Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN DEMAM DENGAN DIAGNOSA MEDIS
HIPERPIREKSIA DI RUAGAN SAKURA II BHAYANGKARA
H.S SAMSOERI MERTOJOSO
SURABAYA

OLEH:

JAMILA AMIR

2019.01.022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH
SURABAYA
2022

1
2
3
4
5
KATA PENGANTAR

Puji Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan kasus
Asuhan Keperawatan pada Ny S dengan Masalah Keperawatan Demam pada Diagnosa
Medis Hiperpireksia. Laporan ini dibuat sebagai persyaratan setelah melakukan Lab klinik.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini tentunya penulis tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada
1. Ibu Aristina Halawa. S.Kep.,Ns.M.Kes selaku ketua stikes William Booth Surabaya.

2. Hendro Djoko Tj.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B selaku Kaprodi S1 Keperawatan STIKes William


Booth Surabaya
3. Intan Cahyani Sugianto,S.Kep.,Ns selaku Kepala Ruangan di Ruangan Flamboyan RS
Bhayangkara H.S Samsoeri Mertojoso Surabaya
4. TRY RAHADI BONYTA.S.Kep.,Ns selaku CI yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis sehingga asuhan keperawatan ini dapat terselesaikan
5. Teman-teman S1 keperawatan STIKes William Booth Surabaya angkatan X

Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih banyak memiliki kekurangan dan
kelemahan dikarenakan terbatasnya wawasan dan literature yang dimiliki. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan guna untuk
menyempurnakan asuhan keperawatan ini.
Akhirnya, penulis berharap asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat dan memberikan
inspirasi kepada pembaca

Surabaya

Penulis

6
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................
Lembar Pengesahan..................................................................................................ii
Surat Permohonan Kasus.........................................................................................iii
Lembar Konsul........................................................................................................iv
Kata Pengantar..........................................................................................................v
Daftar Isi.................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1.Latar Belakang....................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3.Tujuan................................................................................................................. 3
1.4.Manfaat............................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................5
2.1.Definisi................................................................................................................5
2.2.Etiologi................................................................................................................7
2.3.Manifestasi klinis................................................................................................7
2.4.Patofisiologi (Web of Caution).........................................................................8
2.5.Penatalaksanaan................................................................................................12
2.6.Pemeriksaan Penunjang....................................................................................12
2.7.Asuhan Keperawatan........................................................................................14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................24
3.1.Pengkajian.........................................................................................................24
3.2.Diagnosa Keperawatan.....................................................................................34
3.3.Intervensi Keperawatan.................................................................................... 35
3.4.Implementasi Keperawatan...............................................................................37
3.5.Evaluasi Keperawatan.......................................................................................40
3..6Catatan
Perkembangan..................................................................................45
BABIVPEMBAHASAN....................................................................................46
4.1 Pengkajian..................................................................................................47
4.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................48
4.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................49
4.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................50
4.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................................51
BAB V PENUTUP……………………………………………………………52
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………53
5.2 Saran……………………………………………………………………..54
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..55

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada dewasa
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit
– penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu
demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan
nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012).
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C atau lebih. Ada
juga yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C, sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C
disebut demam tinggi/ hiperpireksia. Demam dapat membahayakan apabila timbul dalam
suhu yang tinggi. Pada demam tinggi dapat terjadi alkalosis respiratorik, asidosis metabolik,
kerusakan hati, kelainan Elektro Kardiogram (EKG), dan berkurangnya aliran darah otak.
Selain itu dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani ma ka akan dapat
menyebabkan kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok, epilepsi, retardasi
mental atau ketidakmampuan belajar. Demam pada dewasa dibutuhkan perlakuan dan
penanganan tersendiri yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
dikarenakan, apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan dewasa terganggu. Demam dapat
membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan
menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermia, kejang dan penurunan kesadaran
(Maharani, 2011).
World Health Organisation (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh
dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Data kunjungan ke
fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% dewasa diperiksa
karena menderita demam (Setyowati dalam Wardiyah et al., 2016).
Jumlah penderita hipertermi di Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan lebih tinggi
angka kejadiannya dibandingkan dengan negaranegara lain yaitu sekitar 80%-90%, dari
seluruh hipertermia yang dilaporkan adalah hipertermia atau demam sederhana. Angka
kejadian tahun 2010 di wilayah Jawa Tengah sekitar 2%-5% terjadi pada anak (Dinkes Jawa
Tengah, 2009 dalam Widyastuti, 2013)

8
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana pengkajian yang muncul pada Ny.S dengan diagnosa medis Hiperpirexia?
2. Apa diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.S dengan diagnosa medis Hiperpireksi?
3. Bagaiaman intervensi keperawatan yang muncul pada Ny S dengan diagnosa medis
hiperpireksia?
4. Bagaiaman implementasi keperawatan yang dapat dilakukan pada Ny.S dengan diagnosa
media Hiperpireksia?
5. Baimana evaluasi keperawatan yang dapat dilakukan Ny.S dengan diagnosa medis
Hiperpireksia?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa medis Hiperpiresxia
2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada Ny. S dengan Hiperpireksia
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny.S dengan
Hiperpireksia.
4. Mampu mengidentifikasi intervensi keperawatan yang diberikan pada Ny.S
dengan.Hiperpireksia
5. Mampu mengidentifikasi implementasi keperawatan yang dilakukan pada Ny.S dengan
Hiperpireksia.
6. Mampu mengidentifikasi evaluasi keperawatan yang diberikan pada Ny.S dengan
Hiperpireksia

1.4 Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
Agar mahasiswa lebih memahami dan dapat menambah wawasan tentang proses asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan apabila menemui pasien dengan diagnosa medis
Hiperpirexsia
2. Untuk institusi
Agar institusi dapat mengetahui tentang pemahaman dan kompetensi mahasiswa dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hiperpirexsia

9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2..1 KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Demam adalah salah satu gejala yang dapat membedakan apakah seorang itu
sehat atau sakit. Demam adalah kenaikan suhu badan di atas 38 oC. Hiperpireksia
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41,1oC atau 106oF (suhu rectal).2
Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi
pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan
perdarahan sistem saraf pusat (Dinarello & Gelfand, 2012).
Hiperpireksia adalah keadaan suhu tubuh di atas 41,1℃. Hiperpereksia sangat
berbahaya pada tubuh karena dapat menyebabkan berbagai perubahan metabolisme,
fisiologi dan akhirnya kerusakan susunan saraf pusat.3 Pada awalnya anak tampak
menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang serta akhirnya tidak sadar.
Keadaan koma terjadi bila suhu >43℃ dan kematian terjadi dalam beberapa jam bila
suhu 43℃sampai 45℃
2. ETIOLOGI
Penyebab dari demam antara lain dimungkinkan oleh :
1.    Infeksi
2.    Toksemia
3.    Keganasan
4.    Pemakaian obat.
5.    Gangguan pada pusat regulasi suhu tubuh, seperti pada heat stroke, perdarahan
otak, koma, atau gangguan sentral lainnya
Sesuai dengan patogenesis, etiologi demam yang dapat mengakibatkan hiperpireksia
dapat dibagi sebagai berikut:
a. Set point hipotalamus meningkat

1) Pirogen endogen

10
 Infeksi
 Keganasan
 Alergi
 panas karena steroid
 penyakit kolagen

2) Penyakit atau zat

 kerusakan susunan saraf pusat


 keracunan DDT
 racun kalajengking
 penyinaran
 keracunan epinefrin

b. Set point hipotalamus normal

1) Pembentukan panas melebihi pengeluaran panas

 hipertermia malignan
 hipertiroidisme
 Hipernatremia
 keracunan aspirin

2) Lingkungan lebih panas daripada pengeluaran panas

 mandi sauna berlebihan


 panas di pabrik
 pakaian berlebihan

3) Pengeluaran panas tidak baik (rusak)

 displasia ektoderm
 kombusio (terbakar)
 keracunan phenothiazine
 heat stroke

11
c. Rusaknya pusat pengatur suhu

1) Penyakit yang langsung menyerang set point hipotalamus:

 ensefalitis/ meningitis
 trauma kepala
 perdarahan di kepala yang hebat
 penyinaran

3.MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala demam antara lain :

1. suhu lebih tinggi dari 37,8℃– 40℃

2. Kulit kemerahan

3. Hangat pada sentuhan

4. Peningkatan frekuensi pernapasan

5. Menggigil

6. Dehidrasi

7. Kehilangan nafsu makan

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia
dan somlolen. Batasan mayornyaya itu suhu tubuh lebih tinggi dari 37,5ºC-40ºC, kulit
hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor yang muncul yaitu kulit
kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan, menggigil/merinding perasaan hangat dan
dingin, nyeri dan sakit yang spesifikata umum (misal:sakit kepala verigo), keletihan,
kelemahan, dan berkeringat (Isselbacher.2012).

