Anda di halaman 1dari 41

TEKNOLOGI OTOMOTIF LANJUT

“PENGUKURAN SUHU STATIS DAN DINAMIS PADA


KNALPOT MOTOR HONDA SUPRA X 125”

Dosen Pengampu :

Dr.IR.DRS. BAMBANG IRAWAN, MT

Oleh :

Michael Pimanda Sugalih (1841220039)

3A / D-IV TEKNIK OTOMOTIF ELEKTRONIK

KEMENENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

POLITEKNIK NEGERI MALANG


Jalan Soekarno Hatta No.9 Malang 65141

TELEPON (0343) 404424 - 404425 FAX (0341) 404420

http://www.polinema.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Penelitian dan laporan yang berjudul “PENGUKURAN
SUHU STATIS DAN DINAMIS PADA KNALPOT MOTOR HONDA SUPRA
X
125” ini dengan baik dan tanpa ada halangan.
Tugas Penelitian dan laporan ini berisi tentang seluruh kegiatan atau metode yang
digunakan untuk mendapatkan suatu hasil alat.
Terselesaikannya Tugas Penelitia dan laporan ini tidak lepas dari bantuan banyak
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Dr.IR.DRS. BAMBANG IRAWAN, MT
2. Tim penyusun yang sangat kompak dalam pelaksanaan pengerjaan Tugas
Akhir dan penyusunan laporan ini dengan baik.
3. Kelas 3A TOE yang telah memberi semangat dan motivasi untuk
melaksanakan kegiatan ini dengan baik.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Teknologi Otomotif
Lanjut. Selain itu, kami berharap semoga Tugas Penelitian dan laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi untuk menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala kritik dan
saran yang membangun dan dapat menjadikan laporan ini jauh leih baik lagi.
Kami mohon maaf setulus-tulusnya atas kesalahan maupun kekurangan dalam
penyusunan laporan ini.
Semoga dengan kami melakukan praktikum dan membuat laporan ini dapat
bermanfaat dan memberikan motivasi bagi para pembacanya, khususnya bagi
kami dan bagi para generasi yang akan datang.

Malang, 15 Desember 2022

Tim Penyusun

i
ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suhu atau temperatur benda adalah besaran yang menyatakan derajat panas
suatu benda. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi, sedangkan benda
yang dinginkan memiliki suhu yang rendah. Perlu diketahui bahwa suhu
merupakan besaran, maka yang memiliki suhu tentu benda.
Salah satu cara memantau suhu dengan menggunakan sensor MAX6675
dan thermocouple. Dengan menggunakan sensor ini, pengguna dapat
memantau suhu suatu objek. Sehingga pengguna dapat memantau objek
melalui device seperti notebook maupun smartphone.
Berdasarkan hal ini, penulis ingin membuat system pemantauan suhu
menggunakan sensor MAX6675 dan thermocouple sehingga memudahkan
pengguna untuk memantau suhu pada suatu objek dengan menggunakan
device. Sistem alat ini berbasis mikrokontroler (Arduino Uno dan ESP32).
Input menggunakan sensor suhu MAX6675 dan thermocouple yang diarahkan
ke objek. Data yang dibaca sensor merupakan data analog yang diolah
menggunakan mikrokontroler (Arduino Uno dan ESP32). Selanjutnya data
akan ditampilkan pada serial monitor pada device (notebook, smartphone, dll)
dengan tampilan berupa suhu dalam besaran derajat secara realtime.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:

1) Bagaiamana hasil suhu gas buang yang keluar dari exhaust yang diukur
sesuai parameter yang ditentukan?
2) Bagaimana konsumsi bahan bakar terhadap berbagai parameter yang telah
ditentukan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka terdapat beberapa tujuan dari
penelitian ini sebagai berikut:
1) Mengetahui hasil suhu gas buang yang keluar dari exhaust yang diukur
sesuai parameter yang ditentukan.

1
2) Mengetahui konsumsi bahan bakar terhadap berbagai parameter yang telah
ditentukan.

1.4. Manfaat Penelitian


Setelah melakukan penelitian kali ini akan didapatkan beberapa manfaat,
sebagai berikut:
1.) Mendapatkan informasi atau wawasan baru terkait penelitian yang telah
dilakukan.
2.) Menambah ketrampilan dalam mengambil suatu data penelitian yang baik
dan benar.
3.) Melatih kesabaran dan ketelitian dalam melakukan penelitian dan
mengambil data yang valid.

BAB II DASAR TEORI

2.1. Landasan Teori


Panas disebut juga dengan bahang atau kalor adalah energi yang ditransfer
dari satu sistem ke sistem lain dengan interaksi termal. Aliran panas adalah
karakteristik dari objek makroskopik dan sistem, tetapi sumber dan sifatnya
dapat dipahami dari segi konstituen mikroskopis mereka.
Satuan untuk panas ini adalah joule. (Nawazir, 2012). Menurut Ginting
(1989: 48) panas didefinisikan sebagai bentuk energi yang dipindahkan
melewati batas sistem pada temperatur tertentu ke sistem lain (ke
sekelilingnya) dengan temperatur lebih rendah, karena adanya perbedaan
temperatur antara sistem-sistem itu.

2.2. Motor Bensin


Motor bensin (spark Ignition) adalah suatu tipe mesin pembakaran dalam
(Internal Combustion Engine) yang dapat mengubah energi panas dari bahan
bakar menjadi energi mekanik berupa daya poros pada putaran poros engkol.
Energi panas diperoleh dari pembakaran bahan bakar dengan udara yang
terjadi pada ruang bakar (Combustion Chamber) dengan bantuan bunga api
yang berasal dari percikan busi untuk menghasilkan gas pembakaran.

