Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TAFSIR AYAT TENTANG RIBA DAN


IMPLIKASINYA BAGI PEREKONOMIAN

untuk memenuhi tugas


Disusun Mata Kuliah : Tafsir Ayat Ekonomi
Dosen Pengampu : Ulul Azmi

Disusun Oleh:
1. Anisa Purnama Sari (2103020002)
2. Nur Cahyati (2103020026)
3. Novtia Handayani (2103021028)

KELAS C
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Tafsir ayat tentang riba dan Implikasinya bagi perekonomian" ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Ulul Azmi pada mata kuliah Tafsir ayat ekonomi. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang "Tafsir ayat tentang riba dan
implikasinya bagi perekonomian" bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Ulul Azmi, selaku dosen
Mata Kuliah Tafsir ayat ekonomi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, 22 maret 2022

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
ABSTRAK............
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Tafsir ayat tentang riba...........................................................................2
B. Riba dan Implikasinya bagi Perekonomian…........................................4
C. Dampak Riba bagi Perekonomian dan Kehidupan Ekonomi….............6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................8
B. Saran.......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

iii
ABSTRAK

Dari beberapa aspek pembuktian, dinyatakan bahwa riba dengan segala macam
bentuknya termasuk bunga dalam sistem perbankan modern adalah haram. Allah
jelas telah membedakan antara jual beli dan riba, yang dianggap oleh para kaum
kafir adalah sebuah kesamaan transaksi. Praktik riba dalam kehidupan
masyarakat, terselubung dalam berbagai macam bentuk yang secara garis besar
dibedakan menjadi dua macam yaitu riba utang piutang dan jual beli. Dan dampak
buruk praktik riba ini telah dirasakan oleh masyarakat luas dari berbagai aspek,
baik dari aspek moral, sosial maupun ekonomi. Oleh karenanya perlu dilakukan
pemerangan terhadap praktik-praktik yang mengandung unsur ribawi. Dan pada
ketentuan yang telah termaktub dalam Alqur’an perlu dianalisis sebagai dasar
kerangka pemikiran para ulama dan ekonom muslim dengan corak kajian tematik
linguistik.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Permasalahan riba merupakan permasalahan yang telah lama dibahas, tidak
hanya oleh umat Islam, melainkan juga umat-umat terdahulu. Sekitar 25 abad
silam atau empat abad sebelum Masehi, dua filsuf Yunani, Plato (427-347
SM) dan Aristoteles (384-322 SM) telah mengecam praktik riba. Menurut
Plato, sistem riba telah menye babkan perpecahan dan perasaan tidak puas
dalam masyarakat ser ta menjadi alat eksploitasi orang kaya terhadap orang-
orang miskin. Sementara itu, Aristoteles menyatakan bahwa uang adalah
medium of exchange (media pertukaran) sehingga tidak diperkenankan mem
peranakkan uang Pada masa Romawi, sekitar abad V sebelum Masehi hingga
abad IV Masehi, terdapat undang-undang yang membenar kan penduduknya
mengambil riba sampai batas maksimum yang di perbolehkan Praktik tersebut
dikecam oleh dua filsuf Romawi, Cato (234-149 SM) dan Cicero (106-43
SM).

Dua agama samawi Yahudi dan Kristen juga melarang praktik ini. Dalam
kitab Perjanjian Lama dan Undang-Undang Talmud disebut kan dengan jelas

