Lapsus Neuropsikiatri - RSKD - Fritz - Perbaikan FIX
Lapsus Neuropsikiatri - RSKD - Fritz - Perbaikan FIX
Dibawakan oleh:
Fritz E. Gonzalves
( C 065 181 001 )
Pembimbing:
Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
Penasehat Akademik:
Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
Hari : Rabu
Tanggal : 27 April 2022
Jam : 08.00 WITA
Tempat : Ruang Pertemuan Ilmiah RSKD Provinsi Sulawesi Selatan
Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ Dr. dr. Sonny T. Lisal, Sp.KJ
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
No. RM : 957638
Tanggal Lahir/Umur : 10 September 1981 / 41 Tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Makassar
Pasien dikonsul ke bagian Psikiatri pada tanggal 17 November 2021. dengan
diagnosis Tentament Suicide e.c Susp major depresive disorder + Enchepahopathy
Iskemik Hipoksia.
Alloanamnesis diperoleh dari
1. Ny. S /36 tahun/ IRT/ Agama Islam/ Istri Pasien.
A. Keluhan Utama
Sedih dan Tidak bersemangat
B. Anamnesa Terpimpin
Hasil auto dan allo anamnesa (istri pasien), pasien sering merasa sedih dan tidak
bersemangat 1 bulan terakhir. Pasien sering cekcok dengan anak pertamanya karena
anak pertama pasien sering keluar rumah dan jarang pulang. Awalnya pasien mengira
anaknya hilang karena anak pasien jarang dirumah, tapi begitu tau ternyata anaknya
suka keluyuran, pasien jadi jadi kuatir dan marah. Pasien selalu menyesal kenapa sering
memukul dan memarahi anaknya. Pasien sempat bertengkar hebat dengan anak
pertamanya 1 bulan lalu, pasien sangat marah dan malu karena anaknya mencuri sepeda
di lingkungan rumah mertuanya. Selama 1 bulan terakhir pasien juga merasa tidak
semangat karena penghasilan keluarga yang berkurang, pasien yang 1 tahun terakhir
Page | 1
jualan gorengan bersama istrinya sejak berhenti bekerja sebagai juru parkir, mulai
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang menyebabkan pasien jadi
semakin sedih dan susah tidur. Menurut pasien, ada suara-suara yang menyuruh pasien
untuk melakukan tindakan gantung diri: “Daripada terus bgini, lebih baik gantung diri”.
Pasien juga sering melihat bayangan kucing, ular dan anak kecil.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Pasien masuk RSWS dengan tentament suicide. Pasien masuk ke RSWS
dengan kesadaran menurun, pasien mencoba melakukan tindakan bunuh diri 2
jam sebelum masuk RS dengan cara menggantungkan leher menggunakan tali
jemuran. Saat ditemukan oleh istrinya, pasien dalam keadaan muka merah
kebiruan, saat diberi nafas bantuan, pasien sempat muntah berisi makanan yang
keluar lewat hidung dan mulut, tidak ditemukan minuman mengandung racun
disekitar pasien. Saat di perjalanan menuju RSWS, menurut keluarga pasien
mengalami kejang tonic kaki dan tangan, kaki lurus kedepan, durasi 5 menit,
frekuensi 1 kali. Saat tiba di RSWS, pasien dari triase diarahkan untuk
pemasangan intubasi, kemudian dikonsulkan ke bagian Neuro dengan kejang.
Pasien lalu dikonsul kebagian Anastesi untuk perawatan ruang ICU, pasien juga
dikonsul ke bagian Psikiatri (10 November 2021), tapi karena keadaan umum
pasien belum menungkinkan untuk diwawancara dan diterapi, pasien akhirnya
dikonsul kembali pada tanggal 17 November 2021.
Riwayat trauma kepala tidak ada, riwayat demam, batuk dan sesak tidak
ada. Riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus dan penyakit jantung kronik tidak
ada.
1.1 Pemeriksaan Fisik (9 November 2021)
a) Tanda Vital
Tekanan Darah: 120/90, Nadi 98 kali/menit, Pernafasan: 18
kali/menit, suhu: 36,70C,
b) Status Internus
Kepala: Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Leher: Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks: Jantung: Dalam batas normal
Page | 2
Pulmo : suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen: Hepar dan lien dalam batas normal
c) Status Neurologis
Kesadaran : GCS 2x (E1M1Vx) terintubasi
Kepala : Posisi sentral, bentuk dan ukuran normal, tidak terdapat
penonjolan
Leher : Rangsang Meningeal: tidak ada
Kaku kuduk dan Kernig Sign negative
Collumna vertebralis/badan: tidak ada kelainan
Nn.Cranialis:
NI Penghidu Sulit Dinilai
N II Penglihatan dekat Sulit Dinilai
Penglihatan jauh Sulit Dinilai
Lapangan penglihatan Sulit Dinilai
Funduscopi Sulit Dinilai
Penglihatan warna Sulit Dinilai
N III/IV/V 1. Ptosis Negatif
2. Posisi bola mata Normal
3. Nystagmus Negatif
4. Pupil
Lebar 1 mm
Isocor/anisocor Isocor
Refleks cahaya langsung Pos/pos lambat
Refleks cahaya tak langsung Pos/pos lambat
5. Pergerakan bola mata Sulit Dinilai
NV 1. Sensibilitas;
NV1 Sulit Dinilai
NV2 Sulit Dinilai
NV3 Sulit Dinilai
2. Motorik Sulit Dinilai
3. Refleks Dagu Tidak dilakukan
4. Refleks Cornea Positif
N VII 1. Motorik; Sulit Dinilai
2. Sensorik 2/3 lidah bagian depan Sulit Dinilai
N VIII 1. Pendengaran Sulit Dinilai
2. Fungsi vertibularis Sulit Dinilai
Page | 3
N IX/X 1. Inspeksi arcus pharynx Sulit Dinilai
2. Refleks telan Sulit Dinilai
3. Reflex muntah Sulit Dinilai
4. Sensorik 1/3 lidah bagian depan Sulit Dinilai
5. Suara Sulit Dinilai
N XI Memalingkan kepala dengan tahanan Sulit Dinilai
N XII 1. Lidah deviasi Sulit Dinilai
2. Fasikulasi Sulit Dinilai
3. Atropi Sulit Dinilai
Motorik :
P: Lateralisasi tidak jelas ka-ki K: Lateralisasi tidak jelas ka-ki
↓I ↓ + 1 I +1 ¬. I ¬.
