CEPHALGIA KRONIK
Disusun oleh:
Tirtalia Annisa
I4061222050
Pembimbing:
dr. Dyan Roshinta Laksmi, Sp.S
dr. Sabar Nababan, Sp.S
dr. Dini Astriani, Sp.N
dr. Simon Djeno, Sp.S
Telah disetujui,
Pontianak, Agustus 2023
Pembimbing, Penulis
1
BAB I
PENYAJIAN KASUS
Nama : Nn. F
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 00XXXXXX
Usia : 21 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ahmad Yani
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Pernikahan : Belum menikah
Tanggal Masuk RS : 22 Agustus 2023
1.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Sakit kepala berdenyut di kepala bagian atas.
2
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap obat dan makanan.
3
6. Riwayat Pengobatan
GCS : E4M6V5
TD : 118/70 mmHg
BB : 60 Kg
TB : 160 cm
Frekuensi Nadi : 83 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,6oC
Saturasi Oksigen : 98%
2. Status Generalisata
Kepala : Normocephale
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Pupil isokor
diameter 3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Hidung : Sekret hidung (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), lidah bersih, mukosa bibir tampak basah
Leher : JVP normal, Pembesaran KGB (-), Kaku kuduk (-),
Pulmo
• Inspeksi : Simetris kanan dan kiri baik statis maupun dinamis
• Palpasi : Fremitus taktil normal, massa (-), nyeri tekan (-)
• Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
• Auskultasi: Suara nafas dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor
• Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC V dua jari dari linea midklavikula
sinistra
4
• Perkusi : Batas pinggang jantung pada ICS II line parasternalissinistra,
batas jantung kanan pada ICS V linea parasternalis dextra, batas jantung
kiri ICS VI dua jari dari linea midclavikula sinistra
• Auskultasi : SI/SII regular, murmur(-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar, sikatrik (-)
• Auskultasi : Bising usus normal 8 kali per menit
• Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), hepatomegali (-)
• Perkusi : Timpani di seluruh lapang perut
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat, edema (-/-)
3. Status Neurologis
a. Motorik
Gerakan Kekuatan otot Tonus Otot
+ + 5 5 N N
+ + 5 5 N N
+2 +2 - - - -
b. Refleks Patologis
Refleks Patologis Kanan Kiri
Chaddock - -
Babinski - -
Oppenheim - -
Hoffmen Tromner - -
7
Kesan:
Hasil CT-Scan kepala tidak tampak kelainan
1.5 Diagnosis
Diagnosis Klinis: Cephalgia, nyeri unilateral, kualitas berdenyut, kronis,
dengan skala nyeri berat, dan diperberat dengan aktifitas fisik
Diagnosis Topis: Supratentorium
Diagnosis Etiologis: Migrain
1.6 Tatalaksana
Terapi Farmakologi
a) PO. Asam Folat 2 x 1mg tab
b) PO. Depakote 1 x 500 mg tab
c) PO. Flunarizin HCL 3 x 10 mg tab
d) PO. Paracetamol 3x 500 mg tab
1.7 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : bonam
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit kepala. Cephalgia
berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cephalo dan algos.
Cephalo memiliki arti kepala, sedangkan algos memiliki arti nyeri. Cephalgia dapat
menimbulkan gangguan pada pola tidur, pola makan, menyebabkan depresi sampai
kecemasan pada penderitanya. Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala
ringan maupun berat, nyeri seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada
satu titik, terjadi secara spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi.1
2.2 Klasifikasi
Sakit kepala (cephalgia) dapat diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer,
sakit kepala sekunder, dan neuralgia kranial, nyeri fasial serta sakit kepala lainnya.
Sakit kepala primer dapat dibagi menjadi migraine, tension type headache, cluster
head ache dengan sefalgia trigeminal/autonomik, dan sakit kepala primer lainnya.
Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh
karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial
dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial,
sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit
kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat
kelainan kranium, leher, telinga, hidung, dinud, gigi, mulut atau struktur lain di
kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri.2
9
Cephalgia Sifat Lokasi Lama Frekuensi Gejala ikutan
nyeri
2.3 Patofisiologi
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu
nyeri kepala yaitu peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau
ekstrakranium, traksi pembuluh darah, kontraksi otot kepala dan leher (kerja
berlebihan otot), peregangan periosteum (nyeri lokal), degenerasi spina servikalis
atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra
servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada
endorfin).2
10
2.4 Manifestasi Klinis
Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun berat, nyeri
seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada satu titik, terjadi secara
spontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi.2
Gejala cephalgia yang lain adalah sebagai berikut:2
a. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif : Mengeluh nyeri
2. Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan
sulit tidur.
b. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif : Tidak tersedia
2. Objektif : Tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus
pada diri sendiri, dan diaphoresis.
2.5 Diagnosis
Alur diagnosis nyeri kepala dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3
dibawah ini:
11
Gambar 3. Alur diagnosis nyeri kepala kronik
Berdasarkan alur diagnosis diatas, pada pasien Nn. F penyebab cephalgia
yang dialami kemungkinan adalah migrain.
Diagnosis migrain berdasarkan The Internasional Classification of
Headache Disorders 3rd edition (ICHD-3), kriteria migrain tanpa aura:3
A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
B. Durasi nyeri kepala 4 – 72 jam
C. Sifat nyeri memenuhi minimal dua dari kriteria:
• Lokasi unilateral
• Berdenyut
• Intensitas sedang-berat
• Diperburuk dengan aktivitas fisik
D. Selama nyeri kepala penderita diketahui mengalami minimal satu gejala
berikut:
• Mual dan/atau muntah
• Fotofobia dan fonofobia
E. Nyeri kepala tidak berkaitan dengan penyakit lain (nyeri kepala
sekunder)
12
Kriteria migrain dengan aura dalam ICHD-3:3
A. Minimal ada 2 serangan yang memenuhi kriteria B-C
B. Minimal mengalami satu aura reversibel:
• Visual
• Sensori
• Bicara dan/atau bahasa
• Motor
• Batang otak
• Retina
C. Mengalami minimal dua karakteristik nyeri berikut:
• Minimal satu aura menyebar perlahan selama ≥ 5 menit dan/atau
dua atau lebih gejala terjadi berturut-turut.
• Satu aura berdurasi 5-60 menit
• Minimal satu gejala aura terjadi unilateral
• Aura terjadi bersamaan atau diikuti nyeri kepala dalam 60 menit
D. Tidak ada diagnosis lain pada ICHD-3 yang sesuai dan transient
ischemic attack telah dieksklusi
E. Catatan: aura motor bisa berlangsung > 60 menit
Pemeriksaan Penunjang
• Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dan lain-lain (atas indikasi,
untuk menyingkirkan penyebab sekunder)
• CT scan kepala / MRI kepala (untuk menyingkirkan penyebab
sekunder)
• Neuroimaging diindikasikan pada:
1. Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup
penderita.
2. Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada
migrain.
3. Pemeriksaan neurologis yang abnormal.
4. Sakit kepala yang progresif atau persisten.
13
5. Gejala-gejala neurologis yang tidak memenuhi kriteria migrain
tanpa aura atau hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut.
6. Defisit neurologis yang persisten.
7. Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan dengan
gejala-gejala neurologis yang kontralateral.
8. Respon yang tidak adekuat terhadap terapi rutin.
9. Gejala klinis yang tidak biasa.
Infeksi Nyeri kepala merupakan gejala yang umum terjadi pada infeksi
sistem saraf SSP atau sistemik tetapi tidak memiliki karakteristik yang
pusat (SSP) konsisten. Diagnosis ke arah infeksi SSP atau sistemik dapat
dan sistemik menjadi semakin kuat jika disertai demam tinggi atau perubahan
kesadaran.
Perdarahan Gejala klasik dari perdarahan subaraknoid antara lain: nyeri kepala
subaraknoid
hebat yang muncul tiba-tiba, kaku kuduk (+), fotofobia, mual,
muntah, dan penurunan kesadaran.
Tumor otak Nyeri kepala progresif dengan tanda neurologis. Ditemukan tanda
peningkatan TIK (papilledema pada funduskopi)
14
2.7 Tatalaksana
Terapi abortif migrain:4
a. Abortif non spesifik: analgetik, obat anti-inflamasi non steroid
(OAINS)
b. Abortif spesifik: triptan, dihidroergotamin, ergotamin, diberikan jika
analgetik atau OAINS tidak ada respon.