2
larangan praktik riba bagi orang-orang Yahudi baik berupa uang maupun
makanan. Sementara itu, kitab Perjanjian Baru milik Kristiani tidak
menyebutkan permasalahan ini dengan jelas se hingga muncul berbagai
tanggapan dan tafsiran dari para pemuka Kristen tentang boleh tidaknya orang
Kristen mempraktikkan peng ambilan riba. Para pendeta awal Kristen (abad I
sd. XII) melarang praktik riba dengan merujuk kepada kitab Perjanjian Lama
yang juga mereka imani. Pada abad XII s.d. XVI, seiring dengan
perkembangan ekonomi dan perdagangan, para sarjana Kristen membedakan
antara interest dan usury. Interest diperbolehkan, sedangkan usury adalah riba
yang berlebihan. Namun, setelah abad XVI, beberapa sarjana Kristen
mendesak diperbolehkannya praktik riba."1
Riba ialah kasus klasik yang tidak asing lagi untuk umat Islam serta pula
umat-umat terdahulu. Apalagi filusuf Yunani kuno Plato serta Aristoteles juga
sudah mengancam tentang aplikasi riba. Sebab baginya, sistem riba sudah
menyebabkan perpecahan serta jadi perlengkapan buat pengeksploitasian
kalangan kaya terhadap kalangan miskin.1 Tetapi berusia ini, pembicaraan
menimpa riba sudah mengundang polemik di golongan para ulama. Karena
status keharaman hukumnya telah sangat jelas. Namun dengan kemunculan
perkara riba yang dipersepsikan selaku bunga bank masih jadi polemik antara
ulama. Serta tiap-tiap senantiasa berikeras pada pendiriannya. Hingga penulis
disini mau menguak konsep riba yang sudah termaktub dalam Al-quran serta
implikasinya untuk dunia perekonomian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tafsir ayat tentang riba?
2. Bagaimana implikaksinya dalam perekonomian?
3. Bagaimana dampak Riba bagi Perekonomian dan Kehidupan Ekonomi ?

C. Tujuan

1
Abdul Wahid Al-Faizin, Nashr Akbar, Tafsir Ekonomi Kontemporer, (Jakarta: Madani
Publising, 2010), hlm. 76.
3
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah selain untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua
mahasiswa pada umumnya mampu memahami tafsir ayat tentang riba dan
implikasinya bagi perekonomian.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tafsir ayat tentang riba


1. QS: Al-Baqarah:275-279
Ayat 275 : ‫لذين يأكلون الربوا ال يقومون اال كما يقوم الذي يتخبطه الشيطن من‬
‫المس ذلك بانهم قالوا انما البيع مثل الربوا واحل هللا البيع وحرم الربوا فمن جاءه موعظة من ربه‬
‫فانتهى فله ما سلف وامره الى هللا ومن عاد فاولىك اصحب النار هم فيها خلدون‬
Artinya: Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Ayat 276 : ‫ار َأثِ ٍيم‬ ِ َ‫ص َد ٰق‬


ٍ َّ‫ت ۗ َوٱهَّلل ُ اَل ي ُِحبُّ ُك َّل َكف‬ َّ ‫ق ٱهَّلل ُ ٱل ِّربَ ٰو ۟ا َويُرْ بِى ٱل‬
ُ ‫يَ ْم َح‬
Artinya: Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa.

Ayat 277 : ‫ت َواَقَا ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتَ ُوا ال َّز ٰكوةَ لَهُ ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ۚ ْم‬ ّ ٰ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُوْ ن‬
ٌ ْ‫َواَل َخو‬
Artinya: Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan,
melaksanakan salat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.

4
Ayat 278 : َ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو َذرُوْ ا َما بَقِ َي ِمنَ الرِّ ٰب ٓوا اِ ْن ُك ْنتُ ْم ُّمْؤ ِمنِ ْين‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.

ْ ‫ب ِّمنَ هّٰللا ِ َو َرسُوْ لِ ٖ ۚه َواِ ْن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم رُ ءُوْ سُ اَ ْم َوالِ ُك ۚ ْم اَل ت‬


Ayat 279 : َ‫َظلِ ُموْ ن‬ ٍ ْ‫فَا ِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلُوْ ا فَْأ َذنُوْ ا بِ َحر‬
َ‫ظلَ ُموْ ن‬ْ ُ‫َواَل ت‬
Artinya: Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang
dari Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak
atas pokok hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak
dizalimi (dirugikan).

2. QS: An-Nisa': 29
‫ْأ‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
‫اض ِّم ْن ُك ْم َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا‬
‫اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.

4. QS: Ar-Ruum: 39
‫هّٰللا‬ ٰ ‫اس فَاَل يَرْ بُوْ ا ِع ْن َد هّٰللا ِ ۚ َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن‬ ۟
ِ َ‫زَكو ٍةتُ ِر ْي ُدوْ نَ َوجْ ه‬ ِ َّ‫َو َمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم ِّم ْن رِّ بًا لِّيَرْ بُ َوا فِ ْٓي اَ ْم َوا ِل الن‬
ٰۤ ُ
َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُوْ ن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫فَا‬
Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta
manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
memperoleh keridaan Allah, maka itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya).

