Anda di halaman 1dari 5

SKRIPSI

ANALISA PROTEIN URINE DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU


HAMIL TRISEMETER TIGA DI PUSKESMAS TUNJUNG TEJA

Untuk Melengkapi Syara-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Terapan


Kesehatan

Oleh:

KAMILA KHAIRUNISA
1704034022

PROGRAM STUDI D4 ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
LATAR BELAKANG

World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 585.000

perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses

persalinan, dan aborsi yang tidak aman. Sekitar delapan juta perempuan per

tahun mengalami komplikasi kehamilan dan lebih dari setengah juta diantaranya

meninggal dunia, dimana 99% terjadi di negara berkembang. Angka kematian

akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di negara maju yaitu 1 dari 5000

perempuan, dimana angka ini jauh lebih rendah dibandingkan di negara

berkembang, yaitu 1 dari 11 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan

dan persalinan. Angka kejadian preeklamsia atau eklamsia di dunia sebesar

38,4% (WHO, 2012).

Indonesia adalah negara dimana warga perempuannya memiliki kemungkinan

kematian ibu akibat persalinan dan komplikasi kehamilan sebesar 307 dari

100.000 kelahiran pada tahun 2003 dan sebesar 269 pada tahun 2008, angka ini

masih jauh dari target MDG tahun 2015, yakni 125 perkelahiran hidup.

Penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan (32%)

dan preeklampsia (25%). Penyebab kematian ibu lainnya (non obstetrik) sebesar

32% (Kemenkes RI, 2012).

Angka kematian ibu adalah kematian dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya

kehamilan, disebabkan oleh kehamilan itu sendiri atau penanganannya, tetapi

bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera. Angka kematian ibu rata-rata

pada negara berkembang sebesar 239 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,

2015).
Sedangkan angka kematian ibu di Indonesia relative tinggi dibandingkan dengan

negara-negara di Asia Tenggara. Pada tahun 2015 berdasarkan hasil Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) angka kematian ibu kembali mengalami

penurunan sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (KEMENKES RI, 2018).

Pada tahun 2013, di Indonesia terjadi pergeseran proporsi penyebab kematian

ibu. Angka kematian kehamilan ibu akibat perdarahan dan infeksi mengalami

penurunan, sedangkan angka kematian ibu akibat hipertensi dalam kehamilan

mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 dilaporkan dari 27,1% penyebab

kematian ibu di Indonesia diakibatkan oleh hipertensi dalam kehamilan

(KEMENKES, 2014).

Hipertensi merupakan tanda terpenting guna menegakkan diagnosis dalam

kehamilan. Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai proteinuria (Prawirohardjo, 2010). Preeklamsia ditandai

dengan adanya hipertensi, edema, dan proteinuria. Sedangkan, pada eklamsia,

selain tanda tersebut terdapat tanda tambahan berupa kejang dan koma.

Tandatanda pada preeklamsia atau eklamsia yang timbul disebabkan adanya

disfungsi endotel menyeluruh pada tubuh penderita. Dalam perjalanan

penyakitnya, penderita preeklamsia akan mengalami banyak perubahan,

disfungsi, dan kegagalan pada sistem tubuhnya. Salah satu perubahan yang

terjadi pada preeklamsia/eklamsia adalah perubahan pada hematologi.

Perubahan hematologi yang terjadi yaitu adanya penurunan volume plasma.

Hipervolemia yang secara fisiologis terjadi saat kehamilan hampir tidak terjadi

pada preeklamsia/eklamsia. Volume plasma pada preeklamsia akan menurun


30%-40% di banding kehamilan normal. Penurunan volume plasma akan

menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi dan peningkatan viskositas darah

yang nampak pada kenaikan kadar hemoglobin dan hematokrit (Rambulangi,

2003). Pada preeklamsia terjadi hemokonsentrasi yang akan menyebabkan

peningkatan kadar hemoglobin sehingga kadar hemoglobin ibu hamil

preeklamsia lebih tinggi dari pada ibu hamil normal (Ustun, 2007).

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azhalia Tiaranissa pada tahun

2012 didapatkan bahwa hasil rerata kadar hemoglobin wanita hamil normal

dengan preeklamsia berat adalah 13.26 dan rerata kadar hemoglobin pada

wanita hamil normal adalah 10.74 (Tiaranissa et al., 2014).

Selama kehamilan aliran darah ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus

meningkat bila dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Keadaan hipertensi

pada kehamilan menyebabkan perfusi darah pada ginjal dan kecepatan filtrasi

glomerulus menurun secara bervariasi, sehingga menyebabkan protein dengan

berat 2 molekul besar lolos dari glomerulus sehingga menyebabkan protein

keluar melalui urin (proteinuria) (Makhfiroh, dkk, 2017). Proteinuria adalah

adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih

dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m². Dalam keadaan

normal, protein di dalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap

fungsional. Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa

gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya

penyakit ginjal yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan

memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan penyebab/p


enyakit dasarnya. Adapun prevalensi proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan

penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%. Jadi proteinuria tidak selalu

merupakan manisfestasi kelainan ginjal. Biasanya proteinuria baru dikatakan

patologis bila kadarnya di atas 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan

dalam waktu yang berbeda dan dikatakan proteinuria masif bila terdapat

protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri dari atas

albumin (Sudoyo, 2015)

Anda mungkin juga menyukai