4.KLASIFIKASI DEMAM UNTUK MENENTUKAN TINDAKAN

Demam dapat merupakan satu-satunya gejala yang ada pada pasien infeksi. Panas
dapat dibentuk secara berlebihan pada hipertiroid, intoksikasi aspirin atau adanya gangguan

12
pengeluaran panas, misalnya heatstroke. Klasifikasi dilakukan berdasar pada tingkat
kegawatan pasien, etiologi demam, dan umur. Klasifikasi berdasarkan umur pasien dibagi
menjadi kelompok umur kurang dari 2 bulan, 3-36 bulan dan lebih dari 36 bulan. Pasien
berumur kurang dari 2 bulan, dengan atau tanpa tanda SBI (serious bacterial infection).
Infeksi seringkali terjadi tanpa disertai demam. Pasien demam harus dinilai apakah juga
menunjukkan gejala yang berat. Menurut Yale Acute Illness Observation Scale atau
Rochester Criteria, yang menilai adakah infeksi yang menyebabkan kegawatan. Pemeriksaan
darah (leukosit dan hitung jenis) dapat merupakan petunjuk untuk perlunya perawatan dan
pemberian antibiotik empirik.

Klasifikasi berdasarkan lama demam pada anak, dibagi menjadi:

1. Demam kurang 7 hari (demam pendek) dengan tanda lokal yang jelas,diagnosis etiologik
dapat ditegakkan secara anamnestik, pemeriksaan fisis, dengan atau tanpa bantuan
laboratorium, misalnya tonsilitis akut.
2. Demam lebih dari 7 hari, tanpa tanda lokal, diagnosis etiologik tidak dapat ditegakkan
dengan amannesis, pemeriksaan fisis, namun dapat ditelusuri dengan tes laboratorium,
misalnya demam tifoid.
3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya, sebagian terbesar adalah sindrom virus.Di
samping klasifikasi tersebut di atas, masih ada klasifikasi lain yaitu klasifikasi kombinasi
yangmenggunakan tanda kegawatan dan umur sebagai entry, dilanjutkan dengan tanda
klinis, lama demam dan daerah paparan sebagai kriteria penyebab, seperti terlihat pada
algoritme di bawah ini.
4. Patofisiologi Pengaturan Suhu Tubuh Manusia ialah makhluk yang homeotermal, artinya
makhluk yang dapat mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu di sekitarnya
berubah. Yang dimaksud dengan suhu tubuh ialah suhu bagian dalam tubuh seperti
viscera, hati, otak. Suhu rectal merupakan penunjuk suhu yang baik. Suhu rectal diukur
dengan meletakkan thermometer sedalam 3-4 cm dalam anus selama 3 menit sebelum
dibaca. Suhu mulut hampir sama dengan suhu rectal. Suhu ketiak biasanya lebih rendah
daripada suhu rectal. Pengukuran suhu aural pada telinga bayi baru lahir lebih susah
dilakukan dan tidak praktis. Suhu tubuh manusia dalam keadaan istirahat berkisar antara

13
36oC-37oC, yang dapat dipertahankan karena tubuh mampu mengatur keseimbangan
antara pembentukan dan pengeluaran panas.

Panas dapat berasal dari luar tubuh seperti iklim atau suhu udara di sekitarnya yang
panas. Panas dapat berasal dari tubuh sendiri. Pembentukan panas oleh tubuh (termogenesis)
merupakan hasil metabolisme tubuh. Dalam keadaan basal tubuh

membentuk panas 1 kkal/ kg BB/ jam. Jumlah panas yang dibentuk alat tubuh, seperti
hati dan jantung relative tetap, sedangkan panas yang dibentuk otot rangka berubah-ubah
sesuai dengan aktifitas. Bila tidak ada mekanisme pengeluaran panas, dalam keadaan
basal suhu tubuh akan naik 1oC/ jam, sedang dalam aktivitas normal suhu tubuh akan naik
2oC/ jam.Pengeluaran panas terutama melalui paru dan kulit. Udara ekspirasi yang
dikeluarkan paru jenuh dengan uap air yang berasal dari selaput lendir jalan nafas. Untuk
menguapkan 1 ml air diperlukan panas sebanyak 0,58 kkal. Pengeluaran panas melalui
kulit dapat dengan dua cara yaitu:

1.Konduksi – konveksi : pengeluaran panas melalui cara ini bergantung


kepada perbedaan suhu kulit dan suhu udara sekitarnya.
2.Penguapan air : air keluar dari kulit terutama melalui kelenjar keringat. Dapat juga
melalui perspirasi insensibilitas, difusi air melalui epidermis.

Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus melalui sistem umpan balik yang rumit. Hipotalamus
karena berhubungan dengan talamus akan menerima seluruh impuls eferen. Saraf eferen
hipotalamus terdiri atas saraf somatik dan saraf otonom. Karena itu hipotalamus dapat
mengatur kegiatan otot, kelenjar keringat, peredaran darah dan ventilasi paru. Keterangan
tentang suhu bagian dalam tubuh diterima oleh reseptor di hipotalamus dari suhu darah yang
memasuki otak. Keterangan tentang suhu dari bagian luar tubuh diterima reseptor panas di
kulit yang diteruskan melalui sistem aferen ke hipotalamus. Keadaan suhu tubuh ini diolah
oleh thermostat hipotalamus yang akan mengatur set point hipotalamus untuk membentuk
panas atau untuk mengeluarkan panas.
Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur suhu yang bekerja bila terdapat kenaikan
suhu tubuh. Hipotalamus anterior akan mengeluarkan impuls eferen sehingga akan terjadi
vasodilatasi di kulit dan keringat akan dikeluarkan, selanjutnya panas lebih banyak dapat
dikeluarkan dari tubuh. Hipotalamus posterior merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang
bekerja pada keadaan dimana terdapat penurunan suhu tubuh. Hipotalamus posterior akan

14
Agen infeksius (bakter,virus &
jamur) Mediator Inflamasi

mengeluarkan impuls eferen sehingga pembentukan panas ditingkatkan dengan


meningkatnya metabolisme dan aktifitas otot rangka dengan menggigil (shivering), serta
pengeluaran panas akan dikurangi dengan cara vasokonstriksi di kulit dan pengurangan
keringat

Dehidrasi

5. Pathways

Monosit/Makrofag
Tubuh Kehilangan Cairan

Sitokin Pirogen

Mempengaruhi hypothalamus Penurunan cairan intrasel


Anterior

Demam

Infeksi
bakteri, virus Insomnia Peningkatan
Ph Berkurang Suhu

Secresi mucus
Ketidakpuasan
berlebih
tidur Anoreksian/
Hipertermia
muntah

Menyumbat
Gangguan
saluran nafas
pola tidur Intake makanan
berkurang

Sesak Nafas
Gelisah
15 Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Ketidakefektifa
n pola nafas Ansietas
6. Komplikasi
 Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
 Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam
dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayan otak
7. Pemeriksaan penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat diperiksa
bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar
tembus rutin. Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis dengan
lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai. Juga dapat dilakukan
pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau limfangiografi
8. Penatalaksanaan pasien hiperpireksia
1. Monitoring tanda vital, asupan dan pengeluaran.
2. Berikan oksigen
3. Berikan anti konvulsan bila ada kejang
4. Berikan antipiretik. Asetaminofen dapat diberikan per oral atau rektal. Tidak boleh
memberikan derivat fenilbutazon seperti antalgin.
5. Berikan kompres
6. Bila timbul keadaan menggigil dapat diberikan chlorpromazine 0,5-1 mgr/kgBB (I.V).

16
7. Untuk menurunkan suhu organ dalam: berikan cairan NaCl 0,9% dingin melalui
nasogastric tube ke lambung. Dapat juga per enema.
Bila timbul hiperpireksia maligna dapat diberikan dantrolen (1 mgr/kgBB I.V.),
maksimal 10 mgr/kgBB.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan.
1). Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi :
nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal
pengkajian.
2). keluhan utama
Merupakan alasan utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
Pada klien dengan demam, keluhan utama yang biasa muncul adalah
panas semenjak 3 hari yang lalu.
3). Riwayat penyakit sekarang
Merupakan keluhan utama klien saat dilakukan pengkajian. Pengkajian
dilakukan dengan memperhatikan PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality,
Region, Scale, Time). Riwayat penyakit sekarang pada klien hiperpirexia
biasanya demam sejak3 hari yang laludan pusingsejak dua hari yang lalu
p:px mengatakan merasa pusing saat beraktivitas.Q:px mengatakan pusing
dirasakan berubah-ubah.R:px mengatakan pusing yang dirakan tidak
menentu.S:px mengatakan sukit tidur T:px mengatakan karenan demam
dan pusing yang muncul kadang-kadang tidak menentukan jadi membuat
pasien sudah tidur maka karena itu dibahwa oleh keluarga ke rs
bhayangkara pasien dihahwa ke IGD dan dilakukan pemeriksaan di
ruangan sakura rs bhayangkara
4) Riwayat penyakit terdahulu
Apakah klien pernah dirawat dengan gejala yang sama di Rumah Sakit

