Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN ANALISA SINTESA

Nama mahasiswa : Nur fadila tanggal : 10 juni 2022

Nim :N. 21. 044 ruangan:OK RS HAJJA ANDI DEPU

1. Identitas klien : Tn. “S”


2. Diagnose medis : post operasi debridement
3. Tindakan kperawatan : pemasangan oksigen O2 kanula nasal
4. Diagnose keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolar kapiler
5. Data
Tn.“S” 27 tahun dibawa keruangan OK dengan diagnose laceratum
regiopalpebra superior. Tanda vital 109/86 mmhg, suhu 36,4 derajat, nadi
105x/menit, kesadaran apatis, klien sesak napas setelah operasi karena udara
yang dingin, klien sudah menghirup inhalator namun masih terasa sesak dan
kesulitan bernapas.
6. Prinsip tindakan

a.       Bersih
b.      Tindakan dilakukan secara tepat dan benar
c.       Tindakan dilakukan sesuai dengan indikasi/advis dokter
d.      Prosedur pemberian O2 kanula nasal.
1)      Persiapan alat
a) Tabung O2
b) Selang O2
c) Plester
d) Humidifier dan air aquadest
2)      Prosedur tindakan
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Menjelaskan prosedur & tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
pasien
c) Mengatur posisi pasien
d) Menyiapkan selang O2 dan disambungkan ke tabung O2
e) Memastikan humidifier berada pada posisi yang tepat
f) Sesuaikan aliran O2 ke pasien sesuai advis dokter
g) Memakaikan non rebrithing mask pada pasien
h) Fiksasi selang O2 dengan plester/kencangkan kunci
7. Tujuan tindakan
a. Untuk mengatasi keadaan hipoksemia sesuai dengan hasil analisa darah
b. Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard
8. Bahay yang mungkin terjadi akibat tindakan dan cara mencegah
a. Kebakaran
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya
kebakaran.Pencegahan : klien dengan terapi pemberian oksigen harus
menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber
oksigen, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.
b. Depresi Ventilasi
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran
yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
Pencegahan : pada saat pemberian O2 harus dipantau dan menanyakan
respon klien pada saat pemberian O2
c. Keracunan Oksigen
Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan konsentrasi
tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur
jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan. Akibatnya
proses difusi di paru akan terganggu. Pencegahan : pada saat pemberian
O2 harus dipantau dan menanyakan respon klien pada saat pemberian
O2.
9. Analisa sintesa

Klien mengalami sesak napas setelah dioprasi karena udara yang dingin, klien sudah menghirup
inhalator namun masih terasa sesak dan kesulitan bernapas.

Pemberian O2 dimaksudkan untuk memberikan bantuan O2 pada klien agar kebutuhan O2


klien terpenuhi. Sehingga tidak terjadi hipoksia jaringan yang dapat membahayakan klien

Persipkan alat-Mengucapkan salam terapeutik-Menjelaskan prosedur & tujuan tindakan


yang akan dilakukan pada pasien-Mengatur posisi pasien-Menyiapkan selang O2 dan
disambungkan ke tabung O2-Memastikan humidifier berada pada posisi yang tepat-
Sesuaikan aliran O2 ke pasien sesuai advis dokter-Memakaikan kanula nasal 3 liter pada
pasien-Fiksasi selang O2 dengan plester/kencangkan kunci-Evaluasi keadaan pasien

10. Evaluasi
- TD: 100/70 mmHg
- Nadi: 74 x/mnt
- Nadi teraba kuat
- Warna kulit tampak sawo matang, turgor elastis, mukosa lembab
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada edema
- RR: 24 x/menit
DAFTAR PUSTAKA

▪      Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,  1997,  EGC,
Jakarta.
▪      Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
▪      Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC, Jakarta
▪      Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai