Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Nama Perusahaan

PT. Nestle Dancow Indonesia

2.2 Logo Perusahaan

2.3 Bidang Usaha

PT. Nestle Dancow ini bergerak dibidang manufaktur dengan


memproduksi susu.

2.4 Visi dan Misi Perusahaan

2.4.1 Visi

Adapun visi yang dimiliki oleh PT Nestle Dancow ini adalah:

“Aim to build a business as the world's leading nutrition, health and wellness
company based on sound human values and principles ”.
PT Nestle Dancow ingin menjadi pemimpin pasar produk nutrisi bergizi
untuk bayi dan anak di Indonesia.

2.4.2 Misi

Adapun misi yang dimiliki oleh PT Nestle Dancow ini adalah :

1. Memperbaiki nutrisi masa pertumbuhan anak-anak Indonesia


2. Mengurangi impor makanan yang telah diproses khususnya produk susu
bubuk
3. Turut serta membangun kesehatan dan kecerdasan bayi dan anak-anak
Indonesia dengan menyediakan produk nutrisi terpercaya dan terjangkau
4. Menghasilkan pertumbuhan perseroan yang berkesinambungan melalui
sistem m,anajemen berkualitas tinggi dan pendekatan inovatif dalam
budaya integritas tinggi
5. Mengutamakan kepuasan seluruh stakeholders

2.5 Nilai-nilai Perusahaan

Adapun nilai-nilai badan usaha yang dimiliki oleh PT.Nestle


Dancow:
1. Kepedulian

Menjadikan kami selalu selangkah lebih maju melalui sikap responsif,


layanan terbaik, dan fokus pada solusi - bukan pada masalah.
2. Komitmen

Memupuk rasa tanggung jawab, kualitas, dan praktik yang andal untuk
menjadikan kami mitra masyarakat terpercaya dan disegani.
3. Kepatuhan

Kepatuhan pada hukum, peraturan, standar serta praktik terbaik


mencerminkan integritas dan nilai-nilai profesional kami.
2.6 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Nestle Indonesia merupakan salah satu perusahaan investasi


asing. Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Swiss Eropa, pertama kali
didirikan oleh Henri Nestle, seorang ahli kimia Jerman yang berdomisili di
Vevey,Swiss. Awalnya, Henri merasa prihatin dengan tingginya angka
mortalitas di akhir abad 19. Dengan keprihatinannya itu, Henri Nestle berhasil
menciptakan makanan pendamping bayi yang tidak mendapat cukup ASI (Air
Susu Ibu). Produk tersebut, yang selanjutnya diberi nama Farine Lactee, telah
berhasil menyelamatkan banyak anak pada saat itu dan Nestle pun
mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Henri Nestle kemudian memanfaatkan nama keluarganya menjadi
logo perusahaanya. Dalam dialek Jerman Swiss, “Nestle” berarti sarang
burung kecil (little nest). Logo itu menjadi lambang rasa aman, kasih sayang,
kekeluargaan, dan tradisi. Perusahaan Nestle terus mengembangkan produk-
produknya dan kemudian menjadi pelopor pada beberapa produk seperti susu
kental di Eropa tahun 1905, susu coklat tahun 1929, kopi instant tahun 1938,
dll.
Produk-produk Nestle telah beredar di Indonesia sejak akhir abad ke-
19 dimana salah satunya ialah susu kental manis yang dikenal dengan sebutan
“Tjap Nona” (sekarang “Nestle Milkmaid”). Kantor pusat Nestle di Swiss,
Nestle S.A., bersama sejumlah mitra lokal mendirikan anak perusahaan di
Indonesia pada bulan Maret 1971. Saat ini PT Nestle Indonesia
mengoperasikan tiga pabrik yang berlokasi di daerah Tangerang (Banten),
Panjang (Lampung), dan Kejayan (Jawa Timur). Beberapa merk produk
Nestle yabng dipasarkan di Indonesia antara lain : susu bubuk Nestle Dancow,
kopi instan Nescafe, Nestle Milo, Nestle Bubur Bayi, Kit Kat, Polo, dll.
Nestle Indonesia berkomitmen untuk tetap mengembangkan produk-
produk melalui inovasi dan renovasi demi memuaskan kebutuhan
konsumennya di seluruh Indonesia. Berbagai produk-
produk baru sebagai inovasi produk telah banyak dikonsumsi masyarakat
Indonesia. Selain itu, produk-produk dari Nestle juga telah menyebar hingga
ke daerah-daerah pelosok Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan
produk-produk Nestle, seperti susu Dancow dan kopi Nescafe,yang banyak
dijual di berbagai pedagang pengecer maupun warung-warung di pinggir
jalan.
Kondisi pasar untuk produk-produk Nestle sangat bersaing. Hal ini
dapat dilihat dari adanay merk-merk lain yang memiliki kesamaan produk
dengan Nestle, seperti produk susu, kopi instan, dan makanan bayi instant.
Dalam menyikapi hal tersebut, maka manajemen Nestle memiliki inovasi
produk yang sangat tinggi.
BAB III

TAHAPAN PERENCANAAN STRATEGIS

Untuk menentukan strategi utama dapat dilakukan dengan menggunakan


beberapa metode, yang umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap
analisis, yaitu :

TAHAP 1 : The Input Stage

EFE Matrix IFE Matrix CP Matrix

TAHAP 2 : The Matching Stage

TOWS SPACE BCG IE Grand Strategy


Matrix Matrix Matrix Matrix Matrix

TAHAP 3 : The Decision Stage

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

3.1 Tahap pengumpulan data (The Input Stage)

Pada dasarnya,tahap ini bukan hanya sekadar kegiatan pengumpulan data,


melainkan juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis.
Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data
internal.
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan, seperti:
 analisis pasar

 analisis kompetitor

 analisis komunitas

 analisis pemasok

 analisis pemerintah

Data internal dapat diperoleh di dalam perusahaan itu sendiri, seperti:


 laporan keuangan (neraca, laba rugi, cash flow, struktur
pendanaan)
 laporan kegiatan sumber daya manusia

 laporan kegiatan operasional

 laporan kegiatan pemasaran

Model yang dipakai pada tahap ini ada tiga macam, yaitu:

 Matriks External Factor Evaluation (EFE)

 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

 Competitive Profile Matrix (CPM)

3.2 Tahap analisis (The Matching Stage)

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap


kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Jadi
tahap Matching Stage merupakan tahap mengembangkan strategi-strategi
alternatif berdasarkan key internal factors dan key external factors.
Penggunaan beberapa model sekaligus dianjurkan agar dapat memperoleh
analisis yang lebih lengkap dan akurat.
Tahap analisis ini mencakup lima matriks yang umum digunakan, yakni:
 Matriks TOWS atau Matriks SWOT

 Strategic Position and Action Evaluation (SPACE) Matriks

 Boston Consulting Group (BCG) Matriks

 Internal-External (IE) Matriks

 Grand Strategy Matriks


3.3 Tahap pengambilan keputusan (The Decision Stage)

Pada tahap ini digunakan metode Quantitative Strategies Planning Matrix


(QSPM), yang dapat dijadikan sebagai teknik analisis
menentukan ketertarikan relatif (relative attractiveness) dari
pelaksanaan strategi alternatif. QSPM merupakan teknik yang dipakai pada
tahap ketiga dari kerangka kerja analisis formulasi strategi untuk memilih
strategi alternatif mana yang paling baik. QSPM menggunakan input dari
analisis pada stage pertama dan matching results pada stage kedua yang
memberikan informasi untuk analisis selanjutnya melalui QSPM di stage
kedua.
BAB IV

THE INPUT STAGE

4.1 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Evaluasi internal dan eksternal ini dilakukan untuk memperoleh berbagai


informasi yang berkenaan dengan kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang (opportunity) dan ancaman (threat) yang dimiliki perusahaan (dalam
hal ini PT.Nestle).

