Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Sabar Nababan, Sp.S
dr. Dyan Roshinta Laksmi Dewi, Sp.S
dr. Simon Djeno, Sp.S
dr. Dini Astriani, Sp. S
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui,
Pontianak, Mei 2021
Pembimbing, Penulis,
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. In
Nomor Rekam Medis : 1424xx
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir / Usia : 14 Juli 1962/ 58 tahun
Alamat : Jl. Aggrek gg. Pingan Kapuas
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status Pernikahan : Cerai Mati
Tanggal Masuk RS : 29 Maret 2021
Tanggal Periksa : 8 Mei 2021
B. Anamnesis (alloanamnesis)
1. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran ±16 Jam SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Soedarso dengan keluhan penurunan kesadaran.
Menurut anak pasien, pasien masih terlihat sarapan seperti biasanya dirumah pada
pukul 08.00 WIB. Pada pukul 11.00 WIB pasien ditemukan anaknya tergeletak
dikamar mandi dalam keadaan sadar dan lemas. Pasien muntah sebanyak 3x,
muntah berisi makanan yang telah dikonsumsi. Setelah muntah, pasien tidak
sadarkan diri, tidak ada yang mengetahui bagaimana pasien terjatuh. Adanya luka
dan memar pada bagian kepala atau bagian lainnya disangkal. Pasien segera dibawa
ke RS Sanggau pada pukul 11.30 WIB. Selama diperjalanan, pasien gelisah tetapi
hanya menggerakkan kaki dan tangan bagian kiri saja dengan mata yang tertutup.
Saat di RS Sanggau pasien telah diberi pengobatan, pemeriksaan
laboratorium (peningkatan leukosit 20,52 (10^3/uL)), pemeriksaan foto thorax
(gambaran cardiomegaly disertai dilatasi dan elongasi aorta) dan penilaian siriraj
score (5,9). Pasien dirawat kurang lebih 11 jam sampai akhirnya dirujuk ke RS
Soedarso pada pukul 03.40 WIB dengan indikasi fasilitas yang kurang memadai.
Kejang (-), kurang aktivitas fisik (+), migrain (+), riwayat pemakaian
kontrasepsi hormonal (8 tahun yll), merokok (-), konsumsi alkohol (-), stress (-),
penyalahgunaan obat (-).
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Tanda Vital
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : E1V1M5
Tekanan Darah : 175/117 mmHg (MAP : 136mmHg)
Frekuensi Nadi : 100x/menit
Frekuensi Napas : 25x/menit
Suhu : 37,7C
Saturasi Oksigen : 100%
2. Status Generalisata
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
3mm/3mm, refleks cahaya (+/+)
Leher : JVP normal
KGB : Pembesaran KGB (-)
Paru
Inspeksi : Pergerakkan dada simetris pada statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/ -, wheezing - / -
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi :
- Batas kiri atas pada ICS II linea parasternalis sinistra
- Batas kanan atas ICS II linea midclavicularis dextra
- Batas kiri bawah pada ICS V linea midclacicularis sinistra + 2 cm ke lateral
axila anterior
- Batas kanan bawah ICS IV linea parasternalis dextra
Auskultasi : SI/SII regular, murmur sistolik (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) , hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( + ) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : Akral hangat + / +, edema - / -
Inferior : Akral hangat + / +, edema - / -
3. Status Neurologis
a. Pemeriksaan Nervus Cranialis
Nervus Pemeriksaan Kanan Kiri
N. I Olfaktorius Daya penciuman SDN SDN
N. II Optikus Daya penglihatan Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Pengenalan warna Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Lapang pandang Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
N. III Okulomotor Ptosis - -
Gerakan mata ke Baik Baik
medial
Gerakan mata ke atas SDN SDN
Gerakan mata ke SDN SDN
bawah
Ukuran pupil Isokor Isokor
3mm 3mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Ref. cahaya langsung + +
Ref. cahaya + +
konsensual
N. IV Troklearis Strabismus divergen – –
Gerakan mata ke SDN SDN
lateral bawah
Strabismus konvergen – –