T Rf Rp
↓I ↓ + 1 I +1 ¬. I ¬¿ ¿
Sensorik : Sulit dinilai
Pergerakan abnormal yang spontan: Tidak ada
Gangguan Koordinasi : Sulit dinilai
SSO : BAB Normal; BAK per kateter
d) Diagnosis Kerja
Klinis : Kesadaran menurun, kejang
Topis : Hemisphere cerebri,
Etiologis: susp enchelopathy iskemik
e) Penatalaksanaan Awal
IVFD RL 20 tpm
Diazepam 1 amp/IV/ ekstra
Citicholin 500 mg/12 jam/IV
Mecobalamin 500 mcg/24 jam/IV
f) Anjuran
Pemeriksaan laboratorium (Darah Rutin dan Kimia Darah)
Swab PCR
g) Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Page | 4
Pemeriksaan 09/11/ 2021 15/11/ 2021
Darah Rutin
WBC 17.2 x 103 10.4 x 103
RBC 5.11 x106
HGB 16,0 14,9
HCT 47 44,6
PLT 321 x 103 324 x 103
Pemeriksaan
Kimia Darah
GDS 118 113
SGOT 53 40
SGPT 50 37
Natrium 144 137
Kalium 4,5 4,1
Clorida 107 100
HBsAg
Anti HCV
Ureum 16 42
Kreatinin 1.09 0,59
Albumin 3,1
Page | 5
hipoksia due to Tentament
Suicide
Generalized onset with motor tonic clonic
seizure pro evaluasi
Psikiatri Konsul kembali bila keadaan umum
Dikonsul tanggal: 10/11/2021 sudah lebih baik
D/ Kesadaran Menurun e.c Tentament
Suicide (Self Hanging)
Follow Up Neurolgi
17/ 11/ 2021 S: - Kontak adekuat. - Infus ringer laktat
- Makan dan minum baik 20 tetes/ menit aff
O10
- Kejang tidak ada. infus
- Halusinasi visual kemarin - Dexametasone 1 tab/
O: TD: 129/77 mmHg S: 36,1oC 12jam/ oral
HR: 86 kali/menit P: 20x/ menit - Cefixime 2x 200mg/
oral
GCS E4M6V5 , aff NGT - Citicolin 500mg/ 12
Nn Cranialis: 2.5mm/ 2.5mm jam/ oral
RC/RCTL: pos/pos bilateral - Omeprazole 20mg/
Nn Cranial lain: normal 12 jam/ oral
FKL: Normal - Bcom 2 tab/ 8 jam/
Motorik: oral
5I 5 NIN + 2 I +2 - Zinc 20mg/ 24 jam/
K T Rf Rp oral
5I 5 NIN + 2 I +2 - VCO 10cc/ 12 jam/
¬. I ¬. oral
¬. I ¬¿ ¿ - VIP Albumin 2caps/
Otonom: BAK: per cateter 8jam/ oral
BAB: belum 3 hari - Fenitoin 100mg/ 12
A: jam/ oral (Eterlox
- Encephalopaty iskemik hipoksia kosong)
- Loss Of Conciusness (perbaikan)
- Generalized onset with motor tonic clonic TS Psikiatri:
seizure pro evaluasi - Risperidon 2 mg/ 12
- Trauma Laring jam/ oral
- Hipoalbuminemia - Sandepril 25mg/ 24
jam/ oral/ malam
Page | 6
- Lorazepam 1 mg/ 24
P: - Diet nasi jam/ oral/ siang
- Rencana CT scan kepala dan leher tanpa
kontras (Jika KU stabil)
- Pindah perawatan biasa
- Konsul ulang TS Psikiatri
P: - Diet nasi
- Menunggu hasil CT scan kepala dan leher
- Bladder Training
Page | 7
5I 5 NIN + 2 I +2 - Fenitoin 100mg/ 12
K T Rf Rp jam/ oral
5I 5 NIN + 2 I +2
- Dulcolax 10mg/
¬. I ¬. oral/ ekstra/ bila
¬. I ¬¿ ¿ sulit BAB
Otonom: BAK: per cateter
BAB: belum 5 hari
A:
- Encephalopaty iskemik hipoksia
- Loss Of Conciusness (perbaikan)
- Generalized onset with motor tonic clonic
seizure pro evaluasi
- Trauma Laring
- Hipoalbuminemia
- Tentament Suicide e.c Gangguan Psikotik
P: - Diet nasi
- Menunggu hasil CT scan kepala dan leher
- Bladder Training
- Aff kateter
Page | 8
22/ 11/ 2021 S: - Sakit kepala tidak ada - Citicolin 500mg/ 12
- Makan dan minum baik jam/ oral
O15
- Kejang tidak ada. - Omeprazole 20mg/
O: TD: 128/85 mmHg S: 36,5oC 12 jam/ oral
HR: 82 kali/menit P: 20x/ menit - Bcom 2 tab/ 8 jam/
GCS E4M6V5 oral
Nn Cranialis: Pupil bundar, isokor - Zinc 20mg/ 24 jam/
2.5mm/ 2.5mm oral
RC/RCTL: pos/pos bilateral - VCO 10cc/ 12 jam/
Nn Cranial lain: kesan normal oral
Sensorik: Normal - VIP Albumin 2caps/
FKL: Normal 8jam/ oral
Motorik: - Fenitoin 100mg/ 12
5I 5 NIN + 2 I +2 jam/ oral
K T Rf Rp - Dulcolax 10mg/
5I 5 NIN + 2 I +2 oral/ ekstra/ bila
¬. I ¬. sulit BAB
¬. I ¬¿ ¿
Otonom: BAK: normal
BAB: normal
A:
- Encephalopaty iskemik hipoksia
- Loss Of Conciusness (perbaikan)
- Generalized onset with motor tonic clonic
seizure pro evaluasi
- Trauma Laring
- Hipoalbuminemia
- Tentament Suicide e.c Gangguan Psikotik
P: - Rawat Jalan
Page | 9
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak seusianya,
pasien diasuh oleh kedua orangtuanya sejak lahir. Ayah dan ibu pasien adalah
sosok yang tegas dan keras dalam mendidik anaknya, kadang ayahnya mendidik
anaknya dengan memberikan hukuman dan berkata kata kasar kepada anak-
anaknya. Sedang Ibu pasien juga kadang sering berkata-kata kasar dalam
mendidik anak-anaknya. Pasien mulai masuk SD diumur 7 tahun, dikota
Makassar
4. Riwayat Masa Kanak Akhir – remaja (13-18 tahun)
Pasien bersekolah SMP dan SMA dikota Makassar. Pasien memiliki