Evaluasi Faktor Internal :

 Persaingan harga dengan kompetitor

 Isu negatif dari brand image

 Membangun brand image ke seluruh dunia

 Promosi yang gencar dan kuat

 Diversifikasi produk yang tinggi

 Joint ventures

 Pengalaman bisnis yang luas

 Lemahnya storage dan transportasi

 Supply chain management yang kompleks

 Teknologi yang canggih pada proses manufaktur

 Modal kerja yang lemah

 Tim kerja yang profesional

 Fasilitas yang lengkap

 Produk yang berkualitas


Evaluasi Faktor Eksternal :

 Harga bahan baku yang mahal

 Ekstensifikasi penjualan produk

 Kompetitor yang menawarkan harga bersaing

 Peningkatan kebutuhan terhadap produk susu

 Kompetisi global (pesaing baru) yang memasuki pasar domestik

 Adanya kemajuan teknologi yang selalu berkembang (inovasi)

 Gaji pegawai yang rendah di negara berkembang

 Besarnya pasar domestik yang belum tergarap

 Gangguan keamanan dalam usaha

 Semakin banyaknya kelas menengah

 Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat. Ekonomi


diramalkan tumbuh sekitar 6%-7% per tahun selama 3 tahun
mendatang (tergantung dari pengaruh negatif kenaikan harga
minyak)
Internal Factor Evaluation (IFE)

Sko Strength
Faktor Internal
r /
1 2 3 4 5 Weakness
a. Persaingan harga dengan kompetitor √ S

b. Isu negatif dari brand image √ W

c. Membangun brand image ke seluruh dunia √ S

d. Promosi yang gencar dan kuat √ S

e. Diversifikasi produk yang tinggi √ S

f. Joint ventures √ S

g. Pengalaman bisnis yang luas √ S

h. Lemahnya storage dan transportasi √ W

i. Supply chain management yang kompleks √ W

j. Teknologi yang canggih pada proses manufaktur √ S

k. Modal kerja yang lemah √ W

l. Tim kerja yang profesional √ S

m. Fasilitas yang lengkap √ S

n. Produk yang berkualitas √ S


External Factor Evaluation (EFE)

Sko Opportunit
Faktor Eksternal
r y/
1 2 3 4 5 Threat
a. Harga bahan baku yang mahal √ T

b. Ekstensifikasi penjualan produk √ O

c. Kompetitor yang menawarkan harga bersaing √ T

d. Peningkatan kebutuhan terhadap produk susu √ O

e. Kompetisi global (pesaing baru) yang memasuki


pasar domestik √ T

f. Adanya kemajuan teknologi yang selalu


berkembang (inovasi) √ O

g. Gaji pegawai yang rendah di negara berkembang √ O

h. Besarnya pasar domestik yang belum tergarap √ O

i. Gangguan keamanan dalam usaha √ T

j. Semakin banyaknya kelas menengah √ O

k. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat √ O

Penggolongan IFE dan EFE ke dalam SWOT


S (Strength) W (Weakness)
Persaingan harga dengan kompetitor Isu negatif dari brand image
Membangun brand image ke seluruh dunia Lemahnya storage dan transportasi
Supply chain management yang
Promosi yang gencar dan kuat
kompleks

Diversifikasi produk yang tinggi Modal kerja yang lemah


Joint ventures

Pengalaman bisnis yang luas

Teknologi yang canggih pada proses

manufaktur

Tim kerja yang profesional

Fasilitas yang lengkap

Produk yang berkualitas


O (Opportunity) T (Threat)
Ekstensifikasi penjualan produk Harga bahan baku yang mahal

Kompetitor yang menawarkan harga


Peningkatan kebutuhan terhadap produk
bersaing
susu

Adanya kemajuan teknologi yang selalu Kompetisi global (pesaing baru)

berkembang (inovasi) yang memasuki pasar domestik

Gaji pegawai yang rendah di negara Gangguan keamanan dalam usaha


berkembang

Besarnya pasar domestik yang belum


tergarap

Semakin banyaknya kelas menengah


Pertumbuhan ekonomi Indonesia
terus meningkat
Pembobotan pada masing-masing Critical Success Factor

Key Internal Factor Weight


Strength

a. Persaingan harga dengan kompetitor 0,039


b. Membangun brand image ke seluruh dunia 0,056
c. Promosi yang gencar dan kuat 0,093

d. Diversifikasi produk yang tinggi 0,085


e. Joint ventures 0,060
f. Pengalaman bisnis yang luas 0,087

g. Teknologi yang canggih pada proses manufaktur 0,103

h. Tim kerja yang profesional 0,069

i. Fasilitas yang lengkap 0,091

j. Produk yang berkualitas 0,082


Weakness

k. Isu negatif dari brand image 0,045


l. Lemahnya storage dan transportasi 0,065
m. Supply chain management yang kompleks 0,062

n. Modal kerja yang lemah 0,062


Total 1,000
Key External Factor Weight
Opportunity

a. Ekstensifikasi penjualan produk 0,090

b. Peningkatan kebutuhan terhadap produk susu 0,103

c. Adanya kemajuan teknologi yang selalu berkembang 0,080


(inovasi)

d. Gaji pegawai yang rendah di negara berkembang 0,148

e. Besarnya pasar domestik yang belum tergarap 0,071

f. Semakin banyaknya kelas menengah 0,076

g. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat 0,097


Threat

h. Harga bahan baku yang mahal 0,050

i. Kompetitor yang menawarkan harga bersaing 0,116

j. Kompetisi global (pesaing baru) yang memasuki pasar 0,075


domestik

k. Gangguan keamanan dalam usaha 0,095


Total 1,000

4.2 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal


perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting.
Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari beberapa
fungsional perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM,
pemasaran, sistem informasi, dan produksi/operasi.
Langkah pengerjaanya sama seperti membuat EFE matrix, yaitu setelah
membuat critical success factor dan menentukan bobotnya, maka dilanjutkan
dengan pemberian rating pada setiap critical success factor tersebut. Rating
tiap critical success factor berkisar antara 1 sampai dengan 4, dimana:
1 = di bawah rata-rata 2
= rata-rata
3 = di atas rata-rata 4
= sangat bagus
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

No Key Internal Factor Weigh Ratin Scor


t g e
1 Strength

Persaingan harga dengan kompetitor 0,039 4 0,156


Membangun brand image ke seluruh dunia 0,056 4 0,224
Promosi yang gencar dan kuat 0,093 4 0,372

Diversifikasi produk yang tinggi 0,085 4 0,340


Joint ventures 0,060 4 0,240

Pengalaman bisnis yang luas 0,087 3 0,261

Teknologi yang canggih pada proses manufaktur 0,103 3 0,309

Tim kerja yang profesional 0,069 2 0,138

Fasilitas yang lengkap 0,091 2 0,182

Produk yang berkualitas 0,082 4 0,328

2 Weakness

Isu negatif dari brand image 0,045 2 0,090


Lemahnya storage dan transportasi 0,065 3 0,195
Supply chain management yang kompleks 0,062 2 0,124
Modal kerja yang lemah 0,062 1 0,062
Total Skor Strength dan Weakness 1,000 3,021

Analisis berdasarkan IFE Matrix Strength


1. Persaingan harga dengan kompetitor

Harga yang murah masih menjadi pertimbangan konsumen dalam


memilih produk susu
2. Membangun brand image ke seluruh dunia

Brand image PT.Nestle yang kuat membuat konsumen tidak ragu


akan kualitas produk yang dijual
3. Promosi yang gencar dan kuat

PT.Nestle melakukan promosi besar-besaran agar produknya terutama


susu dapat diterima di semua lapisan masyarakat
4. Diversifikasi produk yang tinggi

Ada berbagai macam produk dari PT Nestle karena PT Nestle selalu


melakukan inovasi untuk mengembangkan produknya
5. Joint ventures

Kemungkinan untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan sejenis


amat terbuka dari PT Nestle
6. Pengalaman bisnis yang luas

Pengalaman yang dimiliki oleh Nestle dalam bisnis Internasional dapat


menambah pengetahuan dalam memutuskan strategi untuk
menghadapi tantangan dari kompetitor
7. Teknologi yang canggih pada proses manufaktur Pemakaian
teknologi canggih ini bertujuan untuk menciptakan produk-produk
yang berkualitas bagi konsumen
8. Tim kerja yang professional

PT Nestle dalam memuaskan customernya didukung oleh SDM yang


cakap dan profesional
9. Fasilitas yang lengkap

Fasilitas yang dimiliki oleh PT Nestle amat memadai baik dalam


manufaktur maupun sektor penelitian
10. Produk yang berkualitas

Konsumen tentunya akan mempertimbangkan aspek kualitas dalam


memilih produk, sehingga produk dengan kualitas yang baik sangat
diperlukan

Weakness:

1. Isu negative dari brand image

PT Nestle selalu berupaya menjaga nama baik perusahaan. Hal


tersebut amat penting karena PT Nestle tidak mau mengecewakan
masyarakat atas kualitas produk dari PT Nestle Dancow.
2. Lemahnya storage dan transportasi

Perencanaan persediaan dan transportasi yang kurang tepat dari PT


Nestle menghambat jalannya proses distribusi
3. Supply chain management yang kompleks

PT Nestle berusaha menerapkan supply chain management

yang paling tepat

4. Modal kerja yang lemah

Kurangnya modal kerja yang menghambat proses produksi


4.3 Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal


perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal
menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan,
politik, pemerintahan, hukum, teknologi, serta data eksternal relevan lainnya.
Hal ini penting karena faktor eksternal berpengaruh secara langsung maupun
tidak langsung terhadap perusahaan.
Setelah membuat critical success factor dan menentukan bobotnya, maka
dilanjutkan dengan pemberian rating pada setiap critical success factor
tersebut. Rating ditentukan berdasarkan efektivitas strategi perusahaan,
sedangkan nilainya didasarkan pada kondisi perusahaan. Rating tiap critical
success factor berkisar antara 1 sampai dengan 4, dimana:
1 = di bawah rata-rata 2
= rata-rata
3 = di atas rata-rata 4
= sangat bagus
Matriks External Factor Evaluation (EFE)

No Key External Weigh Ratin Score


Factor t g
1 Opportunity

Ekstensifikasi penjualan produk 0,090 4 0,360

Peningkatan kebutuhan terhadap produk susu 0,103 4 0,412

Adanya kemajuan teknologi yang selalu berkembang 0,080 3 0,240


(inovasi)

Gaji pegawai yang rendah di negara berkembang 0,148 2 0,296

Besarnya pasar domestik yang belum tergarap 0,071 4 0,284

Semakin banyaknya kelas menengah 0,076 3 0,228

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat 0,097 4 0,388

2 Threat

Harga bahan baku yang mahal 0,050 2 0,100

Kompetitor yang menawarkan harga bersaing 0,116 4 0,464

Kompetisi global (pesaing baru) yang memasuki pasar 0,075 2 0,150


domestik

Gangguan keamanan dalam usaha 0,095 1 0,095


Total Skor Opportunity dan Threat 1,000 3,017
Analisis berdasarkan EFE Matrix Opportunity :
1. Ekstensifikasi penjualan produk

Perlunya peningkatan produksi sehingga meningkat pula penjualan


produk dari PT Nestle Dancow
2. Peningkatan kebutuhan terhadap produk susu Semakin
tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan
pendamping bagi bayi
3. Adanya kemajuan teknologi yang selalu berkembang (inovasi)
Kemajuan teknologi terus mendorong PT Nestle mengembangkan
produknya
4. Gaji pegawai yang rendah di negara berkembang Kesempatan
yang bisa didapat untuk meningkatkan profit perusahaan dengan
membangun pabrik di negara berkembang atas dasar gaji pegawai
yang relatif kecil
5. Besarnya pasar domestik yang belum tergarap Perusahaan harus
jeli melihat pasar dengan memberi perhatian khusus
6. Semakin banyaknya kelas menengah

Masyarakat telah mengalami perubahan dikarenakan perkembangan


dunia yang semakin maju. Kelas menengah dari masyarakat lebih
sadar akan pentingnya kesehatan
7. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat Meningkatnya
ekonomi masyarakat membuat masyarakat semakin
konsumtif. Pikiran masyarakat telah beralih dari
kebutuhan primer ke kebutuhan yang lebih tinggi.

