Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

CEPHALGIA KRONIK

Disusun oleh:
Tirtalia Annisa
I4061222050

Pembimbing:
dr. Dyan Roshinta Laksmi, Sp.S
dr. Sabar Nababan, Sp.S
dr. Dini Astriani, Sp.N
dr. Simon Djeno, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDARSO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui laporan kasus dengan judul:


Cephalgia Kronik

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Neurologi

Telah disetujui,
Pontianak, Agustus 2023

Pembimbing, Penulis

dr. Dyan Roshinta Laksmi, Sp.S Tirtalia Annisa

1
BAB I
PENYAJIAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama : Nn. F
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 00XXXXXX
Usia : 21 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ahmad Yani
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Pernikahan : Belum menikah
Tanggal Masuk RS : 22 Agustus 2023

1.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Sakit kepala berdenyut di kepala bagian atas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien Nn. F berusia 21 tahun mengeluh sakit kepala berdenyut yang terjadi di
kepala bagian atas. Sakit kepala dirasakan pasien sejak 8 bulan yang lalu dan sering
berulang. Sakit kepala tersebut terjadi dalam berjam-jam. Nyeri yang dirasakan
pasien memiliki intensitas yang berat sehingga pasien hanya bisa berbaring. Pasien
juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah dan kadang – kadang telinga
berdenging. Pasien juga mengatakan saat terkena panas, sakit kepala muncul.
Menurut pasien sakit kepala memberat saat melakukan aktifitas fisik. Pasien
mengatakan tidak pernah mengalami trauma kepala, gangguan penglihatan, kejang,
kelemahan anggota tubuh dan kesemutan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diabetes mellitus (-), hipertensi (-), cedera kepala/leher: (-).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat Alergi

2
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap obat dan makanan.

3
6. Riwayat Pengobatan

Pasien sempat melakukan pengobatan di rumah sakit. Pasien meminum obat


natrium diklofenat, ranitidine, dan eperison. Namun, pasien mengaku tidak kunjung
ada perubahan.

1.3 Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Tanda Vital
Keadaan Umum : Baik

GCS : E4M6V5
TD : 118/70 mmHg
BB : 60 Kg
TB : 160 cm
Frekuensi Nadi : 83 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,6oC
Saturasi Oksigen : 98%
2. Status Generalisata
Kepala : Normocephale
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Pupil isokor
diameter 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Hidung : Sekret hidung (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), lidah bersih, mukosa bibir tampak basah
Leher : JVP normal, Pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-),
Pulmo
• Inspeksi : Simetris kanan dan kiri baik statis maupun dinamis
• Palpasi : Fremitus taktil normal, massa (-), nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
• Auskultasi: Suara nafas dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
• Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC V dua jari dari linea midklavikula
sinistra
4
• Perkusi : Batas pinggang jantung pada ICS II line parasternalissinistra,
batas jantung kanan pada ICS V linea parasternalis dextra, batas jantung
kiri ICS VI dua jari dari linea midclavikula sinistra
• Auskultasi : SI/SII regular, murmur(-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar, sikatrik (-)
• Auskultasi : Bising usus normal 8 kali per menit
• Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), hepatomegali (-)
• Perkusi : Timpani di seluruh lapang perut
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-/-)
3. Status Neurologis
a. Motorik
Gerakan Kekuatan otot Tonus Otot
+ + 5 5 N N

+ + 5 5 N N

Refleks Fisiologis Atrofi otot Klonus


+2 +2 - - Kaki Kanan Kaki Kiri

+2 +2 - - - -

b. Refleks Patologis
Refleks Patologis Kanan Kiri
Chaddock - -
Babinski - -
Oppenheim - -
Hoffmen Tromner - -

c. Pemeriksaan Rangsang Meningeal


Pemeriksaan Hasil
Kaku kuduk -
Kernig sign -
Lasegue sign -
Brudzinski I -
Brudzinski II -
5
d. Skala nyeri

Skala nyeri = 10 (Tidak tertahankan)


e. Sensibilitas: Sulit dinilai
f. Fungsi otonom: BAB dan BAK tidak terganggu
g. Pemeriksaan Nervus Cranialis
Nervus Pemeriksaan Kanan Kiri
N. I Olfaktorius Daya penciuman Baik Baik

N. II Optikus Daya penglihatan


Pengenalan warna
Lapang pandang
N. III Okulomotor Ptosis – –
Gerakan mata ke medial Baik Baik
Gerakan mata ke atas
Gerakan mata ke bawah
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Ref. cahaya langsung + +
Ref. cahaya konsensual + +
N. IV Troklearis Strabismus divergen – –
Gerakan mata ke lateral Baik Baik
bawah
Strabismus konvergen – –
N. V Trigeminus Deviasi rahang – –
Kekuatan otot rahang Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Refleks Dagu Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Refleks Kornea Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
N. VI Abdusen Gerakan mata ke lateral Baik Baik
Strabismus konvergen – –
N. VII Fasialis Kedipan mata + +
Lipatan nasolabial Simetris Simetris
Sudut mulut + +
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + +
Meringis + +
Menggembungkan pipi + +
6
Daya kecap lidah 2/3 Tidak Tidak
anterior dilakukan dilakukan
N.VIII Nistagmus - -
Vestibulotroklearis Daya Pendengaran Baik Baik
N.IX Daya kecap lidah 1/3 Tidak Tidak
Glossopharyngeus posterior dilakukan dilakukan
N. X Vagus Refleks muntah Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Suara serak/lemah + +
N. XI Accesorius Otot bahu, leher Baik Baik
N. XII Hipoglossus Artikulasi Jelas
Tremor lidah -
Menjulurkan lidah Tidak deviasi
Trofi otot lidah Eutrofi

1.4 Pemeriksaan Penunjang

Teknik : MSCT Scan cerebral


Deskripsi :
Sulci cerebri dan fissura Sylvi tidak melebar.
Tak tampak lesi patologis di intraparenkhimal cerebrum dan cerebellum.
Thalamus, pons dan medulla oblongata tak tampak kelaianan.
Sistem ventrikel dan sisterna tidak melebar.
Tak tampak pergeseran garis tengah.
Tulang-tulang kesan intak.

7
Kesan:
Hasil CT-Scan kepala tidak tampak kelainan

1.5 Diagnosis
Diagnosis Klinis: Cephalgia, nyeri unilateral, kualitas berdenyut, kronis,
dengan skala nyeri berat, dan diperberat dengan aktifitas fisik
Diagnosis Topis: Supratentorium
Diagnosis Etiologis: Migrain

1.6 Tatalaksana
Terapi Farmakologi
a) PO. Asam Folat 2 x 1mg tab
b) PO. Depakote 1 x 500 mg tab
c) PO. Flunarizin HCL 3 x 10 mg tab
d) PO. Paracetamol 3x 500 mg tab

1.7 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : bonam

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala. Cephalgia
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo dan algos.
Cephalo memiliki arti kepala, sedangkan algos memiliki arti nyeri. Cephalgia dapat
menimbulkan gangguan pada pola tidur, pola makan, menyebabkan depresi sampai
kecemasan pada penderitanya. Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala
ringan maupun berat, nyeri seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada
satu titik, terjadi secara spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi.1

2.2 Klasifikasi
Sakit kepala (cephalgia) dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer,
sakit kepala sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya.
Sakit kepala primer dapat dibagi menjadi migraine, tension type headache, cluster
head ache dengan sefalgia trigeminal/autonomik, dan sakit kepala primer lainnya.
Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh
karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial
dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial,
sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit
kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat
kelainan kranium, leher, telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau struktur lain di
kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri.2

Gambar 1. Gambaran Klasifikasi dari Cephalgia2

9
Cephalgia Sifat Lokasi Lama Frekuensi Gejala ikutan
nyeri

Migrain Berdenyut Unilateral/bilateral 4-72 Sporadik, < Mual muntah ,


tanpa aura jam 5 serangan fotofobia,fonofobia
nyeri

Migrain Berdenyut Unilateral < 60 Sporadik, 2 Gangguan visual,


dengan menit serangan gangguan sensorik,
aura didahului gangguan bicara
gejala
neurologi
fokal 5-20
menit

Tension Tumpul, Bilateral 30’ -7 Terus Depresi ansietas


Tipe tekan hari menerus stress
Headache diikat

Cluster Tajam, Unilateral orbita, 15-180 Periodik 1 x Lakrimasi


Headache menusuk supraorbital menit tiap 2 hari – ipsilateral.,
8x perhari rhinorrhoea
ipsilatral,
miosis/ptosis
ipsilatral, dahi &
wajah berkeringat

Neuralgia Ditusuk- Dermatom saraf V 15-60 Beberapa Zona pemicu nyeri


trigeminus tusuk detik kali sehari

Tabel 1. Klasifikasi Cephalgia2

2.3 Patofisiologi
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu
nyeri kepala yaitu peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau
ekstrakranium, traksi pembuluh darah, kontraksi otot kepala dan leher (kerja
berlebihan otot), peregangan periosteum (nyeri lokal), degenerasi spina servikalis
atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra
servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada
endorfin).2

10
2.4 Manifestasi Klinis
Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun berat, nyeri
seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu titik, terjadi secara
spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi.2
Gejala cephalgia yang lain adalah sebagai berikut:2
a. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif : Mengeluh nyeri
2. Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan
sulit tidur.
b. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif : Tidak tersedia
2. Objektif : Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dan diaphoresis.

2.5 Diagnosis
Alur diagnosis nyeri kepala dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3
dibawah ini:

Gambar 2. Alur diagnosis nyeri kepala

11
Gambar 3. Alur diagnosis nyeri kepala kronik
Berdasarkan alur diagnosis diatas, pada pasien Nn. F penyebab cephalgia
yang dialami kemungkinan adalah migrain.
Diagnosis migrain berdasarkan The Internasional Classification of
Headache Disorders 3rd edition (ICHD-3), kriteria migrain tanpa aura:3
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Durasi nyeri kepala 4 – 72 jam
C. Sifat nyeri memenuhi minimal dua dari kriteria:
• Lokasi unilateral
• Berdenyut
• Intensitas sedang-berat
• Diperburuk dengan aktivitas fisik
D. Selama nyeri kepala penderita diketahui mengalami minimal satu gejala
berikut:
• Mual dan/atau muntah
• Fotofobia dan fonofobia
E. Nyeri kepala tidak berkaitan dengan penyakit lain (nyeri kepala
sekunder)

12
Kriteria migrain dengan aura dalam ICHD-3:3
A. Minimal ada 2 serangan yang memenuhi kriteria B-C
B. Minimal mengalami satu aura reversibel:
• Visual
• Sensori
• Bicara dan/atau bahasa
• Motor
• Batang otak
• Retina
C. Mengalami minimal dua karakteristik nyeri berikut:
• Minimal satu aura menyebar perlahan selama ≥ 5 menit dan/atau
dua atau lebih gejala terjadi berturut-turut.
• Satu aura berdurasi 5-60 menit
• Minimal satu gejala aura terjadi unilateral
• Aura terjadi bersamaan atau diikuti nyeri kepala dalam 60 menit
D. Tidak ada diagnosis lain pada ICHD-3 yang sesuai dan transient
ischemic attack telah dieksklusi
E. Catatan: aura motor bisa berlangsung > 60 menit

Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dan lain-lain (atas indikasi,
untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
• CT scan kepala / MRI kepala (untuk menyingkirkan penyebab
sekunder)
• Neuroimaging diindikasikan pada:
1. Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup
penderita.
2. Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada
migrain.
3. Pemeriksaan neurologis yang abnormal.
4. Sakit kepala yang progresif atau persisten.

13
5. Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migrain
tanpa aura atau hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut.
6. Defisit neurologis yang persisten.
7. Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan
gejala-gejala neurologis yang kontralateral.
8. Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin.
9. Gejala klinis yang tidak biasa.