cukup banyak teman di sekolah dan disekitar rumahnya. Tidak banyak
keterangan yang dapat diperoleh.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien bersekolah sejak SD-SMA di Makassar.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien setahun terakhir berjualan gorengan bersama istrinya.
Sebelumnya pasien bekerja sebagai juru parkir di bank BRI.
c. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah tahun 2006 dan saat ini memiliki 5 orang anak
(L,P,L,P,P).
d. Riwayat Psikoseksual
Sulit mendapatkan keterangan dari pasien.
e. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama islam dan menjalankan kewajiban agama dengan
baik dan teratur.
f. Riwayat Militer
Tidak ada riwayat militer
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum
h. Aktivitas Sosial
Pasien jarang mengikuti kegiatan aktivitas sosial.
6. Riwayat Keluarga
Page | 10
Pasien adalah anak keempat dari 6 bersaudara (P,P,L,L,P,L). Tidak
banyak keterangan yang dapat diperoleh. Pasien memiliki 5 anak, anak pertama
pasien tinggal di Pondok Pesantren di Pinrang, pulang liburan 3 bulan sekali.
Pasien bersama istri dan anak-anaknya yang lain tinggal di Makassar
Genogram:
Keterangan :
B. Keadaan Afektif
1. Mood : kesan depresif
2. Afek : hipotimia
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Page | 12
1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat
pendidikannya (SMA).
2. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
3. Daya Ingat
Jangka Panjang : Baik
Jangka Sedang : Baik
Jangka Pendek : Terganggu
Jangka Segera : Kadang terganggu
4. Konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran Abstrak : Terganggu
6. Bakat Kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan Menolong diri sendiri : Terganggu (tidak mampu)
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Halusinasi visual: Melihat
bayangan
kucing, ular dan anak-anak.
Halusinasi auditorik: mendengar suara
yang menyuruh pasien untuk gantung
diri.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Produktivitas : Cukup
2. Kontinuitas : Cukup relevan
3. Isi Pikiran : Diakui tidak ada
Page | 13
F. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pengendalian impuls baik.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan PANS-EC: 13
2. Pemeriksaan HDRS: 22
Page | 14
semakin sedih dan susah tidur. Menurut pasien, ada suara-suara yang menyuruh pasien
untuk melakukan tindakan gantung diri: “Daripada terus bgini, lebih baik gantung diri”.
Pasien juga sering melihat bayangan kucing, ular dan anak kecil.
Awal mula perubahan perilaku sejak 1 tahun terakhir, sejak pasien kehilangan
pekerjaannya. Pasien sebelumnya bekerja sebagai juru parkir di bank BRI, penghasilan
sebagai juru parkir terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Tapi tiba-tiba pasien sering diganggu oleh preman-preman yang memaksa pasien
berhenti menjadi juru parkir, pasien sering diancam dan akan disakiti. Pasien lalu
memilih berhenti bekerja sebagai juru parkir dan beralih menjadi penjual gorengan
dibantu oleh istrinya. Sejak berhenti sebagai juru parkir, pasien jadi terlihat tidak
semangat, emosi labil, sering sedih dan melamun, dan sering susah tidur kalau malam.
Penghasilan sebagai penjual gorengan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, ditambah dengan pasien yang sering cekcok dengan anak pertamanya yang sering
membuat masalah dan melawan bila dinasehati, dimana hal ini semakin membuat pasien
sedih dan tertekan. Pasien selalu menyesal kenapa sering memukul dan memarahi
anaknya Hingga akhirnya pasien bertengkar hebat dengan anak pertamanya 1 bulan lalu,
pasien sangat marah dan malu karena anaknya mencuri sepeda di lingkungan rumah
mertuanya, pasien juga sering pergi dari rumah dan tidak pulang berhari hari hingga
membuat pasien jadi sedih, lebih banyak diam dan melamun, dan pasien mulai
mendengar suara-suara yang menyuruh pasien untuk melakukan tindakan gantung diri:
“Daripada terus bgini, lebih baik gantung diri”. Pasien juga sering melihat bayangan
kucing, ular dan anak kecil. Pasien tidak pernah dibawa untuk pergi berobat ke Psikater
sebelumnya, hingga akhirnya tanggal 8 November 2021, pasien tiba-tiba melakukan
tindakan gantung diri menggunakan tali jemuran dirumahnya, dan dibawa ke RSWS
untuk diselamatkan.
