Anda di halaman 1dari 43

BAGIAN PSIKIATRI Laporan Kasus Neuropsikiatri

FAKULTAS KEDOKTERAN 27 April 2022


UNIVERSITAS HASANUDDIN

“ENCHEPALOPATHY ISKEMIK HIPOXIA + GENERALIZED ONSET WITH


MOTOR TONIC CLONIC SEIZURE + POST GAGAL NAFAS ON
VENTILATOR MEKANIK + EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA
PSIKOTIK + TENTAMENT SUICIDE”
“Major Depressive Disorder, Single Episode, With Psychotic Features (296.24)”

Dibawakan oleh:
Fritz E. Gonzalves
( C 065 181 001 )

Pembimbing:
Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
Penasehat Akademik:
Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan Laporan Kasus Neuropsikiatri


dengan judul “ Enchepalopathy Iskemik Hipoxia + Genralized Onset with Tonic Clonic
Seizure + Post Gagal Nafas on Ventilator + Episode Depresi Berat dengan Gejala
Psikotik + Tentament Suicide” atau berdasarkan DSM-5 “Major Depressive Disorder,
Single Episode, With Psychotic Features (296.24) ” pada Konferensi Klinik Bagian Ilmu
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :

Hari : Rabu
Tanggal : 27 April 2022
Jam : 08.00 WITA
Tempat : Ruang Pertemuan Ilmiah RSKD Provinsi Sulawesi Selatan

Makassar, 23 April 2022


Penasehat Akademik, Pembimbing,

Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
No. RM : 957638
Tanggal Lahir/Umur : 10 September 1981 / 41 Tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Makassar
Pasien dikonsul ke bagian Psikiatri pada tanggal 17 November 2021. dengan
diagnosis Tentament Suicide e.c Susp major depresive disorder + Enchepahopathy
Iskemik Hipoksia.
Alloanamnesis diperoleh dari
1. Ny. S /36 tahun/ IRT/ Agama Islam/ Istri Pasien.

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI

A. Keluhan Utama
Sedih dan Tidak bersemangat
B. Anamnesa Terpimpin
Hasil auto dan allo anamnesa (istri pasien), pasien sering merasa sedih dan tidak
bersemangat 1 bulan terakhir. Pasien sering cekcok dengan anak pertamanya karena
anak pertama pasien sering keluar rumah dan jarang pulang. Awalnya pasien mengira
anaknya hilang karena anak pasien jarang dirumah, tapi begitu tau ternyata anaknya
suka keluyuran, pasien jadi jadi kuatir dan marah. Pasien selalu menyesal kenapa sering
memukul dan memarahi anaknya. Pasien sempat bertengkar hebat dengan anak
pertamanya 1 bulan lalu, pasien sangat marah dan malu karena anaknya mencuri sepeda
di lingkungan rumah mertuanya. Selama 1 bulan terakhir pasien juga merasa tidak
semangat karena penghasilan keluarga yang berkurang, pasien yang 1 tahun terakhir

Page | 1
jualan gorengan bersama istrinya sejak berhenti bekerja sebagai juru parkir, mulai
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang menyebabkan pasien jadi
semakin sedih dan susah tidur. Menurut pasien, ada suara-suara yang menyuruh pasien
untuk melakukan tindakan gantung diri: “Daripada terus bgini, lebih baik gantung diri”.
Pasien juga sering melihat bayangan kucing, ular dan anak kecil.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien masuk RSWS dengan tentament suicide. Pasien masuk ke RSWS
dengan kesadaran menurun, pasien mencoba melakukan tindakan bunuh diri 2
jam sebelum masuk RS dengan cara menggantungkan leher menggunakan tali
jemuran. Saat ditemukan oleh istrinya, pasien dalam keadaan muka merah
kebiruan, saat diberi nafas bantuan, pasien sempat muntah berisi makanan yang
keluar lewat hidung dan mulut, tidak ditemukan minuman mengandung racun
disekitar pasien. Saat di perjalanan menuju RSWS, menurut keluarga pasien
mengalami kejang tonic kaki dan tangan, kaki lurus kedepan, durasi 5 menit,
frekuensi 1 kali. Saat tiba di RSWS, pasien dari triase diarahkan untuk
pemasangan intubasi, kemudian dikonsulkan ke bagian Neuro dengan kejang.
Pasien lalu dikonsul kebagian Anastesi untuk perawatan ruang ICU, pasien juga
dikonsul ke bagian Psikiatri (10 November 2021), tapi karena keadaan umum
pasien belum menungkinkan untuk diwawancara dan diterapi, pasien akhirnya
dikonsul kembali pada tanggal 17 November 2021.
Riwayat trauma kepala tidak ada, riwayat demam, batuk dan sesak tidak
ada. Riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus dan penyakit jantung kronik tidak
ada.
1.1 Pemeriksaan Fisik (9 November 2021)
a) Tanda Vital
Tekanan Darah: 120/90, Nadi 98 kali/menit, Pernafasan: 18
kali/menit, suhu: 36,70C,
b) Status Internus
Kepala: Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Leher: Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks: Jantung: Dalam batas normal

Page | 2
Pulmo : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen: Hepar dan lien dalam batas normal
c) Status Neurologis
Kesadaran : GCS 2x (E1M1Vx) terintubasi
Kepala : Posisi sentral, bentuk dan ukuran normal, tidak terdapat
penonjolan
Leher : Rangsang Meningeal: tidak ada
Kaku kuduk dan Kernig Sign negative
Collumna vertebralis/badan: tidak ada kelainan
Nn.Cranialis:
NI Penghidu Sulit Dinilai
N II Penglihatan dekat Sulit Dinilai
Penglihatan jauh Sulit Dinilai
Lapangan penglihatan Sulit Dinilai
Funduscopi Sulit Dinilai
Penglihatan warna Sulit Dinilai
N III/IV/V 1. Ptosis Negatif
2. Posisi bola mata Normal
3. Nystagmus Negatif
4. Pupil
Lebar 1 mm
Isocor/anisocor Isocor
Refleks cahaya langsung Pos/pos lambat
Refleks cahaya tak langsung Pos/pos lambat
5. Pergerakan bola mata Sulit Dinilai
NV 1. Sensibilitas;
NV1 Sulit Dinilai
NV2 Sulit Dinilai
NV3 Sulit Dinilai
2. Motorik Sulit Dinilai
3. Refleks Dagu Tidak dilakukan
4. Refleks Cornea Positif
N VII 1. Motorik; Sulit Dinilai
2. Sensorik 2/3 lidah bagian depan Sulit Dinilai
N VIII 1. Pendengaran Sulit Dinilai
2. Fungsi vertibularis Sulit Dinilai

Page | 3
N IX/X 1. Inspeksi arcus pharynx Sulit Dinilai
2. Refleks telan Sulit Dinilai
3. Reflex muntah Sulit Dinilai
4. Sensorik 1/3 lidah bagian depan Sulit Dinilai
5. Suara Sulit Dinilai
N XI Memalingkan kepala dengan tahanan Sulit Dinilai
N XII 1. Lidah deviasi Sulit Dinilai
2. Fasikulasi Sulit Dinilai
3. Atropi Sulit Dinilai

Motorik :
P: Lateralisasi tidak jelas ka-ki K: Lateralisasi tidak jelas ka-ki
↓I ↓ + 1 I +1 ¬. I ¬.
T Rf Rp
↓I ↓ + 1 I +1 ¬. I ¬¿ ¿
Sensorik : Sulit dinilai
Pergerakan abnormal yang spontan: Tidak ada
Gangguan Koordinasi : Sulit dinilai
SSO : BAB  Normal; BAK  per kateter
d) Diagnosis Kerja
Klinis : Kesadaran menurun, kejang
Topis : Hemisphere cerebri,
Etiologis: susp enchelopathy iskemik
e) Penatalaksanaan Awal
IVFD RL 20 tpm
Diazepam 1 amp/IV/ ekstra
Citicholin 500 mg/12 jam/IV
Mecobalamin 500 mcg/24 jam/IV
f) Anjuran
Pemeriksaan laboratorium (Darah Rutin dan Kimia Darah)
Swab PCR
g) Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium

Page | 4
Pemeriksaan 09/11/ 2021 15/11/ 2021
Darah Rutin
WBC 17.2 x 103 10.4 x 103
RBC 5.11 x106
HGB 16,0 14,9
HCT 47 44,6
PLT 321 x 103 324 x 103
Pemeriksaan
Kimia Darah
GDS 118 113
SGOT 53 40
SGPT 50 37
Natrium 144 137
Kalium 4,5 4,1
Clorida 107 100
HBsAg
Anti HCV
Ureum 16 42
Kreatinin 1.09 0,59
Albumin 3,1

h) Diagnosis Akhir Neurologi


Klinis : Kesadaran menurun, Kejang
Topis : Hemisfer cerebri
Etiologis : Susp. Enchelopathy Iskemik

i) Diagnosis dan Tatalaksana Bagian Lain yang kerja sama


DIAGNOSIS TATALAKSANA
THT - CT-Scan leher tanpa Kontras
Dikonsul tanggal: 9/11/2021 - Konsul kembali jika sudah
D/ ada hasil CT-Scan
- Trauma Laring
Anastesi - Konsul Rawat ICU
Dikonsul tanggal: 10/11/2021 - MSCT Thoraks (menunggu
D/ hasil)
- Kesadaran Menurun Lateralisasi - Swab PCR (11/12/2021)
tidak jelas e.c Susp.
Enchephalopathy iskemik