5. QS: Ali Imron: 130


َ‫ض َعفَةً ۖوَّاتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ۚن‬
ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُوا الرِّ ٰب ٓوا اَضْ َعافًا ُّم‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

5
Dari sebagian ayat di atas kita dapat mengenali kata kunci yang merujuk
uraian tentang riba, ialah: kalimat َ‫اإلربء‬ataupun ‫ الرب‬yang berarti bonus dari
suatu ataupun mengambil lebih banyak dari apa yang diberi. Penafsiran lain
secara bahasa riba ‫ رابية‬pula berarti berkembang serta membengkak.2 Serta
kalimat. Dan kalimat ‫ بلباطل‬yang berarti segala sesuatu yang diharamkan
atasnya seperti riba dan spekulasi atau judi dan sebagainya yang telah
diharamkan oleh Allah Swt.
Ayat-ayat di atas mencakup hukum riba, akad jual beli, ancaman bagi
yang menghalalkan riba dan orang yang bersikeras melakukan riba. Yang
merupakan ayat-ayat dalam surat Madaniyah yang diturunkan setelah hijrah
Nabi ke Madinah.
Sababun Nuzul dari ayat di atas QS Al-Baqarah 275-279 adalah Al Abas
dan Khalid bin Walid dua orang yang bekerjasama pada zaman Jahiliyah,
dengan memberikan pinjaman secara riba kepada beberapa orang suku Tsaqif.
Dan setelah kedatangan Islam mereka masih memiliki sisa riba dalam jumlah
yang besar. Lalu turunlah ayat tersebut untuk meninggalkan sisa-sisa riba.3
Dalam firman Allah orang yang makan (mengambil) -orang4 َ‫ٱلَّ ِذينَ يَْأ ُكلُون‬
‫ ٱل ِّربَو‬riba. Pada ayat ini terdiri dari mubtada’dari kalimat alladziina ya’kuluuna
dan khabar dari kalimat laa yaquumuuna, kata mengambil diibaratkan dengan
memakan, karena maksud sebenarnya dari pengambilan riba memang untuk
dimakan atau supaya bisa mengkonsumsi. Dan hal ini mencakup orang yang
mengambil dan yang memberikannya. Namun terkadang Al-qur’an
menyebutkannya untuk makna mengambil penghasilan yang haram tetapi
yang dimaksud riba pada ayat ini tidak sama dengan riba yang dikenal dalam
syariat Islam, melainkan mengandung arti harta yang diharamkan secara
keseluruhan.5 Sedangkan kata riba yang dikenal dalam syari'at Islam secara
garis besar ada dua bentuk, yaitu pertama pengharaman dalam bentuk waktu
2
Abu Ja'far At-Thobari, Jaami'ul Bayaan fii Ta'wiili-l-Qur'an, (Baghdad: Ar-Risalah,
2000)
3
Mu’ammal Hamidy, Iimron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuni,
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983), hlm. 322
4
QS: Al-Baqaarah (2:275)
6
(kredit), kedua adalah pengharaman pada sesuatu yang dilebihkan dalam suatu
transaksi atau mengenai makanan pokok. Adapun makna riba menurut
istilahnya adalah suatu tambahan harta tertentu pada transaksi pertukaran harta
dengan harta tanpa adanya iwadh (padanan yang dibenarkan menurut syari'at
Islam)."6

B. Riba dan Implikasinya bagi Perekonomian


Seperti yang telah termaktub dalam Al-Qur'an secara tegas menjelaskan
larangannya sekaligus laknat bagi para pelaku riba. Namun di zaman modern
ini ketika riba mulai dipersepsikan sama dengan bunga dalam sebuah lembaga
keuangan, maka perlu adanya analisa yang lebih mendalam terhadap ayat-ayat
yang berhubungan dengan riba. Menurut Muhammad Syahrur perlunya
membuat garis tegas terhadap empat hal yang menjadi titik perhatian:7
1. Pertama, riba berkaitan dengan sedekah. Kesimpulan yang diambil dari
Al Term riba diantonimkan ‫بتمحق هللا الربا ويربي الصدقات وهللا ال يحب كل كفار أييم‬
276 : Baqarah dengan shodaqoh. Dimana shodaqoh memiliki tiga
pengertian:8 sebagai pemberian harta kepada orang-orang fakir atau orang
yang membutuhkan tanpa disertai imbalan (semua bentuk pemberian),
identik dengan zakat seperti yang ada dalam nash QS At-Taubah: 60 yang
menjelaskan ashnaf yang berhak menerima zakat,
ِ ‫ب َو ْالغ‬
ِ َ‫َار ِمين‬ ِ ‫ين َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوبُهُ ْم َوفِي ال ِّرقَا‬
ِ ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِك‬
ُ َ‫ص َدق‬ َّ ‫نَّ َما ال‬
‫ضةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬ َ ‫َوفِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل ۖ فَ ِري‬
Dan shodaqoh merupakan sesuatu yang ma'ruf (baik dalam pandangan
syara'), berdasarkan hadist shahih riwayat Imam Muslim bahwa Nabi
bersabda: ‫ كالامعروفااصدقة‬Jika dikaitkan dengan perekonomian, maka kata
yurbii shodaqot dapat berarti pula menyuburkan tingkat ekonomi pemberi

5
Muhammad Ibrahim Al Hifnawi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),
hlm. 768-769.
6
Abdul Wahid Al-Faizin, Nashr Akbar, Op.Cit., hlm. 81
7
Maftukhin, Nuansa Studi Islam: Sebuah Pergulatan Pemikkiran, (Yogyakata: CV.
Sukses Offset, 2010), hlm. 158-159.
8
Abdul Wahid Al-Faizin, Nashr Akbar, Op.Cit., hlm. 123-124.
7
sedekah dan penerimanya, sehingga berdampak positif bagi kemajuan
ekonomi masyarakat dan negara diantaranya:9
1) Meningkatkan purchasing power
2) Meningkatkan produktivitas masyarakat dan mengurangi tingkat
pengangguran
3) Menciptakan keadilan distribusi kekayaan.
Dalam Al-Quran kata sedekah telah disebutkan sebanyak 20 kali,10
menyedekahkan sebagian harta kita untuk para fakir miskin, anak yatim,
para peminta minta dan orang yang terbelenggu oleh utang. Dengan cara
ini islam telah menunjukkan bahwa islam merupakan agama yang sangat
memeperdulikan masyarakat lapisan bawah, yang secara ekonomi mereka
memiliki kehidupan ekonomi yang sangat lemah. Menurut pendapat Suddi
(w 127 H-275 M) bahwa pada prinsipnya shadaqah diberikan kepada para
fakir,11
2. Kedua, riba berkaitan dengan zakat. Yang merupakan kesimpulan dari Ar
Rum: 39
‫وما آتيتم من ربا ليربو في أموال الناس فال يربو عند هللا وما آتيتم من زكاة تُريدون وجة هللا‬
‫فأولئك هم المضعفون‬
Dimana term riba dalam ayat ini dilawan dengan tern zakat, bahwa riba
tidak akan menambah apapun disisi Allah, sedangkan zakat akan
memberikan pahala yang berlipat ganda.
3. Ketiga, kaitannya dalam penetapan batas atas bagi bunga (profit sharing)
yang merupakan kesimpulan Al-Imran: 130
‫يا أيها الذين آمنوا ال تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة واتقوا هللا لعلكم تفلحون‬
Term adl’afan mudla’afan dimaknai sebvagai tambahan yang melebihi
100% dari nilai pokok. Implikasi dalam kehidupan adalah dalam
pembiayaan yang dilakukan oleh bank syari’ah tidak boleh meminta profit
sharing melebihi dari nilai pokok pinjaman. Jika tambahan 2 kali lipat dari
nilai pokok maka telah disebut riba.