2
Berdasarkan siklus kerjanya motor bensin dibedakan menjadi dua jenis
yaitu motor bensin dua langkah dan motor bensin empat langkah. Motor
bensin dua langkah adalah motor bensin yang memerlukan dua kali langkah
torak, satu kali putaran poros engkol untuk menghasilkan satu kali daya
(usaha). Sedangkan motor bensin empat langkah adalah motor bensin yang
memerlukan empat kali langkah torak, dua kali putaran poros engkol untuk
menghasilkan satu kali daya (usaha).1
Motor bensin empat langkah memerlukan empat kali langkah torak atau
dua kali putaran poros engkol untuk menyelesaikan satu siklus kerja. Keempat
langkah tersebut adalah:

langkah isap, langkah kompresi, langkah kerja dan langkah pembuangan.

1. Langkah Isap
Langkah isap terjadi ketika torak bergerak dari titik mati atas menuju titik
mati bawah akan menghasilkan tekanan yang sangat rendah di dalam
ruang silinder sehingga campuran bahan bakar udara akan masuk mengisi
silinder melalui katup masuk yang terbuka saat langkah isap sampai torak
meninggalkan titik mati bawah, sementara katup buang dalam keadaan
tertutup.
2. Langkah Kompresi
Langkah kompresi dimulai torak meninggalkan titik mati bawah menuju
titik mati atas, mengkompresikan campuran bahan bakar udara didalam
silinder. Bunga api listrik diumpankan melalui busi ketika torak berada
beberapa derajat poros engkol sebelum titik mati atas, membakar campuran
bahan bakar udara untuk menghasilkan temperatur dan tekanan yang tinggi. 3.
Langkah Kerja (Ekspansi)
Langkah kerja dimulai ketika torak bergerak dari titik mati atas menuju
titik mati bawah. Gerakan torak ini terjadi karena gas panas hasil
pembakaran berekspansi sehingga memperbesar volume silinder.
4. Langkah Pembuangan

3
Langkah terakhir adalah langkah pembuangan, terjadi ketika torak
bergerak dari titik mati bawah menuju titik mati atas menekan gas sisa
hasil pembakaran keluar melalui katup buang yang berada dalam posisi
terbuka dan katup masuk dalam keadaan masih tertutup. Katup buang akan
tertutup dan katup masuk akan terbuka ketika torak bergerak kembali
melakukan langkah isap berikutnya.

2.3. Thermocouple dan MAX6675


Termokopel merupakan salah satu jenis sensor temperatur yang paling
populer dan sering digunakan dalam berbagai rangkaian ataupun peralatan
listrik dan Elektronika yang berkaitan dengan Temperatur. Beberapa kelebihan
Termokopel yang membuatnya menjadi populer adalah responnya yang cepat
terhadap perubahan temperatur dan juga rentang temperatur operasionalnya
yang luas yaitu berkisar diantara -200˚C hingga 1250˚C. Selain respon yang
cepat dan rentang temperatur yang luas, Termokopel juga tahan terhadap
goncangan/getaran dan mudah digunakan. Termokopel ini berbahan dasar
Chromel dan Alumel yang mempunyai sensitivitas rata-rata 41μV/°C.
Sedangkan MAX6675 dibentuk dari kompensasi coldjunction yang output
didigitalisasi dari sinyal termokopel tipe-K. data output memiliki resolusi
12bit dan mendukung komunikasi SPI mikrokontroler secara umum.
Data dapat dibaca dengan mengkonversi hasil pembacaan 12-bit data.
Fungsi dari termokopel adalah untuk mengetahui perbedaan temperatur di
bagian ujung dari dua bagian metal yang berbeda dan disatukan. Termokopel
tipe hot junction dapat mengukur mulai dari 0 °C sampai +1023,75 °C.
MAX6675 memiliki bagian ujung cold end yang hanya dapat mengukur -20°C
sampai +85 °C. Pada saat bagian cold end MAX6675 mengalami fluktuasi
temperatur maka MAX6675 akan tetap dapat mengukur secara akurat
perbedaan temperatur pada bagian yang lain. MAX6675 dapat melakukan
koreksi atas perubahan pada temperatur ambient dengan kompensasi
coldjunction. Device mengkonversi temperatur ambient yang terjadi ke bentuk
tegangan 11 menggunakan sensor temperatur diode Untuk dapat melakukan
pengukuran actual, MAX6675 mengukur tegangan dari output termokopel dan
tegangan dari sensing diode. Performance optimal MAX6675 dapat tercapai

4
pada waktu termokopel bagian cold-junction dan MAX6675 memiliki
temperatur yang sama. Hal ini untuk menghindari penempatan komponen lain
yang menghasilkan panas didekat MAX6675.

