TUGAS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan Daerah
OLEH :
NAMA KELOMPOK :
STANDAR BELANJA 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,kami mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang
telah melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Standar Belanja Daerah”.
Adapun makalah tentang Standar Belanja Daerah ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan, menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki masalah ini.
Penulis
STANDAR BELANJA 2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN
1. Biaya Standar (Standard Cost) 6-12
2. Biaya Standar dan Anggaran 12-13
DAFTAR PUSTAKA 15
STANDAR BELANJA 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu fungsi APBD adalah sebagai alat perencanaan bagi eksekutif
untuk mengendalikan belanja. Pengendalian belanja ini salah satu
instrumennya adalah melalui penetapan standar biaya yang dalam hal ini
mencakup dua hal yaitu biaya standar per unit input dan biaya standar per
kegiatan. Dalam sistem anggaran kinerja yang diterapkan pada era otonomi
sekarang ini ,biaya standar per unit input disebut Standar Satuan Harga (SSH)
dan biaya standar per kegiatan disebut Analisis Standar Belanja (ASB).
Penetapan biaya standar atau standar belanja ini sangat penting kaitannya,
untuk pengendalian APBD dari aspek pengeluaran. Biaya standar atau standar
harus disusun sedemikian rupa sehingga bisa digunakan sebagai tolok ukur
apakah pengeluaran anggaran sudah sesuai dengan yang distandarkan
sebelumnya atau tidak . Apabila realisasi belanja berbeda dengan anggaran
belanja maka harus diteliti lebih lanjut apa penyebab terjadinya perbedaan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah:
a. Pengertian biaya standar (standard cost) ?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis membuatnya yaitu bertujuan untuk
memenuhi Tugas kuliah Manajemen Keuangan Negara dan Daerah. Dan juga
STANDAR BELANJA 4
penulis membuat makalah ini, membantu para pembaca untuk mengetahui
lebih dalam lagi mengenai Standar Belanja Daerah sehingga para pembaca
tidak hanya membaca saja tetapi berharap untuk lebih mengetahui apa
pengertian biaya, belanja dan pengeluaran, konsep biaya/belanja, dan
klasifikasi biaya/belanja.
STANDAR BELANJA 5
BAB II
PEMBAHASAN
STANDAR BELANJA 6
1) Biaya Standar sebagai Alat Perencanaan Anggaran
Biaya standar memiliki peran penting dalam perencanan anggaran yaitu
sebagai pedoman bagi setiap satuan kerja untuk mengisi Rencana Kerja
dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), terutama
RKA-SKPD 2.1 dan RKA-SKPD 2.2.1 RKA-SKPD 2.1 adalah Rincian
Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat Daerah,
sedangkan RKA-SKPD 2.2.1 adalah Rincian Anggaran Belanja Langsung
Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Biaya Standar selain sebagai pedoman bagi SKPD juga digunakan oleh
Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk mengevaluasi RKA-
SKPD yang diajukan oleh masing masing SKPD . Tim Anggaran
Pemerintah Daerah berkepentingan untuk memastikan bahwa
penyusunan RKA-SKPD sudah menggunakan biaya standar yang
dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Daerah tentang Standar Satuan
Harga sehingga anggaran yang disusun ekonomis dan efisien.
STANDAR BELANJA 7
maka kinerjanya dinilai baik karena berarti mampu melakukan
efisiensi. Sebaliknya jika realisasi biaya lebih tinggi dari biaya yang
dianggarkan maka kinerjanya dinilai kurang baik karena dimungkinka
terjadi pemborosan anggaran. Setidak-tidaknya setiap SKPD harus
berupaya agar realisasi biaya tidak melampaui biaya standar yang
ditetapkan dalam anggaran.
STANDAR BELANJA 8
b. Analisis Standar Belanja (ASB) yaitu biaya standar untuk setiap
jenis kegiatan, misalnya biaya standar peyelenggaraan kegiatan
workshop,sosialisas,bimbingan teknis ,penyususnan laporan
keunagan, penyediaan atau pengadaan barang dan jasa, dan
sebagainya. ASB digunakan sebagai landasan penyusunan dan
pelaksaaan anggaran suatu kegiatan. Tujuan ASB tersebut adalah
untuk menentukan kewajaran belanja suatu kegiatan.ASB dihitung
dengan cara mengalikan standar volume per rincian objek belanja
suatu kegiatan denga Standar Satuan Harga yang ditetapkan. Untuk
menyusun ASB suatu kegiatan, beberapa hal harus diidentifikasi
yaitu : 1) apa saja kebutuhan belanja kegiatan,2) tahapan
pelaksanaan kegiatan ,dan 3) target kinerja kegiatan. Hal paling
utama dalam penyusunan ASB ini adalah ketpatan dalam
melakukan estimasi volume kegiatan yang wajar. Standar volume
ini sangat terkait dengan target kinerja yang ditetapkan. Jika target
kinerja suatu kegiatan dinaikkan maka standar volume juga akan
naik. Demikia juga sebaliknya, jika target kinerja diturunkan maka
standar volume juga akan turun. Oleh karena itu, biasaya dibuat
suatu kisaran standar volume minimal dan maksimal. Standar
volume tersebut kemudian dikalikan dengan Standar Satuan
Harga . Hasil totalnya merupakan ASB kegiatan bersangkutan.
