Oleh:
KAMILA KHAIRUNISA
1704034022
persalinan, dan aborsi yang tidak aman. Sekitar delapan juta perempuan per
tahun mengalami komplikasi kehamilan dan lebih dari setengah juta diantaranya
akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di negara maju yaitu 1 dari 5000
kematian ibu akibat persalinan dan komplikasi kehamilan sebesar 307 dari
100.000 kelahiran pada tahun 2003 dan sebesar 269 pada tahun 2008, angka ini
masih jauh dari target MDG tahun 2015, yakni 125 perkelahiran hidup.
dan preeklampsia (25%). Penyebab kematian ibu lainnya (non obstetrik) sebesar
Angka kematian ibu adalah kematian dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya
bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera. Angka kematian ibu rata-rata
pada negara berkembang sebesar 239 per 100.000 kelahiran hidup (WHO,
2015).
Sedangkan angka kematian ibu di Indonesia relative tinggi dibandingkan dengan
penurunan sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (KEMENKES RI, 2018).
ibu. Angka kematian kehamilan ibu akibat perdarahan dan infeksi mengalami
(KEMENKES, 2014).
selain tanda tersebut terdapat tanda tambahan berupa kejang dan koma.
disfungsi, dan kegagalan pada sistem tubuhnya. Salah satu perubahan yang
Hipervolemia yang secara fisiologis terjadi saat kehamilan hampir tidak terjadi
preeklamsia lebih tinggi dari pada ibu hamil normal (Ustun, 2007).
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azhalia Tiaranissa pada tahun
2012 didapatkan bahwa hasil rerata kadar hemoglobin wanita hamil normal
dengan preeklamsia berat adalah 13.26 dan rerata kadar hemoglobin pada
pada kehamilan menyebabkan perfusi darah pada ginjal dan kecepatan filtrasi
adanya protein di dalam urin manusia yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih
dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m². Dalam keadaan
fungsional. Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa
gejala, ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya
penyakit ginjal yang serius. Adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan
penyaring rutin pada orang sehat sekitar 3,5%. Jadi proteinuria tidak selalu
patologis bila kadarnya di atas 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan
dalam waktu yang berbeda dan dikatakan proteinuria masif bila terdapat
protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri dari atas