Pada pemeriksaaan status mental didapatkan kesadaran baik GCS 15 (E4M6V5),
psikomotor cukup tenang, pembicaraan (verbalisasi) spontan, lancar, intonasi pelan, mood
kesan depresif dengan afek kesan hipotimia, daya ingat jangka panjang, jangka sedang
cukup, daya ingat jangka pendek dan segera terganggu. Pikiran abstrak terganggu, bakat
kreatif tidak ada, kemampuan menolong diri sendiri terganggu (tidak mampu), Norma
social dan uji daya nilai terganggu, tilikan satu.
Pada pemeriksaan psikometri didapatkan Pans-EC: 13. HDRS: 22
Page | 15
H. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu sering merasa sedih, tidak bersemangat,
rasa putus asa, tidak konsentrasi dan rasa hampa. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) pada pasien, keluarga, dan teman, serta terdapat hendaya (dissability) pada
fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa.
Pada anamnesa status internus dan neurologis sebelum pasien melakukan
tindakan bunuh diri, tidak ditemukan adanya kelainan internis dan neurologis,
sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan dan
berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita
berupa halusinasi visual dan auditorik sehingga diarahkan ke Gangguan Jiwa Psikotik.
Dari alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan
adanya keadaan sering sedih dan tidak bersemangat, emosi yang labil dan halusinasi
visual dan auditorik yang dialami dan menyebabkan pasien melakukan tindakan bunuh
diri, sehingga berdasarkan PPDGJ-III diagnosis diarahkan ke Episode Depresi Berat
dengan Gejala Psikotik (F32.3) + Tentament Suicide
Aksis II
Dari informasi yang diperoleh, pasien dikenal sebagai orang yang tenang, jarang marah,
jika ada masalah pasien cenderung memendamnya sendiri. Namun, dari data yang
didapatkan ini belum cukup untuk mengarahkan ke salah satu ciri kepribadian.
Mekanisme pertahanan yang sering digunakan adalah represi.
Aksis III
- Enchepalopathy Iskemik Hipoxia
- Genralized Onset with Tonic Clonic Seizure
- Post Gagal Nafas On Ventilator
- Trauma Laring
- Hipoalbuminemia
Page | 16
Aksis IV
Stressor Psikososial Saat ini: Tidak Ada
Aksis V
GAF Scale saat ini: bahaya mencederai diri, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri (20-11)
GAF Scale 1 bulan terakhir: Gejala sedang, disabilitas sedang (60-51)
GAF Scale setahun terakhir: gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll (70-61)
I. DAFTAR MASALAH
Organobiologik:
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan
psikofarmakoterapi.
Psikologik:
Ditemukan adanya hendaya dalam kehidupan sehari-hari berupa perasaan sedih
dan tidak bersemangat, gangguan tidur, gelisah dan halusinasi visual dan
auditorik sehingga menimbulkan gejala psikis, maka pasien memerlukan
psikoterapi.
Sosiologik:
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan
waktu senggang, sehingga pasien membutuhkan sosioterapi.
J. PROGNOSIS
Prognosis pasien ini adalah:
1. Quo ad Vitam : Dubia
2. Quo ad functionam : Dubia et malam
3. Quo ad sanationam : Dubia et malam
Page | 17
b. Terdapat sumber pembiayaan yang menanggung pengobatan pasien
c. Faktor pencetus jelas
d. Tidak ada keluarga dengan riwayat gangguan yang sama
K. TERAPI PSIKIATRI
Psikofarmokoterapi (17/12/2021):
- Risperidon 2 mg/12 jam/oral
- Lorazepam 1 mg/24 jam/oral/ siang
- Maprotiline 50 mg/ 24 jam/ oral/ malam
Psikoterapi : Psikoterapi Supportif
Psikodukasi keluarga
Page | 18
ular dan anak-anak
Halusinasi auditorik: mendengar sura-suara
yang memarahi pasien dan menyuruhnya untuk
gantung diri
Arus pikir: cukup relevan
Gangguan isi pikir : Diakui tidak ada (observasi)
P/Psikofarmakoterapi
Psikoterapi Supportif
Psikoedukasi Keluarga
18/11/2021 S : Pasien tampak cukup tenang, sedang baring di Terapi :
tempat tidur dan berbicara dengan istrinya. Pasien - Risperidon 2 mg/12
merasa pusing setelah didorong untuk pemeriksaan CT-
jam/oral
Scan kepala dan leher. Semalam pasien melihat ada
kucing yang lewat diatasnya. Pasien juga mendengar - Lorazepam 1 mg/24
suara-suara yang memarahinya. Pasien tidur malam dari jam/oral/ siang
jam 23.00-05.00.
- Maprotiline 25 mg/ 24
Page | 19
mendengar suara bisikan. jam/oral/ siang
- Maprotiline 25 mg/ 24
O :TD : 115/80 mmHg
jam/ oral/ malam
N : 88x/i
P : 20x/i
S : 36,5 C
GCS = 15 (E4V5M6) kompos mentis
Kontak mata ada verbal ada
Psikomotor : cukup Tenang
Afek : hipotimia
Mood: kesan depresif
Verbalisasi: Spontan, lancar, intonasi pelan
Gangguan persepsi :
Halusinasi visual: melihat bayangan anaknya
yang datang ke RS
Halusinasi auditorik: mendengar suara-suara
bisikan yang menyuruhnya untuk gantung diri
Arus pikir : cukup relevan
Gangguan isi pikir : diakui tidak ada
Page | 20
A/ Episode Depresi Berat dengan gejala Psikotik
(F32.3) + Tentament Suicide
DD/ Tentament Suicide e.c gangguan psikotik
P/Psikofarmakoterapi
Psikoterapi Supportif
Psikoedukasi Keluarga
21/11/2021 S: Pasien tampak cukup tenang. Pasien sedang berbaring Terapi :
dan mengeluh agak sesak sehingga dipasangkan O2. - Risperidon 2 mg/12
Tidur malam dari jam 21.00-02.00, bangun karena
jam/oral
mendengar suara ribut namun dapat tidur kembali.
Pasien mengatakan sudah tidak melihat bayangan - Lorazepam 1 mg/24
kucing, ular dan anak-anak, pasien juga mengaku sudah jam/oral/ siang
tidak mendengar suara bisikan. Pasien ingin cepat
- Maprotiline 50 mg/ 24
pulang dan berisitrahat dirumah, karena di RS tidur
malam tidak nyenyak karena ribut. jam/ oral/ malam (↑)
Page | 21
Gangguan isi pikir : Preokupasi: ingin segera pulang jalan)
kerumahnya
III. DISKUSI
Depresi merupakan gangguan suasana perasaan berupa penurunan mood
sehingga sering muncul tanda dan gejala kesedihan, putus asa, tidak bersemangat,
kurang motivasi dan ada keinginan untuk bunuh diri, serta menimbulkan kendala dalam
kehidupan sosial dan fungsi peran pasien. Beberapa faktor, seperti faktor genetik dan
faktor psikologis (kehilangan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi kognitif
dan ketidakberdayaan) diduga berperan dalam terjadinya depresi. 3
Kriteria episode depresif (F32) menurut PPDGJ-III adalah: a) konsentrasi dan
perhatian yang berkurang b) harga diri dan kepercayaan berkurang c) gagasan tentang
perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe ringan sekali pun) d)
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis e) gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri f) tidur terganggu g) nafsu makan berkurang.
Episode depresif memerlukan masa sekurang-kurangnya dua minggu untuk penegakan
diagnosis. Episode depresif dapat ditentukan dengan atau tanpa gejala psikotik. Contoh
khas dari gejala psikotik antara lain: adanya waham, halusinasi atau stupor depresif.
Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh. 1
Kriteria diagnosis gangguan depresi mayor menurut DSM-V adalah terdapatnya
paling sedikit lima dari gejala: 1) mood depresi 2) hilangnya minat pada hampir
sebagian besar aktivitas (anhedonia) 3) perubahan berat badan atau nafsu makan yang
bermakna 4) insomnia atau hipersomnia 5) penurunan konsentrasi 6) penurunan energi
7) rasa bersalah atau perasaan tidak berharga yang serasi 8) agitasi atau retardasi
psikomotor 9) ide-ide bunuh diri, dimana gejala-gejala tersebut harus mencakup mood
yang depresi atau hilangnya minat yang berlangsung selama dua minggu atau lebih. 1
Page | 22
Pada pasien ini ditemukan 3 gejala utama depresi, yaitu adanya penurunan
mood, kehilangan minat, dan kegembiraan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, dan
berkurangnya energy yang mengakibatkan pasien mudah lelah walapun pekerjaan
ringan, ditambah dengan 3 gejala tambahan, yaitu sulit berkonsentrasi, pesimistik, dan
tidur terganggu. Ditambah adanya gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri, dimana adanya halusinasi auditorik pada pasien yang menyalahkan pasien
atas situasi keluarga yang pasien alami dan menyuruh pasien untuk melakukan tindakan
bunuh diri, sehingga dari hal yang dialami pasien, maka dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami Episode Depresi Berat dengan gejala psikotik.
Pasien ini mendapatkan terapi risperidon. Risperidon merupakan antipsikotik
atipikal yang cukup memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor dopamin D2 dan reseptor
5-HT2A, selain itu juga memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor alfa 1, alfa 2
adrenergik, sementara baik untuk mengatasi gejala positif dan negatif. Halusinasi visual
dan auditorik merupakan salah satu gejala positif oleh karena itu risperidon cukup efektif
untuk pasien ini. Selain itu, risperidone menyebabkan efek samping ekstrapiramidal
yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan obat antipsikotik tipikal, sehingga relatif
aman bila dikonsumsi untuk jangka waktu yang lebih lama.2
Pasien juga mendapatkan lorazepam yang merupakan golongan
benzodiazepine. Dimana lorazepam termasuk dalam golongan benzodiazepine dengan
waktu paruh sedang 10-20 jam yang lebih efektif untuk mengatasi tidur yang terbangun
lebih awal/dini hari.2,3 Pasien ini juga mengalami keluhan sulit tidur pada malam hari
dan sering terbangun oleh karena ini lorazepam dianggap cukup efektif untuk mengatasi
keluhan ini. 2
Maprotilin merupakan obat antidepresan yang masuk kelas Norepinefrine
Reuptake Inhibitor (N-RI), Antidepresan trisiklik (TCA), kadang-kadang
diklasifikasikan sebagai antidepresan tetrasikcik (tetra). Bekerja dengan cara
Meningkatkan neurotransmitter norepinefrin / noradrenalin, dan memblokir pompa
reuptake norepinefrin (pengangkut norepinefrin). Karena dopamin diinaktivasi oleh
pengambilan kembali norepinefrin di korteks frontal, yang sebagian besar tidak
memiliki transporter dopamin, maprotiline dengan demikian dapat meningkatkan
dopamin neurotransmisi di bagian otak ini Maprotiline membutuhkan waktu lama
Page | 23
untuk menampilkan perbaikan gejala klinis depresi, rata-rata 2 – 4 minggu setelah
terapi.2
Referat :
KRISIS INTERVENSI BUNUH DIRI
Definisi
Krisis intervensi adalah suatu metode yang diberikan segera pada seseorang
yang mengalami suatu peristiwa yang dapat mengakibatkan gangguan pada mental dan
fisik. Krisis tersebut berupa situasi yang mengakibatkan seseorang secara mendadak
tidak mampu lagi menggunakan kemampuannya untuk menyelesaikan masalah.
Tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri.4
Usaha tindakan atau pikiran yang bertujuan untuk mengakhiri hidup yang
dilakukan dengan sengaja, mulai dari pikiran pasif tentang bunuh diri sampai akhirnya
benar-benar melakukan tindakan yang mematikan. Keparahan tingkat bunuh diri
bervariasi, mulai dari ide bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan
melakukan bunuh diri.4
Epidemiologi
Page | 24
Hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun, yaitu satu
orang setiap 40 detik. Bunuh diri adalah fenomena global dan terjadi sepanjang hidup.
Intervensi yang efektif dan berbasis bukti dapat diterapkan pada tingkat populasi, sub-
populasi dan individu untuk mencegah upaya bunuh diri dan bunuh diri. Ada indikasi
bahwa untuk setiap orang dewasa yang meninggal karena bunuh diri mungkin ada lebih
dari 20 lainnya yang mencoba bunuh diri.6
Insiden bunuh diri dalam suatu masyarakat tergantung pada berbagai faktor.
Depresi klinis adalah penyebab yang sangat umum. Penyalahgunaan zat dan penyakit
fisik yang parah atau kelemahan juga diakui sebagai penyebab. Wilayah Eropa Timur
dan Asia Timur memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di seluruh dunia. Wilayah dengan
tingkat bunuh diri terendah adalah Karibia, diikuti oleh Timur Tengah.6
Perbedaan gender juga memainkan peran penting dalam bunuh diri. Lebih lanjut,
di antara semua kelompok umur di sebagian besar dunia, wanita cenderung
menunjukkan tingkat perilaku bunuh diri nonfatal yang dilaporkan lebih tinggi,
sementara pria memiliki tingkat bunuh diri yang jauh lebih tinggi.6
Ada macam-macam pembagian bunuh-diri dan percobaan bunuh-diri 7
Page | 25
Individu ini tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadi individu itu seolah-olah
tidak berkepribadian.
Hal ini terjadi bila tedapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dengan
masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma kelakuan yang
biasa. Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya
tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya karena tidak
ada pengaturan dan pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
Faktor Risiko
Menurut Adam.K yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah
• Pria
• usia diatas 45 tahun
• tidak bekerja
• bercerai atau ditinggal mati pasangan hidupnya
• mempunyai riwayat keluarga yang bermasalah
• mempunyai penyakit fisik kronis
• Hubungan sosial yang buruk baik terhadap keluarga/lingkungan
• cenderung mengisolasi diri
• mempunyai gangguan kesehatan jiwa
95% kasus bunuh diri berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa diantaranya 80%
Depresi, 10% Skizofrenia, 5% Dementia/Delirium, 5% diagnosa ganda yang
berkaitan dengan Ketergantungan Alkohol
Page | 26
Psikodinamika Bunuh Diri
Teori Freud (1917) mengemukakan suatu paradoks tentang bunuh diri, bahwa
sebebarnya ego’s self love sangatlah besar sehingga keinginan ego untuk mendestruksi
dirinya sendiri tidak dapat dibayangkan. Freud melihat bahwa bunuh diri merupakan
suatu bentuk agresivitas yang sebenarnya diarahkan kepada objek, tetapi justru
diarahkan kepada diri sendiri. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa: “ego dapat
membunuh dirinya sendiri hanya jika ego dapat memperlakukan dirinya sebagai objek,
dengan maksud untuk mengembalikan kateksis objek, jika dirinya mampu mengarahkan
hostilitas dan agresivitas ke suatu objek dan merepresentasikan reaksi orisinal ego
terhadap objek dalam dunia eksternal.” Dalam kata lain, individu dengan perilaku bunuh
diri merasakan hostilitas dan agresivitas yang besar terhadap objek yang telah
membuatnya frustasi, dalam hal ini individu ini mengalami suatu loss of object. Individu
yang cenderung melankolik kemudian dapat mengalami semacam regresi dari suatu
hubungan objek dengan loss of object kembali ke identifikasi objek. Individu dengan
perilaku bunuh diri cenderung melakukan identifikasi narsisistik, termasuk pilihan objek
narsisistik dan ambivalensi terhadap objek yang dicintai. Dalam mengidentifikasi dan
menginternalisasi loss of object yang membuatnya frustasi tersebut, terdapat
ketidakmampuan memisahkan dirinya dari objek tersebut sehingga individu ini
kemudian terbebani dengan impuls agresif yang bersifat sadis. Penting untuk
mengetahui bahwa, pada saat rasa agresivitas yang besar dirasakan terhadap orang yang
membuat frustasi, terdapat pula koneksi libinal terhadap objek tersebut. Dalam hal ini,
terdapat semacam kualitas atau aspek gratifikasi dari hubungan dengan objek yang
membuat frustasi tersebut yang diinginkan oleh individu yang memikirkan bunuh diri.