17
atau di tempat lain.
4). Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyakit yang pernah dialami klien atau
sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien
ataupun penyakit lain.
5). Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan Tanda :demam, hiperpiresia.
2. Sirkulasi
Gejala : hipotensi, takikardia, disritmia (hipertemia), kelemahan/nadi
perifer lemah, pengisian kapiler normal/perlahan, warna kulit baik
3. Integritas ego
Gejala : faktor kelelahan Tanda : ansietas, gelisah, pucat, berkeringat,
suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola tidur, Tanda : sulit tidur, disertai demand an
pusing.
5. Makanan
Gejala : Anoreksia, tidak ada nafsu makan. Tanda : kelelah dan cairan
tubuh menurun dan mengganggu aktivitas sehari-hari
6. Neurosensori
Gejala : rasa demam, pusing/sakit kepala karena sinar kelemahan status
mental, tingkat kesadaran dapat terganggu.
7. Ketidaknyamanan Gejala :digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa
terbakar perih. Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang
sakit, pucat berkeringat

2.Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. foto rontgent
c. USG

3.Discharge Planning

18
a. ajarkan keluarga mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter atau
perawat
b. Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu
c. Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi
d. Intruksikan untuk kontrol ulang
e. Jelaskan factor penyebab demam dan menghindari factor pencetus.

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Hipertemia berhubungan dengan aktifitas berlebihan yang di tandai dengan suhu tubuh di
astas nilai normal dan kulit terasa hangat.
2.Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur yang di tandai dengan
pasien mengeluh sulit tidur karena demam,pusing pasien Nampak mengeluh kemampun
beraktifitas menurun.

7.Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcomes) yang
diharapkan (SIKI, 2016).
 Intervensi Hipertermia
A. Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi,terpapar lingkungan
panas,penggunaan incubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
B. Terapeutik
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipertermia atau kompres
dingin pada dahi,leher,dada, abdomen,aksila)
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Berikan cairan oral
- Berikan oksigen jika perlu

19
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
C. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
D. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,jika perlu.

 Intervensi Gangguan pola tidur


A. Observasi
- Indetifikasi pola aktifitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganguan tidur fisik dan/fisikologis
- Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis.
Kopi,the, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air
sebelum tidur)
- Identifikasi obat tidur yang dikomsumsi
B. Terapeutik
- Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,suhu, matras,dan
tempat tidur)
- Batasi waktu tidur siang,jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian obat dan /atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
C. Edukasi
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang mangganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidup REM
- Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis. Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonframokologi lainnya

20
8.Implementasi keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan
dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada
perencanaan (Sri Wahyuni, 2012)

 Implementasi Hipertermia
A. Observasi.
- Mengkaji keluhan pasien
- MengIdentifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi,terpapar lingkungan
panas,penggunaan incubator)
- MengMonitor suhu tubuh 38℃
- MengMonitor kadar elektrolit
- MengMonitor haluaran urine
- MengMonitor komplikasi akibat hipertermia
B. Terapeutik.
- Berikan asupan cairan oral
- Berikan cairan intravena (RL 500 ml 21 TPM)
- berikan posisi nyaman
C. Edukasi.
- Aturkan posisi yang nyaman untuk pasien
D. Kolaborasi.
- injeksi antibiotic(CERTRI/PD SIRTENOL)

 Implementasi Gangguan pola tidur


A. Observasi.
- MengIndetifikasi pola aktifitas dan tidur

21
- MengIdentifikasi faktor pengganguan tidur fisik dan/fisikologis
- MengIdentifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis.
Kopi,the, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air
sebelum tidur)
- MengIdentifikasi obat tidur yang dikomsumsi
B. Terapeutik
- MengModifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,suhu,
matras,dan tempat tidur)
- MemBatasi waktu tidur siang,jika perlu
- MengFasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Membuat jadwal tidur rutin
- Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresur)
- Mengsesuaikan jadwal pemberian obat dan /atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga
C. Edukasi
- Mengjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Menganjurkan menghindari makanan atau minuman yang mangganggu
tidur
- Menganjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor
terhadap tidup REM
- Mengajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis. Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
- Mengajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonframokologi lainnya

9.Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria
hasil pada perencanaan (Sri Wahyuni, 2012)

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama mahasiswa : Jamila Amir NIM : 2019.01.022

