Anda di halaman 1dari 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis, maka penelitian terdahulu menjadi
sangat penting agar dapat diketahui hubungan anatara penelitian yang dilakukan sebelumnya
dengan penelitian yang dilakukan pada saat ini sehingga dapat diketahui kontribusi penelitian
ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang
berkaitan dengan penempatan pos pemadam kebakaran, metode yang digunakan sebelumnya
dan ditinjau dari berbagai sudut pandang para penelitinya.

Penelitian tentang penempatan unit pos pemadam kebakaran di lakukan oleh Endah
Purwanti (2015) yang meneliti tentang “Evaluasi Terhadap Lokasi Penempatan Pos
Pemadam Kebakaran di Wilayah Kota Surabaya”, dalam penelitia ini Purwanti menggunakan
metode Nearest Neighbor Analysis (NNA), Deskriptif kuantitatif, Overlay. Penelitian ini
bertujuan untuk :1) Mengetahui pola sebaran pos pemadam kebakaran di wilayah Kota
Surabaya, 2) Mengetahui mekanisme penangan laporan kebakaran oleh pos pemadam
kebakaran di wilayah kota Surabaya, 3) Mengevaluasi kesesuain lokasi penempatan pos
pemadam kebakaran di wilayah Kota Surabaya.

Penelitian selanjutnya adalah tentang “Arahan Distrubi Lokasi Pos Pemadam


Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya”.
Dalam penelitian ini Andalusia dan Setiawan (2013) menggunakan meteode deskriptif
kulitatif dengan membandingkan kondisi eksisting, kriteria, dan tinjauan kebijakan yang ada.
Arahan distribusi lokasi pos pemadam kebakaran yang dihasilkan dari penelitian ini adalah
penerapan manajemen proteksi gedung pada fungsi bangunan perkotaan, pengadaan
sosialisasi dan edukasi pencegahan kebakaran untuk masyarakat, pengkoordinasian dengan
polisi lalu lintas untuk memudahkan jalur pencapaian lokasi, luas lahan minimal 200 m, lebar
jalan lingkungan 3,5 m, jangkuan pelayanan 2,5 km, terletak dalam jakuan 61 m dari potensi
sumber air, dan diharuskan mampu mejangkau kawasan yang nilai tingkat bahaya
kebakarannya tinggi.

2.2 Kajian Teoritis


2.2.1 Pengertian Kebakaran
Menurut National Fire Protection Association (NFPA) kebakaran dapat didefinisikan
sebagai suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen, dan
sumber energi atau panas yang berakibat menimnulkan kerugian harta benda, cidera, bahkan
kematian.

Definisi menurut Peraturan Daerah DKI Jakarta No.8 Tahun 2008, adalah suatu
peristiwa atau timbulnya kejadian yang tidak terkendali yang dapat membahayakan
keselamatan jiwa maupun harta benda. Sedangkan Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.26/PRT/M/2008, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya
ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak awal kebakaran hingga penjalaran
api menimbulkan asap dan gas.

2.2.2 Faktor Penentuan Lokasi Pemadam Kebakaran

Dalam menentukan lokasi pos pemadam, terdapat factor-faktor yang dijadikan kriteria
penentuan lokasi pos pemadam kebakaran, kriteria tersebut adalah :

a. Mengacu Pada Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum NO.11/KPTS/2000


tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulanga Kebakaran di
Perkotaan, Prasarana penanggulangan kebakaran lingkungan terdiri dari :
i. Pasokan air
ii. Aksesibilitas
b. Meninjau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Penyusanan
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Tahun 2008, untuk penentuan jumlah dan
penempatan pos pemadam kebakaran didasarkan pada
i. Peta risiko / Peta Rawan Kebakaran
ii. Waktu tanggap bencana (response time)
iii. Letak sumber air
c. Meninjau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO.20/PRT/M/2009 Tahun 2009
tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan menguraikan
bahwa daerah yang sudah terbangun dan dihuni harus mendapat perlindungan oleh
mobil kebakaran yang pos terdekatnya berada dalam jarak 2,5 km.

2.2.3 Pengertian dan Jenis- Jenis Jalan


Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 1 tahun 2012 tentang Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi mendifinisikan bahwa Jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapan diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air, serta diatas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Terdapat tiga jenis jalan, yaitu jalan arteri, jalan
kolektor dan jalan local.

1) Jalan arteri adalah jalan mu yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna (kasih contoh visualnya jalan arteri seperti apa?).
2) Jalan kolektor adalah jalan umum yang berfunsi melayani angkutan pengumpulan
datau pembagi dengan ciri perjalana jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan masuk dibatasi (kasih contoh visualnya jalan arteri seperti apa?).
3) Jalan local adalah jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi. (kasih contoh visualnya jalan arteri seperti apa?)
2.2.4 Aksesibilitas Jalan

Menurut Black (1981) Aksesibiltas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan
lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut
dicapai melalui transportasi. Sedangkan Menurut Magribi bahwa aksesibilitas adalah ukuran
kemudahan yang meliputi waktu, biaya, dan usaha dalam melakukan perpindahan antara
tempat0tempat atau kawasan dari sebuah system (Magribi, 1999).

2.2.5 Air dan Sumber Air

Menurut Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 tentang pelolaan kulitas air dan
pengedalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat
pada m diatas ataupun dibawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian air permukaan,
air tanah, air hujan, air laut yang berada didarat. Yyang termasuk dalam sumber air adalah
mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.

2.2.6 Jangkauan Pos Pemadam Kebakaran


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO.20/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis
Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan menguraikan bahwa daerah yang sudah
terbangun dan dihuni harus mendapat perlindungan oleh mobil pemadam kebakaran yang pos
terdekatnya berada dalam jarak 2,5 km.

2.2.7 Model Bangunan Pemadam Kebakaran

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO.29/PRT/M/2009 tentang Prasarana dan


Sarana Proteksi Kebakaran Kota menguraikan bahwa model bangunan bangunan pemadam
kebakaran terdiri dari: (lebih baik jika ada tampak dan potongan)

Gambar 2.1 Denah Bangunan Pos Pemadam Kebakaran Luas Bangunan 200 m2

a. Bangunan Pos Pemadam Kebakaran


Pos pemadam kebakaran minimal membutuhkan lahan 200 m2, meliputi kebutuhan
ruang untuk : (baiknya ruangan-ruangan di bawah ini diberikan luasan tiap-tiap ruangannya)
1. Garasi untuk 2 mobil pompa 4.000 liter
2. Ruang siaga untuk 2 regu (1 regu = 6 orang)
3. Ruang administrasi
4. Ruang tunggu
5. Ruang ganti pakaian dan locker
6. Gudang peralatan
7. Tandon air 12.000 liter
8. Halaman untuk Latihan rutin.
Gambar 2.2 Denah Bangunan Sektor Pemadam Kebakaran Luas Bangunan 400 m2

b. Model Bangunan Sektor Pemadam Kebakaran


Sektor pemadam kebakaran minimal membutuhkan lahan 400 m2, meliputi kebutuhan
ruang unutk :
1. Garasi untuk 2 mobil pompa 4.000 liter, 1 mobil tangga 17 meter, 2 mobil tangga
> 30 meter, 2 mobil rescue, 1 mobil pemadam khusus, 1 mobil alat bantu
pernafasan, 2 perahu karet.
2. Ruang siaga untuk 4 regu
3. Ruang administrasi
4. Ruang tunggu
5. Ruang rapat
6. Ruang ganti pakaian dan locker
7. Gudang peralatan dan bahan pemadam kebakaran
8. Tandon air 24.000 liter
9. Halaman tempat Latihan rutin

2.2.8 Analisis Deskriptif


Statistika Deskriptif adalah meted atau cara – cara yang digunakan untuk meringkas
dan menyajikan data dalam bentuk table, grafik atau ringkasan numerik data (Hasan, 2001).
Menjelaskan bahwa statistic deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari cara
pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistika deskriptif hanya
berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan- keterangan mengenai
suatu data atau keadaan. Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan
pengumpulan dan penyajian suatu data sehingga memberika informasi yang berguna
(Walpole,1995). Pengukuran ini bertujuan dalam memberikan gambaran tentang data yang
diperoleh, baik dari sampel maupun populasi.

Rata-rata (mean) adalah nilai yang mewaikili himpunan atau sekelompok data. Nilai
rata-rata umumnya cenderung terletak data yang disusun menurut besar kecilnya nilai
(Supranto, 2000). Untuk menghitung nilai rata-rata digunakan persamaan berikut :
n
1
x  x (2.3)
i
n i1

Keterangan :

x = rata-rata (mean)
n = jumlah data
xi = data ke-i

2.2.9 Nearest Neighbor Analysis

Nearest Neighbor Analysis (NNA) disebut jugas sebagai analisis tetangga terdekat
merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk menjelaskan pola persebaran dari titik-
titik lokasi/tempat dengan menggunakan perhitungan yang mempertimbangkan, jarak, jumlah
titik lokasi dan luas wilayah. Analisis ini memiliki hasil akhir berupa indeks, dimana indeks
yang dihasilkan akan memiliki hasil antara 0-2,15. Dengan menggunakan perhitungan
Analisa tetangga terdekat, keberadaan pos pemadam kebakaran dapat ditentukan polanya.
Untuk menghitung besar nilai parameter tetangga terdekat (nearest neighbor statistic) T
dapat menggunakan persamaan (Hagget, 1975) :

Ju
T , (2.4)
Jh
untuk menghitung nilai Jh dapat menggunakan persamaan :

1
Jh  , (2.5)

2 P

dengan nilai P diperoleh menggunakan persamaan :

N
P , (2.6)

A
Keterangan :

T = Indeks penyebaran tetangga terdekat.

Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya
yang terdekat.
Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andai kata semua titik mempunyai pola acak.

P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi.

N =Jumlah titik/lokasi.

A =Luas wilayah yang diobservasi.

Dari nilai T yang didapatkan pada persaaman 3.2 diatas, selanjutnya untuk menentukan pola
diguanakan Continum Nearest Neighbor Analysis, sebagai berikut :
Gambar 2.7 Continum nilai nearest neighbor statistic T (Hagget, 1975)

Dari gambar diatas, untuk menentukan pola penyebaran titik/lokasi mengikuti aturan berikut :

1. Nilai T yang berada dalam interval 0 sampai 0.7 menunjukan bahwa polanya
cenderung memiliki tipe mengelompok.
2. Nilai T yang berada dalam interval 0.7 samapai 1.4 menunjukan bahwa pola
cenderung memiliki tipe acak
3. Nilai T yang berada dalam interval 1.4 sampai 2.15 menunjukan bahwa pola
cenderung memiliki tipe seragam.

Untuk Bab II:


Coba struktur penulisan seperti di bawah ini:
II.1 Landasan Teori
(isinya singkat mengenai teori-teori yang akan digunakan pada penelitian ini,
misalnya teori tentang bangunan kebakaran; jumlah pos jaga kebakaran, luasan
bangunan, akses kebakaran, dll).
II.2 Teori A
II.3 Teori B
II.4 Teori C
II.5 Penelitian sebelumnya
II.6 Resume/Simpulan Bab II
(ini biasanya nanti yang akan menjadi dasar instrument penelitian di Bab III)

Catatan untuk bab II yang sudah dibuat Bagas:


1. Lengkapi lagi dengan gambar seperti yang saya catat.
2. Perhatikan penulisan, typo masih banyak.
3. Lengkapi Bab II dan mulai juga dengan Bab III.

Anda mungkin juga menyukai