Risiko medication overuse headache (MOH) harus dijelaskan ke pasien,
ketika memulai terapi migrain akut
• Analgetik dan OAINS
a. Aspirin 500 - 1000 mg per 4-6 jam.
b. Ibuprofen 400 – 800 mg per 6 jam.
c. Parasetamol 500 -1000 mg per 6-8 jam untuk terapi migrain akut
ringan sampai sedang.
d. Kalium diklofenak (powder) 50 -100 mg per hari dosis tunggal.
• Antimuntah
a. Antimuntah oral atau per rektal dapat digunakan untuk
mengurangi gejala mual dan muntah dan meningkatkan
pengosongan lambung.
b. Metokloperamid 10mg atau donperidone 10mg oral dan 30mg
rektal.
• Triptan
a. Triptan oral dapat digunakan pada semua migran berat jika
serangan sebelumnya belum dapat dikendalikan dengan analgesik
sederhana.
b. Sumatriptan 30mg, Eletriptan 40-80 mg atau Rizatriptan 10 mg.
• Ergotamin
Ergotamin tidak direkomendasikan untuk migrain akut.
Terapi profilaksi migrain:4
Prinsip umum:
1. Obat harus dititrasi perlahan sampai dosis efektif atau maksimum
untuk meminimalkan efek samping.
15
2. Obat harus diberikan 6 sampai 8 minggu mengikuti dosis titrasi.
3. Pilihan obat harus sesuai profil efek samping dan kondisi komorbid
pasien.
4. Setelah 6-12 bulan profilaksi efektif, obat dihentikan secara bertahap.
• Beta bloker
a. Propanolol 80-240 mg per hari sebagai terapi profilaksi lini
pertama
b. Timolol 10-15 mg dua kali/hari, dan metropolol 45- 200 mg/hari,
dapat sebagai obat profilaksi alternatif.
• Antiepilepsi
a. Topiramat 25-200 mg per hari untuk profilaksi migrain episodik
dan kronik.
b. Asam valproat 400-1000 mg per hari untuk profilaksi migrain
episodik.
• Antidepresi
a. Amitriptilin 10-75mg, untuk profikasi migrain.
• Obat antiinflamasi non steroid
a. Ibuprofen 200 mg 2 kali sehari.
Upaya terapi non-farmakologi perlu dilakukan untuk menunjang terapi,
yaitu:
1. Sleep hygiene: tidur secukupnya dengan jadwal teratur
2. Eating schedules: makan dengan gizi seimbang dan jadwal teratur
3. Exercise regimen: olahraga teratur
4. Drinking water: minum air secukupnya
5. Stress reduction: mengurangi stress
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
Asam folat (Vitamin B9) adalah salah satu vitamin yang larut dalam air.
Asam folat sangat penting untuk tubuh dan berfungsi dalam proses sintesis
nukleotid ke remetilasi homosistein. Beberapa penelitian menunjukkan bahwaasam
folat, vitamin B6, dan vitamin B12 dapat meningkatkan kadar homosistein dan
mengurangi gejala migrain.6
Depakote er adalah obat yang diproduksi oleh Abbott Indonesia. Obat ini
mengandung asam valproat yang merupakan golongan antikonvulsan dan sering
digunakan untuk mengatasi kejang. Obat ini bekerja dengan meningkatkan jumlah
gamma-aminobutyric acid (GABA) di otak, yang kemudian mengendurkan saraf.
Depakote er digunakan untuk terapi episode manik akut atau campuran yang
berhubungan dengan gangguan bipolar, kejang parsial kompleks, petit mal atau
absence seizures dan profilaksis migrain.
Flunarizin HCL merupakan obat golongan Calcium Channel Blocker (CCB)
yang memiliki aktivitas memblok histamin H1. Cara kerja ini dinilai efektif untuk
mencegah terjadinya vertigo dan migrain (profilaksis migrain). Tetapi perlu
diketahui bahwa obat ini tidak efektif untuk meredakan nyeri saat serangan migrain
sedang terjadi. Paracetamol merupakan golongan obat analgesic non-opioid yang
biasa digunakan untuk meredakan nyeri.
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20