Pengkajian tanggal : 24 Januari 2022 Waktu : 15 menit

Alo/autoanamnesa : Alo/Autoanamnesa

Tanggal MRS : 23 Januari 2022 Jam : 12.00 WIB

Ruangan/No.bed : Sakura/3.2 No.RM : 00xxxxxx

Dx Masuk/Medis : Hiperperixia

No.Reg. : -

3.1. Pengkajian

4.1.1. Identitas
Pasien Nama : Ny.S
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menika
Agama : Islam
Pendidikan : S1 keperawatan masyarakat
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Jln. Menanggal 01 No.35
Golongan Darah :O
Genogram :

23
Keterangan:
:laki-laki
:perempuan
:garis keturunan
:Pasien

4.1.2. Riwayat Sakit dan Kesehatan

Keluhan utama : klien mengatakan Demam,pusing

Riwayat penyakit saat ini : Pasien mengatakan demam sejak 3hari yang lalu dan pusing
sejak dua hari yang lalu pada tanggal 23 januari 2022 dibawah ke rs bhayangkara P: klien
mengatakan merasakan pusing Q: klien mengatakan pusing dirasakan seperti ditusuk-tusuk
R:klien mengatakan pusing diarea frontalis S:skala nyeri 3 T:klien mengatakanpusingnya hilang
timbul maka dari itu 0leh keluarga klien dibawah ke IGD RS Bhayangkara dan dilalukan pemeriksaan
di ruangan sakura II RS Bhayangkara.

Riwayat Penyakit dahulu


Pernah dirawat : Tidak
Penyakit kronik dan menular : Tidak
Alergi : Tidak
Operasi : Ya kapan: 12 januari 2022
Jenis :SC

Penyakit yang diderita keluarga : Tidak

4.1.3. Review Of System (ROS)

Keadaan umum : Lemas


Tanda Vital : TD 180/80 mmHg Nadi 115 x/menit Suhu : 38 oC RR
20x/menit

24
Kesadaran : Compos Mentis
Masalah Keperawatan : Hipertermia

4.1.4. B1 (Breath) Pernafasan

Bentuk dada : Normal


Keluhan : Tidak
Batuk : Tidak
Ekspansi paru : Simetris
Irama Nafas : Teratur
Suara Nafas : Normal
Alat bantu nafas : Tidak
Deviasi trakea : Tidak
Pernapasan cuping hidung : Tidak
Retraksi supraclavicula : Tidak
Retraksi otot intercostae : Tidak
Perkusi dada : Sonor/resonan
Vocal/tactile fremitus : Simetris
Sianosis : Tidak
Peningkatan vena jugularis : Tidak
Clubbing fingers : Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

4.1.5. B2 (Blood) Kardiovaskular

Keluhan nyeri dada : Tidak


Lokasi nyeri :-
Intensitas/frekuensi :-
Waktu :-
Irama jantung : Regular S1/S2
Tunggal : Ya
Suara Jantung : Normal (lub-dub)
Palpitasi : Tidak
Edema : Tidak
Syncope : Tidak
CRT : < 2 detik
Akral : Panas
JVP : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak Masalah Keperawatan

4.1.6. B3 (Brain) Persyarafan

GCS : 456
Reflek fisiologis :-
Reflek patologis : Tidak
Keluhan pusing/vertigo : pusing
Pupil : Isokor

25
Sklera/konjungtiva :-
Gangguan pandangan : Tidak
Gangguan pendengaran : Tidak
Istirahat/Tidur : 3-5 jam
Gangguan tidur : Ya
Gangguan syaraf cranialis : Tidak
Gangguan memori/ingatan : Tidak
Afasia motorik/sensorik : Tidak
Gangguan penciuman : Tidak
Neuropati : Tidak
Kejang : Tidak
Battle sign : Tidak
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola tidur

4.1.7. B4 (Bladder) Perkemihan


Kebersihan : Bersih
Keluhan kencing/miksi :-
Produksi Urine jumlah : 1.005 ml/hri/jam,warna :bening ,bau:amaniak
Alat bantu (kateter dll) : Tidak
Kandung kencing : Tidak membesar dan Tidak ada nyeri tekan Intake
cairan : 1.005
Parenteral :1000 cc/hri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4.1.8. B5 (Bowel) Pencernaan