2.4. Bahan Bakar


BBM adalah singkatan dari Bahan Bakar Minyak. Istilah ini sering
digunakan untuk menyebut bahan bakar yang digunakan pada mobil dan
sepeda motor. Penggunaan BBM tidak hanya terbatas pada kendaraan
bermotor. BBM sendiri ada banyak jenisnya, mulai dari yang diperuntukkan
bagi kendaraan hingga untuk kegiatan rumah tangga. Jika mengikuti
pengelompokan dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH
Migas), BBM dibagi menjadi sembilan jenis yaitu:
1. Aviation Gasoline (Avgas)
Salah satu jenis BBM adalah Avgas yang terbuat dari fraksi
minyak bumi. BBM jenis ini dikhususkan penggunaannya untuk pesawat
terbang dengan sistem internal combustion (pembakaran dalam) atau
mesin piston yang menggunakan sistem pengapian.
2. Aviation Turbine (Avtur)
Sama seperti Avgas, Avtur adalah BBM yang digunakan khusus
untuk pesawat terbang. Bedanya, avtur dikhususkan untuk pesawat terbang
dengan sistem external combustion (pembakaran luar) saja. Selain itu,
Avtur juga bisa digunakan pada mesin turbin.
3. Minyak Tanah (Kerosin)
Minyak tanah merupakan minyak bumi mentah dengan titik didih antara
150 hingga 300 derajat Celcius. Karakteristik dari minyak tanah adalah
penampakannya yang tidak berwarna. Umumnya, minyak tanah digunakan
untuk keperluan rumah tangga seperti memasak, memanaskan air, hingga
sebagai penerangan.
4. High Speed Diesel
Jenis lain BBM adalah High Speed Diesel (HSD), biasanya digunakan
pada kendaraan bermesin diesel, baik itu yang menggunakan injeksi

5
mekanik maupun elektronik. Selain untuk kendaraan, HSD juga bisa
difungsikan untuk mesin industri berjenis diesel.
5. Minyak diesel
Minyak diesel berbeda dari HSD. Jika HSD diperuntukkan bagi mesin
diesel dengan kecepatan tinggi, maka minyak diesel dibuat khusus untuk
mesin diesel kecepatan sedang (medium speed diesel). Minyak diesel
sering digunakan pada mesin kapal laut sehingga biasa juga disebut
Marine Diesel Fuel (MDF).
6. Minyak Bakar
Minyak bakar dihasilkan dari proses pengumpulan residu minyak bumi
sehingga memiliki tingkat kekentalan tinggi. Biasanya, BBM jenis ini
digunakan pada proses pembakaran langsung seperti pada industri besar
atau bahkan pada sistem pembangkit listrik tenaga uap.
7. Biodiesel
Biodesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak diesel. BBM
jenis ini terbuat dari sumber daya terbarui seperti minyak nabati.
Kebanyakan biodiesel yang ada saat ini mengandung 95% minyak diesel
petroleum (minyak bumi) dengan tambahan minyak kelapa sawit (crude
palm oil) yang telah menjadi Fatty Acid Methyl Ester sebesar 5%.
8. Bensin
Bensin atau petrolium adalah cairan campuran yang berasal dari minyak
bumi dan sebagian besar tersusun dari hidrokarbon serta digunakan dalam
mesin pembakaran dalam sebagai bahan bakar.2 BBM jenis ini
diperuntukkan bagi mesin yang menggunakan sistem pengapian. Di
Indonesia sendiri, bensin dikelompokkan lagi menjadi beberapa kategori
menurut nilai RON.
a) RON 88
RON 88 merupakan bensin yang terbentuk dari proses distilasi
minyak bumi. Karakteristiknya adalah warna kuning dari zat
pewarna tambahan. Bensin jenis ini umum digunakan pada
kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil.
b) RON 92

6
Setingkat di atas Ron 88 ada RON 92. Bensin jenis ini
direkomendasikan untuk kendaraan yang telah menggunakan
sistem EFI (Electronic Fuel Injection) dan Catalytic Converter.
Keunggulan dari RON 92 adalah nilai oktannya yang cukup tinggi
dan tanpa timbal.
c) RON 98
Pada kategori bensin ini, jenis terakhir BBM adalah RON 95. RON
95 adalah bensin berkualitas tinggi yang telah memenuhi standar
performa International World Wide Fuel Charter (WWFC).

2.5.Mikrokontroller
1. Arduino Uno R3
Modul Arduino UNO R3 (Arduino UNO revisi 3) yang Arduino
UNO merupakan papan sirkuit berbasis mikrokontroler Atmega 328P.
Atmega 328 adalah chip mikrokontroler 8-bit berbasis AVR-RISC buatan
Atmel yang memiliki 32 KB memori ISP flash dengan kemampuan
bacatulis (read/write), 1 KB EEPROM, 2 KB SRAM dan karena kapasitas
memori Flash sebesar 32 KB inilah kemudian chip ini diberi nama
ATmega328. Kelengkapan fitur yang terdapat dalam modul Arduino UNO
membuat modul ini mudah untuk digunakan, hanya dengan
menghubungkan modul Arduino UNO dengan PC menggunakan kabel
USB atau menggunakan adapter DC – DC, maka modul siap digunakan.
Modul Arduino UNO merupakan sebuah platform komputasi fisik yang
bersifat open source (Nugroho et. al, 2015). Dalam penggunaanya, modul
Arduino UNO disandingkan dengan sebuah Bahasa
2. ESP 32
ESP 32 adalah mikrokontroler yang dikenalkan oleh Espressif
System merupakan penerus dari mikrokontroler ESP8266. Pada
mikrokontroler ini sudah tersedia modul WiFi dalam chip sehingga sangat

7
mendukung untuk membuat sistem aplikasi Internet of Things. Terlihat
pada gbr. 1 merupakan pin out dari ESP32. Pin tersebut dapat dijadikan
input atau output untuk menyalakan LCD, lampu, bahkan untuk
menggerakan motor DC.