Sehingga adanya kebencian yang kuat, dan juga rasa cinta/kepemilikikan terhadap
objek, inilah yang menyebabkan ambivalensi pada perilaku bunuh diri. Dalam hal ini,
objek menjadi bagian dari ego dan sadisme yang dirasakan terhadap objek yang
diinternalisasi akhirnya mengarah ke dirinya sendiri: “the shadow of the object falls
upon the ego” (bayangan objek jatuh di atas ego). Superego menggunakan semua energi
sadistik untuk menghindari diri sendiri, sehingga sadistik menyerang superego dan
membuat ego melakukan bunuh diri.8
Page | 27
Dalam formulasinya yang lain, Freud (1923) menulis bahwa rasa cemas yang
dirasakan berasal dari objek yang diinternalisasi tidak dapat diatasi, sehingga kemudian
menyebabkan kegagalan superego. Superego mengisi fungsi yang sama dari fungsi
melindungi dan merawat yang diberikan oleh ibu di masa awal kehidupan. Tetapi,
ketika ego menemukan dirinya dalam bahaya yang luar biasa dimana ego meyakini
dirinya tidak dapat mengatasinya dengan kekuatannya sendiri, pada akhirnya tampak
seperti superego yang menarik kateksis libinal dari ego, sehingga ego kemudian merasa
ditinggalkan atau dihukum oleh semua dorongan untuk dilindungi, selanjutnya muncul
rasa menyerah, dan membiarkan dirinya mati. Dengan demikian, individu dengan
perilaku bunuh diri merasa terbebani dengan: a) kebencian yang dirasakan terhadap
orang lain, b) tidak adanya koneksi libinal yang sangat diinginkan secara mendalam, dan
c) ketidakmampuan untuk membedakan dirinya dari orang lain. Sebagai hasilnya,
seorang individu akan meyakini bahwa dia harus membunuh dirinya.8
Teori Klein Melanie Klein (1935, 1946), mengatakan bahwa bunuh diri tidak
hanya sebuah simbol pembunuh akibat objek yang buruk (objek yang membuat frustasi /
objek yang menolak / objek yang hilang), akan tetapi bunuh diri juga merupakan sebuah
simbol dalam menjaga hubungan dengan loved object (objek yang dicintai). Klein
memahami bunuh diri dengan cara membedakan antara sudut pandang „paranoid–
skizoid‟ dan „depresi‟. Sudut pandang „paranoid–skizoid‟ dicirikan oleh tendensi untuk
melakukan proyeksi kebencian terhadap objek, memberikan individu pikiran
persekutorik dan omnipoten. Hal ini memunculkan kecemasan dan ketakutan akan
terjadinya disintegrasi dan kehilangan diri, serta ketakutan kehilangan objek yang baik
akibat dirusak oleh objek yang buruk. Sehingga individu akan cenderung menyerang
objek yang buruk tersebut untuk melingungi dirinya dari kehancuran atau untuk
menjaga objek yang baik. Pada sudut pandang depresi, ego menghadapi pengalaman
objek yang baik dan buruk sebagai pusat dalam satu objek. Hal ini menyebabkan
kecemasan depresif, dimana ada ketakutan akan loss of the object, dan di saat
bersamaan ada rasa bersalah yang muncul akibat fantasi sadistik terhadap objek
tersebut. Dalam kasus yang lebih patologis, rasa bersalah dapat menyebabkan perasaan
bahwa dirinya menjadi buruk dan muncul keyakinan bahwa dirinya hanya menimbulkan
kehancuran bagi orang secara umum dan bagi objek yang baik secara khusus.
Page | 28
Selanjutnya, bunuh diri dapat terjadi dengan tujuan untuk membersihkan dunia dan
mencegah kehancuran.9
Instrumen Penilaian
Alat penapisan resiko bunuh diri telah dikembangkan dan digunakan pada pasien anak
dan remaja
Instrumen yang sering digunakan untuk menyaring pasien dengan adanya resiko
bunuh diri yang sering digunakan ialah Assault and Violence Assessment Tool. Skrining
telah divalidasi dan digunakan di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo hingga saat ini.10
Page | 29
Page | 30
Terapi
Penanganan awal yang dapat diberikan adalah krisis intervensi yang bertujuan
untuk memberikan pengalaman yang baik antara keluarga dan staf medik gawat darurat,
mengatur harapan realistis tentang follow up treatment, dan mendapatkan komitmen
dari pasien yang bunuh diri serta keluarganya untuk kembali dan melakukan evaluasi
lebih lanjut.
Pelaku percobaan bunuh diri harus dirawat inap jika kondisinya tidak stabil dan
perilakunya tidak bisa diprediksi. Gambaran diagnostik yang bisa digunakan sebagai
indikasi untuk rawat inap adalah depresi mayor dengan gejala psikotik, siklus cepat
perilaku impulsif dan iritabel, psikotik dengan halusinasi perintah dan penyalahgunaan
alkohol dan zat terlarang.11
Pilihan terapi yang akan dilakukan berdasarkan penilaian risiko bunuh diri yang
didapatkan melalui evaluasi psikiatrik. Tujuan intervensi psikososial termasuk mencapai
perbaikan dalam hubungan interpersonal, keterampilan coping, fungsi psikososial, dan
manajemen afek. beberapa konsensus klinis yang menunjukkan bahwa intervensi
psikososial dan psikoterapeutik spesifik memiliki manfaat untuk mengurangi risiko
bunuh diri.11,12
Page | 31
Klinisi hendaknya memperhatikan isu-isu di bawah ini untuk perencanaan
penatalaksanaan segera, yaitu 1) Do no harm. Jangan berikan medikasi kepada pasien
yang mempunyai potensi toksik dan overdosis. 2) Hindarkan pasien dari hal-hal dan
benda-benda berbahaya yang bisa menyebabkan bunuh diri berulang. 3) Berikan
harapan kepada pasien. Klinisi hendaknya mencoba untuk membantu pasien memahami
problemnya dan membantu untuk penyelesaiannya.11,12
Pencegahan
Page | 32
masyarakat dalam melakukan pendekatan, dukungan, dan rujukan untuk individu dalam
masa sulit atau krisis kesehatan jiwa dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku terkait dengan kesehatan jiwa.14
Pertama, bagaimana sikapmu mengenai bunuh diri? Coba sadari dampaknya pada
kemampuanmu untuk menolong. Perlu diingat, ada kemungkinan mereka memiliki
kepercayaan dan sikap mengenai bunuh diri yang berbeda dengankamu, terutama
jika berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda.