Page | 5
hipoksia due to Tentament
Suicide
Generalized onset with motor tonic clonic
seizure pro evaluasi
Psikiatri Konsul kembali bila keadaan umum
Dikonsul tanggal: 10/11/2021 sudah lebih baik
D/ Kesadaran Menurun e.c Tentament
Suicide (Self Hanging)

Dikonsul tanggal: 17/11/2021


D/ Tentament Suicide e.c gangguan - Risperidone 2 mg/ 12 jam/ oral

psikotik - Lorazepam 1mg/ 24 jam/ oral/


siang
- Sandepril 25mg/ 24 jam/ oral/
malam

Follow Up Neurolgi
17/ 11/ 2021 S: - Kontak adekuat. - Infus ringer laktat
- Makan dan minum baik 20 tetes/ menit aff
O10
- Kejang tidak ada. infus
- Halusinasi visual kemarin - Dexametasone 1 tab/
O: TD: 129/77 mmHg S: 36,1oC 12jam/ oral
HR: 86 kali/menit P: 20x/ menit - Cefixime 2x 200mg/
oral
GCS E4M6V5 , aff NGT - Citicolin 500mg/ 12
Nn Cranialis:  2.5mm/ 2.5mm jam/ oral
RC/RCTL: pos/pos bilateral - Omeprazole 20mg/
Nn Cranial lain: normal 12 jam/ oral
FKL: Normal - Bcom 2 tab/ 8 jam/
Motorik: oral
5I 5 NIN + 2 I +2 - Zinc 20mg/ 24 jam/
K T Rf Rp oral
5I 5 NIN + 2 I +2 - VCO 10cc/ 12 jam/
¬. I ¬. oral
¬. I ¬¿ ¿ - VIP Albumin 2caps/
Otonom: BAK: per cateter 8jam/ oral
BAB: belum 3 hari - Fenitoin 100mg/ 12
A: jam/ oral (Eterlox
- Encephalopaty iskemik hipoksia kosong)
- Loss Of Conciusness (perbaikan)
- Generalized onset with motor tonic clonic TS Psikiatri:
seizure pro evaluasi - Risperidon 2 mg/ 12
- Trauma Laring jam/ oral
- Hipoalbuminemia - Sandepril 25mg/ 24
jam/ oral/ malam

Page | 6
- Lorazepam 1 mg/ 24
P: - Diet nasi jam/ oral/ siang
- Rencana CT scan kepala dan leher tanpa
kontras (Jika KU stabil)
- Pindah perawatan biasa
- Konsul ulang TS Psikiatri

18/ 11/ 2021 S: - Sakit kepala tidak ada - Dexametasone 1 tab/


- Makan dan minum baik 12jam/ oral
O11
- Kejang tidak ada. - Cefixime 2x 200mg/
- Tidur kurang oral
O: TD: 100/70 mmHg S: 36,5oC - Citicolin 500mg/ 12
HR: 80 kali/menit P: 20x/ menit jam/ oral
GCS E4M6V5 - Omeprazole 20mg/
Nn Cranialis: Pupil bundar, isokor 12 jam/ oral
 2.5mm/ 2.5mm - Bcom 2 tab/ 8 jam/
RC/RCTL: pos/pos bilateral oral
Nn Cranial lain: normal - Zinc 20mg/ 24 jam/
Sensorik: Normal oral
FKL: Normal - VCO 10cc/ 12 jam/
Motorik: oral
5I 5 NIN + 2 I +2 - VIP Albumin 2caps/
K T Rf Rp 8jam/ oral
5I 5 NIN + 2 I +2 - Fenitoin 100mg/ 12
¬. I ¬. jam/ oral
¬. I ¬¿ ¿ - Dulcolax 10mg/
Otonom: BAK: per cateter oral/ ekstra
BAB: belum 4 hari
A:
- Encephalopaty iskemik hipoksia
- Loss Of Conciusness (perbaikan)
- Generalized onset with motor tonic clonic
seizure pro evaluasi
- Trauma Laring
- Hipoalbuminemia
- Tentament Suicide e.c Gangguan Psikotik

P: - Diet nasi
- Menunggu hasil CT scan kepala dan leher
- Bladder Training

19/ 11/ 2021 S: - Sakit kepala tidak ada - Dexametasone 1 tab/


- Makan dan minum baik 12jam/ oral  stop
O12
- Kejang tidak ada. - Cefixime 2x 200mg/
- Tidur kurang oral (3hari) stop
O: TD: 115/80 mmHg S: 36,5oC - Citicolin 500mg/ 12
HR: 86 kali/menit P: 20x/ menit jam/ oral
GCS E4M6V5 - Omeprazole 20mg/
Nn Cranialis: Pupil bundar, isokor 12 jam/ oral
 2.5mm/ 2.5mm - Bcom 2 tab/ 8 jam/
RC/RCTL: pos/pos bilateral oral
Nn Cranial lain: kesan normal - Zinc 20mg/ 24 jam/
Sensorik: Normal oral
FKL: Normal - VCO 10cc/ 12 jam/
Motorik: oral
- VIP Albumin 2caps/
8jam/ oral

Page | 7
5I 5 NIN + 2 I +2 - Fenitoin 100mg/ 12
K T Rf Rp jam/ oral
5I 5 NIN + 2 I +2
- Dulcolax 10mg/
¬. I ¬. oral/ ekstra/ bila
¬. I ¬¿ ¿ sulit BAB
Otonom: BAK: per cateter
BAB: belum 5 hari
A:
- Encephalopaty iskemik hipoksia
- Loss Of Conciusness (perbaikan)
- Generalized onset with motor tonic clonic
seizure pro evaluasi
- Trauma Laring
- Hipoalbuminemia
- Tentament Suicide e.c Gangguan Psikotik

P: - Diet nasi
- Menunggu hasil CT scan kepala dan leher
- Bladder Training
- Aff kateter

20/ 11/ 2021 S: - Sakit kepala tidak ada - Citicolin 500mg/ 12


- Makan dan minum baik jam/ oral
O13
- Kejang tidak ada. - Omeprazole 20mg/
- Tidur kurang 12 jam/ oral
O: TD: 110/80 mmHg S: 36,5oC - Bcom 2 tab/ 8 jam/
HR: 86 kali/menit P: 20x/ menit oral
GCS E4M6V5 - Zinc 20mg/ 24 jam/
Nn Cranialis: Pupil bundar, isokor oral
 2.5mm/ 2.5mm - VCO 10cc/ 12 jam/
RC/RCTL: pos/pos bilateral oral
Nn Cranial lain: kesan normal - VIP Albumin 2caps/
Sensorik: Normal 8jam/ oral
FKL: Normal - Fenitoin 100mg/ 12
Motorik: jam/ oral
5I 5 NIN + 2 I +2 - Dulcolax 10mg/
K T Rf Rp oral/ ekstra/ bila
5I 5 NIN + 2 I +2 sulit BAB
¬. I ¬.
¬. I ¬¿ ¿
Otonom: BAK: normal
BAB: belum hari ini
A:
- Encephalopaty iskemik hipoksia
- Loss Of Conciusness (perbaikan)
- Generalized onset with motor tonic clonic
seizure pro evaluasi
- Trauma Laring
- Hipoalbuminemia
- Tentament Suicide e.c Gangguan Psikotik

P: - Rencana Rawat Jalan

Hasil CT Scan Kepala dan leher:


- Area larynx dalam batas normal
- Sinusitis sphenoid dextra
- Deviasi Septum Nasi ke sinistra

Page | 8
22/ 11/ 2021 S: - Sakit kepala tidak ada - Citicolin 500mg/ 12
- Makan dan minum baik jam/ oral
O15
- Kejang tidak ada. - Omeprazole 20mg/
O: TD: 128/85 mmHg S: 36,5oC 12 jam/ oral
HR: 82 kali/menit P: 20x/ menit - Bcom 2 tab/ 8 jam/
GCS E4M6V5 oral
Nn Cranialis: Pupil bundar, isokor - Zinc 20mg/ 24 jam/
 2.5mm/ 2.5mm oral
RC/RCTL: pos/pos bilateral - VCO 10cc/ 12 jam/
Nn Cranial lain: kesan normal oral
Sensorik: Normal - VIP Albumin 2caps/
FKL: Normal 8jam/ oral
Motorik: - Fenitoin 100mg/ 12
5I 5 NIN + 2 I +2 jam/ oral
K T Rf Rp - Dulcolax 10mg/
5I 5 NIN + 2 I +2 oral/ ekstra/ bila
¬. I ¬. sulit BAB
¬. I ¬¿ ¿
Otonom: BAK: normal
BAB: normal
A:
- Encephalopaty iskemik hipoksia
- Loss Of Conciusness (perbaikan)
- Generalized onset with motor tonic clonic
seizure pro evaluasi
- Trauma Laring
- Hipoalbuminemia
- Tentament Suicide e.c Gangguan Psikotik