2.6. Knalpot
Knalpot adalah perangkat untuk mengurangi polusi suara yang dikeluarkan
oleh knalpot mesin pembakaran internal terutama perangkat peredam bising
yang membentuk bagian dari sistem pembuangan kendaraan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


3.2. Spesifikasi Motor
3.1.1 Spesifikasi Mesin
✓ Mesin : 4-Langkah, SOHC, Pendingin Udara
✓ Silinder : Tunggal/tegak
✓ Volume silinder : 124,89 cc
✓ Kompresi : 9,3 : 1
✓ Daya : 7,40 kW (10,1 PS) / 8.000 rpm
✓ Torsi : 9,30 Nm (0,95 kgf.m) / 4.000 rpm
✓ Starter : Elektrik & kaki
✓ Pelumasan : Basah
✓ Supalai bensin : Karburator Konvensional
✓ Kapasitas oli mesin : 800 ml (0,8 liter)
✓ Tipe kopling : Otomatis sentrifugal
✓ Transmisi : Manual 4 Speed

3.1.2 Dimensi Kendaraan


✓ P x L x T (mm) : 1.889 x 702 x 1.094 mm
✓ Jarak sumbu roda : 1.242 mm
✓ Jarak terendah ke tanah : 138 mm
✓ Tinggi tempat duduk : 1.101 mm
✓ Berat isi : 105 kg
✓ Kapasitas tangki bensin : 3,7 liter

3.1.3 Rangka
✓ Tipe rangka : Tulang punggung
✓ Suspensi depan : Teleskopik
✓ Suspensi belakang : Lengan ayun dan peredam kejut ganda
✓ Ban depan : 70/90 – 17 M/C 38P

8
✓ Ban belakang : 80/90 – 17 M/C 44P
✓ Rem depan : Cakram hidrolik, piston ganda
✓ Rem belakang : Cakram hidrolik, piston tunggal

3.1.4 Sistem Kelistrikan


✓ Sistem pengapian : DC CDI
✓ Baterai : 12 V – 3,5 Ah
✓ Tipe busi : ND U20EPR9
3.2 Berat Pengendara dan Penumpang
✓ Berat Pengendara : 65 Kg
✓ Berat Penumpang : 50 Kg

3.3.Suhu Ruangan atau Lingkungan


✓ Suhu Ruangan Pertama : 32℃
✓ Suhu Ruangan Kedua : 28℃

3.4. Langkah Kerja


1.) Rangkai terlebih dahulu komponen pengukur suhu dengan sebuah aplikasi
simulasi, dan buat sebuah pemrograman untuk mengelola pembacaan suhu
tersebut. Pembuatan program tersebut bisa mencari jurnal maupun lewat
blog internet
2.) Setelah sukses di aplikasi simulasi, beli dan rangkai komponen-komponen
tersebut pada project board untuk dilakukan simulasi secara actual.
3.) Apabila pada project board berhasil dapat diterapkan dengan pencetakan
jalur PCB / cukup dengan project board.
4.) Berikan sebuah kawat pada probe agar tidak menempel pada dinding
knalpot.
5.) Jika sudah siap komponen alat pengukur suhu. lakukan pengukuran suhu
ruangan terlebih dahulu.
6.) Setelah itu dapat dilakukan penelitian suhu baik statis maupun dinamis.
a.) Suhu Statis
❖ Nyalakan motor dan biarkan engine motor untuk mencapai suhu
kerja selama 1 menit sebelum pengambilan data. Pada saat
penyalaan awal 1 menit engine tidak boleh dimainkan (digas).
❖ Sembari menunggu motor mencapai suhu kerja, hubungkan modul
pengukur suhu dengan hp melalui Bluetooth, dan gunakan aplikasi
“Serial Bluetooth Terminal” untuk mencatat hasil pengukuran.

9
❖ Setelah itu nyalaka modul dan lakukan pengecekan terhadap hp
apakah dapat merekam pembacan atau tidak.
❖ Jika sudah dapat merekam dengan baik, tekan tombol reset pada
ESP32 untuk melakukan pembacaan ulang.
❖ Disaat bersamaan lakukan pengambilan data selama 1 menit
dimulai dari posisi probe 2cm diluar dari bibir knalpot.
❖ Setelah 1 menit pengambian data, lakukan pengambilan data ulang
dengan mengganti variabel, yaitu mulai dari bibir knalpot, 2cm
dalam knalpot, 5cm dalam knalpot, 8cm dalam knalpot.
❖ Setelah selesai lakuakan pengujian tersebut hingga 3x, karena
semakin banyak percobaan akan semakin akurat dalam
pengambilan keputusan.
❖ Salin dan simpan data setiap pembacaan pada MS. Word untuk
digunakan pembuatan table, pada saat pengelolaan data.
b.) Suhu Dinamis
❖ Nyalakan motor dan biarkan engine motor untuk mencapai suhu
kerja selama 1 menit sebelum pengambilan data. Pada saat
penyalaan awal 1 menit engine tidak boleh dimainkan (digas)
❖ Sembari menunggu motor mencapai suhu kerja, hubungkan modul
pengukur suhu dengan hp melalui Bluetooth, dan gunakan aplikasi
“Serial Bluetooth Terminal” untuk mencatat hasil pengukuran.
❖ Setelah itu nyalaka modul dan lakukan pengecekan terhadap hp
apakah dapat merekam pembacan atau tidak.
❖ Jika sudah dapat merekam dengan baik, tekan tombol reset pada
ESP32 untuk melakukan pembacaan ulang.
❖ Disaat bersaman lakukan pengujian tanpa penumpang dengan jarak
500m dengan kriteria sebagai berikut :

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

10
km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot
km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

Lakukan percobaan tersebut masing-masing sebanyak 3x


❖ Disaat bersamaan ulangi langkah nomor 2 untuk melakukan
pengambilan data suhu dinamis dengan penumpang. Dengan
keriteria sebagai berikut :

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

Lakukan percobaan tersebut masing-masing sebanyak 3x


❖ Salin dan simpan data setiap pembacaan pada MS. Word untuk
digunakan pembuatan table, pada saat pengelolaan data.

11
7.) Setelah itu dapat dilakukan penelitian bahan bakar baik statis maupun
dinamis.
a.) Bahan Bakar Statis
❖ Isi penuh tangki bahan bakar untuk sebagai tanda awal bahan
bakar.
❖ Tandai tinggi bahan bakar yang ada di tangka tersebut, sebagai
tanda nanti pada saat batas pengisian.
❖ Nyalakan motor dan mulai lakukan pengamatan selama 1 menit.
Keadaan motor harus sudah mencapai suhu kerja dan tidak boleh
dibuka gas nya atau biarkan stasioner selama 1 menit
❖ Setelah 1 menit, matikan motor dan isi bahan bakar menggunakan
suntikan 50cc. isi sesuai dari tinggi tanda yang telah diberikan
❖ Setelah itu, hitung banyaknya pengisian tadi sesuai dari parameter
pada suntikan tadi. Maka itu adalah hasil dari penyedotan bahan
bakar selama 1 menit tadi.
❖ Lakukan percobaan tersebut masing-masing sebanyak 3x
❖ Salin dan simpan data setiap pembacaan pada MS. Word untuk
digunakan pembuatan table, pada saat pengelolaan data.
b.) Bahan Bakar Dinamis
❖ Isi penuh tangki bahan bakar untuk sebagai tanda awal bahan
bakar.
❖ Tandai tinggi bahan bakar yang ada di tangka tersebut, sebagai
tanda nanti pada saat batas pengisian.
❖ Nyalakan motor dan mulai lakukan percobaan dengan penumpang
dan tanpa penumpang menggunakan jarak 500m dengan keritieria
sebagai berikut :

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 5 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

12
km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 10 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 2cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 5cm dalam knalpot

km
- Kecepatan 15 ⁄jam posisi sensor 8cm dalam knalpot

Lakukan percobaan tersebut masing-masing sebanyak 3x


❖ Salin dan simpan data setiap pembacaan pada MS. Word untuk
digunakan pembuatan table, pada saat pengelolaan data.
❖ Setelah selesai percobaan olah data yang telah dilakukan percobaan
tadi menggunakan excel dan buatlah table beserta grafiknya.
❖ Setelah selesai pemuatan grafik, lakukan penyusunan data laporan
dan simpulkan hasil dari laporan.
8.) Setelah selesai percobaan olah data yang telah dilakukan percobaan tadi
menggunakan excel dan buatlah table beserta grafiknya.
9.)
10.) Setelah selesai pemuatan grafik, lakukan penyusunan data laporan dan
simpulkan hasil dari laporan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Pengukuran Statis


4.1.1. Thermocouple Diletakkan pada 2cm dari Ujung Knalpot
STATIS
Sensor Suhu 2cm Diluar Knalpot
Hasil Data
No. °C
Data 1 31.50
Data 2 31.25

13
Data 3 31.75
Data 4 32
Data 5 31.75
Data 6 31.5
Data 7 32.25
Data 8 32.25
Data 9 32.75
Data 10 32.5
Jumlah Data 256,75
Nilai Rata-rata 31.95

Satis 2cm diluar knalpot


33

32.5

32

31.5

31

30.5
Data 1 Data 2 Data 3 Data 4 Data 5 Data 6 Data 7 Data 8 Data 9 Data 10

Satis 2cm diluar knalpot

4.1.2. Thermocouple Diletakkan Persis Dibibir Knalpot


STATIS

Sensor Suhu Persis Dibibir Knalpot

Hasil Data

No. °C

Data 1 32.5

Data 2 33

14
Data 3 32.75

Data 4 32.5

Data 5 32.75

Data 6 33

Data 7 32.75

Data 8 33.25

Data 9 32.75

Data 10 33.25

Jumlah Data 165

Nilai Rata-rata 32.85

Statis persis dibibir knalpot


33.4

33.2

33

32.8

32.6

32.4

32.2

32
Data 1 Data 2 Data 3 Data 4 Data 5 Data 6 Data 7 Data 8 Data 9 Data 10

Statis persis dibibir knalpot

15
4.1.3. Thermocouple Diletakkan 2cm Didalam Knalpot
STATIS
Sensor Suhu 2cm Didalam
Knalpot
Hasil Data
No. °C
Data 1 32.25
Data 2 32
Data 3 32.5
Data 4 32.75
Data 5 33
Data 6 32.75
Data 7 32.5
Data 8 33
Data 9 32.75
Data 10 33.25
Jumlah Data 262.5
Nilai Rata-rata 32.68

Statis 2cm didalam knalpot


33.5

33

32.5

32

31.5

31
Data 1 Data 2 Data 3 Data 4 Data 5 Data 6 Data 7 Data 8 Data 9 Data 10

Statis 2cm didalam knalpot

16
4.1.4. Thermocouple Diletakkan 5cm Didalam Knalpot
STATIS
Sensor Suhu 5cm Didalam
Knalpot
Hasil Data
No. °C
Data 1 34
Data 2 34.25
Data 3 34
Data 4 34.25
Data 5 34.25
Data 6 33.75
Data 7 34
Data 8 34.5
Data 9 34.25
Data 10 34.75
Jumlah Data 34.25
Nilai Rata-rata 34.2