Pastikan diri kamu siap sebelum mendekati individu. Tanyakan dirimu beberapa
pertanyaan untuk memastikan kesiapan diri, seperti “Apakah kondisiku baik?”,
“Bisakah aku memberi waktu sebanyak yang diperlukan?”, dan “Apakah aku
bersedia mendengarkan dengan tulus?”
Melakukan pendekatan dengan individu memerlukan momen yang tepat. Untuk
memastikan hal ini, kamu dapat menanyakan dirimu sendiri, seperti “Sudahkah aku
memilih suatu tempat yang relatif pribadi dan nyaman?”, “Sudahkah aku
menemukan waktu yang tepat bagi dia untuk berbicara?” dan “Sudahkah aku
memastikan bahwa aku memiliki cukup waktu untuk berbicara dengan dia?”
Jika kamu merasa tidak mampu untuk bertanya pada individu mengenai pemikiran
bunuh diri, carilah orang lain yang kamu anggap bisa.
Page | 33
Bila kamu tidak mampu melakukan koneksi dengan orang tersebut, bantu dia
mencari orang lain untuk bicara. Tanyakan seperti “Apakah ada orang lain yang
ingin kamu ajak bicara?”
Page | 34
Cari tahu urgensinya
Anggap semua pemikiran bunuh diri serius dan ambil tindakan. Jangan abaikan atau
menganggap pikiran individu sebagai usaha untuk mencari perhatian. Tanyakan
individu mengenai hal yang mempengaruhi keamanannya, seperti:
Rencana atau niatan untuk bunuh diri. Jika ia menjawab ya, tanyakan juga
pertanyaan langsung mengenai bagaimana caranya, kapan, dan di mana dia berniat
melakukan bunuh diri. Tanyakan juga apakah dia sudah mengambil langkah untuk
mendapatkan sarana bunuh diri.
Mengonsumsi narkoba atau alkohol. Berada di bawah pengaruh alkohol dan obat-
obatan dapat meningkatkan risiko seseorang melakukan tindakan atas pemikiran
bunuh diri.
Riwayat percobaan atau rencana tindakan bunuh diri sebelumnya.
Jika individu mengatakan bahwa dia mendengar suara-suara, tanyakan apa yang
dikatakan suara-suara tersebut. Ini penting, apalagi jika suara-suara tersebut relevan
dengan pemikiran bunuh dirinya saat ini.
Penting juga untuk mencari tahu dukungan apa yang tersedia untuk individu tersebut,
seperti:
Semakin spesifik rencana bunuh diri seseorang, seperti sarana, waktu pelaksanaan, atau
kebulatan niat, semakin tinggi risiko individu tersebut untuk mencoba bunuh diri dalam
waktu dekat. Kurangnya rencana bunuh diri tidak menjamin bahwa individu itu aman.
Individu dengan kecenderungan bunuh diri harus ditemani dan tidak boleh
dibiarkan sendiri. Lakukan tindakan secepatnya jika kamu mencurigai adanya
Page | 35
bahaya langsung dari individu tersebut. Lebih baik, ajak individu bekerjasama
untuk memastikan keamanannya daripada bertindak sendiri (atau memaksa orang
tersebut) untuk mencegah bunuh diri.
Ketika berbicara dengan individu, fokuslah pada hal-hal yang akan menjaga ia tetap
aman sekarang, daripada hal-hal yang menempatkannya dalam bahaya. Selain itu,
fokuslah pada apa yang harus dilakukan oleh individu daripada apa yang tidak
seharusnya ia lakukan.
Perlu dicatat bahwa walaupun kamu dapat memberi dukungan, kamu tidak
bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku orang lain. Selain itu, kamu tidak
dapat mengendalikan keputusan dia untuk melakukan sesuatu.
Page | 36
Melakukan rujukan ke profesional seperti psikolog dan psikiater sangat dianjurkan
dalam intervensi krisis bunuh diri. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai layanan
atau fasilitas kesehatan jiwa di Indonesia, dapat dilihat di sini.
Jika orang tersebut melakukan tindakan bunuh diri, segera lakukan pertolongan
pertama
Jika individu telah melukai dirinya sendiri atau mencoba melakukan bunuh diri,
segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan segera panggil
layanan darurat/ambulans. Perlu diingat, bahwa meskipun kita sudah melakukan
yang terbaik, kita mungkin tidak berhasil mencegah bunuh diri.
Pahami bahwa tidak semua orang yang telah melukai dirinya sendiri, tidak ingin
bunuh diri. Beberapa orang melukai dirinya sendiri karena alasan lain selain bunuh
diri, seperti menghilangkan penderitaan yang tak tertahankan, untuk berhenti
merasa mati rasa, atau alasan lain.
Page | 37
Jaga diri kamu
Setelah membantu seseorang yang ingin bunuh diri, pastikan kamu juga merawat
diri kamu sendiri. Memberikan dukungan dan bantuan kepada orang yang ingin
bunuh diri seringkali melelahkan. Oleh karena itu, penting untuk juga menjaga
dirimu sendiri.
Dengan mengenal individu tersebut secara lebih personal, kita dapat mengatur
cara untuk memberikan pertolongan pertama bunuh diri yang sesuai dengan gaya
individu tersebut.
Page | 38
Page | 39
Daftar Pustaka
Page | 40
14. Mental Health First Aid Australia. Suicidal Thoughts and Behaviours: First Aid
Guidelines (Revised 2014). Melbourne: Mental Health First Aid Australia; 2014
Page | 41