P: - Rawat Jalan

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Tidak ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir pada tanggal 10 September 1981, tidak banyak keterangan
yang dapat diperoleh pada masa ini.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak seusianya,
pasien diasuh oleh kedua orangtuanya sejak lahir. tidak banyak keterangan yang
dapat diperoleh pada masa ini.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-12 tahun)

Page | 9
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak seusianya,
pasien diasuh oleh kedua orangtuanya sejak lahir. Ayah dan ibu pasien adalah
sosok yang tegas dan keras dalam mendidik anaknya, kadang ayahnya mendidik
anaknya dengan memberikan hukuman dan berkata kata kasar kepada anak-
anaknya. Sedang Ibu pasien juga kadang sering berkata-kata kasar dalam
mendidik anak-anaknya. Pasien mulai masuk SD diumur 7 tahun, dikota
Makassar
4. Riwayat Masa Kanak Akhir – remaja (13-18 tahun)
Pasien bersekolah SMP dan SMA dikota Makassar. Pasien memiliki
cukup banyak teman di sekolah dan disekitar rumahnya. Tidak banyak
keterangan yang dapat diperoleh.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah sejak SD-SMA di Makassar.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien setahun terakhir berjualan gorengan bersama istrinya.
Sebelumnya pasien bekerja sebagai juru parkir di bank BRI.
c. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah tahun 2006 dan saat ini memiliki 5 orang anak
(L,P,L,P,P).
d. Riwayat Psikoseksual
Sulit mendapatkan keterangan dari pasien.
e. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama islam dan menjalankan kewajiban agama dengan
baik dan teratur.
f. Riwayat Militer
Tidak ada riwayat militer
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum
h. Aktivitas Sosial
Pasien jarang mengikuti kegiatan aktivitas sosial.
6. Riwayat Keluarga

Page | 10
Pasien adalah anak keempat dari 6 bersaudara (P,P,L,L,P,L). Tidak
banyak keterangan yang dapat diperoleh. Pasien memiliki 5 anak, anak pertama
pasien tinggal di Pondok Pesantren di Pinrang, pulang liburan 3 bulan sekali.
Pasien bersama istri dan anak-anaknya yang lain tinggal di Makassar

Genogram:

Keterangan :

= anggota keluarga laki-laki = bercerai

= anggota keluarga perempuan = meninggal

= pasien = tinggal serumah

7. Situasi Kehidupan Sekarang


Saat ini pasien tinggal bersama istri dan 4 anaknya, anak tertua pasien
tinggal di pondok pesantren dan pulang libur tiap 3 bulan. Pasien saat ini usaha
jualan gorengan dirumahnya, pasien selalu ditemani oleh istrinya. Selama
Page | 11
dirawat di RS Wahidin, pasien juga selalu ditemani oleh istrinya.

8. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien sampai saat ini masih tidak percaya kalau pasien melakukan
tindakan bunuh diri. Pasien sama sekali tidak ingat kejadian saat pasien
melakukan tindakan bunuh diri, saat pasien dirawat di RS Wahidin, pasien
mengira dirinya terjangkit Covid.

E. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 17 November 2021)


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien laki-laki, usia 41 tahun, wajah tampak sesuai umur, postur tubuh agak
gemuk, memakai selimut, terbaring di tempat tidur, perawakan sedang, rambut
agak pendek, tampak bekas luka bekas ikatan dibagian leher, terpasang infus di
tangan kanan.
2. Kesadaran
Kualitatif: Baik
Kuantitatif: GCS 15 (E4M6V5)
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cukup tenang
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, intonasi pelan
5. Sikap terhadap pemeriksa
Cukup Kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : kesan depresif
2. Afek : hipotimia
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)

Page | 12
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya (SMA).
2. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
3. Daya Ingat
Jangka Panjang : Baik
Jangka Sedang : Baik
Jangka Pendek : Terganggu
Jangka Segera : Kadang terganggu
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran Abstrak : Terganggu
6. Bakat Kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri : Terganggu (tidak mampu)

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi visual: Melihat
bayangan
kucing, ular dan anak-anak.
Halusinasi auditorik: mendengar suara
yang menyuruh pasien untuk gantung
diri.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : Cukup
2. Kontinuitas : Cukup relevan
3. Isi Pikiran : Diakui tidak ada

Page | 13
F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls baik.

G. Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Satu

H. Taraf Dapat Dipercaya


Dapat dipercaya

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan PANS-EC: 13
2. Pemeriksaan HDRS: 22

G. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien dikonsul dari bagian Neurologi ke bagian Psikiatri tanggal 17 November
2021, dengan Diagnosa: Tentament Suicide e.c Susp major depresive disorder +
Enchepahopathy Iskemik Hipoksia.
Hasil auto dan allo anamnesa (istri pasien), pasien sering merasa sedih dan tidak
bersemangat 1 bulan terakhir. Pasien sering cekcok dengan anak pertamanya karena
anak pertama pasien sering keluar rumah dan jarang pulang. Awalnya pasien mengira
anaknya hilang karena anak pasien jarang dirumah, tapi begitu tau ternyata anaknya
suka keluyuran, pasien jadi jadi kuatir dan marah. Pasien selalu menyesal kenapa sering
memukul dan memarahi anaknya. Pasien sempat bertengkar hebat dengan anak
pertamanya 1 bulan lalu, pasien sangat marah dan malu karena anaknya mencuri sepeda
di lingkungan rumah mertuanya. Selama 1 bulan terakhir pasien juga merasa tidak
semangat karena penghasilan keluarga yang berkurang, pasien yang 1 tahun terakhir
jualan gorengan bersama istrinya sejak berhenti bekerja sebagai juru parkir, mulai
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang menyebabkan pasien jadi

Page | 14
semakin sedih dan susah tidur. Menurut pasien, ada suara-suara yang menyuruh pasien
untuk melakukan tindakan gantung diri: “Daripada terus bgini, lebih baik gantung diri”.
Pasien juga sering melihat bayangan kucing, ular dan anak kecil.
Awal mula perubahan perilaku sejak 1 tahun terakhir, sejak pasien kehilangan
pekerjaannya. Pasien sebelumnya bekerja sebagai juru parkir di bank BRI, penghasilan
sebagai juru parkir terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Tapi tiba-tiba pasien sering diganggu oleh preman-preman yang memaksa pasien
berhenti menjadi juru parkir, pasien sering diancam dan akan disakiti. Pasien lalu
memilih berhenti bekerja sebagai juru parkir dan beralih menjadi penjual gorengan
dibantu oleh istrinya. Sejak berhenti sebagai juru parkir, pasien jadi terlihat tidak
semangat, emosi labil, sering sedih dan melamun, dan sering susah tidur kalau malam.
Penghasilan sebagai penjual gorengan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, ditambah dengan pasien yang sering cekcok dengan anak pertamanya yang sering
membuat masalah dan melawan bila dinasehati, dimana hal ini semakin membuat pasien
sedih dan tertekan. Pasien selalu menyesal kenapa sering memukul dan memarahi
anaknya Hingga akhirnya pasien bertengkar hebat dengan anak pertamanya 1 bulan lalu,
pasien sangat marah dan malu karena anaknya mencuri sepeda di lingkungan rumah
mertuanya, pasien juga sering pergi dari rumah dan tidak pulang berhari hari hingga
membuat pasien jadi sedih, lebih banyak diam dan melamun, dan pasien mulai
mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk melakukan tindakan gantung diri:
“Daripada terus bgini, lebih baik gantung diri”. Pasien juga sering melihat bayangan
kucing, ular dan anak kecil. Pasien tidak pernah dibawa untuk pergi berobat ke Psikater
sebelumnya, hingga akhirnya tanggal 8 November 2021, pasien tiba-tiba melakukan
tindakan gantung diri menggunakan tali jemuran dirumahnya, dan dibawa ke RSWS
untuk diselamatkan.
Pada pemeriksaaan status mental didapatkan kesadaran baik GCS 15 (E4M6V5),
psikomotor cukup tenang, pembicaraan (verbalisasi) spontan, lancar, intonasi pelan, mood
kesan depresif dengan afek kesan hipotimia, daya ingat jangka panjang, jangka sedang
cukup, daya ingat jangka pendek dan segera terganggu. Pikiran abstrak terganggu, bakat
kreatif tidak ada, kemampuan menolong diri sendiri terganggu (tidak mampu), Norma
social dan uji daya nilai terganggu, tilikan satu.
Pada pemeriksaan psikometri didapatkan Pans-EC: 13. HDRS: 22

Page | 15
H. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu sering merasa sedih, tidak bersemangat,
rasa putus asa, tidak konsentrasi dan rasa hampa. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien, keluarga, dan teman, serta terdapat hendaya (dissability) pada
fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa.
Pada anamnesa status internus dan neurologis sebelum pasien melakukan
tindakan bunuh diri, tidak ditemukan adanya kelainan internis dan neurologis,
sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan dan
berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita
berupa halusinasi visual dan auditorik sehingga diarahkan ke Gangguan Jiwa Psikotik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya keadaan sering sedih dan tidak bersemangat, emosi yang labil dan halusinasi
visual dan auditorik yang dialami dan menyebabkan pasien melakukan tindakan bunuh
diri, sehingga berdasarkan PPDGJ-III diagnosis diarahkan ke Episode Depresi Berat
dengan Gejala Psikotik (F32.3) + Tentament Suicide

Aksis II
Dari informasi yang diperoleh, pasien dikenal sebagai orang yang tenang, jarang marah,
jika ada masalah pasien cenderung memendamnya sendiri. Namun, dari data yang
didapatkan ini belum cukup untuk mengarahkan ke salah satu ciri kepribadian.
Mekanisme pertahanan yang sering digunakan adalah represi.

