidak menyenangkan,
menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan,
menjadi pelaku, korban
maupun saksi dari perilaku
kekerasan.
• Ketegangan peran: Transisi
peran perkembangan dari masa
kanak-kanak ke remaja
Tanda dan Gejala
DS:
• Mengejek dan mengkritik diri.
• Merasa bersalah dan khawatir,
menghukum atau menolak diri sendiri.
• Menunda keputusan.
• Merusak diri: harga diri rendah
menyokong klien untuk mengakhiri hidup.
• Perasaan tidak mampu.
• Pandangan hidup yang pesimitis.
• Tidak menerima pujian.
• Penurunan produktivitas.
• Penolakan tehadap kemampuan diri.
DO:
• Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah
tinggi, gangguan penggunaan zat.
• Kurang memperhatikan perawatan diri.
• Berpakaian tidak rapi.
• Berkurang selera makan.
• Tidak berani menatap lawan bicara.
• Lebih banyak menunduk.
• Bicara lambat dengan nada suara lemah.
• Merusak atau melukai orang lain.
• Sulit bergaul.
• Menghindari kesenangan yang dapat
memberi rasa puas.
• Menarik diri dari realitas, cemas, panic,
cemburu, curiga dan halusinasi.
INTERVENSI DAN
IMPLEMENTASI
Tindakan untuk pasien HDR
• Tujuan:
• Membina hubungan saling percaya
• Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
• Menilai kemampuan yang dapat digunakan
• Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
• Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
• Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya
• Tindakan Keperawatan
• Membina hubungan saling percaya, dengan cara:
• Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
• Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
• Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan
daftar kegiatan yang dapat dilakukan.
• Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya
dan menyusun rencana kegiatan.
• Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
TINDAKAN UNTUK
KELUARGA HDR
Tujuan:
• Mengenal masalah harga diri rendah
• Mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah
• Merawat harga diri rendah
• Memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri
klien
• Menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
• Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
• Tindakan keperawatan:
• Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien
• Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri
rendah dan mengambil keputusan merawat klien
• Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah
• Membimbing keluarga merawat harga diri rendah
• Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung meningkatkan harga diri klien
• Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
• Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

Anda mungkin juga menyukai