Threat :

1. Harga bahan baku yang mahal

Harga bahan baku yang semakin mahal semakin membuat perusahaan-


perusahaan memikirkan cara untuk menagtasi maslah tersebut
2. Kompetitor yang menawarkan harga bersaing

Persaingan harga merupakan hal yang tidak bisa terhindarkan. Untuk


itu, perusahaan yang menawarkan produknya dengan kualitas yang
baik dan harga yang reachable itu yang akan dipilih.
3. Kompetisi global (pesaing baru) yang memasuki pasar
domestik
Bisnis makanan pendamping bayi merupakan sektor bisnis yang mulai
marak diminati oleh perusahaan multi nasional sehingga tidak menutup
kemungkinan akan muncul kompetitor- kompetitor baru yang
meramaikan persaingan.
4. Gangguan keamanan dalam usaha

Kondisi yang kondusif dalam berusaha sangat diperlukan bagi suatu


perusahan.
4.4 Matriks Competitive Profile (CP)

Competitive Profle Matrix digunakan untuk mengidentifikasi para pesaing


utama perusahaan mengenai kekuatan dan kelemahan utama mereka dalam
hubungannya dengan posisi strategis perusahaan.
Untuk mengetahui posisi kompetitif dari PT. Nestle Dancow, maka perlu
diperbandingkan dengan perusahaan sejenis. Dalam hal ini dipilih Indomilk
dan RealGood sebagai pesaing PT. Nestle Dancow karena kedua perusahaan
memiliki kelebihan masing-masing dalam layanan yang di sajikan kepada
pelanggannya.
Competitive Profle Matrix

(CPM)

Dancow Ultrajaya RealGood


Critical Success Weight
Ratin Scor Ratin Score Ratin Score
Factor
g e g g
Pengenalan nama 0,06 4 0,252 2 0,126 4 0,252
3

Pangsa pasar 0,08 4 0,34 2 0,17 3 0,255


5

Penerapan harga 0,14 4 0,564 4 0,564 2 0,282


1

Posisi keuangan 0,12 3 0,36 3 0,36 3 0,36


0

Kualitas produk 0,14 2 0,292 1 0,146 3 0,438


6

Pengalaman bisnis 0,09 3 0,276 2 0,184 3 0,276


2

Pelanggan setia 0,12 3 0,369 2 0,246 4 0,492


3

Pelayanan 0,12 3 0,375 3 0,375 3 0,375


5

Inovasi produk 0,09 2 0,196 1 0,098 3 0,294


8

Teknologi produksi 0,10 3 0,321 2 0,214 4 0,428


7
Tota 1,00 3,345 2,483 3,452
l 0
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa perusahaan yang dianalisis
(PT.Nestle Dancow) kondisinya terletak di tengah-tengah dengan total skor
3,345. Meskipun PT.Nestle Dancow lebih unggul dalam hal pangsa pasar dan
penerapan harga (memiliki rating 4), namun secara keseluruhan masih lebih
unggul RealGood karena total skornya sebesar 3,452. Hal ini disebabkan
oleh Critical Success Factor (factor yang menjadi pertimbangan) yang paling
penting adalah kualitas produk dengan bobot terbesar 0,146. Dengan
memiliki kualitas produk yang baik, perusahaan kompetitor (RealGood) dapat
menduduki posisi tertinggi.
Secara keseluruhan, kedua perusahaan ini sebenarnya tidak berbeda jauh
karena skor yang dimiliki PT. Nestle Dancow dan RealGood berbeda tipis,
yaitu 3,345 dan 3,452 (bandingkan dengan Ultrajaya yang memiliki total skor
2,483).
Jadi strategi yang perlu dilakukan oleh PT. Nestle Dancow adalah strategi
yang berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan kualitas produk dan bisa
menjadi lebih baik dari RealGood.

Anda mungkin juga menyukai