Anda di halaman 1dari 4

Nama : Eisa Gita Ardani

Nim : 20613388

Prodi : 3B D3 Keperawatan

Evaluasi Sumber Informasi

Latar Belakang

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini membawa dampak bagi pesatnya
perkembangan informasi yang beredar di dunia. Hal ini didukung oleh pesatnya perkembangan
pemanfaatan internet sebagai media dimana saat ini berbagai informasi dapat ditemukan di internet.
Perkembangan pengguna internet sendiri mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Perpustakaan sebagai lembaga yang menjadi pusat informasi mau tidak mau harus dapat menghadapi
kenyataan ‘banjir’ informasi di era yang kita kenal sebagai era informasi ini. Jutaan dan bahkan milyaran
informasi yang ada harus mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.  Namun disisi lain, pengguna
juga harus pintar dalam memilah dan menemukan informasi yang berada dalam belantara yang seolah
tidak bertepi. Berbagai isu terkait bagaimana menemukan informasi yang tepat menjadi isu penting
pada masa sekarang ini. Pengguna harus mempunyai strategi jitu untuk menemukan informasi yang
diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan serta mampu dipertanggungjawabkan secara kualitas. Hal ini
disebabkan tidak semua informasi yang ada dapat diambil sebagai informasi yang ’berguna’ atau ‘valid’.

Dalam dunia akademis, jenis informasi primer bergantung pada disiplin keilmuan yang diimani
seseorang. Misalnya sebuah artikel di majalah yang melaporkan pengurangan konsumsi energi dengan
menggunakan lampu neon compact, dapat digolongkan pada sumber sekunder, sedangkan artikel riset
tentang neon jenis ini adalah sumber primer. Namun jika kita mengkaji bagaimana lampu neon disajikan
di media populer, artikel itu dianggap sebagai sumber primer.

Dengan kata lain, sumber primer itu orisinil, tanpa disaring, ditafsir atau dievaluasi terlebih dahulu.
Sumber ini selalu muncul sebagai dokumen tercetak atau elektronik, berisi pemikiran orisinal, laporan
tentang penemuan, atau informasi baru. Batasan ini bergantung pada disiplin ilmu atau konteksnya.
Beberapa contoh diantaranya, akte kelahiran, surat nikah, artefak seperti uang logam, spesimen
tanaman, fosil, lukisan, patung, surat, dll.

Sumber sekunder lebih sulit diidentifikasi dibanding sumber primer. Sumber ini menyediakan informasi
yang diproses dengan bahan sumber primer. Dengan kata lain sumber versi tangan kedua. Pada
umumnya sumber ini berupa laporan tertulis setelah adanya fakta dan manfaatnya, berupa tafsiran dari
sumber primer, misalnya sumber sekonder berupa buku  akutansi yang memuat faktur yang diterima,
pernyatan bank tentang rinci cek yang dibayarkan. Sumber sekonder bukanlah bukti, melainkan
komentar dan diskusi tentang bukti. Ketika informasi statistik dikumpulkan, seperti dalam survey, data
survei adalah sumber primer dan kesimpulan survey merupakan sumber sekonder.
Namun, informasi yang telah didifinisikan sumber sekonder, orang lain menganggapnya sebagai sumber
tersier. Sekali lagi, bergantung konteks. Contohnya adalah bibliografi (juga dianggap sebagai sumber
tersier), karya biografi, komentar, atau kritik. Kamus dan ensiklopedia juga dianggap tersier. Sumber
tersier berisi informasi hasil pemampatan dan pengumpulan sumber primer dan sekonder. Misalnya
Almanak, bibliografi, direktori, buku panduan, indeks abstrak, buku ajar, dsb. Sumber-sumber tersebut
di atas perlu kita lihat untuk merumuskan sebuah pertanyaan riset dalam karya tulis ilmiah.