Statis 5cm didalam knalpot


35

34.8

34.6

34.4

34.2

34

33.8

33.6

33.4

33.2
Data 1 Data 2 Data 3 Data 4 Data 5 Data 6 Data 7 Data 8 Data 9 Data 10

Statis 5cm didalam knalpot

17
4.1.5. Thermocouple Diletakkan 8cm Didalam Knalpot

4.1.6. Konsumsi Bahan Bakar


KONSUMSI BAHAN BAKAR STATIS

Letak Sensor Hasil


2cm diluar knalpot 4
Dibibir knalpot 4.5
2cm didalam knalpot 4.2
5cm didalam knalpot 4.5
8cm didalam knalpot 4.5
Jumlah Data 4.5
Nilai Rata-rata 4.34

4.2. Pengukuran Dinamis

𝐤𝐦
4.2.1. Kecepatan 𝟓 ⁄𝐣𝐚𝐦

4.2.1.1. Thermocouple Diletakkan 2cm Didalam Knalpot


5. Kecepatan 5 Km/Jam

18
Posisi Sensor 2cm Di Dalam Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 42.75 57 56.5
Data 2 43.25 57 56.75
Data 3 42.75 57.5 57
Data 4 43.25 58 57.5
Data 5 43.5 58.25 57.75
Data 6 43.75 58.5 57.75
Data 7 43.25 58.5 58
Data 8 44 58.75 58
Data 9 44.25 59.25 58
Data 10 44.5 59.5 58
Jumlah Data 435.25 582.25 575.25
Nilai Rata-rata 43.625 58.25 57.25

Kecepatan 5 Km/Jam
Posisi Sensor 2cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 48.75 45.5 59
Data 2 48.25 45.75 58.75
Data 3 48.75 45.5 59.5
Data 4 49 45.75 60
Data 5 49.5 46.25 60
Data 6 49.75 46.25 60.75
Data 7 50.25 46.25 61
Data 8 50.75 46.5 61.5
Data 9 51 46.75 62
Data 10 51.25 47 61.75
Jumlah Data 497.25 461.5 604.25
Nilai Rata-rata 50 46.25 60.375

19
5.1.1.1. Thermocouple Diletakkan 5cm Didalam Knalpot
Kecepatan 5 Km/Jam
Posisi Sensor 5cm Di Dalam Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 34 61.5 74.25
Data 2 33.75 61.75 73.75
Data 3 34.5 61.5 74.5
Data 4 34.25 61.5 74.25
Data 5 35 61.75 74.25
Data 6 35.75 61.5 74.25
Data 7 35.75 61.75 74
Data 8 36.25 61.75 75.5
Data 9 36.5 61.5 74.5
Data 10 36.5 62 75.5
Jumlah Data 352.25 616.5 744.75
Nilai Rata-rata 35.25 61.75 74.875

Kecepatan 5 Km/Jam
Posisi Sensor 5cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 52.5 56.5 56.5
Data 2 53 55 55

20
Data 3 53 55.25 54.5
Data 4 53 55.75 55.25
Data 5 53.75 56.25 56
Data 6 53.5 55 55.5
Data 7 54.5 54.25 56.25
Data 8 55 55.75 55
Data 9 55.25 56.75 54.75
Data 10 55.5 57.75 56
Jumlah Data 539 558.25 554.75
Nilai Rata-rata 54 57.125 56.25

5.1.1.2. Thermocouple Diletakkan 8cm Didalam Knalpot


Kecepatan 5 Km/Jam
Posisi Sensor 8cm Di Dalam Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 48 57 52
Data 2 50.5 57 52.25

21
Data 3 54 57.5 53.75
Data 4 55.25 58 54.25
58.25
Data 5 56.25 55.5
58.5
Data 6 57.25 58.5 57.75
Data 7 57 58.75 58.75
Data 8 58.75 59.25 59.25
59.5
Data 9 59.5 59
Data 10 59.75 60.25
Jumlah Data 556.25 582.25 562.75
Nilai Rata-rata 53.875 58.25 56.125

Kecepatan 5 Km/Jam
Posisi Sensor 8cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga

No. °C °C °C
Data 1 59.5 56.75 62.25
Data 2 60.25 56.5 63

22
Data 3 61.75 57.25 64
Data 4 63 58 63.75
Data 5 64 58.75 64.5
Data 6 64.5 59.25 65
Data 7 63.5 60.75 65.5
Data 8 64.75 62 66
Data 9 65 61.75 67.5
Data 10 64.5 63 66.25
Jumlah Data 630.75 594 647.75
Nilai Rata-rata 62 59.875 64.25

5.1.1.3. Konsumsi Bahan Bakar


Kecepatan 5 Km/Jam

Percobaan Tanpa Penumpang (ml) Dengan Penumpang (ml)


Posisi Pertama 3 6
Sensor Kedua 3 6
2cm
Ketiga 3.5 7
Posisi Pertama 3.5 8
Sensor Kedua 3 7

23
5cm Ketiga 3 8
Posisi Pertama 3.5 8.5
Sensor Kedua 4 8.5
8cm
Ketiga 4 8
Jumlah Data 30.5 67
Nilai Rata-rata 3.5 7
𝐤𝐦
5.1.2. Kecepatan 𝟏𝟎 ⁄𝐣𝐚𝐦