Aksis III
- Enchepalopathy Iskemik Hipoxia
- Genralized Onset with Tonic Clonic Seizure
- Post Gagal Nafas On Ventilator
- Trauma Laring
- Hipoalbuminemia

Page | 16
Aksis IV
Stressor Psikososial Saat ini: Tidak Ada

Aksis V
 GAF Scale saat ini: bahaya mencederai diri, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri (20-11)
 GAF Scale 1 bulan terakhir: Gejala sedang, disabilitas sedang (60-51)
 GAF Scale setahun terakhir: gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll (70-61)

I. DAFTAR MASALAH
Organobiologik:
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan
psikofarmakoterapi.
Psikologik:
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari berupa perasaan sedih
dan tidak bersemangat, gangguan tidur, gelisah dan halusinasi visual dan
auditorik sehingga menimbulkan gejala psikis, maka pasien memerlukan
psikoterapi.
Sosiologik:
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang, sehingga pasien membutuhkan sosioterapi.

J. PROGNOSIS
Prognosis pasien ini adalah:
1. Quo ad Vitam : Dubia
2. Quo ad functionam : Dubia et malam
3. Quo ad sanationam : Dubia et malam

Faktor pendukung berupa:


a. Keluarga mendukung proses pengobatan pasien

Page | 17
b. Terdapat sumber pembiayaan yang menanggung pengobatan pasien
c. Faktor pencetus jelas
d. Tidak ada keluarga dengan riwayat gangguan yang sama

Faktor penghambat berupa:


a. Stressor yang masih berlangsung

K. TERAPI PSIKIATRI
Psikofarmokoterapi (17/12/2021):
- Risperidon 2 mg/12 jam/oral
- Lorazepam 1 mg/24 jam/oral/ siang
- Maprotiline 50 mg/ 24 jam/ oral/ malam
Psikoterapi : Psikoterapi Supportif
Psikodukasi keluarga

L. FOLLOW UP BAGIAN PSIKIATRI


17/11/2021 S : Pasien tampak cukup tenang, berbaring di tempat Terapi :
13.00 tidur, ngobrol ditemani istrinya. Pasien kadang bicara - Risperidon 2 mg/12
tidak nyambung. Pasien mengatakan sedih dan tidak
jam/oral
bersemangat selama 1 bulan terakhir karena anak
sulungnya sering membuat masalah yang membuat - Lorazepam 1 mg/24
pasien sering emosi dan memukul anaknya, pasien jam/oral/ siang
menyesali perbuatannya. Pasein mulai merasa tidak
- Maprotiline 25 mg/ 24
semangat dan sedih sejak berhenti bekerja sebagai juru
parkir, yang membuat perekonomian keluarga menjadi jam/ oral/ malam.
tidak menentu. Pasien juga mengatakan melihat kucing
lewat diatasnya dan mendengar suara-suara yang
meyuruh pasien untuk gantung diri.

O:TD : 127/77 mmHg


N: 80x/i
P: 18x/i
S: 36,5 C
GCS = 15 (E4V5M6) kompos mentis
Kontak mata ada verbal ada
Psikomotor: cukup tenang
Afek: Hipotimia
Mood: Depresif
Verbalisasi: Spontan, lancar, intonasi pelan
Gangguan persepsi:
 Halusinasi visual: melihat bayangan kucing,

Page | 18
ular dan anak-anak
 Halusinasi auditorik: mendengar sura-suara
yang memarahi pasien dan menyuruhnya untuk
gantung diri
Arus pikir: cukup relevan
Gangguan isi pikir : Diakui tidak ada (observasi)

A: Tentament Suicide e.c gangguan psikotik


DD/ Episode Depresi Berat dengan gejala Psikotik

P/Psikofarmakoterapi
Psikoterapi Supportif
Psikoedukasi Keluarga
18/11/2021 S : Pasien tampak cukup tenang, sedang baring di Terapi :
tempat tidur dan berbicara dengan istrinya. Pasien - Risperidon 2 mg/12
merasa pusing setelah didorong untuk pemeriksaan CT-
jam/oral
Scan kepala dan leher. Semalam pasien melihat ada
kucing yang lewat diatasnya. Pasien juga mendengar - Lorazepam 1 mg/24
suara-suara yang memarahinya. Pasien tidur malam dari jam/oral/ siang
jam 23.00-05.00.
- Maprotiline 25 mg/ 24

O :TD : 100/70 mmHg jam/ oral/ malam


N : 88x/i
P : 20x/i
S : 36,5 C
GCS = 15 (E4V5M6) kompos mentis
Kontak mata ada verbal ada
Psikomotor : cukup Tenang
Afek : hipotimia
Mood: kesan depresif
Verbalisasi: Spontan, lancar, intonasi pelan
Gangguan persepsi:
 Halusinasi visual: melihat bayangan kucing,
ular dan anak-anak
 Halusinasi auditorik: mendengar sura-suara
yang memarahi pasien dan menyuruhnya untuk
gantung diri
Arus pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir : diakui tidak ada

A/ Episode Depresi Berat dengan gejala Psikotik


(F32.3) + Tentament Suicide
DD/ Tentament Suicide e.c gangguan psikotik
P/Psikofarmakoterapi
Psikoterapi Supportif
Psikoedukasi Keluarga
19/11/2021 S : Pasien tampak cukup tenang, sedang tidur saat Terapi :
divisite, namun bangundan komunikasi baik. Pasien - Risperidon 2 mg/12
semalam tidur jam 21.00-01.00 karena pasien
jam/oral
mengatakan melihat anaknya datang membawa pakaian
kotor yang ingin dicuci. Pasien kadang masih - Lorazepam 1 mg/24

Page | 19
mendengar suara bisikan. jam/oral/ siang
- Maprotiline 25 mg/ 24
O :TD : 115/80 mmHg
jam/ oral/ malam
N : 88x/i
P : 20x/i
S : 36,5 C
GCS = 15 (E4V5M6) kompos mentis
Kontak mata ada verbal ada
Psikomotor : cukup Tenang
Afek : hipotimia
Mood: kesan depresif
Verbalisasi: Spontan, lancar, intonasi pelan
Gangguan persepsi :
 Halusinasi visual: melihat bayangan anaknya
yang datang ke RS
 Halusinasi auditorik: mendengar suara-suara
bisikan yang menyuruhnya untuk gantung diri
Arus pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir : diakui tidak ada

A/ Episode Depresi Berat dengan gejala Psikotik F32.3)


+ Tentament Suicide
DD/ Tentament Suicide e.c gangguan psikotik
P/Psikofarmakoterapi
Psikoterapi Supportif
Psikoedukasi Keluarga
20/11/2021 S: Pasien tampak tenang. Pasien menjawab pertanyaan Terapi :
sesuai dengan yang ditanyakan. Pasien semalam agak - Risperidon 2 mg/12
gelisah, pasien masih melihat sosok anak-anaknya dan
jam/oral
masih berslah tentang kesalahpahaman tentang anaknya
dimasa lalu. Semalam pasien juga mengeluh nyeri - Lorazepam 1 mg/24
bagian belakang leher dan dada. jam/oral/ siang
- Maprotiline 25 mg/ 24
O :TD : 110/80 mmHg
N : 86x/i jam/ oral/ malam
P : 20x/i
S : 36,5 C
GCS = 15 (E4V5M6) kompos mentis
Kontak mata ada verbal ada
Psikomotor : cukup Tenang
Afek : depresi
Mood: depresi
Verbalisasi: Spontan, lancar, intonasi pelan
Gangguan persepsi :
 Halusinasi visual: melihat bayangan anak-
anaknya
 Halusinasi auditorik: mendengar suara
anaknya.
Arus pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir : diakui tidak ada

Page | 20
A/ Episode Depresi Berat dengan gejala Psikotik
(F32.3) + Tentament Suicide
DD/ Tentament Suicide e.c gangguan psikotik
P/Psikofarmakoterapi
Psikoterapi Supportif
Psikoedukasi Keluarga
21/11/2021 S: Pasien tampak cukup tenang. Pasien sedang berbaring Terapi :
dan mengeluh agak sesak sehingga dipasangkan O2. - Risperidon 2 mg/12
Tidur malam dari jam 21.00-02.00, bangun karena
jam/oral
mendengar suara ribut namun dapat tidur kembali.
Pasien mengatakan sudah tidak melihat bayangan - Lorazepam 1 mg/24
kucing, ular dan anak-anak, pasien juga mengaku sudah jam/oral/ siang
tidak mendengar suara bisikan. Pasien ingin cepat
- Maprotiline 50 mg/ 24
pulang dan berisitrahat dirumah, karena di RS tidur
malam tidak nyenyak karena ribut. jam/ oral/ malam (↑)

O :TD : 120/80 mmHg


N : 86x/i
P : 20x/i
S : 36,5 C
GCS = 15 (E4V5M6) kompos mentis
Kontak mata ada verbal ada
Psikomotor : cukup Tenang
Afek : depresi
Mood: depresi
Verbalisasi: Spontan, lancar, intonasi biasa
Gangguan persepsi : diakui tidak ada (observasi)
Arus pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir : diakui tidak ada

A/ Episode Depresi Berat dengan gejala Psikotik


(F32.3) + Tentament Suicide
DD/ Tentament Suicide e.c gangguan psikotik
P/Psikofarmakoterapi
Psikoterapi Supportif
Psikoedukasi Keluarga
22/11/2021 S : Pasien tampak cukup tenang saat divisite. Pasien Terapi :
mengaku semalam tidurnya cukup baik, 23.00-05.00. - Risperidon 2 mg/12
Sarapan pagi ini bisa dihabiskan. Pasien mengatakan
jam/oral
sudah tidak melihat bayangan dan mendengar suara
bisikan. - Lorazepam 1 mg/24
jam/oral/ siang
O ; GCS = 15 (E4V5M6) kompos mentis
- Maprotiline 50 mg/ 24
Kontak mata ada verbal ada
Psikomotor : cukup tenang jam/ oral/ malam
Afek : terbatas - Lanjut pengobatan di
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi biasa
Poli Psikiatri (rawat
Gangguan persepsi: tidak ada (observasi)
Arus pikir : cukup relevan

Page | 21
Gangguan isi pikir : Preokupasi: ingin segera pulang jalan)
kerumahnya

A/ Episode Depresi Berat dengan gejala Psikotik (F32.3)


+ Tentament Suicide
DD/ Tentament Suicide e.c gangguan psikotik
P/Psikofarmakoterapi
Psikoterapi Supportif
Psikoedukasi Keluarga

III. DISKUSI
Depresi merupakan gangguan suasana perasaan berupa penurunan mood
sehingga sering muncul tanda dan gejala kesedihan, putus asa, tidak bersemangat,
kurang motivasi dan ada keinginan untuk bunuh diri, serta menimbulkan kendala dalam
kehidupan sosial dan fungsi peran pasien. Beberapa faktor, seperti faktor genetik dan
faktor psikologis (kehilangan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi kognitif
dan ketidakberdayaan) diduga berperan dalam terjadinya depresi. 3
Kriteria episode depresif (F32) menurut PPDGJ-III adalah: a) konsentrasi dan
perhatian yang berkurang b) harga diri dan kepercayaan berkurang c) gagasan tentang
perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe ringan sekali pun) d)
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis e) gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri f) tidur terganggu g) nafsu makan berkurang.
Episode depresif memerlukan masa sekurang-kurangnya dua minggu untuk penegakan
diagnosis. Episode depresif dapat ditentukan dengan atau tanpa gejala psikotik. Contoh
khas dari gejala psikotik antara lain: adanya waham, halusinasi atau stupor depresif.
Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh. 1
Kriteria diagnosis gangguan depresi mayor menurut DSM-V adalah terdapatnya
paling sedikit lima dari gejala: 1) mood depresi 2) hilangnya minat pada hampir
sebagian besar aktivitas (anhedonia) 3) perubahan berat badan atau nafsu makan yang
bermakna 4) insomnia atau hipersomnia 5) penurunan konsentrasi 6) penurunan energi
7) rasa bersalah atau perasaan tidak berharga yang serasi 8) agitasi atau retardasi
psikomotor 9) ide-ide bunuh diri, dimana gejala-gejala tersebut harus mencakup mood
yang depresi atau hilangnya minat yang berlangsung selama dua minggu atau lebih. 1

Page | 22
Pada pasien ini ditemukan 3 gejala utama depresi, yaitu adanya penurunan
mood, kehilangan minat, dan kegembiraan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, dan
berkurangnya energy yang mengakibatkan pasien mudah lelah walapun pekerjaan
ringan, ditambah dengan 3 gejala tambahan, yaitu sulit berkonsentrasi, pesimistik, dan
tidur terganggu. Ditambah adanya gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri, dimana adanya halusinasi auditorik pada pasien yang menyalahkan pasien
atas situasi keluarga yang pasien alami dan menyuruh pasien untuk melakukan tindakan
bunuh diri, sehingga dari hal yang dialami pasien, maka dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami Episode Depresi Berat dengan gejala psikotik.
Pasien ini mendapatkan terapi risperidon. Risperidon merupakan antipsikotik
atipikal yang cukup memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor dopamin D2 dan reseptor
5-HT2A, selain itu juga memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor alfa 1, alfa 2
adrenergik, sementara baik untuk mengatasi gejala positif dan negatif. Halusinasi visual
dan auditorik merupakan salah satu gejala positif oleh karena itu risperidon cukup efektif
untuk pasien ini. Selain itu, risperidone menyebabkan efek samping ekstrapiramidal
yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan obat antipsikotik tipikal, sehingga relatif
aman bila dikonsumsi untuk jangka waktu yang lebih lama.2
Pasien juga mendapatkan lorazepam yang merupakan golongan
benzodiazepine. Dimana lorazepam termasuk dalam golongan benzodiazepine dengan
waktu paruh sedang 10-20 jam yang lebih efektif untuk mengatasi tidur yang terbangun
lebih awal/dini hari.2,3 Pasien ini juga mengalami keluhan sulit tidur pada malam hari
dan sering terbangun oleh karena ini lorazepam dianggap cukup efektif untuk mengatasi
keluhan ini. 2
Maprotilin merupakan obat antidepresan yang masuk kelas Norepinefrine
Reuptake Inhibitor (N-RI), Antidepresan trisiklik (TCA), kadang-kadang
diklasifikasikan sebagai antidepresan tetrasikcik (tetra). Bekerja dengan cara
Meningkatkan neurotransmitter norepinefrin / noradrenalin, dan memblokir pompa
reuptake norepinefrin (pengangkut norepinefrin). Karena dopamin diinaktivasi oleh
pengambilan kembali norepinefrin di korteks frontal, yang sebagian besar tidak
memiliki transporter dopamin, maprotiline dengan demikian dapat meningkatkan
dopamin neurotransmisi di bagian otak ini Maprotiline membutuhkan waktu lama

Page | 23
untuk menampilkan perbaikan gejala klinis depresi, rata-rata 2 – 4 minggu setelah
terapi.2

Referat :
KRISIS INTERVENSI BUNUH DIRI
Definisi

Krisis intervensi adalah suatu metode yang diberikan segera pada seseorang
yang mengalami suatu peristiwa yang dapat mengakibatkan gangguan pada mental dan
fisik. Krisis tersebut berupa situasi yang mengakibatkan seseorang secara mendadak
tidak mampu lagi menggunakan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah.
Tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri.4

Usaha tindakan atau pikiran yang bertujuan untuk mengakhiri hidup yang
dilakukan dengan sengaja, mulai dari pikiran pasif tentang bunuh diri sampai akhirnya
benar-benar melakukan tindakan yang mematikan. Keparahan tingkat bunuh diri
bervariasi, mulai dari ide bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan
melakukan bunuh diri.4

Percobaan bunuh diri/parasuicide: sebagai semua tindakan melukai diri sendiri


dengan hasil yang tidak fatal dengan tujuan untuk mencari perhatian, dan keinginan
untuk menjadikan bunuh diri sebagai penyebab kematian yang tercantum pada sertifikat
kematian atas dirinya.5

Epidemiologi

Page | 24
Hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun, yaitu satu
orang setiap 40 detik. Bunuh diri adalah fenomena global dan terjadi sepanjang hidup.
Intervensi yang efektif dan berbasis bukti dapat diterapkan pada tingkat populasi, sub-
populasi dan individu untuk mencegah upaya bunuh diri dan bunuh diri. Ada indikasi
bahwa untuk setiap orang dewasa yang meninggal karena bunuh diri mungkin ada lebih
dari 20 lainnya yang mencoba bunuh diri.6

Insiden bunuh diri dalam suatu masyarakat tergantung pada berbagai faktor.
Depresi klinis adalah penyebab yang sangat umum. Penyalahgunaan zat dan penyakit
fisik yang parah atau kelemahan juga diakui sebagai penyebab. Wilayah Eropa Timur
dan Asia Timur memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di seluruh dunia. Wilayah dengan
tingkat bunuh diri terendah adalah Karibia, diikuti oleh Timur Tengah.6

Perbedaan gender juga memainkan peran penting dalam bunuh diri. Lebih lanjut,
di antara semua kelompok umur di sebagian besar dunia, wanita cenderung
menunjukkan tingkat perilaku bunuh diri nonfatal yang dilaporkan lebih tinggi,
sementara pria memiliki tingkat bunuh diri yang jauh lebih tinggi.6

Jenis Percobaan Bunuh Diri

Ada macam-macam pembagian bunuh-diri dan percobaan bunuh-diri 7

1. Bunuh diri egoistik

Page | 25
Individu ini tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadi individu itu seolah-olah
tidak berkepribadian.

2. Bunuh diri altruistik

Individu itu terikat pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung


untuk bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa b
ahwa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

3. Bunuh diri anomik

Hal ini terjadi bila tedapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dengan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya
tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya karena tidak
ada pengaturan dan pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya. 

Faktor Risiko

Menurut Adam.K yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah

• Pria
• usia diatas 45 tahun
• tidak bekerja
• bercerai atau ditinggal mati pasangan hidupnya
• mempunyai riwayat keluarga yang bermasalah
• mempunyai penyakit fisik kronis
• Hubungan sosial yang buruk baik terhadap keluarga/lingkungan
• cenderung mengisolasi diri
• mempunyai gangguan kesehatan jiwa
95% kasus bunuh diri berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa diantaranya 80%
Depresi, 10% Skizofrenia, 5% Dementia/Delirium, 5% diagnosa ganda yang
berkaitan dengan Ketergantungan Alkohol

Page | 26
Psikodinamika Bunuh Diri

Teori Freud (1917) mengemukakan suatu paradoks tentang bunuh diri, bahwa
sebebarnya ego’s self love sangatlah besar sehingga keinginan ego untuk mendestruksi
dirinya sendiri tidak dapat dibayangkan. Freud melihat bahwa bunuh diri merupakan
suatu bentuk agresivitas yang sebenarnya diarahkan kepada objek, tetapi justru
diarahkan kepada diri sendiri. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa: “ego dapat
membunuh dirinya sendiri hanya jika ego dapat memperlakukan dirinya sebagai objek,
dengan maksud untuk mengembalikan kateksis objek, jika dirinya mampu mengarahkan
hostilitas dan agresivitas ke suatu objek dan merepresentasikan reaksi orisinal ego
terhadap objek dalam dunia eksternal.” Dalam kata lain, individu dengan perilaku bunuh
diri merasakan hostilitas dan agresivitas yang besar terhadap objek yang telah
membuatnya frustasi, dalam hal ini individu ini mengalami suatu loss of object. Individu
yang cenderung melankolik kemudian dapat mengalami semacam regresi dari suatu
hubungan objek dengan loss of object kembali ke identifikasi objek. Individu dengan
perilaku bunuh diri cenderung melakukan identifikasi narsisistik, termasuk pilihan objek
narsisistik dan ambivalensi terhadap objek yang dicintai. Dalam mengidentifikasi dan
menginternalisasi loss of object yang membuatnya frustasi tersebut, terdapat
ketidakmampuan memisahkan dirinya dari objek tersebut sehingga individu ini
kemudian terbebani dengan impuls agresif yang bersifat sadis. Penting untuk
mengetahui bahwa, pada saat rasa agresivitas yang besar dirasakan terhadap orang yang
membuat frustasi, terdapat pula koneksi libinal terhadap objek tersebut. Dalam hal ini,
terdapat semacam kualitas atau aspek gratifikasi dari hubungan dengan objek yang
membuat frustasi tersebut yang diinginkan oleh individu yang memikirkan bunuh diri.
Sehingga adanya kebencian yang kuat, dan juga rasa cinta/kepemilikikan terhadap
objek, inilah yang menyebabkan ambivalensi pada perilaku bunuh diri. Dalam hal ini,
objek menjadi bagian dari ego dan sadisme yang dirasakan terhadap objek yang
diinternalisasi akhirnya mengarah ke dirinya sendiri: “the shadow of the object falls
upon the ego” (bayangan objek jatuh di atas ego). Superego menggunakan semua energi
sadistik untuk menghindari diri sendiri, sehingga sadistik menyerang superego dan
membuat ego melakukan bunuh diri.8

Page | 27
Dalam formulasinya yang lain, Freud (1923) menulis bahwa rasa cemas yang
dirasakan berasal dari objek yang diinternalisasi tidak dapat diatasi, sehingga kemudian
menyebabkan kegagalan superego. Superego mengisi fungsi yang sama dari fungsi
melindungi dan merawat yang diberikan oleh ibu di masa awal kehidupan. Tetapi,
ketika ego menemukan dirinya dalam bahaya yang luar biasa dimana ego meyakini
dirinya tidak dapat mengatasinya dengan kekuatannya sendiri, pada akhirnya tampak
seperti superego yang menarik kateksis libinal dari ego, sehingga ego kemudian merasa
ditinggalkan atau dihukum oleh semua dorongan untuk dilindungi, selanjutnya muncul
rasa menyerah, dan membiarkan dirinya mati. Dengan demikian, individu dengan
perilaku bunuh diri merasa terbebani dengan: a) kebencian yang dirasakan terhadap
orang lain, b) tidak adanya koneksi libinal yang sangat diinginkan secara mendalam, dan
c) ketidakmampuan untuk membedakan dirinya dari orang lain. Sebagai hasilnya,
seorang individu akan meyakini bahwa dia harus membunuh dirinya.8

Teori Klein Melanie Klein (1935, 1946), mengatakan bahwa bunuh diri tidak
hanya sebuah simbol pembunuh akibat objek yang buruk (objek yang membuat frustasi /
objek yang menolak / objek yang hilang), akan tetapi bunuh diri juga merupakan sebuah
simbol dalam menjaga hubungan dengan loved object (objek yang dicintai). Klein
memahami bunuh diri dengan cara membedakan antara sudut pandang „paranoid–
skizoid‟ dan „depresi‟. Sudut pandang „paranoid–skizoid‟ dicirikan oleh tendensi untuk
melakukan proyeksi kebencian terhadap objek, memberikan individu pikiran
persekutorik dan omnipoten. Hal ini memunculkan kecemasan dan ketakutan akan
terjadinya disintegrasi dan kehilangan diri, serta ketakutan kehilangan objek yang baik
akibat dirusak oleh objek yang buruk. Sehingga individu akan cenderung menyerang
objek yang buruk tersebut untuk melingungi dirinya dari kehancuran atau untuk
menjaga objek yang baik. Pada sudut pandang depresi, ego menghadapi pengalaman
objek yang baik dan buruk sebagai pusat dalam satu objek. Hal ini menyebabkan
kecemasan depresif, dimana ada ketakutan akan loss of the object, dan di saat
bersamaan ada rasa bersalah yang muncul akibat fantasi sadistik terhadap objek
tersebut. Dalam kasus yang lebih patologis, rasa bersalah dapat menyebabkan perasaan
bahwa dirinya menjadi buruk dan muncul keyakinan bahwa dirinya hanya menimbulkan
kehancuran bagi orang secara umum dan bagi objek yang baik secara khusus.

Page | 28
Selanjutnya, bunuh diri dapat terjadi dengan tujuan untuk membersihkan dunia dan
mencegah kehancuran.9

Instrumen Penilaian

Alat penapisan resiko bunuh diri telah dikembangkan dan digunakan pada pasien anak
dan remaja

 Ask Suicide Screening Question(ASQ)


 Risk for Suicide Quessionare (RSQ)
 The Mood and Feeling Quessionare (MFQ)
 Treatment Emergen Activation and Suicidality Assessment Profile (TEASAP)
 Columbia Suicide Severity Ratting Scale (C-SSRS)
 Suicide Behaviour Quessionaire (SBQ-R)
 Suicidal Ideation Quessionaire (SIQ)

Instrumen yang sering digunakan untuk menyaring pasien dengan adanya resiko
bunuh diri yang sering digunakan ialah Assault and Violence Assessment Tool. Skrining
telah divalidasi dan digunakan di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo hingga saat ini.10

Page | 29
Page | 30
Terapi

Penanganan awal yang dapat diberikan adalah krisis intervensi yang bertujuan
untuk memberikan pengalaman yang baik antara keluarga dan staf medik gawat darurat,
mengatur harapan realistis tentang follow up treatment, dan mendapatkan komitmen
dari pasien yang bunuh diri serta keluarganya untuk kembali dan melakukan evaluasi
lebih lanjut.

Pelaku percobaan bunuh diri harus dirawat inap jika kondisinya tidak stabil dan
perilakunya tidak bisa diprediksi. Gambaran diagnostik yang bisa digunakan sebagai
indikasi untuk rawat inap adalah depresi mayor dengan gejala psikotik, siklus cepat
perilaku impulsif dan iritabel, psikotik dengan halusinasi perintah dan penyalahgunaan
alkohol dan zat terlarang.11

Penanganan selanjutnya dilakukan menggunakan teknik psikoterapi yang


bertujuan untuk mengurangi perasaan tidak berdaya, marah, cemas, putus asa, serta
untuk mereorientasi perspektif kognitif dan emosional dari anak/remaja yang melakukan
bunuh diri. Jenis-jenis psikoterapi yang dapat digunakan yaitu terapi perilaku kognitif,
psikoterapi interpersonal, dialectical behavioral therapy (DBT), psikoterapi
psikodinamik dan terapi keluarga. 12

Psikofarmakologi diberikan berdasarkan gangguan yang mendasari perilaku


bunuh diri. Pelaku bunuh diri yang memiliki riwayat gangguan bipolar, pertama kali
harus diberikan mood stabilizer sebelum mendapatkan anti depresan, dan lithium
merupakan pengobatan lini pertama. SSRI dipilih sebagai penatalaksanaan depresi pada
anak dan remaja.11,12

Pilihan terapi yang akan dilakukan berdasarkan penilaian risiko bunuh diri yang
didapatkan melalui evaluasi psikiatrik. Tujuan intervensi psikososial termasuk mencapai
perbaikan dalam hubungan interpersonal, keterampilan coping, fungsi psikososial, dan
manajemen afek. beberapa konsensus klinis yang menunjukkan bahwa intervensi
psikososial dan psikoterapeutik spesifik memiliki manfaat untuk mengurangi risiko
bunuh diri.11,12

Page | 31
Klinisi hendaknya memperhatikan isu-isu di bawah ini untuk perencanaan
penatalaksanaan segera, yaitu 1) Do no harm. Jangan berikan medikasi kepada pasien
yang mempunyai potensi toksik dan overdosis. 2) Hindarkan pasien dari hal-hal dan
benda-benda berbahaya yang bisa menyebabkan bunuh diri berulang. 3) Berikan
harapan kepada pasien. Klinisi hendaknya mencoba untuk membantu pasien memahami
problemnya dan membantu untuk penyelesaiannya.11,12

Pencegahan

Pencegahan bunuh diri sangat penting dan direkomendasikan untuk strategi


pengembangan dan penerapan penurunan angka bunuh diri. Pencegahan primer yaitu
program dalam latar pendidikan, meliputi Program Berbasis Sekolah, Krisis Hotline,
Pembatasan Metode yang Mematikan, Edukasi melalui Media serta Mengidentifikasi
Anak dan Remaja dengan Faktor Resiko Tinggi Bunuh Diri.11,13

Pencegahan sekunder berkaitan dengan mengidentifikasi dan penatalaksanaan


yang adekuat terhadap mereka yang memilki risiko bunuh diri, berupa penatalaksanaan
psikososial dan penatalaksanaan secara biologi dengan pemberian antidepresan11,13

Pencegahan tersier bertujuan mengembangkan penatalaksanaan yang tepat untuk


anak dan remaja, khususnya modalitas terapi yang tepat setelah melakukan percobaan
bunuh diri, sehingga dapat mencegah terjadinya bunuh diri.13

Postvention adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan intervensi yang


dilakukan setelah terjadi bunuh diri. Setelah anak atau remaja melakukan bunuh diri,
sangat dianjurkan untuk melakukan krisis intervensi pada orang-orang terdekatnya
karena mereka berisiko menderita depresi, gangguan stres paska trauma atau reaksi duka
cita yang patologis. Bila hal ini tidak dilakukan, maka jumlah kejadian bunuh diri pada
kerabat dan orang terdekat pelaku selama setahun setelah kejadian bunuh diri akan
meningkat.11

Pertolongan Pertama Bunuh diri

Pertolongan pertama kesehatan jiwa adalah program dan kegiatan


terstandardisasi yang mengombinasikan pendidikan dan kegiatan terkait dengan
psikologi, seperti konseling. Jenis pertolongan ini dikembangkan untuk memberdayakan

Page | 32
masyarakat dalam melakukan pendekatan, dukungan, dan rujukan untuk individu dalam
masa sulit atau krisis kesehatan jiwa dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku terkait dengan kesehatan jiwa.14

Mental Health First Aid Australia (2014) memaparkan 10 langkah dalam


melakukan pertolongan pertama bunuh diri:

Siapkan dirimu untuk mendekati individu

 Pertama, bagaimana sikapmu mengenai bunuh diri? Coba sadari dampaknya pada
kemampuanmu untuk menolong. Perlu diingat, ada kemungkinan mereka memiliki
kepercayaan dan sikap mengenai bunuh diri yang berbeda dengankamu, terutama
jika berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda.
 Pastikan diri kamu siap sebelum mendekati individu. Tanyakan dirimu beberapa
pertanyaan untuk memastikan kesiapan diri, seperti “Apakah kondisiku baik?”,
“Bisakah aku memberi waktu sebanyak yang diperlukan?”, dan “Apakah aku
bersedia mendengarkan dengan tulus?”
 Melakukan pendekatan dengan individu memerlukan momen yang tepat. Untuk
memastikan hal ini, kamu dapat menanyakan dirimu sendiri, seperti “Sudahkah aku
memilih suatu tempat yang relatif pribadi dan nyaman?”, “Sudahkah aku
menemukan waktu yang tepat bagi dia untuk berbicara?” dan “Sudahkah aku
memastikan bahwa aku memiliki cukup waktu untuk berbicara dengan dia?”
 Jika kamu merasa tidak mampu untuk bertanya pada individu mengenai pemikiran
bunuh diri, carilah orang lain yang kamu anggap bisa.

Tunjukkan kepedulian kamu

 Bertindaklah secepatnya jika kamu berpikir atau curiga bahwa seseorang


memikirkan atau mempertimbangkan untuk melakukan bunuh diri.
 Katakan kepada mereka bahwa kamu peduli dan ingin menolong, seperti “Kamu
tidak terlihat seperti biasanya belakangan ini. Apa yang sedang terjadi? Aku ada
untuk kamu jika kamu butuh bantuan atau orang untuk cerita.”
 Jika orang tersebut tidak ingin berbicara denganmu pada saat itu, kamu dapat
mengatakan hal seperti “Kamu bisa menghubungi aku jika kamu mau cerita nanti.”

Page | 33
 Bila kamu tidak mampu melakukan koneksi dengan orang tersebut, bantu dia
mencari orang lain untuk bicara. Tanyakan seperti “Apakah ada orang lain yang
ingin kamu ajak bicara?”

Menanyakan mengenai pemikiran bunuh diri

 Tanyakan langsung kepada orang tersebut mengenai pemikiran bunuh diri.


Misalnya, kamu dapat menanyakan “Apakah kamu memiliki pemikiran bunuh diri?”
atau “Apakah kamu memikirkan untuk mengakhiri hidupmu?” Menanyakan
seseorang tentang pemikiran bunuh diri tidak akan meningkatkan risiko orang
tersebut melakukan tindakan bunuh diri.
 Kamu sebaiknya tidak mengajukan pertanyaan menghakimi seperti “Kamu tidak
berpikir melakukan sesuatu yang bodoh, kan?” Hindari reaksi negatif dan usahakan
untuk terlihat tenang, percaya diri, dan berempati.

Berikan ruang untuk didengar

 Bersikaplah suportif, pengertian, dan dengarkan individu dengan perhatian penuh.


Tanyakan individu tersebut apa yang ia pikirkan dan rasakan. Yakinkan individu
bahwa kamu ingin mendengarkan apa pun yang ia katakan. Biarkan dia berbicara
mengenai pikiran, perasaan, dan alasan ingin bunuh diri.
 Kamu dapat mengatakan hal seperti “Apa yang kamu rasakan dan pikirkan? Aku
ada di sini untuk mendengarkan apa pun yang mau kamu ceritakan.”
 Selain itu, biarkan dia tahu bahwa tidak apa-apa membicarakan mengenai hal-hal
yang mungkin menyakitkan, bahkan jika itu sulit. Berikan dia ruang untuk
menangis, mengekspresikan kemarahan, atau berteriak. Dia mungkin merasa lebih
lega setelah melakukan hal tersebut.
 Setelah itu, ingatlah untuk berterima kasih dan mengakui keberaniannya karena
orang tersebut mau membagikan perasaannya dengan kamu.

Page | 34
Cari tahu urgensinya

Anggap semua pemikiran bunuh diri serius dan ambil tindakan. Jangan abaikan atau
menganggap pikiran individu sebagai usaha untuk mencari perhatian. Tanyakan
individu mengenai hal yang mempengaruhi keamanannya, seperti:

 Rencana atau niatan untuk bunuh diri. Jika ia menjawab ya, tanyakan juga
pertanyaan langsung mengenai bagaimana caranya, kapan, dan di mana dia berniat
melakukan bunuh diri. Tanyakan juga apakah dia sudah mengambil langkah untuk
mendapatkan sarana bunuh diri.
 Mengonsumsi narkoba atau alkohol. Berada di bawah pengaruh alkohol dan obat-
obatan dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan tindakan atas pemikiran
bunuh diri.
 Riwayat percobaan atau rencana tindakan bunuh diri sebelumnya.

Jika individu mengatakan bahwa dia mendengar suara-suara, tanyakan apa yang
dikatakan suara-suara tersebut. Ini penting, apalagi jika suara-suara tersebut relevan
dengan pemikiran bunuh dirinya saat ini.

Penting juga untuk mencari tahu dukungan apa yang tersedia untuk individu tersebut,
seperti:

 Orang lain yang sudah diberitahu mengenai perasaan mereka;


 Perubahan pada dirinya, seperti pekerjaan, kehidupan sosial, atau keluarga;
 Perawatan untuk masalah kesehatan jiwa yang sudah diterima dan obat apa saja
yang dia konsumsi.

Semakin spesifik rencana bunuh diri seseorang, seperti sarana, waktu pelaksanaan, atau
kebulatan niat, semakin tinggi risiko individu tersebut untuk mencoba bunuh diri dalam
waktu dekat. Kurangnya rencana bunuh diri tidak menjamin bahwa individu itu aman.

Buat mereka menjadi aman

 Individu dengan kecenderungan bunuh diri harus ditemani dan tidak boleh
dibiarkan sendiri. Lakukan tindakan secepatnya jika kamu mencurigai adanya

Page | 35
bahaya langsung dari individu tersebut. Lebih baik, ajak individu bekerjasama
untuk memastikan keamanannya daripada bertindak sendiri (atau memaksa orang
tersebut) untuk mencegah bunuh diri.
 Ketika berbicara dengan individu, fokuslah pada hal-hal yang akan menjaga ia tetap
aman sekarang, daripada hal-hal yang menempatkannya dalam bahaya. Selain itu,
fokuslah pada apa yang harus dilakukan oleh individu daripada apa yang tidak
seharusnya ia lakukan.
 Perlu dicatat bahwa walaupun kamu dapat memberi dukungan, kamu tidak
bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku orang lain. Selain itu, kamu tidak
dapat mengendalikan keputusan dia untuk melakukan sesuatu.

Cari bantuan profesional

 Dorong individu untuk mendapatkan bantuan profesional yang sesuai sesegera


mungkin. Kamu dapat melakukan hal ini dengan menanyakan “Apakah kamu
memikirkan untuk mencari bantuan profesional?”
 Jangan berasumsi bahwa individu akan membaik tanpa bantuan profesional atau
akan mencari bantuan sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan bunuh diri
sering tidak mencari bantuan karena banyak sebab, termasuk stigma, rasa malu, dan
keyakinan bahwa situasinya tidak ada harapan dan tidak ada yang bisa membantu.
 Jika individu enggan mencari bantuan, tetap dorong dia untuk mencari bantuan
profesional dengan cara yang kooperatif. Terutama, jika individu adalah remaja,
gunakanlah pendekatan yang lebih direktif, dengan memberikan instruksi yang
lugas, jelas, dan lebih terarah. Pastikan juga orang terdekat (seperti teman dekat
atau anggota keluarga) mengetahui situasi tersebut.
 Ada kemungkinan individu akan mengekspresikan kemarahannya pada kamu,
karena kamu berusaha untuk mencegahnya melakukan bunuh diri atau membantu
dia mendapatkan bantuan profesional. Pastikan kamu tidak menempatkan dirimu
dalam bahaya saat menawarkan dukungan kepada individu. Hindari kesempatan ia
akan menyerang atau melakukan kekerasan fisik kepada kamu. Jika mereka
melakukan tindakan atau mengeluarkan kata-kata menyakitkan dari individu,
abaikan saja – kamu tidak perlu merasa tersinggung.

Page | 36
 Melakukan rujukan ke profesional seperti psikolog dan psikiater sangat dianjurkan
dalam intervensi krisis bunuh diri. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai layanan
atau fasilitas kesehatan jiwa di Indonesia, dapat dilihat di sini.

Jangan simpan atau rahasiakan rencana bunuh diri

 Jika orang tersebut meminta kamu merahasiakan, menyimpan, atau tidak


memberitahukan kepada siapapun tentang pemikiran atau rencana bunuh dirinya,
tolak permintaan itu. Berikan penjelasan seperti “Aku sangat peduli dengan
kamu. Kamu perlu bantuan dan aku di sini untuk membantu kamu
mendapatkannya”.
 Perlakukan individu dengan rasa hormat dan libatkan individu dalam memutuskan
siapa saja yang berhak tahu tentang pemikiran bunuh dirinya. Jika individu menolak
memberikan izin untuk mengungkapkan informasi tentang pemikiran bunuh
dirinya, maka kamu mungkin perlu melanggar kerahasiaan individu untuk
memastikan keselamatannya. Dengan demikian, kamu harus jujur dan memberi
tahu orang yang akan kamu beri tahu.
 Ia mungkin marah dan merasa tidak lagi percaya dengan kamu. Tetapi, lebih baik
membiarkan mereka marah pada kamu, daripada kehilangan orang itu karena bunuh
diri.

Jika orang tersebut melakukan tindakan bunuh diri, segera lakukan pertolongan
pertama

 Jika individu telah melukai dirinya sendiri atau mencoba melakukan bunuh diri,
segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan segera panggil
layanan darurat/ambulans. Perlu diingat, bahwa meskipun kita sudah melakukan
yang terbaik, kita mungkin tidak berhasil mencegah bunuh diri.
 Pahami bahwa tidak semua orang yang telah melukai dirinya sendiri, tidak ingin
bunuh diri. Beberapa orang melukai dirinya sendiri karena alasan lain selain bunuh
diri, seperti menghilangkan penderitaan yang tak tertahankan, untuk berhenti
merasa mati rasa, atau alasan lain.

Page | 37
Jaga diri kamu

 Setelah membantu seseorang yang ingin bunuh diri, pastikan kamu juga merawat
diri kamu sendiri. Memberikan dukungan dan bantuan kepada orang yang ingin
bunuh diri seringkali melelahkan. Oleh karena itu, penting untuk juga menjaga
dirimu sendiri.
 Dengan mengenal individu tersebut secara lebih personal, kita dapat mengatur
cara untuk memberikan pertolongan pertama bunuh diri yang sesuai dengan gaya
individu tersebut.

Page | 38
Page | 39
Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman


Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Di Indonesia III. 1st Ed. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; 1993.
2. Stahl Stephen M. Stah’s Essential Psychopharmacology. Prescriber’s Guide. Six
Edition. New York: Cambridge University Press; 2017
3. Elvira, S, B. R. Buku Ajar Psikiatri. (2017).
4. Videback, dkk. Lippincott's Manual Of Psychiatric Nursing Care Plans (Eighth
Edition). England 2008
5. Rathus, J. H. and Miller, A. L. ‘Dialectical Behavior Therapy Adapted for
Suicidal Adolescents‟, Suicidal and Life-Threatening Behavior, 32(2), 2002. pp.
146–157.
6. WHO. Suicide Data and Mental Health. 2016
7. Pickering, W.S.F.; Walford, Geoffrey.Durkheim's Suicide: A Century of
Research and Debate.1987.
8. Ronningstam E, Weinberg I, Maltsberger JT. Psychoanalytic theories of suicide,
Historical overview and empirical evidence. Oxford Textbook of Suicidology
and Suicide Prevention. Wasserman D, Wasserman C (editor). Oxford
University Press. [Online]. 2011. [Akses: 17 Agustus 2017].
9. Huprich SK. Psychodynamic Conceptualization and Treatment of Suicidal
Patients. Journal of Contemporary Psychotherapy. 2004; Vol. 34, No. 1.
10. NIOSH. Violence Risk Assessment Tools. 2019. England
11. Hawton, K. and Heeringen, K. Van (eds) Suicide and Attempted Suicide The
International Handbook of Suicide and Attempted Suicide. 2nd edn. Chichester:
John Wiley & Sons, LTD, pp. 261–273.
12. Shaffer, D. et al. ‘Psychiatric Diagnosis in Child and Adolescent Suicide’, Arch
Gen Psychiatry, 53,1996. pp. 339–348.
13. Hadlaczky, G., Hökby, S., Mkrtchian, A., Carli, V., & Wasserman, D. (2014).
Mental Health First Aid is an effective public health intervention for improving
knowledge, attitudes, and behaviour: A meta-analysis. International Review of
Psychiatry,26(4), 467-475. doi:10.3109/09540261.2014.924910

Page | 40
14. Mental Health First Aid Australia. Suicidal Thoughts and Behaviours: First Aid
Guidelines (Revised 2014). Melbourne: Mental Health First Aid Australia; 2014

Page | 41

Anda mungkin juga menyukai