N. V Trigeminus Deviasi rahang Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Kekuatan otot rahang Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Refleks Dagu Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Refleks Kornea Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
N. VI Abdusen Gerakan mata ke SDN SDN
lateral
Strabismus konvergen – -
N. VII Fasialis Kedipan mata + +
Lipatan nasolabial Simetris Simetris
Sudut mulut Simetris Simetris
Mengerutkan dahi SDN SDN
Menutup mata + +
Meringis SDN SDN
Menggembungkan SDN SDN
pipi
Daya kecap lidah 2/3 Tidak Tidak
anterior dilakukan dilakukan
N. VIII Nistagmus Tidak Tidak
Vestibulotroklearis dilakukan dilakukan
Daya Pendengaran Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
N. IX Daya kecap lidah 1/3 Tidak Tidak
Glossopharyngeus posterior dilakukan dilakukan
N. X Vagus Refleks muntah Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Suara serak/lemah SDN SDN
N. XI Accesorius Otot bahu, leher Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
N. XII Hipoglossus Sikap lidah SDN
Artikulasi SDN
Tremor lidah SDN
Menjulurkan lidah Tidak dilakukan
Trofi otot lidah SDN
Fasikulasi lidah -
b. Motorik
Pergerakan dan kekuatan : kesan lateralisasi dekstra
c. Tonus Otot
Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Refleks Fisiologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Refleks Patologis : refleks babinski (+/-)
- -
+ -
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Lengkap
6. ICH Score
b. ICH volume : 1
c. IVH : 1
d. Sumber infratentorial : 0
e. Usia : 0
Kesimpulan : score : 3
7. CT – Scan Kepala
CT scan kepala potongan axial tanpa kontras dengan interpretasi :
a. Tampak ICH di insula kiri luas 5,8 x 3,3cm
b. Tampak IVH di ventrikel lateral kanan -kiri, III dan IV
c. Tampak midline shift ke kanan sejauh 8mm
d. Sulci dan gyri baik
e. Sistem ventrikel relatif baik
f. Tulang – tulang baik, tak tampak kelainan
Besarnya volume perdarahan dapat diestimasi dengan menggunakan metode :
Volume perdarahan (cc) = A x B x C = 5,8 x 3,3 x 5= 95,7 cc
2 2
8. Diagnosis
10. Prognosis
j. Follow Up Pasien
30 Maret 2021 S/
Penurunan kesadaran,
O/
KU : tampak sakit berat
Kesadaran: GCS E2M5Vx
TD : 115/70 mmHg (MAP : 85mmHg)
HR : 118 kali/menit
T : 37oC
Sp02 : 99% (dengan bantuan ventilator)
Motorik : kesan hemiparesis dekstra
Pemeriksaan darah lengkap :
WBC : 14,04 (10^3/uL)
Pemeriksaan elektrolit :
Kalium : 3,03 mmol/L
A/
POD I kraniotomi
Stroke hemoragik ec ICH
Hipertensi emergensi (dalam terapi)
Hipokalemi
Leukositosis
P/
Inj. Kalnex 500mg/12 jam iv
Inj. Ranitidin 50mg/ jam iv
KSR 600mg/8 jam po
Stop Nicardipin
Terapi lanjut
1 April 2021 S/
Penurunan kesadaran, demam (+), kejang (-)
O/
KU : tampak sakit berat
Kesadaran: GCS E2M4VX
TD : 139/80 mmHg (MAP : 99mmHg)
HR : 110 kali/menit
Sp02 : 97% (dengan ventilator)
T : 40oC
Motorik : kesan hemiparesis dekstra
Pemeriksaan darah lengkap :
WBC : 13,71 (10^3/uL)
Eritrosit : 3,00 (10^6/uL)
HB : 8,9 (g/dL)
HCT : 29,6 (%)
MCV : 98,7 (fL)
MCH : 29,7 (pg)
MCHC : 30,1 (g/dL)
Trombosit : 169 (10^3/uL)
Pemeriksaan elektrolit :
Kalium : 2,87 mmol/L
A/
POD III kraniotomi
Stroke hemoragik ec ICH
Hipertensi emergensi (dalam terapi)
Hipokalemi
Leukositosis
Anemia normositik normokromik
P/
Inf. PCT 1gr (p.r.n)
Inf. NaCL Loading 500cc
Transfusi WB 2 kolf (bila tidak demam)
Terapi lanjut
6 April 2021 S/
Penurunan Kesadaran, demam (-), kejang (-)
O/
KU : tampak sakit berat
Kesadaran: GCS E1M4VX
TD : 128/84 mmHg (MAP : 98mmHg)
HR : 98 kali/menit
Sp02 : 98% (dengan ventilator)
T : 37,6oC
Motorik : kesan hemiparesis dekstra
Pemeriksaan kimia klinik:
Albumin : 2,9 (gr/dL)
Pemeriksaan elektrolit :
Kalium : 3,44 mmol/L
A/
Post kraniotomi
Stroke hemoragik ec ICH
Hipertensi emergensi (dalam terapi)
Hipoalbumin
P/
Inf. Albumin 20%
Terapi lanjut
11 April 2021 S/
Penurunan kesadaran, demam (-), kejang (-)
O/
KU : tampak sakit berat
Kesadaran: GCS E1M5Vx
TD : 148/95 mmHg (MAP : 112mmHg)
HR : 89 kali/menit
T : 37,6oC
Sp02 : 99% (dengan bantuan ventilator)
Ekstremitas : terdapat luka pada tumit kiri dan
kanan, ukuran 2x3cm, berwarna kemerahan, sekitar
luka berwarna kecoklatan
Motorik : kesan hemiparesis dekstra
Pemeriksaan elektrolit :
Kalium : 2,67 mmol/L
A/
Post kraniotomi
Stroke hemoragik ec ICH
Hipertensi emergensi (dalam terapi)
Ulkus dekubitus
Hipokalemi
P/
Pre trakeostomy
Terapi lanjut
17 April 2021 S/
Penurunan kesadaran, demam (-), kejang (-)
O/
KU : tampak sakit berat
Kesadaran: GCS E2M4VX
TD : 125/77 mmHg (MAP : 93mmHg)
HR : 105 kali/menit
Sp02 : 97% (dengan ventilator)
T : 37,6oC
Ekstremitas : terdapat luka pada tumit kiri dan
kanan, ukuran 2x3cm, berwarna kemerahan, sekitar
luka berwarna kecoklatan , edem ekstremitas atas
dan bawah (+/+)
Motorik : kesan hemiparesis dekstra
A/
Post kraniotomi
Post trakeotomi
Stroke hemoragik ec ICH
Hipertensi emergensi (dalam terapi)
P/
Terapi lanjut
8 Mei 2021 S/
Penurunan Kesadaran, demam (-), kejang (-)
O/
KU : tampak sakit berat
Kesadaran: E3M0B4R1
TD : 130/88 mmHg (MAP : 104 mmHg)
HR : 108 kali/menit
Sp02 : 99% (dengan ventilator)
T : 37,7oC
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik
(-/-), pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya +/+
Leher : JVP normal
KGB : Pembesaran KGB (-)
Paru
Inspeksi : Pergerakkan dada simetris pada
statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus kanan, kiri sama
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+,
ronkhi +/+, wheezing - / -
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Kesan pembesaran jantung
Auskultasi : SI/SII regular, murmur sistolik
(-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) , hepar
dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( + ) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : Akral hangat + / +, edema +/ +
Inferior : Akral hangat + / +, edema + / +, ulkus
decubitus +/+
Motorik :
0 0
0 0
- -
- -
- -
Pemeriksaan Hasil
Kaku kuduk -
Kernig sign -
Lasegue sign -
Brudzinski I -
Brudzinski II -
Brudzinski III -
Brudzinski IV -
A/
Post kraniotomi,
Post trakeotomi
Stroke hemoragik ec ICH
Hipertensi
P/
Inj. Mecobalamin 500mg/8 jam iv
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam iv
Inj. Citcolin 500mg/12 jam iv
Inj. Piracetam 1gr/8 jam iv
Inj. Furosemid 10mg/8 jam iv
Sucralfat 10cc/8 jam p.o
VIP albumin 10g/8 jam po
KSR 600mg/8 jam po
Combivent/8 jam
Terapi lanjut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Stroke
Menurut World Health Organization (WHO) stroke didefinisikan suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat
menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.1
2. Epidemiologi Stroke
Data Riskesdas pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi stroke
(permil) berdasarkan diagnosis dokter provinsi dengan penderita stroke tertinggi ada
pada Provinsi Kalimantan Timur (14,7) dan terendah pada Provinsi Papua (4,1). Pada
tahun 2018 sendiri Sulawesi Utara menempati urutan ke tiga tertinggi untuk penderita
stroke di Indonesia. Penderita stroke di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado pada
Mei 2018 – Desember 2018 sebanyak 251 kasus stroke, dan pada Januari 2019 –
September 2019 diketahui bahwa jumlah kasus penyakit stroke di RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado sebanyak 504 kasus.2
3. Klasifikasi Stroke
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu:
Stroke Iskemik
Stroke adalah kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak
akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya
atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis,
yang dapat disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau
patologi.3
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik ialah suatu gangguan organik otak yang disebabkan adanya
darah di parenkim otak atau ventrikel.3 Stroke hemoragik terjadi pada otak
yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak,
sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak.
Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel otak
akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan
fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh
darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga genangan darah
masuk kedalam ruang sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila ini terjadi
stroke bisa sangat luas dan fatal bahkan sampai pada kematian.4
Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena
penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh
(aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor
usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga disebabkan karena faktor keturunan
(genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya
dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosklerosis akan lebih
parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi.4
4. Etiologi Stroke
Penyebab kelainan pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan stroke,
antara lain:5
1. Trombosis aterosklerosis
2. Transient iskemik
3. Emboli
4. Perdarahan hipertensi
5. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
6. Arteritis
6. Patofisiologi Stroke
Stroke iskemik dapat disebabkan oleh kondisi trombotik dan embolik. Pada
thrombosis, aliran darah terdampak karena penyempitan pembuluh darah akibat
artherosclerosis. Plaque yang terbentuk akan mendesak ruang vaskuler dan
membentuk bekuan yang menyebabkan stroke trombotik. Pada stroke embolik,
penurunan aliran darah ke region otak disebabkan oleh emboli; aliran darah ke otak
menurun, menyebabkan stress berat pada sel dan nekrosis. Nokrosis diikuti oleh
gangguan pada membrane plasma, sehingga organel sel membengkak dan
mengeluarkan isi sel ke ruang ekstraseluler, sehingga akan menyebabkan hilangnya
fungsi neuronal. Proses lainnya yang berpengaruh terhadap patologi stroke
diantaranya proses inflamasi, kegagalan penggunaan energy, hilangnya homeostasis,
asidosis, peningkatan kalsium intraseluler, eksitotoksisitasm toksisitas yang dimeriasi
oleh radikal bebas, sitotoksisitas yang dimediasi oleh sitokin, aktivasi komplemen,
gangguan blood-brain barrier, aktivasi sel ganglial, stress oksidatif dan infiltrasi
leukosit.4
Stroke hemoragik disebabkan karena stress pada jaringan otak akibat tekanan
dari pembuluh darah yang menyebabkan ruptur pembuluh darah. Stroke hemoragik
diklasifikasikan menjadi hemoragik intraserebral dan subarachnoid. Pada hemoragik
intraserebral (ICH) pembuluh darah rupture menyebabkan akumulasi darah abnormal
di dalam otak. Penyebab utama ICH adalah hipertensi, vaskularisasi abnormal,
penggunaan antikoagulan dan agen trombolitik yang berlebihan. Pada hemoragik
subarachnoid, darah terkumpul pada ruang subarachnoid otak akibat trauma kepala
dan aneurisma serebral sehingga menyebabkan penekanan pada rongga otak.4
8. Diagnosis
Hemidefisit motoris
Penurunan kesadaran
Dizziness
Pemeriksaan - Penurunan GCS
fisik
- Kelumpuhan saraf kranial
- Kelemahan motorik
- Defisit sensorik
- Gangguan otonom
- Gangguan neurobehavior
Kritertia Terdapat gejala defisit neurologis fokal atau global yang muncul
2. Tatalaksana Spesifik
a. Koreksi Koagulopati
Terapi hemostatic diberikan untuk mengurangi progresi dari hematoma.
Vitamin K, prothrombin complex concentrates (PCCs), dan fresh frozen
plasma (FFP) dapat diberikan pada pasien dengan peningkatan prothrombin
time INR. Pada pasien dengan kondisi trombositopenia sebaiknya diberikan
platelet concentrate. FAST trial menunjukkan bahwa pemberian recombinant
activated factor VII (rFVIIa) menurunkan pertumbuhan dari hematoma tetapi
tidak meningkatkan angka kesembuhan maupun status fungsional.
b. Manajemen Hipertensi
Obat antihipertensi yang digunakan adalah labetalol, nitropaste, nitroprusid,
nikardipin, atau diltiazem intravena.
c. Manajemen Gula Darah
Hindari kadar gula darah melebihi 180 mg/dL. Semua pasien stroke dengan
GD tidak terkendali diberikan insulin. Target pengendalian gula darah 140-
180 mg/dL (kelas II, peringkat bukti C). Bila >250 mg/dL, diberikan insulin
intravena secara rutin, dosis sesuai dengan protokol.
d. Pencegahan Stroke Sekunder
Pemberian antikoagulan tidak dilakukan sampai ada hasil pemeriksaan
pencitraan.
10. Prognosis
Faktor prognostik yang buruk adalah koma, hematoma besar dengan volume
lebih dari 30cc, perdarahan intraventrikular, perdarahan fossa posterior, usia tua
lebih dari 80 tahun, hiperglikemia, dan penyakit ginjal kronis. Kerusakan dini dan
kematian adalah masalah utama ICH. Koma menunjukkan prognosis yang buruk.
ASA merekomendasikan bahwa pemantauan dan pengelolaan pasien dengan ICH
harus dilakukan di unit stroke khusus. Dalam enam bulan, hanya 20 persen pasien
menjadi mandiri. Para penyintas dapat memasuki keadaan vegetatif persisten atau
lockey in syndrome dalam kasus kerusakan hemisfer yang luas atau keterlibatan
batang otak.2,4