Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

BETON

Disusun Oleh:

MICHAEL PASANGKA
P3A1 20 036

D-III TEKNIK SIPIL


PROGRAM PENDIDIKAN VOKAS
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah Beton.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala penulis dapat teratasi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami
sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu, kepada guru pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca.

Penulis 17 April 2021

MICHAEL PASANGK`

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................3

1.2 Tujuan.................................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Beton.................................................................................5

2.2 Bahan Penyusun Beton......................................................................5

2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Beton....................................................13

2.4 Kekuatan Beton Dan Baja Tulangan................................................14

2.5 Pengujian Kuat Tekan Beton.............................................................17

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan........................................................................................20
4.2 Saran..................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat
banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah
dan kemudahan dalam pelaksanaannya membuat beton semakin tak
tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan yang
dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan
tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang
bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya maka diperluakan
pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan dasarnya,
cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat
meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal.
Dalam pembuatannya, keseragaman kualitas beton sangat
dipengaruhi oleh keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada
prakteknya dilapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan
pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya.
Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang
disyaratkan maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan
baik dan sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton
seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28
hari. Oleh karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol
kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak
sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin.
Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu
raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya.
Perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran
batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan
Romawi, tepatnya

3
di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Memperdalam pengetahuan kita mengenai macam bahan pembuatan beton.
b) Mengetahui apa saja bahan dasar penyusun beton
c) Mengetahui apa keuntungan dan kerugian beton kontruksi
d) Memahami kekuatan beton dan baja tulangan
e) Mengetahui pengujian kuat tekan beton
1.3. Rumusan Masalah
a) Apa sajakah bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
dinding bangunan ?
b) Apa saja bahan dasar penyusun beton?
c) Apa keuntungan dan kerugian beton kontruksi?
d) Bagaimana kekuatan beton dan baja tulangan?
e) Bagaimana cara pengujian kuat tekan beton?

4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Beton
Dalam KBBI, Beton adalah campuran semen, kerikil, dan pasir yg
diaduk dengan air untuk tiang rumah, pilar, dinding, dsb. Dalam pengertian
umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau
koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat
semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk
mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan
yang sesuai dan dicampur secara tepat. Seiring dengan penambahan
umur,beton akan semakin mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana
(f’c) pada usia 28 hari.
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik
lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847-2002). Beton juga
dapat didefinisikan sebagai bahan bangunan dan kontruksi yang sifat-sifatnya
dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan
pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih (Dr. Wuryati
Samekto, M.Pd dan Candra Rahmadiyanto,S.T.,2001).
2.2. Bahan Penyusun Beton

1. Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air
atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-
biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi
yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa

5
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan
prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd.
V.
b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu
dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler
atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone
murni.
c. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan
buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari
pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida,
besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini
digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih
keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-
silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya
alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses
pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga
diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar. Agregat halus
untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu- batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk
beton adalah agregat
6
berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-
40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud
pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;

Ditinjau dari asalnya


1. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan
beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun
kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah
butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah
berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan
sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
a. Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran
oleh alam dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari
asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu
tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk
bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya
pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen
sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus.
Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap
sifat beton yang dibuat agregat tersebut.
b. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan
beku yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan
air lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas.
Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor
air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan
7
semen sedikit

8
lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam.
kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena
daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran
yang halus.
c. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum
digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus
dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini
memiliki sifat isolasi panas yang baik.

2. Agregat buatan
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan
penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam.
Berikut adalah contoh agregat buatan:
a. Klinker dan Breeze
Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar
sempurna, massanya mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang
sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu yang kurang
keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih
banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah
terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak
bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit
tenaga dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat
jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat untuk
partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.
b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang tanah liat
dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk
membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang
berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C –
2000 0C.
9
c. Cooke breeze
Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan
bakar batu arang yang kurang sempurna pembakarannya, biasanya
terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara Eropa dan
Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang
mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat
pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu
d. Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar
dalam dapur berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal –
gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur berputar
pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak.
Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang
serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga
mencapai susunan butir yang diperlukan.
e. Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang
mengandung senyawa-senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-
kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada
suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan
mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa lempeng-
lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng
ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk
mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu
sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna menghambat
suara dan panas.
Ditinjau dari berat jenisnya
1. Agregat Ringan

1
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0,
dan biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat
digunakan untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan
agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan
dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami
maupun buatan. Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung,
rocklite, lelite, dan sebagainya.

2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5
sampai 2,7. agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat
tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton norma
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat ,
misalnya magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang
dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai
pelindung sinar radiasi sinar X.
Ditinjau dari Bentuknya
1. Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan
mempunyai rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan
sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat
jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya.
Agregat berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar
daripada agregat bulat, yaitu berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis
ini membutuhkan pasta semen lebih banyak untuk mendapatkan beton segar
yang baik (dapat dikerjakan).
2. Bersudut

1
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil
pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar,
yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga
membentuk daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton
mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.
3. Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran
terlebar dan tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari
batu-batuan yang berlapis.
4. Memanjang (Lonjong)
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang
terpanjang dan terlebar lebih dari 3.

Ditinjau dari tekstur permukaan


1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam,
obsidian.
2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan,
permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini:
basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya.
3. Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang
butiran-butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu
lapis, dan sebagainya.
4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan
adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5. Agregat berpori dan berongga.
3. Air dan Bahan Campuran
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu,
air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air

1
yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan
bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai
campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan
tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang
dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil
pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk
beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam
yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki
sifat beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua
kelompok: yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus
diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu
diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua
disebut zat campuran. Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas
adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu
terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah. Ada beberapa jenis
zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat
untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk
memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum
udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat
untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam
semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah.
Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk
golongan zat pendispersi.

1
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Beton
Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat (terkadang
bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat,
sampai bahan buangan non kimia) pada perbandingan tertentu.
Kelebihan dari beton adalah:
a. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan
lokal, kecuali semen Portland.
b. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan
termasuk rendah
c. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat
tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
d. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau
pasangan batu.
e. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk
apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan
Kekurangan dari beton adalah:
a. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena
itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
b. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika
basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang
panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
c. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga
perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak
akibat perubahan suhu.
d. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki
air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.

1
e. Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
2.4 Kekuatan Beton Dan Baja Tulangan
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton
bertulang di batasi hanya pada Baja Tulangan dan Kawwat Baja saja. Belum ada
peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain dari baja tulangan atau
kawat baja tersebut.
Baja Tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu
1. Baja Tulangan Polos (BJTP)
2. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)
Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan
mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24), dengan
ukuran Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan Ø16 (dengan Ø menyatakan simbol diameter
polos).
Tulangan Ulir/deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau tulangan
memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa (disebut BJTD-
30). Ukuran diameter nominal tulangan ulir yang umumnya tersedia di pasaran dapat
dilihat di bawah :

1
Kuat tarik Baja Tulangan
Mesikpun baja tulangan mempunyai sifat tahan terhadap beban tekan, tetapi karena
harganya yang mahal maka baja tulangan ini hanya diutamakan untuk menahan beban
tarik pada struktur beton bertulang, sedangkan beban tekan yang bekerja cukup
ditahan oleh betonnya.
Hubungan antara tegangan dan regangan tarik baja dilukiskan pada gambar di bawah
:

1
Modulus Elastisitas Baja Tulangan
Dari hubungan tegangan-regangan tarik baja tulangan, terlihat sudut α (alpha), yaitu
antara garis lurus kurva yang ditarik dari kondisi tegangan nol sampai tegangan leleh
(fy) dan garis regangan (εs). Modulus elastisitas baja tulangan (Es) merupakan
tangens dari sudut α (alpha) tersebut. Menurut Pasal 10.5.2 SNI 03-2847-2002,
modulus elastisitas baja tulangan non pratekan Es dapat diambil sebesar 20000 MPa

1
2.5 Pengujian Kuat Tekan Beton
Untuk memastikan mutu beton sesuai dengan yang telah direncanakan maka
diperlukan suatu pengujian beton untuk mengetahui mutu beton. Hal ini umumnya
dilakukan pada berbagai proyek pembangunan dengan skala besar untuk memastikan
semua sesuai dengan perencanaan. Dalam pengujiannya, ada beberapa teknik
pengujian beton yang dapat dilakukan yaitu :

1. Uji Kuat Tekan Beton (Compression test)


Uji kuat tekan beton adalah pengujian yang dilakukan pada sampel beton, sampel ini
akan diberi tekanan hingga mengalami kehancuran. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kekuatan beton terhadap gaya tekan, pengujian ini dapat dilakukan
dengan cara :

 Siapkan cetakan beton berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi


30 cm yang sudah diberi pelumas di bagian dalamnya. Hal ini untuk
memudahkan dalam pelepasan beton nantinya.
 Buat adukan beton dengan kualitas yang sama seperti yang digunakan pada
proyek pembangunan, masukkan adukan ini ke dalam cetakan. Masukan
secara bertahap menjadi 3 lapisan yang sama.
 Ditiap lapisannya diberi tusukan hingga 25 kali dan ratakan bagian atas
adukan. Jangan lupa catat tanggal dan jam pembuatan beton tersebut.
 Biarkan adukan beton ini selama 24 jam, kemudian rendam beton di dalam air
selama beberapa saat sebelum dibawa ke laboratorium pengujian.
 Apabila telah keras maka beton siap diuji menggunakan mesin compressor
yang akan memberikan tekanan.
 Catat hasil pengujian, lakukan pengujian pada hari berikutnya atau dalam
rentang waktu tertentu. Untuk itu pastikan Anda membuat beberapa sampel
beton untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