9
Ibid, hlm. 126.
10
Saeed Abdullah, Bank Islam Dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 28.
11
Ibid , hlm. 46.
8
4. Keempat, adanya bunga 0% dalam pinjaman (qardh) yang disimpulkan
dariAl-Baqarah: 279
‫فإن لم تفعلوا فأذنوا بحرب من هللا ورسوله وإن تبتم فلكم رؤوس أموالكم ال تظلمون وال تظلمون‬
Term falakum ru'us amwalikum, bagimu pokok hartamu ditafsirkan
sebagai adanya pinjaman dengan bunga.

C. Dampak Riba bagi Perekonomian dan Kehidupan Ekonomi


Setiap muslim hendaknya meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT tidak
akan melarang atas sesuatu kecuali ada kemudhratan di dalamnya. Segala
sesuatu yang diperintahkan maupun dilarang olehNya mengandung hikmah
bagi manusia dan bukan sebaliknya untuk menyengsarakan. Dan salah satunya
adalah larangan terhadap praktik riba, yang sesungguhnya sudah dirasakan
dampak buruk riba pada kehidupan manusia di beberapa segi. Baik dari segi
moral, peradaban, sosial maupun ekonomi.
Beberapa dampak negative yang ditimbulkan oleh riba dalam
perekonomian, diantaranya:12
1. Eksploitasi kekayaan peminjam, dimana bunga menjadi alat eksploitatif
yang menguras kekayaan si peminjam dan kesulitan yang dihadapi
peminjam menjadi umpan empuk untuk mencari keuntungan orang-orang
kaya.
2. Monopoli sumber daya, dikarenakan adanya ketentuan suku bunga
membuat pinjaman pada perbankan memerlukan kepastian pengembalian.
Sehingga dana bank banyak mengalir kepada golongan orang kaya,
sedangkan masyarakat kecil sulit mendapatkan bagian pinjaman dari bank
untuk memulai usaha.
3. Mis-alocation dana, dari beberapa fakta di lapangan ditemukan bahwa
kredit yang didapatkan oleh golongan kaya tidak hanya dimanfaatkan
untuk investasi, melainkan bnyak yang digunakan untuk keperluan non
produktif, tidak bermanfaat bahkan spekulasi.
4. Menghambat tingkat produktifitas masyarakat, Sedangakan di lain sisi
para pengusaha kecil yang membutuhkan dana sebagai modal terbebani

12
Ibid, hlm. 112-116.
9
dengan bunga yang harus mereka bayar, padahal tidak selamanya usaha
yang dilakukan memperoleh keuntungan. Sehingga banyak dari
masyarakat kecil yang tidak berani memulai dan mengembangkan usaha
karena berat dengan risiko yang harus ditanggung.13
5. Mendorong inflasi, telah dibuktikan bahwa intrumen bunga dapat
meningkatkan cost of production. Dikarenakan bunga merupakan fixed
cost yang harus dibayar perusahaan yang sedikit banyak mempengaruhi
inflasi yang disebut cost push inflation.14
6. Decoupling antara sektor riil dan moneter, sistem bunga telah mendorong
para pemilik modal untuk menyimpan dananya pada perbankan, pasar
modal dan perdagangan surat-surat berharga lainnya. Sehingga uang yang
beredar di masyarakat semakin berkurang, uang yang seharusnya diserap
untuk sektor riil justru banyak terserap pada sektor moneter.
7. Instabilitas perekonomian, sebagai puncak akibat dari sistem bunga,
terbukti dengan banyaknya krisis yang melanda negara-negara maju
maupun negara berkembang.

BAB III
PENUTUP

13
Sudarsono Heri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007),
hlm. 21.
14
Yoyok Suyoto Arief, Op.Cit., hlm. 127.
10
A. Kesimpulan
Dari sebagian ayat di atas kita dapat mengenali kata kunci yang merujuk
uraian tentang riba, ialah: kalimat َ‫اإلربء‬ataupun ‫ الرب‬yang berarti bonus dari
suatu ataupun mengambil lebih banyak dari apa yang diberi. Dan kalimat ‫بلباطل‬
yang berarti segala sesuatu yang diharamkan atasnya seperti riba dan spekulasi
atau judi dan sebagainya yang telah diharamkan oleh Allah Swt. Ayat-ayat di
atas mencakup hukum riba, akad jual beli, ancaman bagi yang menghalalkan
riba dan orang yang bersikeras melakukan riba.
Namun terkadang Al-qur’an menyebutkannya untuk makna mengambil
penghasilan yang haram tetapi yang dimaksud riba pada ayat ini tidak sama
dengan riba yang dikenal dalam syariat Islam, melainkan mengandung arti
harta yang diharamkan secara keseluruhan. Sedangkan kata riba yang dikenal
dalam syari'at Islam secara garis besar ada dua bentuk, yaitu pertama
pengharaman dalam bentuk waktu (kredit), kedua adalah pengharaman pada
sesuatu yang dilebihkan dalam suatu transaksi atau mengenai makanan pokok.
Dimana shodaqoh memiliki tiga pengertian: sebagai pemberian harta kepada
orang-orang fakir atau orang yang membutuhkan tanpa disertai imbalan
(semua bentuk pemberian), identik dengan zakat seperti yang ada dalam nash
QS At-Taubah: 60 yang menjelaskan ashnaf yang berhak menerima zakat, ِ‫نَّ َما‬
ِ ‫غَار ِمينَ َوفِي َس·بِي ِل هَّللا‬ ِ ‫ب َو ْال‬ ِ ‫ين َو ْالعَا ِملِينَ َعلَيْهَا َو ْال ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُ··وبُهُ ْم َوفِي الرِّقَا‬
ِ ‫ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِك‬
ُ َ‫ص َدق‬
َّ ‫ال‬
‫يض··ةً ِمنَ هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬
َ ‫الس··بِي ِل ۖ فَ ِر‬
َّ ‫ َوا ْب ِن‬Dan shodaqoh merupakan sesuatu yang
ma'ruf (baik dalam pandangan syara'), berdasarkan hadist shahih riwayat
Imam Muslim bahwa Nabi bersabda: ‫كالامعروفااصدقة‬ Jika dikaitkan dengan
perekonomian, maka kata yurbii shodaqot dapat berarti pula menyuburkan
tingkat ekonomi pemberi sedekah dan penerimanya, sehingga berdampak
positif bagi kemajuan ekonomi masyarakat dan negara diantaranya:
Meningkatkan purchasing power Meningkatkan produktivitas masyarakat dan
mengurangi tingkat pengangguran Menciptakan keadilan distribusi kekayaan.
Yang merupakan kesimpulan dari Ar Rum: 39 ‫وما آتيتم من ربا ليربو في أموال الناس‬
‫ فال يربو عند هللا وم·ا آتيتم من زك·اة تُري·دون وج·ة هللا فأولئ··ك هم المض··عفون‬Dimana term riba
dalam ayat ini dilawankan dengan dengan term zakat, bahwa riba tidak akan

11
menambah apapun di sisi Allah, sedangkan zakat akan memberikan pahala
yang berlipat ganda.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

12
Abdul Wahid Al-Faizin, Nashr Akbar, 2010, Tafsir Ekonomi Kontemporer,
Jakarta: Madani Publising
Abu Ja'far At-Thobari, 2000, Jaami'ul Bayaan fii Ta'wiili-l-Qur'an, Baghdad: Ar-
Risalah
Mu’ammal Hamidy, Iimron A. Manan, 1983, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam
Ash-Shabuni, Surabaya: PT Bina Ilmu
Muhammad Ibrahim Al Hifnawi, 2007, Tafsir Al Qurthubi, Jakarta: Pustaka
Azzam
Maftukhin, 2010, Nuansa Studi Islam: Sebuah Pergulatan Pemikkiran,
Yogyakata:
CV. Sukses Offset
Saeed Abdullah, 2004, Bank Islam Dan Bunga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sudarsono Heri, 2007, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta:
Ekonisia

Footnote
1. Antonio, Bank Syari'ah dari Teori kepraktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001,
hlm. 1.
2. Abdul Wahid Al-Faizin, Nashr Akbar, Tafsir Ekonomi Kontemporer, (Jakarta:
Madani Publising, 2010), hlm. 76.
3. Abu Ja'far At-Thobari, Jaami'ul Bayaan fii Ta'wiili-l-Qur'an, (Baghdad: Ar-
Risalah, 2000)
4. Mu’ammal Hamidy, Iimron A. Manan, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-
Shabuni, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983), hlm. 322.

13

Anda mungkin juga menyukai