Mulut : Bersih
Mukosa : Lembab
Gigi : Lengkap
Tenggorokkan :-
Abdomen : tidak
Nyeri tekan : tidak
Luka operasi : ada
Jenis operasi : sc
Lokasi/area : Perut
Drain : Ada
Jumlah :-
Warna :-
Kondisi area sekitar insersi : Baik(terlihat bersih)
Peristaltik : 24 x/menit
BAB : 1x/hari (Terakhir tanggal : 23 Januari 2022)
Diet :-
Nafsu makan :Baik
Porsi makan :Habis
NGT : Tidak
Mual/muntal : Tidak
Strie : Tidak
Psoas sign : Tidak
Obstrurator sign : Tidak

26
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4.1.9. B6 (Bone) Muskuloskeletal/integumen

Kemampuan gerak sendi : Bebas


Kekuatan otot : Tangan kanan dan kiri (5) kaki kiri kaki kanan (5)
Kelainan ekstremitas : Tidak
Kelainan tulang belakang : Tidak
Fraktur : Tidak
Traksi/spalk/gips : Tidak
Kulit :-
Turgor kulit : Baik
Luka :-
Jenis :-
Luas :-
Edema : Tidak
Lain-lain : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4.1.10. Endokrin Tyroid

Membesar : Tidak
Pembesaran kalenjar getah bening : Tidak
Hiperglikemia : Tidak
Hipoglikemia : Tidak
Luka ganggren : Tidak
Lain-lain : Tidak
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

4.1.11. Personal Higiene

Mandi : 2x/hari
Sikat gigi : 2x/hari
Keramas : 1x/hari
Memotong kuku : 1x sebelum operasi
Ganti pakaian : 3x/hari
Merokok : Tidak
Alkohol : Tidak
Lainnya : tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4.1.12. Psiko-Sosio-Spiritual

Persepsi klien terhadap penyakitnya : Lainnya (Pasrah)


Ekspresi klien terhadap penyakitnya : Murung/diam
Reaksi saat interaksi : Kooperatif
Orang yang paling terdekat : keluarga
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : Baik
Kegiatan ibadah sebelum sakit : Sering

27
Kegiatan selama sakit : Kadang-kadang
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4.1.13. Data Penunjang

Hb:11,5 -L:0690
T:329000 -GDA:129
Antigen sars-cov-2 negatif -Natrium,137,60
Lekosit:10,690 -kalium,388
Trombosit :329.000
chlorida 105,40 -Hematokrit:35,0
led (-)N -sgot.14
sgpt.11 -gula darah acak (stik)129

4.1.14. Terapi/ Tindakan lain

1. Infus d+14tpm
2. Injeksi Ceftri 2x1 gram / IV
3. Pd sirtedoc 4x1

5.1.15.Daftar masalah
1. Hipertermia
2. Gangguan pola tidur

4.1.16. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Agen Hipertermia
infeksius(bakteri,virus,dan
- Pasien mengatakan demam
jamur)mediator inflamasi
menggigil sudah 3 hari
sebelum masuk rs
DO: Mempengaruhi lupothalamus

28
anterior
- Keadaan umum pasien
lemas merangsang saraf rezeptor
- Pasien tampak menggigil
- Kulit pasien terasa hangat Demam
- TTV:
TD: 180/80mmHg,
peningkatan suhu tubuh
N: 115 x/menit
S: 38oC
RR: 20x/menit Hipertermia
SPO2: 99%
DS: Agen
infeksius(bakteri,virus,dan Gangguan pola tidut
- Pasien mengatakan dalam
jamur)mediator inflamasi
sehari hanya bisa tidur
sekitar 3- 5 jam
DO: Mempengaruhi lupothalamus
anterior
- Pasien mengeluh sulit tidur
di dalam hari 3-5 jam -
Pasien lemas - Suhu tubuh merangsang saraf rezeptor
pasien meningkat dan
aktivitas menurun
- TTV Demam
TD: 180/80mmHg,
N: 115 x/menit
Ketidak puasa tidur
S: 38oC
RR: 20x/menit
SPO2: 99% Gangguan pola tidut

3.2 Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan

29
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit yang di tandai dengan suhu tubuh di
atas nilai nomar

