7. Hasil penugasan
a. Analisis kondisi lahan
Kegiatan penyelenggaraan makanan pada proses pengolahan makanan di
RSUD dr. Saiful Anwar diselenggarakan di dapur penyelenggaraan makanan
di instalasi gizi RSUD dr. Saiful Anwar. Kegiatan pengolahan makanan
terbagi menjadi 2 (dua) area kerja, yaitu area pengolahan makanan padat dan
saring dan area pengolahan cair dan snack. Sedangkan, waktu pengolahan
makanan terbagi menjadi 3 (tiga) waktu, yaitu makan pagi pukul 21.00-07.00
WIB, makan siang pukul 07.00-14.00 WIB, dan makan sore pukul 12.00-
19.00 WIB.
Tenaga pengolahan makanan di dapur penyelenggaraan makanan terbagi
menjadi 2 (dua) shift waktu kerja, yaitu :
a. Pengolahan Nasi
1. Baju kerja
2. Apron yang disesuaikan dengan hari pemakaian
3. Sandal tertutup
4. Masker
3. Sandal tertutup
4. Masker
2) Lauk Berkuah
Petugas pengolah lauk mengambil bumbu yang telah disiapkan
kemudian ditumis sampai matang dan harum, beberapa lauk hewani
sebelum dicampurkan dengan bumbu dimasak terlebih dahulu selama
10-15 menit, petugas memasukkan kuah ke dalam lauk dan bumbu
kemudian direbus sampai mendidih dan matang, petugas
menambahkan penyedap rasa (gula dan garam) setelah matang, untuk
kecap/ saos ditambahkan diawal agar bisa meresap kedalam lauk,
petugas membiarkan kuah hingga mendidih, menjadi kental dan
tekstur lauk empuk dan matang, jika tekstur sudah empuk dan
matang terlebih dahulu maka lauk diangkat dan kuah dididihkan
hingga mengental kemudian lauk dimasukkan kembali, untuk saat ini
tidak dilakukan monitoring suhu, setelah masakan matang maka
petugas memasukkan kedalam wadah bersih dan jika sudah tidak
beruap maka langsung ditutup. Sebagian besar tahapan pengolahan
lauk berkuah diatas sudah sesuai dengan SOP, tetapi ada satu poin
yang masih belum dilakukan yaitu monitoring suhu.
3) Lauk digoreng
Petugas merendam lauk dalam bumbu selama 10-15 menit,
petugas memasukkan lauk yang sudah dibumbui dalam kocokan
putih telur/tepung bila diperlukan, petugas menggoreng dalam
minyak panas sampai lauk matang, untuk saat ini tidak dilakukan
monitoring suhu, setelah masakan matang maka petugas
memasukkan kedalam wadah bersih dan jika sudah tidak beruap
maka langsung ditutup, untuk saat ini tidak dilakukan monitoring
suhu, petugas D3 TataBoga yang bertugas sebagai leader melakukan
uji citarasa dan kematangan/keempukan. Sebagian besar sudah sesuai
dengan SOP tetapi ada satu poin yang masih belum dilakukan yaitu
monitoring suhu.
4) Sayur
Sebelum waktu pengolahan dilakukan, petugas sudah
membersihkan dapur pengolahan dan mempersiapakan alat yang
sudah bersih dari lemari penyimpanan. Petugas sudah menggunakan
APD dengan lengkap sesuai area kerja yaitu baju kerja, sarung
tangan, apron, penutup kepala, alas kaki tertutup dan masker. Petugas
pengolah sayur mengambil bumbu yang telah disiapkan kemudian
ditumis sampai matang dan harum. Petugas pengolah sayur merebus
air/santan kemudian bumbu yang sudah matang dimasukkan. Petugas
memasukkan sayur sesuai dengan warna agar air rendaman tidak
berubah warna dan mencemari sayuran yang lain seperti kecambah
didahulukan dibanding bayam. Petugas mengaduk sayur hingga rata
sampai empuk dan matang. Petugas menambahkan penyedap rasa
(gula dan garam) setelah matang. Setelah masakan matang maka
petugas memasukkan kedalam wadah bersih dan jika sudah tidak
beruap maka langsung ditutup. Monitoring suhu tidak dilakukan.