5.1.2.1. Thermocouple Diletakkan 2cm Didalam Knalpot


Kecepatan 10 Km/Jam
Posisi Sensor 2cm Di Dalam Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 46.5 47 48
Data 2 47 48 49.75
Data 3 47 48.5 52.5
Data 4 47.25 48.75 54.75
Data 5 46.75 48.5 55
Data 6 47.75 48.75 54.25
Data 7 47.25 48.75 57
Data 8 48 49.25 58.25
Data 9 48 48.75 58
Data 10 48.5 49.75 57.5
Jumlah Data 474 486 545
Nilai Rata-rata 47.5 48.375 52.75

Kecepatan 10 Km/Jam
Posisi Sensor 2cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga

No. °C °C °C
Data 1 54 56.5 56.25

24
Data 2 55 56.75 52.75
Data 3 54.25 56.25 54.5
Data 4 56.25 57.75 56.75
Data 5 55.75 58.75 55.5
Data 6 57.5 59.5 57.5
Data 7 58.5 60.25 56.5
Data 8 58.75 60.5 58
Data 9 60 59.75 57.5
Data 10 59 60.25 58.25
Jumlah Data 569 586.25 563.5
Nilai Rata-rata 56.5 58.375 57.25

5.1.2.2. Thermocouple Diletakkan 5cm Didalam Knalpot


Kecepatan 10 Km/Jam
Posisi Sensor 5cm Di Dalam
Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 63 62 75
Data 2 63 63.75 74.25
Data 3 63.75 65.75 74
Data 4 64.5 68.25 72.5
Data 5 65 70 73.75
Data 6 65 71.75 74.75

25
Data 7 65.5 71.5 72.5
Data 8 65.5 73.25 74.25
Data 9 66.25 74.5 75.75
Data 10 66.25 75.25 76
Jumlah Data 647.75 696 742.75
Nilai Rata-rata 64.625 68.625 75.5

Kecepatan 10 Km/Jam
Posisi Sensor 5cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 77.25 81.25 82.25
Data 2 76 80.75 83.75

Data 3 77 82 83.25
Data 4 78.5 80.75 83.25
Data 5 79 82.75 82.75
Data 6 79.75 84.75 82.75
Data 7 80 86 82.5
Data 8 81.5 87.75 82.75
Data 9 82 88.5 82.25
Data 10 79.75 89.25 82.25

26
Jumlah Data 790.75 843.75 827.75
Nilai Rata-rata 78.5 85.25 82.25

5.1.2.3. Thermocouple Diletakkan 8cm Didalam Knalpot


Kecepatan 10 Km/Jam
Posisi Sensor 8cm Di Dalam Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 64.25 73.5 71.75
Data 2 64.75 74.75 72
Data 3 66.25 77 73.75
Data 4 69.75 79.75 75
Data 5 73.25 83.25 77
Data 6 73 86.5 78.75
Data 7 74.75 87.5 79.25
Data 8 77 86 81.75
Data 9 79.5 87.25 84.75
Data 10 79 86.75 86
Jumlah Data 721.5 822.25 780

27
Nilai Rata-rata 71.625 80.125 78.875

Kecepatan 10 Km/Jam
Posisi Sensor 8cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 71.5 70.25 71.75
Data 2 72.75 69.75 71
Data 3 71.75 70.25 71.5
Data 4 72 70.25 72.25
Data 5 71.5 70.25 72.5
Data 6 71.25 70.75 72.75
Data 7 71 70.5 73
Data 8 70.75 70.5 73.25
Data 9 70.75 71.5 73.25
Data 10 70.5 71.5 73
Jumlah Data 713.75 705.5 724.2
5
Nilai Rata-rata 71 70.87 72.37
5 5

5.1.2.4. Konsumsi Bahan Bakar


Kecepatan 10 Km/Jam

28
Percobaan Tanpa Penumpang (ml) Dengan Penumpang (ml)
Posisi Pertama 9 12
Sensor Kedua 10 11.5
2cm
Ketiga 10 12
Posisi Pertama 9 12
Sensor Kedua 9.5 13.5
5cm
Ketiga 10 13
Posisi Pertama 9.5 13
Sensor Kedua 9.5 13
8cm
Ketiga 10 13.5
Jumlah Data 86.5 113.5
Nilai Rata-rata 9.5 12.75
𝐤𝐦
5.1.3. Kecepatan 𝟏𝟓 ⁄𝐣𝐚𝐦

5.1.3.1. Thermocouple Diletakkan 2cm Didalam Knalpot


Kecepatan 15 Km/Jam
Posisi Sensor 2cm Di Dalam Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 53.75 52.75 53.5
Data 2 54 53 53.75
Data 3 54 53 54
Data 4 54.25 53.5 54
Data 5 54.5 53.75 54.25
Data 6 55 54 56
Data 7 55 54 58.75
Data 8 55 54.25 58
Data 9 55 54.5 59.5
Data 10 56 55 60.25
Jumlah Data 546.5 537.75 562
Nilai Rata-rata 54.875 53.875 56.875

29
Kecepatan 15 Km/Jam
Posisi Sensor 2cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 56.75 66.5 72
Data 2 57.5 65.75 72.5
Data 3 57 66.25 73
Data 4 57.75 65.75 73.5
Data 5 58.75 66 74
Data 6 59 67.5 75.75
Data 7 60.75 67.75 76.5
Data 8 60 68.25 77.75
Data 9 61.5 69 79.75
Data 10 61.75 69.75 81.25
Jumlah Data 590.75 672.5 756
Nilai Rata-rata 59.25 68.125 76.625