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis banding migrain antara lain adalah transient ischemic attack
(TIA), infeksi sistem saraf pusat (SSP) atau sistemik, perdarahan subaraknoid,
tension type headache (THT), nyeri trigeminal, epilepsi fokal, tumor otak dan
cluster headache.3

Diagnosis Cara Membedakan Dari Migrain


Banding
Transient Nyeri kepala pada TIA dapat memiliki gejala yang menyerupai
Ischemic migraine dengan aura. Namun durasi defisit neurologis bisa lebih
Attack (TIA) lama dibandingkan migrain dengan aura dan umumnya penderita
TIA memiliki riwayat stroke.
Epilepsi Durasi defisit neurologis epilepsi berlangsung lebih cepat
fokal dibandingkan migrain, nyeri kepala biasanya terjadi pascaiktal.
Nyeri Kualitas seperti tersengat listrik atau ditusuk, nyeri dipicu stimulus
trigeminal di sisi yang nyeri, regio persarafan trigeminal

Infeksi Nyeri kepala merupakan gejala yang umum terjadi pada infeksi
sistem saraf SSP atau sistemik tetapi tidak memiliki karakteristik yang
pusat (SSP) konsisten. Diagnosis ke arah infeksi SSP atau sistemik dapat
dan sistemik menjadi semakin kuat jika disertai demam tinggi atau perubahan
kesadaran.
Perdarahan Gejala klasik dari perdarahan subaraknoid antara lain: nyeri kepala
subaraknoid
hebat yang muncul tiba-tiba, kaku kuduk (+), fotofobia, mual,
muntah, dan penurunan kesadaran.
Tumor otak Nyeri kepala progresif dengan tanda neurologis. Ditemukan tanda
peningkatan TIK (papilledema pada funduskopi)

Tabel 2. Diagnosis banding Migrain3

14
2.7 Tatalaksana
Terapi abortif migrain:4
a. Abortif non spesifik: analgetik, obat anti-inflamasi non steroid
(OAINS)
b. Abortif spesifik: triptan, dihidroergotamin, ergotamin, diberikan jika
analgetik atau OAINS tidak ada respon.
Risiko medication overuse headache (MOH) harus dijelaskan ke pasien,
ketika memulai terapi migrain akut
• Analgetik dan OAINS
a. Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam.
b. Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam.
c. Parasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi migrain akut
ringan sampai sedang.
d. Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari dosis tunggal.
• Antimuntah
a. Antimuntah oral atau per rektal dapat digunakan untuk
mengurangi gejala mual dan muntah dan meningkatkan
pengosongan lambung.
b. Metokloperamid 10mg atau donperidone 10mg oral dan 30mg
rektal.
• Triptan
a. Triptan oral dapat digunakan pada semua migran berat jika
serangan sebelumnya belum dapat dikendalikan dengan analgesik
sederhana.
b. Sumatriptan 30mg, Eletriptan 40-80 mg atau Rizatriptan 10 mg.
• Ergotamin
Ergotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut.
Terapi profilaksi migrain:4
Prinsip umum:
1. Obat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau maksimum
untuk meminimalkan efek samping.

15
2. Obat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis titrasi.
3. Pilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi komorbid
pasien.
4. Setelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan secara bertahap.
• Beta bloker
a. Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini
pertama
b. Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200 mg/hari,
dapat sebagai obat profilaksi alternatif.
• Antiepilepsi
a. Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik
dan kronik.
b. Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migrain
episodik.
• Antidepresi
a. Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain.
• Obat antiinflamasi non steroid
a. Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari.
Upaya terapi non-farmakologi perlu dilakukan untuk menunjang terapi,

yaitu:
1. Sleep hygiene: tidur secukupnya dengan jadwal teratur
2. Eating schedules: makan dengan gizi seimbang dan jadwal teratur
3. Exercise regimen: olahraga teratur
4. Drinking water: minum air secukupnya
5. Stress reduction: mengurangi stress

16
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien Nn. F berusia 21 tahun mengeluh sakit kepala berdenyut di kepala


bagian atas. Sakit kepala dirasakan pasien sejak 8 bulan yang lalu dan sering
berulang. Sakit kepala tersebut terjadi dalam berjam-jam. Nyeri yang dirasakan
pasien memiliki intensitas yang berat sehingga pasien hanya bisa berbaring. Pasien
juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah dan kadang – kadang telinga
berdenging. Pasien juga mengatakan saat terkena panas, sakit kepala muncul.
Menurut pasien sakit kepala memberat saat melakukan aktifitas fisik. Pasien
mengatakan tidak pernah mengalami trauma kepala, gangguan penglihatan, kejang,
kelemahan anggota tubuh dan kesemutan.
Berdasarkan keluhan pasien, kemungkinan sakit kepala yang dirasakan
disebabkan oleh migrain. Hal ini sesuai dengan kriteria diagnosis migrain yaitu: 1)
pasien mengalami lebih dari 5 serangan, 2) durasi nyeri sekitar 4 – 72 jam 3)
kualitas nyeri berdenyut, lokasi unilateral, intensitas berat, diperberat dengan
aktivitas fisik, 4) pasien merasakan mual dan kadang – kadang telinga berdenging
5) pemeriksaan neurologis lain normal sehingga pasien dipastikan mengalami nyeri
kepala primer.Pasien diketahui juga mengalami common migrain karna nyeri kepala
tidak disertaiaura (gejala akibat gangguan pada sistem saraf).
Nyeri yang dirasakan pasien berada di daerah atas kepala dan menjalar ke
dahi. Hal ini menunjukkan bahwa nyeri diproyeksikan pada daerah frontal, parietal,
dan temporal melalui nervus V. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa nyeri
kepala yang dialami pasien berasal dari struktur-struktur supratentorium (2/3 bagian
depan cranium). Nyeri kepala yang dialami pasien termasuk kronis karna menetap
lebih dari 15 hari dalam 1 bulan dan menetap lebih dari 3 bulan.

17
Asam folat (Vitamin B9) adalah salah satu vitamin yang larut dalam air.
Asam folat sangat penting untuk tubuh dan berfungsi dalam proses sintesis
nukleotid ke remetilasi homosistein. Beberapa penelitian menunjukkan bahwaasam
folat, vitamin B6, dan vitamin B12 dapat meningkatkan kadar homosistein dan
mengurangi gejala migrain.6
Depakote er adalah obat yang diproduksi oleh Abbott Indonesia. Obat ini
mengandung asam valproat yang merupakan golongan antikonvulsan dan sering
digunakan untuk mengatasi kejang. Obat ini bekerja dengan meningkatkan jumlah
gamma-aminobutyric acid (GABA) di otak, yang kemudian mengendurkan saraf.
Depakote er digunakan untuk terapi episode manik akut atau campuran yang
berhubungan dengan gangguan bipolar, kejang parsial kompleks, petit mal atau
absence seizures dan profilaksis migrain.
Flunarizin HCL merupakan obat golongan Calcium Channel Blocker (CCB)
yang memiliki aktivitas memblok histamin H1. Cara kerja ini dinilai efektif untuk
mencegah terjadinya vertigo dan migrain (profilaksis migrain). Tetapi perlu
diketahui bahwa obat ini tidak efektif untuk meredakan nyeri saat serangan migrain
sedang terjadi. Paracetamol merupakan golongan obat analgesic non-opioid yang
biasa digunakan untuk meredakan nyeri.

18
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien Nn. F berusia 21 tahun mengalami nyeri kepala (cephalgia), lokasi


nyeri unilateral, kualitas berdenyut, kronis, dengan skala nyeri berat, dan diperberat
dengan aktifitas fisik. Diagnosis topis adalah supratentorium. Diagnosisetiologis
berupa migrain.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawan, Bagas C. The role of history in the recovery of cephalgia


patients. Surakarta: Sebelas Maret University, 2019.
2. Tursinawati, Y; Tajally, A; Kartikadewi, A. Buku Ajar: Sistem Syaraf.
2017.
3. Headache Classification Committee of the International Headache Society
(IHS). The international classification of headache disorders, Edisi ke-3.
Cephalalgia. 2013 Jul;33(9):629-808.
4. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri kepala, Konsensus Nasional V Pokdi
Nyeri Kepala Perdossi, 2016.
5. Silva-Néto, R. P. Phenytoin in the treatment of osmophobia in migraine
patient: A case report. J Clin Case Rep, 2016, 6.749: 2.
6. Menon S, Lea RA, Ingle S, Sutherland M, Wee S, Haupt LM, Palmer M,
Griffiths LR. Effects of dietary folate intake on migraine disability and
frequency. Headache. 2015 Feb;55(2):301-9. doi: 10.1111/head.12490.
Epub 2015 Jan 19. PMID: 25598270.

20

Anda mungkin juga menyukai