Petugas D3 Tata Boga yang bertugas sebagai leader melakukan uji
citarasa dan kematangan/keempukan. Semua tahapan SOP sudah
dilakukan hanya saja ada satu yaitu monitoring suhu yang masih
belum dilakukan sehingga tidak memenuhi SOP.
5) Makanan saring
3. Sandal tertutup
4. Masker
b. Analisis permasalahan
Pada saat proses pengolahan, ada beberapa petugas pengolah makanan
yang masih mengunakan accessories berupa tali gelang pada saat pengolahan
makanan, selain itu kadang-kadang sarung tangan plastik tidak digunakan.
Pada kenyataannya sudah sering dilakukan sosialiasi terkai penggunaan APD
yang baik dan benar pada petugas pengolahan. Dan juga sudah tertempel di
dinding untuk apa saja penggunaan APD yang harus digunakan. Penjamah
makanan (pramumasak) merupakan salah satu vektor yang dapat mencemari
bahan pangan (Kemenkes RI, 2013). Menurut Badan POM RI (2020),
protokol kesehatan penjamah makanan pada penyelenggaraan makanan
selama masa pandemi Covid-19 adalah mencuci tangan; menggunakan
desinfektan pada permukaan kerja dan titik-titik perlatan yang sering
digunakan bersama (seperti: gagang pintu); menggunakan masker untuk
menutupi hidung dan mulut guna mencegah percikan droplet saat berbicara,
batuk, atau bersin; serta menjaga kebersihan seragam kerja yaitu mengganti
baju khusus kerja sebelum memasuki area produksi dan sebelum pulang kerja.
Menurut Wibowo dkk (2018), pramumasak harus selalu dalam keadaan bersih
dan mengenakan masker, baju kerja, penutup kepala, serta alas kaki tertutup.
Perlengkapan tersebut tidak boleh digunakan di luar ruang pengolahan. Selain
itu, pramumasak harus selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir saat akan dan setelah mengolah makanan, setelah keluar dari toilet,
dan setelah menyentuh bahan makanan mentah. Pramumasak pun tidak boleh
merokok, meludah, makan, bersin, memakai perhiasan, jam tangan, peniti,
bros, dan perlengkapan lainnya yang dapat jatuh ke dalam masakan.
Untuk pengukuran suhu pada saat pengamatan tidak dilakukan hampir di
semua kelompok pengolahan makanan. Di dalam SOP sudah tertulis untuk
selalu memonitoring suhu pada saat makanan sudah matang dan seharunya
memonitoring yaitu PJ setiap shiftnya.
8. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis permasalah tersebut, maka rekomendasi yang
dapat diberikan adalah ahli gizi jasa boga melakukan monitoring secara lebih
ketat lagi untuk penggunaan APD pada petugas pengolahan ketika petugas
sedang melakukan kegiatan pengolahan dengan form monitoring kepatuhan
penggunaan APD yang secara berkala lalu dilakukan evaluasi. Sebaiknya ada
menggunakan alat pengukur suhu berupa termometer jarum agar dapat mengukur
suhu di dalam masakan (suhu inti masakan) di dapur, dikarenakan suhu akan
mempengaruhi keberadaan bahaya dari mikrobiologi.
9. Daftar pustaka
Badan POM RI. 2020. Pedoman Produksi dan Distribusi Pangan Olahan pada
Masa Status Darurat Kesehatan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
di Indonesia. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Wibowo, S., Siregar, R., dan Surate, I. G. 2018. Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Massal di Rumah Sakit dan Hotel. Jakarta:
EGC.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Wayansari, L., Anwar, I. Z., dan Amri, Z. 2018. Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.