Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STANDAR BELANJA

Disusun oleh:

Anggota Kelompok 10

Afan Fernando (17043090)

Arifah Wulandari Marta (17043100)

Athala Rania Asyyira (17043101)

Dosen Pengampu:

Dewi Pebriyani,S.E.,M.Si

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena atas


berkat dan ridhoNyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah dengan judul Standar Belanja ini disusun untuk memenuhi tugas
Manajeman Keuangan Daerah.
Penyusun juga menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna pada saat ini
ataupun dikemudian hari. Penyusun menyadari masih adanya kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, mudah-mudahan dengan adanya kekurangan tersebut
penulis ataupun pembaca dapat memperbaikinya dengan memberikan kritik dan
saran sehingga akan ada kemajuan yang lebih baik dari sebelumnya.

Padang,November 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu fungsi APBD adalah sebagai alat perencanaan bagi eksekutif
untuk mengendalikan belanja. Pengendalian belanja ini salah satu
instrumennya adalah melalui penetapan standar biaya yang dalam hal ini
mencakup dua hal yaitu biaya standar per unit dan biaya standar per kegiatan.
Penerapan biaya standar ini sangat penting kaitannya untuk pengendalian
APBD dari aspek pengeluaran. Biaya standar harus disusun sedemikian rupa
sehingga bisa digunakan sebagai tolok ukur apakah pengeluaran anggaran
sudah sesuai dengan yang distandarkan. Apabila realisasi belanja berbeda
dengan anggaran belanja maka harus diteliti lebih lanjut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud biaya standar ?
2. Apakah yang dimaksud biaya standard an anggaran?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui biaya standar
2. Untuk mengetahui biaya standar dan anggaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIAYA STANDAR

Biaya standar adalah pengukuran dari elemen-elemen biaya yang


seharusnya terjadi untuk melakukan suatu kegiatan atau membuat satu unit
produk. Standar mempunyai arti pokok acuan, pedoman, benchmark, atau
tolak ukur. Dengan demikian biaya standar dapat diartikan sebagai patokan
atau acuan biaya yang ditentukan di tahap perencanaan untuk mengukur
pelaksanaan (implementasi) biaya sesungguhnya. Biaya standar harus disusun
secara cermat dengan memperthitungkan semua factor yang mempengaruhi
penyusunan biaya standar, baik factor internal maupun eksternal. Penyusunan
biaya standar tidak harus sangat ketat namun juga jangan terlalu longgar.
Penyusunan biaya standar yang terlalu ketat dapat mengurangi fleksibelitas
anggaran saat implementasi apabila terjadi perubahan signifikan terkait
dengan perubahan lingkungan makro dan asumsi anggaran. Selain itu, biaya
standar yang terlalu ketat berpotensi menurunkan motivasi pegawai untuk
mencapai target anggaran. Namun sebaliknya, biaya standar yang terlalu
longgar juga kurang sesuai dengan tujuan efisiensi anggaran dan mendorong
terjadinya moral hazard pegawai untuk memboroskan anggaran.

1. Manfaat Biaya Standar

Manfaat dari penetapan biaya standar adalah sebagai berikut :

a. Sebagai alat perencanaan anggaran

Biaya standar memiliki peran penting dalam perencanaan


anggaran, yaitu sebagai pedoman bagi setiap satuan kerja untuk mengisi
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-
SKPD), terutama RKA-SKPD 2.1 dan RKA-SKPD 2.2 1. RKASKPD 2.1
adalah rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja Perangkat
Daerah, sedangkan RKA-SKPD 2.2 1 adalah rincian Anggaran Belanja
Langsung Menurut Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat
Daerah.

Biaya staandar selain sebagai pedoman bagi SKPD juga digunakan


oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk mengevaluasi
RKA-SKPD yang diajukan oleh masing-masing SKPD. Tim Anggaran
Pemerintah Daerah berkepentingan untuk memastikan bahwa penyusunan
RKA-SKPD sudah menggunakan biaya standar yang dituangkan dalam
Surat Keputusan Kepala Daerah tentang Standar Satuan Harga sehingga
anggaran yang disusun ekonomis dan efisien.

b. Sebagai alat pengawasan pelaksanaan anggaran

Biaya standar juga dapat digunakan sebagai alat pengawasan


pelaksanaan anggaran, yaitu untuk memastikan bahwa pelaksanaan
anggaran telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Auditor
berkepentingan untuk memeriksa apakah entitas yang dia audit telah
melaksanakan anggaran sesuai dengan biaya standar yang telah ditetapkan,
apakah terjadi penyimpangan atau mark up biaya.

c. Sebagai alat pengukuran kinerja

Biaya standar dapat digunakan sebagai alat untuk pengukuran


kinerja, yaitu dengan cara membandingkan biaya standar yang
dianggarkan dengan realisasinya atau lebih popular disebut analisis varian.
Secara umum, dalam arti tidak terdapat kejadian luar biasa, jika realisasi
biaya ternyata lebih rendah dibandingkan biaya yang di anggarkan maka
kinerjanya dinilai baik karena berarti mampu melakukan efisiensi.
Sebaliknya jika realisasi biaya lebih tinggi dari biaya yang dianggarkan
maka kinerjanya dinilai kurang baik karena dimungkinkan terjadi
pemborosan anggaran. Setidak-tidaknya setiap SKPD harus berupaya agar
realisasi biaya tidak melampau biaya standar yang ditetapkan dalam
anggaran.