1
2. Slump test
Salah satu cara untuk mengetahui kualitas beton adalah dengan mengukur kadar air
dalam beton atau yang biasa disebut slump test. Untuk mengetahui kadar air beton
dapat dilakukan menggunakan kerucut abraham, pengujian ini dilakukan dengan cara
:

 Siapkan alat pengujian sebagai penyokong dengan bentuk kerucut yang


diameter atasnya 10 cm dan bawahnya 20 cm serta tinggi 30 cm.
 Kemudian siapkan kerucut abraham dan letakkan pada tempat yang
tidak menyerap air dengan permukaan yang rata.
 Siapkan adukan beton dan masukkan ke dalam kerucut dengan menekan
penyokongnya.
 Masukkan adukan beton dalam 3 lapisan yang sama ketebalannya dengan
diberi penusukan hingga 25 kali menggunakan tongkat baja. Tongkat ini
mempunyai diameter 16 mm dengan panjang 600 mm yang berbentuk bulat
pada ujungnya, penusukan agar beton lebih padat.
 Tarik cetakan dengan hati-hati dan bersihkan ceceran adukan beton. Setelah
beberapa saat barulah kerucut dibuka.
 Setelah itu ukur penurunan puncak kerucut dibandingkan tinggi awalnya
untuk mengukur kadar air beton.
 Adukan beton yang memenuhi syarat sajalah yang dapat diaplikasikan dalam
pembangunan.

3. Uji Core Drill


Uji core drill dilakukan menggunakan alat core drill untuk mengambil beton yang
sudah jadi untuk dijadikan sampel. Hal yang harus diperhatikan disini adalah pada
saat pengambilan sampel beton jangan sampai merusak struktur bangunan atau

1
mengenai tulangannya. Sampel ini kemudian akan diuji crusing test, meskipun sangat
beresiko namun pengujian ini dapat dikatakan sangat akurat karena menggunakan
sampel beton yang sudah jadi.

4. Hammer test
Hammer test dilakukan pada bagian bangunan seperti kolom, balok atau plat lantai
menggunakan alat hammer test. Pengujian dilakukan pada 20 titik, namun pastikan
permukaan beton yang akan diuji sudah rata dan bila belum rata harus diratakan lebih
dulu menggunakan gerinda. Hasil pengujian ini kemudian akan dihitung
menggunakan standar deviasi untuk mengetahui kekuatan maupun tegangan
karakteristik beton. Dari hasil inilah kita dapat mengetahui mutu beton.

5. Pengujian Ultrasonik atau Ultrasonic non Destructive


Ultrasonic non destructive adalah pengujian menggunakan
gelombang ultrasonik sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada benda yang diuji
seperti beton. Pengujian ultrasonik dilakukan menggunakan alat ukur kekerasan yang
telah menerapkan gelombang ultrasonik dalam pengukurannya. Gelombang ini akan
dirambatkan pada beton untuk mengetahui mutu dan kualitas beton. Pengujian
ultrasonik sendiri mempunyai beberapa kelebihan seperti :
 Dapat mendeteksi keretakan beton serta kedalamannya.
 Menguji homoginitas beton.
 Pengujiannya tanpa merusak.
 Mendeteksi kerusakan permukaan serta perubahannya.
 Dapat mengukur modulus Elastisitas beton.
 Termasuk pengujian yang paling mudah dilakukan dengan hasil yang akurat.

2
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain,
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton, yaitu
semen, agregat, air dan bahan adiktif, dan bahan penyusun lainnya yang
telah diuraikan dalam makalah ini.
1.2. Saran
1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur,
pekerjaan penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena
jika tidak kualitas beton menurun.
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan
peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur,
sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan
yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal peraturan perencanaan
struktur tahan gempa, standar perencanaan struktur beton, harga matrial
terbaru dan sebagainya.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan
berpedoman pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.

2
DAFTAR PUSTAKA
https://sastrasipilindonesia.wordpress.com
http://agusimanuddin22.blogspot.com
http://tosimasipil.blogspot.com
http://asrinurdin96.blogspot.com
https://www.academia.edu
http://sang-pemujarahasia.blogspot.com
https://baturisit.blogspot.com
http://strong-indonesia.com

Anda mungkin juga menyukai