Dalam hal ini konten informasi pada umumnya berasal dari bahan yang diterbitkan, data dari lembaga
riset dan pelayanan statistik pemerintah, juga dari informasi elektornik yang diperoleh dari pelayanan
online, memainkan peran penting dalam penyusunan kemas ulang informasi. Untuk mempersiapkannya
dokumen-dokumen yang relevan dengan topik dikumpulkan untuk dianalisis dan disintesakan,
kemudian dikemas dalam media penyampaian yang tepat. Tidak jarang kita  mengunduh informasi
berbasis Web yang menyesatkan, meskipun telah  membacanya.  Karena begitu cepat dan banyaknya
informasi yang kita dapatkan, banyak informasi relevan terlewatkan begitu saja, sementara temuan
yang kita kita peroleh belum tentu dapat dipercaya. Tentunya para anggota komunitas keilmuan itu
memahami disiplin ilmu yang diimaninya, dan tidak bergitu saja sumber informasi yang diperolehnya.

Mereka mengevaluasi sumber informasi berbasis web untuk menditeksi informasi yang menyesatkan.
Karenanya,  kita perlu mengembangkan ketrampilan mengevaluasi informasi yang kita dapatkan ketika
menelusur di perpustakaan, walaupun buku, jurnal dan sumber lain yang telah dievaluasi oleh ilmuwan,
penerbit, dan pustakawan. Setiap sumber yang kita dapatkan telah dievaluasi sebelum kita melihatnya.
Menurut  Fitzgerald (1999), mengevaluasi informasi adalah menilai kualitas gagasan, dan erat kaitannya
dengan pemikiran kritis yang mengkaji literatur tentang pemikiran kritis memberikan kontribusi cukup
penting untuk pemahaman sifat evaluasi.

Banyak perpustakaan menyelenggarakan kursus singkat literasi informasi yang mencakup evaluasi
terhadap temuan penelusuran bagi para mahasiswa kita bisa melihat di situs universitas seperti Online
Research Education di Universitas Purdue (http://core.lib.purdue.edu/;  Cornel University Library (2008),
Beck, Susan E. (1997) dan bererapa diantaranya Boswel (1996) memberikan parameter untuk mengukur
apakah sebuah dokumen di Web itu naik untuk disitir atau tidak dan dan tolok ukur itu antara lain
seperti dibawah ini:

1. Relevansi

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini membawa dampak bagi pesatnya
perkembangan informasi yang beredar di dunia. Hal ini didukung oleh pesatnya perkembangan
pemanfaatan internet sebagai media dimana saat ini berbagai informasi dapat ditemukan di internet.
Perkembangan pengguna internet sendiri mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Perpustakaan sebagai lembaga yang menjadi pusat informasi mau tidak mau harus dapat menghadapi
kenyataan ‘banjir’ informasi di era yang kita kenal sebagai era informasi ini. Jutaan dan bahkan milyaran
informasi yang ada harus mampu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Namun disisi lain, pengguna
juga harus pintar dalam memilah dan menemukan informasi yang berada dalam belantara yang seolah
tidak bertepi. Berbagai isu terkait bagaimana menemukan informasi yang tepat menjadi isu penting
pada masa sekarang ini. Pengguna harus mempunyai strategi jitu untuk menemukan informasi yang
diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan serta mampu dipertanggungjawabkan secara kualitas. Hal ini
disebabkan tidak semua informasi yang ada dapat diambil sebagai informasi yang ’berguna’ atau ‘valid’.

2. Kredibilitas Pengarang

Barang kali kepengarangan merupakan kriteria paling penting untuk mengevaluasi informasi. Karena
terlalu banyak informasi yang tersaji, banyak pula informasi muncul dengan penulis anonim. Untuk
terbitan tercetak secara jelas menunjukkan si penulis, organisasi afiliasinya seperti lembaga atau
universitas, dan waktu penerbitannya. Sementara, sumber dari internet kepengarangan dan afiliasi sulit
ditentukan. Memang beberapa situs web kemungkinan mempunyai sponsor yang dicantumkan, tetapi
banyak juga yang tidak.

Sahih berarti benar dan tepat dan kesahihan merupakan unsur penting dalam menilai informasi. Menilai
unsur ini lebih sulit dibanding menilai kepengarangan, jika kita tidak mempunyai pemahaman cukup
terhadap topik, dan sulit mengatakan bahwa informasi tersebut sahih. Namun kita bisa melihat
bebarapa hal seperti informasi bebas salah ketik, kemudian bagaimana penggunaan sitiran dalam
naskah yang kita dapatkan. Penulis menjelaskan metoda-metoda yang digunakan, dan mencantumkan
sumber referensi yang digunakan. Kita juga bisa melihat penafsiran dan implikasi yang disajikan cukup
rasional. Kita pastikan jika dalam naskah itu disajikan bukti-bukti yang mendukung kesimpulan dan dapat
dilihat kembali. Kesahihan dapat juga dinilai dengan membandingkan informasi dengan sumber-sumber
lain, apakah selaras ataukah bertentangan.

3. Kredibilitas Organisasi

Banyak perpustakaan menyelenggarakan kursus singkat literasi informasi yang mencakup evaluasi
terhadap temuan penelusuran bagi para mahasiswa kita bisa melihat di situs universitas seperti Online
Research Education di Universitas Purdue (http://core.lib.purdue.edu/;  Cornel University Library (2008),
Beck, Susan E. (1997) dan bererapa diantaranya Boswel (1996) memberikan parameter untuk mengukur
apakah sebuah dokumen di Web itu naik untuk disitir atau tidak dan dan tolok ukur

4. Kemutakhiran

Sebuah artikel dapat dianggap mutakhir jika informasi yang dikandungnya terkini dan masih sahih. Jika
tulisan itu berupa teori, belum ada teori baru yang menggugurkannya. Aspek waktu penerbitan sebuah
dokumen penting untuk bidang-bidang yang berkembang cepat, contohnya sains dan kedokteran. Oleh
karena itu seorang peneliti kesehatan perlu mengikuti informasi terbaru dalam bidangnya. Mungkin
dalam beberapa bulan terdapat perkembangan obat dan perlakuan yang muncul.. Dalam mengukur
kemutakhiran kita juga bisa melihat tanggal terakhir sebuah situs Web itu diperbarui dan taut yang
disajikannya masih berfungsi. Perlu juga memastikan bahwa dokumen yang kita dapatkan adalah edisi
terakhir. Sehingga dalam kita perlu menyimak lebih dalam waktu dokumen itu dibuat, dipasang di web,
waktu mendapatkan hak cipta. Untuk melihatnya, biasana penerbit menenpatkan pada footer.

5. Objektivitas
Objektivitas berarti semua unsur persoalan digambarkan secara adil, tanpa adanya propaganda atau
kelalaian yang menyesatkan, meskipun hal yang satu ini tidak mudah diditeksi, jika kita tidak menguasai
topik. Untuk melihat objektivitas sebuah dokumen kita perlu melihat tujuan penulisan, atau keinginan
penulis untuk tujuan-tujuan subjektif atau untuk mempropagandakan produk atau pelayanan tertentu.
Bisa saja informasi itu membujuk kita tentang kebenaran pendapat tentang suatu masalah yang
kontroversial. Organisasi yang menerbitkannya juga berpotensi bias (berat sebelah), jika organisasi
tersebut mempunyai kepentingan komersial, ideologis, atau politik.

Kepentingan tersebut, dapat berdampak pada penyajian dokumen, misalnya hanya menampilkan bukti-
bukti yang mendukung pernyataannya saja. Dalam sebuah artikel pembahasan yang berat sebelah itu
bisa saja dituliskan secara tersirat dan ini perlu kita cermati. Bisa saja tulisan itu berupa fakta, opini,
lelucon atau tulisan bernada sinis, dan hal-hal ini dapat mempengaruhi objektivitas sebuah informasi.

6. Pemanfaatan

Dalam dunia akademis, jenis informasi primer bergantung pada disiplin keilmuan yang diimani
seseorang. Misalnya sebuah artikel di majalah yang melaporkan pengurangan konsumsi energi dengan
menggunakan lampu neon compact, dapat digolongkan pada sumber sekunder, sedangkan artikel riset
tentang neon jenis ini adalah sumber primer. Namun jika kita mengkaji bagaimana lampu neon disajikan
di media populer, artikel itu dianggap sebagai sumber primer. Sumber tersier berisi informasi hasil
pemampatan dan pengumpulan sumber primer dan sekonder. Misalnya Almanak, bibliografi, direktori,
buku panduan, indeks abstrak, buku ajar, dsb. Sumber-sumber tersebut di atas perlu kita lihat untuk
merumuskan sebuah pertanyaan riset dalam karya tulis ilmiah.

Link : http://kitabersamauntukmaju.blogspot.com/2014/12/evaluasi-sumber-tercetak-dan-
elektronik.html

Anda mungkin juga menyukai