30
5.1.3.2. Thermocouple Diletakkan 5cm Didalam Knalpot
6. Kecepatan 15 Km/Jam
Posisi Sensor 5cm Di Dalam Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 91.75 98.25 86.75
Data 2 89.5 96.5 85.75
Data 3 87.25 93.25 85.25
Data 4 84 89.5 84.25
Data 5 81.5 86.25 83.5
Data 6 82 85.75 82.5
Data 7 83.75 86.5 81.5
Data 8 84.75 87.75 80
Data 9 86.25 89.75 79.5
Data 10 89.25 90.75 78.75
Jumlah Data 860 904.25 827.75
Nilai Rata-rata 90.5 94.5 82.75

31
Kecepatan 15 Km/Jam
Posisi Sensor 5cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga

No. °C °C °C
Data 1 89.25 91.5 92.25
Data 2 89.75 91.5 92.75
Data 3 90 92 92.75
Data 4 89.5 92 92.75
Data 5 89.25 92.25 92.25
Data 6 89.25 92.75 92
Data 7 88.25 92.75 92
Data 8 88.75 92.75 92.5
Data 9 88.5 92.25 92
Data 10 89.25 92 92.5
Jumlah Data 891.75 921.75 923.75
Nilai Rata-rata 89.25 91.75 92.375

32
6.1.1.1. Thermocouple Diletakkan 8cm Didalam Knalpot
Kecepatan 15 Km/Jam
Posisi Sensor 8cm Di Dalam Knalpot
Tanpa Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 75.5 83.25 88
Data 2 77.25 84.75 92.75
Data 3 79.75 87 95.75
Data 4 81.75 89.25 98.25
Data 5 83.5 90.75 99.75
Data 6 86.25 93.5 97.5
Data 7 86.5 94.75 99.25
Data 8 89.25 96.75 101
Data 9 92 97.75 102.25
Data 10 93.75 96 103.5
Jumlah Data 845.5 913.75 978
Nilai Rata-rata 84.625 89.625 95.75

33
Kecepatan 15 Km/Jam
Posisi Sensor 8cm Di Dalam Knalpot
Dengan Penumpang
Percobaan Pertama Kedua Ketiga
No. °C °C °C
Data 1 90.25 94.25 89.75
Data 2 91.75 97.5 90.75
Data 3 93 99.5 91.25
Data 4 92.25 100 91
Data 5 90.75 99.75 91.5
Data 6 93.25 101.5 91.5
Data 7 93 102.75 91.75
Data 8 94.75 104.25 91.25
Data 9 95.5 105 91.75
Data 10 95.75 106.75 91.5
Jumlah Data 930.25 1011.25 912
Nilai Rata-rata 93 100.5 90.625
6.1.1.2. Konsumsi Bahan Bakar
Kecepatan 15 Km/Jam

Percobaan Tanpa Penumpang (ml) Dengan


Penumpang
(ml)
Pertama 15 25

Posisi Kedua 15 25
Sensor
2cm Ketiga 15.5 26
Posisi Pertama 15 26
Sensor Kedua 16 26.5
5cm Ketiga 15.5 26
Posisi Pertama 16 26.5
Sensor Kedua 16.5 27.5
8cm Ketiga 17 27.5

34
Jumlah Data 141.5 236
Nilai Rata-rata 16 26.25

35
BAB V PENEUTUP

5.1. Kesimpulan
Sesuai penelitian yang telah dilakukan di atas tentu saja dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.) Pada suhu tinggi (panas) tertentu khususnya pada kendaraan yang sudah
memiliki pendingin radiator, akan ada penurunan suhu karena kipas
pendingin akan menyala.
2.) Beban yang diterima oleh motor, ketika pengendara sedang membonceng atau
tidak akan mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Bahan bakar akan
terkonsumsi lebih banyak apabila pengendara mengendarai dengan
penumpang.
3.) Kecepatan motor juga mempengaruhi konsumsi bahan bakar, semakin tinggi
kecepatan akan semakin banyak bahan bakar yang dikonsumsi karena putaran
mesin yang dibutuhkan semakin besar. Hal ini akan lebih boros apabila motor
dibebani oleh pengendara dan penumpang.
4.) Untuk suhu yang lebih tinggi akan terjadi pada kecepatan yang tinggi karena
proses pembakaran lebih cepat dan lebih banyak. Hal ini juga akan lebih
tinggi (panas) ketika motor dibebani oleh pengendara dan penumpang.

5.2. Saran
Setelah melakukan penelitian kali ini, peneliti memiliki beberapa saran agar
bisa melakukan atau pengambilan data secara maksimal yaitu sebagai berikut :
1.) Pastikan modul yang digunakan benar-benar berfungsi dengan baik, dengan
cara mencoba untuk memanasi sensor menggunakan korek api lalu lihat hasil
yang keluar pada LCD atau HandPhone.
2.) Pastikan bahan bakar pada motor terpenuhi setidaknya cukup untuk
melakukan kegiatan hingga selesai.
3.) Pada saat melakukan kegiatan usahakan selalu dimulai ketika suhu mesin
dalam kondisi normal atau suhu kerja pertama, agar data yang didapat valid.
4.) Usahakan ketika melakukan percobaan khususnya pada pengujian dinamis
dengan penumpang, menggunakan penumpang yang sama agar berat yang
membebani motor tetap sama.

36
37
DAFTAR PUSTAKA
HOTTUA, P. M. (2016). LATAR BELAKANG KNALPOT.
Meriyanto, D. D. (2013). ANALISIS PANAS PADA KNALPOT BERBASIS.
Yulianto, A. (2018). Motor Bensin.

38

Anda mungkin juga menyukai