2. Jenis Biaya Standar


Beberapa biaya standar yang dapat digunakan dalam menyusun
APBD adalah sebagai berikut:
a. Standar Satuan Harga (SSH),

yaitu biaya standar per unit input. Standar Satuan Harga


digunakan sebagai biaya standar dalam penyusunan dan pelaksanaan
anggaran. SSH dapat digunakan untuk penetapan biaya standar pada :

 Biaya sewa peralatan, kendaraan, dan gedung


 Belaanja bahan pakai habis
 Balanja gaji, honorarium, upah, uang lembur, dan
tunjangan
 Belanja bahan/material
 Belanja cetak dan penggandaan
 Belanja makan dan minum
 Belanja pejalanan dinas
 Belanja pakaian seragam kerja
 Belanja beasiswa pendidikan PNS

Untuk penentuan Standar Satuan Harga dapat digunakan beberapa


metode, antara lain survey harga pasar, study banding, wawancara,
browsing via internet, dan sebaginya. Untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya perubahan harga nanti saat implementasi
anggaran perlu juga ditambahkan factor penyesuaian dari harga paling
ekonomis yang diperoleh.

b. Analisis Standar Belanja (ASB)


yaitu biaya stnadar untuk setiap jenis kegiatan, misalnya biaya
standar penyelenggaraan kegiatan workshop, sosialisasi, bimbingan
teknis, penyusunan laporan keuangan, penyediaan atau pengadaan
barang dan jasa, dan sebagainya. ASB digunakan sebagai landasan
penyusunan dan pelaksanaan anggaran suatu kegiatan. Tujuan ASB
tersebut adalah untuk menentukan kewajaran belanja suatu kegiatan.
ASB dihutung dengan cara mengalikan standar volume per rincian
objek belanja suatu kegiatan denga Standar Satuan Harga yang
ditetapkan. Untuk menyusun ASB suatu kegiatan, beberapa hal harus
diidentifikasi yaitu:
1. Apa saja kebutuhan belanja kegiatan
2. Tahapan pelaksanaan kegiatan
3. Target kinerja kegiatan

Hal paling utama dalam penyusunan ASB ini adalah ketepatan


dalam melakukan estimasi volume kegiatan yang wajar. Standar
volume ini sangat terkait dengan target kinerja yang ditetapkan.
Jika target kinerja suatu kinerja dinaikkan maka standar volume
juga akan naik. Demikian juga sebaliknya, jika target kinerja
diturunkan maka standar volume juga akan turun. Oleh karena itu,
biasanya dibuat sebuah kisaran standar volume minimal dan
maksimal. Standar volume tersebut kemudian dikalikan dengan
Standar Satuan Harga. Hail totalnya merupakan ASB kegiatan
bersangkutan.

c. Biaya Tarif Standar Nasional


yaitu biaya standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah pusat
melalui peraturan perundangan yang harus diikuti daerah, misalnya
standar gaji dan tunjangan PNS, belanja perjalanan dinas luar daerah
atau luar negeri, standar satuan harga bangunan gedung Negara,
standar harga saruan bangunan jalan dan jembatan, dan sebagainya.
d. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau Owners Estimate (OE)
yaitu perkiraan biaya atau harga yang wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan atas kegiatan pengadaan barang/jasa pada
instansi pemerintahan. HPS memberikan beberapa mamfaat bagi
pemerintah daerah, yaitu:
 Sebagai dasar untuk menilai kewajaran harga penawaran
yang disampaikan pihak penyedia
 Sebagai dasar bagi penetapan nilai nominal jaminan
penawaran
 Sebagai patokan dalam hal seluruh penawaran di atas pagu
anggaran
 Sebagai alat untuk menghindari korupsi dalam pengadaan
barang dan jasa
 Sebagai bahan perhitungan penyesuaian harga
 Sebagai acuan dalam negosiasi harga pada proses
penunjukkan lansung atas pengadaan jasa konsultasi.

Cara membuat HPS dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:


a. Menentukan secara jelas jenis pekerjaan yang akan dibuat OE/HPS
b. Menetapkan asumsi-asumsi
c. Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan:
a) DPA-SKPD (Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD)
b) Analisis Harga Satuan( Rencana Anggaran Biaya/RAB)
bersangkutan sewaktu pengajuan anggaran
c) Harga satuan upah setempat
d) Harga satuan dasar bahan dan sewa alat setempat
e) Informasi biaya yang dipublikasikan secara resmi oleh
pemerintah daerah, asosiasi terkait, pabrikan, dan dari instansi
berwenang serta sumber data yang dapat
dipertanggungjawabkan
f) Daftar biaya/tariff barang/jasa yang ditetapkan pemerintah
g) Survei kondisi lapangan
h) Harga satuan paket kontrak sejenis sebelumnya yang sedang
berjalan dengan mempertimbangkan factor perubahan biaya
i) Perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan /Engineers
Estimate (EE)
j) Harga satuan kontrak terdekat
k) Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang seperti:
− Harga satuan umum dan Harga Satuan Jasa Konsultasi yang
dikeluarkan Separtemen Keuangan
− Harga Satuan Pokok Kegiatan di tingkat pusat yang
diterbitkan Departemen terkait
− Harga Satuan Pokok Kegiatan di tingkat
Provinsi/kabupaten /kota yang diterbitkan PEMDA
provinsi/kabupaten/kota
− Harga Satuan Bangunan Gedung Negara oleh Pemerintak
Kabupaten/Kota.

B. BIAYA STANDAR DAN ANGGARAN


Biaya stadar dan anggaran merupakan dua hal yang saling terkait.
Biaya standar digunakan untuk menentukan biaya per unit, sedangkan
anggaran digunakan untuk menentukan seluruh belanja yang akan terjadi
selama satu periode tertentu. Dengan demikian biaya standar merupakan
salah satu rincian dan anggaran. Oleh karena itu, idealnya biaya standar
baik berupa SSH, ASB, atau biaya standar dari pusat harus ditetapkan
terlebih dahulu sebagi pedoman untuk penyusunan anggaran. Tanpa
adanya biaya standar tersebut penyusunan anggaran kurang mencerminkan
prisip value for money (ekonomis, efisien, dan efektif), dan bisa terjebak
pada praktik mark up anggaran.
1. Selisih Varians
Perbedaan antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya
disebut selisih(varians). Terdapat dua jeni selisih anggaran, yaitu
selisih menguntungkan (favorable variance) dan selisih merugikan
(unfavorable variance). Selisih menguntungkan terjadi apabila biaya
sesungguhnya lebih besar daripada biaya standar, sedangkan selisih
merugikan terjadi apabila biaya sesungguhnya lebih besar daripada
biaya standar. Terjainya selisih antara biaya standar dengan biaya
sesungguhnya harus dievaluasi kaitannya dengan factor apa yang
menjadi penyebab terjadinya selisih tersebut dan apakah selisih
tersebut signifikan ataukah dapat ditoleransi. Terjadinya selisih belanja
bisa disebabkan karena adanya selisih harga atapun selisih volume
(kuantitas).
Ada beberapa selisih yang terjadi pada unsur belanja dan sebab-sebab
terjadinya.
a. Selisih pada belanja tidak lansung, meliputi:
 Selisih belanja pegawai
 Selisih belanja bunga
 Selisih belanja subsidi
 Selisih belanja bantuan social
 Selisih belanja bantuan keuangan
 Selisih belanja tidak terduga
b. Selisih pada belanja lansung, meliputi:
 Selisih belanja pegawai
 Selisih belanja barang
 Selisih belanja modal

2. Penyesuaian Biaya Standar


Idealnya penyusunan biaya standar sudah didasarkan pada
perhitungan dan estimasi-estimasi yang tepat, realitas, dan rasional
dengan memperhitungkan semua factor yang menpengaruhi seperti
kenaikan harga-harga barang, tarif upah dan biaya-biaya lain si masa
yang akan datang. Dalam menyusun perkiraan biaya perlu terlebih
dahulu dilakukan pengkajian atas biaya masa lalu sebagai
pertimbangan, serta memperhitungkan dan memperkirakan hal-hal
yang akan atau mungkin tejadi di masa depan. Namun demikian,
walaupun sudah diupayakn secara maksimal, tetapi apabila dalam
implementasi anggaran ternyata biaya standar yang ditetapkan kurang
tepat, maka biaya standar perlu diperbaiki atau disesuaikan. Tetapi
perlu diperhatikan bahwa sebisa mungkin jangan terlalu sering
mengadakan penyesuaian standar, Penyesuaian dapat dilakukan ketika
akan dilakukan penyusunan anggaran perubahan. Sekali lagi, sebelum
diadakan penyelidikan apakah standarnya yang kurang tepat ataukah
pelaksanaannya yang kurang baik.Jika maslahnya bukan pada
standarnya, tetapi pada pelaksaannya maka tidak perlu dilakukan
perubahan biaya standar.
BAB III
KESIMPULAN

Biaya standar adalah pengukuran dari elemen-elemen biaya yang


seharusnya terjadi untuk melakukan suatu kegiatan atau membuat satu unit
produk. Standar mempunyai arti pokok acuan, pedoman, benchmark, atau
tolak ukur. Dengan demikian biaya standar dapat diartikan sebagai patokan
atau acuan biaya yang ditentukan di tahap perencanaan untuk mengukur
pelaksanaan (implementasi) biaya sesungguhnya
Biaya stadar dan anggaran merupakan dua hal yang saling terkait.
Biaya standar digunakan untuk menentukan biaya per unit, sedangkan
anggaran digunakan untuk menentukan seluruh belanja yang akan terjadi
selama satu periode tertentu. Dengan demikian biaya standar merupakan salah
satu rincian dan anggaran.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmudi (2009) “Manajemen Keuangan Daerah” Buku Seri


Membudayakan Akuntabilitas Publik, Yogyakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai