Anda di halaman 1dari 6

KASUS.

Topik Materi : BAB 15


Studi Kasus : Kasus Insider Trading Dalam Perdagangahn Saham PT. PNG.

“Kasus Insider Trading Dalam Perdagangahn Saham PT. PNG.”

 Overview Kasus :
Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk diawali oleh fakta-fakta sebagai
berikut: bermula pada jatuhnya dalam penjualan saham dibursa efek. Hal ini terjadi pada periode
12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007. Dalam rentang waktu tersebut terdapat
indikasi terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Hukum Pasar modal. Dugaan tersebut terlihat
dari penurunan secara signifikan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek
Jakarta yaitu sebanyak 23,36%, dari Rp 9.650,00 (harga penutupan pada tanggal
11 januari 2006) menjadi Rp 7.400,00 per lembar saham pada tanggal 12 januari 2007.
Penurunan harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan siaran
persyang dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum (11 januari
2007). Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya
volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30
MMSCFD. Dan terdapat Pernyataan bahwa tertundanya gas in yang semula akan dilakukan pada
akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Penundaan proyek komersialisasi pemipaan
gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat dan yang
membuat informasi ini berhubungan erat dengan kasus anjloknya harga saham PGN.

 Analisis Kasus:
Maka dilihat dari hal tersebut diatas, Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara
Tbk diawali oleh fakta-fakta sebagai berikut:
1. Penurunan atau jatuhnya harga saham PT Perushaan Gas Negara Tbk pada saat penjualan
dibursa efek Indonesia. Pada harga Rp 9.650 (harga penutupan pada tanggal 11
januari2006) 23,36% anjlok pada harga Rp 7.400 perlembar saham pada tanggal 12
januari 2007.
2. Adanya bukti-bukti yang menunjuk pada praktek transaksi saham perusahaan yang
dilakukan oleh pihak orang dalam perusahaan, yang terjadi pada periode 12 september
2006 sampai dengan 11 januari 2007.
3. Adanya informasi yang tergolong sebagai informasi material dan dapat mempengaruhi
harga saham. Antaranya:
a. Penurunan harga saham PT Perusahaan Gas Negara sangat erat dengan siaran pers
yang dilakukan manajemen perusahaan sehari sebelumnya tertanggal 11 Januari
2007.
b. Pernyataan bahwa ditundanya proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan
Gas Negara Tbk yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda
menjadi Maret 2007.
c. Informasi tentang penurunan volume gas telah diketahui para pihak perusahaan sejak
tertanggal 12 September 2006 dan informasi tentang tertundanya gas in sejak tanggal
18 Desember 2006, para pihak perusahaan baru menjelaskan pada tanggal 11 januari
2007

 Tanggung Jawab Pelaku Usaha:


Dalam kasus ini PT. PGN memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana
volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java). Fakta itu
sudah diketahui atau sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya keterangan
itu disampaikan kepada publik, namun tidak disampaikan. Sehingga jelas bahwa telah terjadi
pelanggaran terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan pidana penjara paling lama
10 tahun dan denda paling banyak Rp. 15 milyar.

 Undang- Undang/ Peraturan yang Dilanggar:

- Pelanggaran Prinsip Disclosure terhadap keterlambatan penyampaian laporan


kepada Bapepam dan masyarakat tentang peristiwa material.
Dalam Pasal 86 ayat (2) UUPM disebutkan bahwa perusahaan publik menyampaikan
laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang
dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah
terjadinya peristiwa tersebut.
Pada kenyataannya PT. PGN terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek
pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan keterbukaan
informasi sebanyak 35 hari. Mengenai informasi penurunan volume gas dan informasi
tertundanya gas ini Dikategorikan sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor X.K.1.
Sehingga telah jelas, bahwa PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995 jo.
Peraturan Nomor X.K.1.

- Pelanggaran Prinsip Disclosure terhadap pemberian keterangan yang secara


material tidak benar.
Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi, di antaranya sebagai
berikut:
a. Memberikan informasi yang salah sama sekali.
b. Memberikan informasi yang setengah benar.
c. Memberikan informasi yang tidak lengkap.
d. Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material.
Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan “misleading”
bagi investor dalam memberikan judgement nya untuk membeli atau tidak suatu efek. Ketentuan
ini juga diadopsi dalam pasal 93 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, yang menyebutkan bahwa
tiap pihak dilarang, dengan cara apa pun, memberikan keterangan yang secara material tidak
benaratau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek.
Dalam kasus ini PT. PGN memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana
volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java). Fakta itu
sudah diketahuiatau sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya keterangan itu
disampaikan kepada publik, namun tidak disampaikan. Sehingga jelas bahwa telah terjadi
pelanggaran terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan pidana penjara paling lama
10 tahun dan denda paling banyak Rp. 15 milyar.

- Keterlibatan Fiduciary Position Pelanggaran Insider Trading PT.PGN


Dalam kasus Insider Trading PT. PGN dapat dilihat konstruksinya sebagai berikut:
1. Keterlibatan Orang Dalam
Beberapa orang dalam yang melakukan transaksi dalam rentang waktu 35 hari dari
diketahuinya informasi sampai pemberitahuan ke publik yaitu Adil Abas, Nursubagjo Prijono,
WMP Simanjuntakm Widyatmiko Bapang, Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo,
Rosichin, dan Thohir Nur ilhami. Kesembilan orang tersebut adalah manajerial internal yang
berkedudukan sebagai pegawai kunci, direktur teknis, sekertaris yang secara langsung
melakukan transaksi. Jelas untuk transaksi (tingkat pertama) penjualan yang dilakukan orang
dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik atas saham Emiten atau Perusahaan Publik yang
bersangkutan telah dilarang dalam Pasal 95 UUPM pada huruf a perihal kategori orang dalam
yaitu komisaris, direktur, atau pegawai Emiten yang bersangkutan dan pihak yang dalam waktu 6
(enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf
2. Informasi Material
Penggunaan informasi penting yang bersifat rahasia dan belum dipublikasikan ini jelas-
jelas menghancurkan prinsip fiduciary duty oleh setiap unsur manajerial dari level bawah sampai
atasan yang memiliki kontrak hukum untuk bekerja dan bertanggungjawab dengan
mengedepankan kepentingan pemegang saham, dibanding kepentingan pribadi, untuk segala
sesuatu yang terkait langsung dengan kinerja perusahaan, minimal sampai enam bulan setela
hpenghentian kontrak kerja dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan. Informasi
yang direlease pada awal Januari 2007, sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PT.PGN
sejak 12 September 2006 (informasi penurunan volume gas) dan 18 Desember 2006 (informasi
terundannya gas in). Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material dan
dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, hal tersebut tercemin dari penurunanharga
saham PT.PGN pada tanggal 12 Januari 2007.
3. Keuntungan
Penjualan saham yang dilakukan kesembilan orang yang dikategorikan orang dalam
menyebabkan mencegah kemungkinan rugi atas penurunan harga saham setelah Press
Confrence. Sehingga kesembilan orang dalam tersebut dalam jangka waktu 35 hari melakukan
penjualan atas sahamnya

4. Menjual atau Membeli


Kesembilan orang dalam tersebut melakukan transaksi selama tenggat waktu 35 hari
sebelum konfrensi pers.

 Penyelesaian Kasus:
Penyelesaian Terhadap kasus Perdagangan Saham PT.PGN
1. Penyelesaian terhadap Pelanggaran Disclosure
Terhadap pelanggaran Disclosure Bapepam telah mengeluarkan Press Release pada
tanggal 13Maret 2007 yang berisi sebagai berikut:
1) Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan Pihak-pihak terkait
dengan pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal jo. Peraturan Nomor X.K.1
tentang Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik yang
dilakukan oleh PT.PGN dan tentang pemberian keterangan yang secara material tidak
benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.

2) Terdapat pemberian keterangan yang secara material tidak benar, yakni memberikan
keterangan tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ
yang tidak sesuai dengan fakta bahwa telah terjadi perubahan dari rencana awal
tersebut. Fakta tersebut sudah diketahui atau sepatutnya diketahui oleh Direksi yang
seharusnya disampaikan saat keterangan itu diberikan kepada public.

3) Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Bapepam-LK menetapkan:


a. Sanksi denda sebesar Rp. 35.000.000,00 (tiga puluh lima juta rupiah) kepada PT
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atas pelanggaran Pasal 86 Undang-undang
PasarModal jo. Peraturan Nomor X.K.1;
b. Sanksi denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) kepada Direksi PT
PGN yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 s/d sekarang yaitu Sdr. Sutikno,
Sdr. AdilAbas, Sdr. Djoko Pramono, Sdr. WMP Simanjuntak dan Sdr. Nursubagjo
Prijono, atas pelanggaran pemberian keterangan yang secara material tidak benar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.
Keputusan pengenaan sanksi sebagaimana butir 3 huruf b di atas, didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut:
a. Segera memberikan kepastian hukum kepada industri Pasar Modal dalam
rangkamemelihara kepercayaan publik terhadap Pasar Modal Indonesia.
b. Memberikan efek jera kepada pelaku Pasar Modal, khususnya manajemen Emiten,
agar lebih cermat dan bertanggungjawab atas kebenaran dari keterangan yang
diberikan kepada publik.

4) Disamping pengenaan sanksi di atas, Bapepam-LK masih melanjutkan pemeriksaan


terhadapindikasi adanya perdagangan saham berdasarkan informasi orang dalam
yang didugadilakukan oleh pihak orang dalam PT PGN dan pihak-pihak yang terkait
dengan transaksiyang dilakukan oleh Perusahaan Efek Anggota Bursa (insider
trading).
 
- Penyelesaian terhadap Pelanggaran Insider Trading
Menindaklanjuti Press Release Bapepam tanggal 13 Maret 2007 point ke 5 diatas,
Bapepam akhirnya mengeluarkan Press Release terhadap pelanggaran Insider Trading PT.PGN
pada tanggal 27 Desember 2007, yang isinya sebagai berikut:
i. Kasus ini bermula dari terjadinya penurunan secara signifikan harga saham PGAS di
Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta), yaitu sebesar 23,36%, dari Rp9.650
(harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2006) menjadi Rp7.400 per lembar saham pada
tanggal 12 Januari 2007.

ii. Penurunan harga saham tersebut sangat erat kaitannya dengan press release yang
dilakukanoleh PGAS sehari sebelumnya (11 Januari 2007), dimana dalam press release
tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan
dialirkan,yaitu mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD

iii. Selain itu, juga dinyatakan bahwa tertundanya gas in (dalam rangka komersialisasi) yang
semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007.
Informasi yang direlease tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh manajemen PGAS
sejak tanggal 12September 2006 (informasi tentang penurunan volume gas) serta sejak
tanggal 18 Desember 2006 (informasi tertundanya gas in).

iv. Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material dan dapa
tmempengaruhi harga saham di Bursa Efek, hal tersebut tercermin dari penurunan harga
saham PGAS pada tanggal 12 Januari 2007.

v. Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, orang dalam
PGAS yang melakukan transaksi saham PGAS yaitu: Sdr. Adil Abas, Sdr. Nursubagjo
Prijono, Sdr.WMP Simanjuntak, Sdr. Widyatmiko Bapang, Sdr. Iwan Heriawan, Sdr.
Djoko Saputro, Sdr.Hari Pratoyo, Sdr. Rosichin, Sdr. Thohir Nur Ilhami.
vi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Bapepam-LK menetapkan sanksi
administrative berupa denda terhadap:
1. Sdr. Adil Abas sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah);
2. Sdr. Nursubagjo Prijono sebesar Rp53.000.000,00 (lima puluh tiga juta rupiah);
3. Sdr. WMP Simanjuntak sebesar Rp2.330.000.000,00 (dua miliar tiga ratus tiga puluh
4. jutarupiah);
4. Sdr. Widyatmiko Bapang sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah);
5. Sdr. Iwan Heriawan sebesar Rp76.000.000,00 (tujuh puluh enam juta rupiah);
6. Sdr. Djoko Saputro sebesar Rp154.000.000,00 (seratus lima puluh empat juta
rupiah);
7. Sdr. Hari Pratoyo sebesar Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah);
8. Sdr. Rosichin sebesar Rp184.000.000,00 (seratus delapan puluh empat juta rupiah);
dan
9. Sdr. Thohir Nur Ilhami sebesar Rp317.000.000,00 (tiga ratus tujuh belas juta rupiah).

vii. Sanksi tersebut ditetapkan antara lain dengan mempertimbangkan pola transaksi dan
aksesyang bersangkutan terhadap informasi orang dalam.

Anda mungkin juga menyukai