Adapun metode penyusunan ASB hingga saat makalah ini ditulis
belum ada pedoman baku dari pemerintah pusat. Daerah
dipersilakan menyusun ASB apapun pendekatannya yang penting
dapat digunakan untuk mengevaluasi kewajaran belanja suatu
kegiatan.
c. Biaya/Tarif Standar Nasional yaitu biaya standar yang sudah
ditetapkan oelh pemerintah pusat melalui peraturan perundangan
yang harus diakui daerah misalnya standar gaji dan tunjangan
PNS ,belanja perjalanan dinas luar daerah atau luar negeri, standar
STANDAR BELANJA 9
harga satuan bangunan gedung Negara, standar harga satuan
bangunan jalan dan jembatan, dan sebagainya.
d. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE) yaitu
perkiraan biaya atau harga yang wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan atas kegiatan pengadaan barang atau jasa
pada instansi pemerintahan. HPS memberikan beberapa manfaat
bagi pemerintah daerah ,yaitu :
Sebagai dasar untuk menilai kewajaran harga penawaran yang
disampaikan pihak penyedia
Sebagai dasar bagi penetapan nilai nominal jaminan penawaran
Sebagai patokan dalam hal seluruh penawaran di atas pagu
anggaran
Sebagai alat untuk menghindari korupsi dalam pengadaan
barang dan jasa
Sebagai bahan perhitungan penyesuaian harga
Sebagai acuan dalam negosiasi harga ada pda proses
penunjukkan langsung atas pengadaan jasa konsultansi
STANDAR BELANJA 10
g) Survei kondisi lapangan
h) Harga satuan paket kontrak sejenis sebelumnya yang sedang
berjalan dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya
i) Perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/Engineers Estimate
(EE)
j) Harga Satuan kontrak terkait.
k) Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang seperti :
Harga Satuan Umum dan Harga Satuan Jasa Konsultansi
yang dikeluarkan Departemen Keuangan
Harga Satuan Pokok Kegiata di tingkat pusat yang
diterbitkan Departemen terkait
Harga Satuan Pokok Kegiatan di tingkat
provinsi/kabupaten/kota yang diterbitkan pemda
propinsi/kabupaten/kota
Harga Satuan Bangunan Gedung Negara oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota
Biaya standar dan anggaran merupakan dua hal yang saling terkait. Biaya
standar digunakan untuk menentukan biaya per unit, sedangkan anggaran
digunakan untuk menentukan seluruh belanja yang akan terjadi selama satu
periode tertentu.Dengan demikian biaya standar merupakan salah satu rincin
dari anggaran. Oleh karena itu, idealnya biaya standar baik berupa SSH, ASB,
atau biaya standar dari pusat harus ditetapkan terlebih dahulu sebagai
pedoman untuk penyusunan anggaran. Tanpa adanya biaya standar
tersebutpenyusunan anggaran kurang mencerminkan prinsip value for money
(ekonomis, efisien, dan efektif) dan bisa terjebak pada praktik mark up
anggaran.
STANDAR BELANJA 11
Selisih (Varians)
Ada beberapa selisih yang terjadi pada unsure belanja dan sebab sebab
terjadinya.
STANDAR BELANJA 12
Idealnya penyusunan biaya standar sudah didasarkan pada perhitungan dan
estimasi estimasi yang tepat, realistis, dan rasional dengan memperhitungkan
semua faktor yang mempengaruhi seperti kenaikan harga harga barang, tariff
upah dan biaya biaya lain di masa yang akan datang. Dalam menyusun
perkiraa biaya perlu terlebih dahulu dilakukan pengkajian atas biaya masa lalu
sebagai pertimbangan, serta memperhitungkan dan memperkirakanhal hal
yang akan atau mungkin terjadi di masa depan. Namun demikian, walaupun
sudah diupayakan secara maksimal,tetapi apabila dalam implementasi
anggaran ternyata biaya standar yang ditetapkan kurang tepat, maka biaya
standar perlu diperbaiki atau disesuaikan . Tetapi perlu diperhatikan bahwa
sebisa mungkin jangan terlalu sering mengadakan penyusunan anggaran
perubahan. Sekali lagi, sebelum diadakan penyesuaian sebaliknya diadakan
penyelidikan apakah standarnya yang kurang tepat ataukah pelaksanaannya
yag kurang baik. Jika masalahnya bukan pada standarnya, tetapi pada
pelaksanaannya maka tidak perlu dilakukan biaya standar.
STANDAR BELANJA 13
BAB III
KESIMPULAN
Pada tahap pengukuran kinerja dan evaluas kinerja anggaran, pemerintah perlu
membandingkan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya untuk
mengetahui ada tidaknya selisih (varians) anggaran. Terdapat dua jenis selisih
anggaran yaitu selisih menguntungkan (favorable variance) dan selisih merugikan
(unfavorable variance). Analisis varians tersebut penting untuk menentukan
tindakan manajemen pemerintah daerah yang harus dilakukan.
STANDAR BELANJA 14
DAFTAR PUSTAKA
STANDAR BELANJA 15