2. Gangguan pola tidur berhubungn dengan hambatan lingkungan yang ditandai dengan
pasien mengeluh sulit tidur

30
3.3.Intervensi Keperawatan

HARI/
MASALAH WAKTU RENCANA RASIONAL
TANGGAL

Selasa, 25 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1. ldentifikasi penyebab hipertermia 1. Agar dapat mengetahui
Januari berhubungan keperawatan selama 3x24 jam (mis,terpapar lingkungan panas) lingkungan yang terlalu ramai
2022 dengan proses diharapkan demam yang 2. monitor suhu tubuh dan dapat mengakibatkan suhu
penyakit yang di dirasakan pasien dapat 3. sediakan lingkungan yang hangat tubuh panas yang dialami pasien.
tandai dengan berkurang dengan criteria 4. longgarkan pakaian pasien 2. Mengetahui dan memonitor
suhu tubuh di atas hasil: 5. Lakukan penghangatan eksternal TTV pasien
nilai nomar 6. Anjurkan tira baring 3. Usahakan pasien selalu berada
1. Pasien dapat mengatakan
dalam kondisi ruangan dengan
demam berkurang atau
suhu normal
tidak menggigil
4. Dapat membantu
2. Pasien dapat melakukan
menstabilkan suhu tubuh pasien
teknik distraksi dan
5. Membantu menstabilkan suhu
relaksasi
tubuh pasien dengan kompres air
TTV dalam batas normal
hangat

31
6. Membantu pasien nyaman
untuk tidur.
.

Selasa 25 Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola aktif dan tidur 1. Dengan mengetahui
januari tidur berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 2. Idetifikasi faktor pengganggu tidur kebutuhan tidur paisen,
2022 dengan hambatan diharapkan pasien dapat (fisik, psikologis) perawat mengawasi pasien
lingkungan yang beraktivitas dengan mandiri 3. Identifikasi obat tidur yang konsumsi untuk tidur sesuai
ditandai dengan serta dapat beristirahat dengan 4. Fasilitas menghilangkan stress, kebutuhannya
pasien mengelu cukup: sebelum tidur 2. Beberapa pengobatan yang
sulit tidur 5. Tetapkan jadwal tidur rutin diterima pasien bisa
1.Suhu tubuh menurun dan
6. Sesuaikan jadwal obat dan tindakan mempengaruhi pola tidur
telah mencapai kenormalannya
menunjang siklus tidur terjaga pasien
2.Pasien mempunyai tenaga
7. Sesuaikan lingkungan tidur pasien 3. Menganjurkan pasien lebih
untuk beraktivitas
banyak minum air putih dan
Pd Sirtenol 1 tab.
4. Membantu pasien untuk
tidur dengan baik dan tidak
terjaga di malam hari

32
5. Membantu pasien untuk
mengetahui kapan harus
tidur dan melakukan
aktivitas lain
6. Membantu pasien dalam
mengetahui jadwal rutin
minum obat
7. Kondisi lingkungan yang
nyaman dan kondusif akan
memudahkan pasien untuk
tidurdengan baik

33
3.4.Implementasi Keperawatan

HARI/
MASALAH WAKTU TINDAKAN TTD
TANGGAL

Rabu Hipertermia 08.00 1.Mengidentifikasi penyebab


berhubungan dengan hipertermia (mis, terpapar
26 Januari 2022
proses penyakit yang lingkumham yang panas)
ditandai dengan suhu
“Mbak, kira-kira apa penyebabnya
tubuh di atas nilai
mbak bisa panas”
Normal
R/Pasien mengatakan merasakan
badan terasa demam dan suhu
tubuh
meningkat
2.Monitor sushu tubuh
08:10
“Mbak, saya mau melakukan ttv
untuk mengecek kondisi mbak
selanjutnya.

R/pasien mengatakan saat pagi suhu


tubuhnya 37,5℃. Pasien nampak
menganggut mengerti

3.Mengidentifikasi lingkungan
08:15 yang hangat

“Mbak, saya tutup tirai biar mbak


tidak terkena dingin dan suhu tubuh
tidak meningkat”

R/pasien mengatakan mengerti


dengan apa yang perawat
sampaikan

34
Rabu,26 Januari Ganguan pola tidur 09:00 1. Mengidentifikasi pola aktif dan
2022 berhubungan dengan tidur.
hambatan lingkungan
“Mbak, biasanya tidurnya sampai
yang ditandai dengan
berapa jam? Kalau tidak bisa tidur
pasien mengelu sulit
mbak bisa melakukan aktifitas yang
tidur
bisa membuat mbak tidur”

R/pasien mengatakan tidur hanya


bisa 3-5 jam di malam hari karena
pasien mersa pusing.

2. Mengidentifikasi obat tidur yang


09:10 dikonsumsi.

“Mbak, kalua tidak bisa tidur


biasanya mbak mengkonsumsi obat
apa? Terus kalua tidak bisa tidur,
saya akan memberikan obat untuk
mbak bisa tidur dengan baik.
Obatnya itu Pd.Sirtenol 1 tab.

R/pasien mengerti dan mau


memhami yang dikatakan perawat.

3. Menyesuaikan jadwal obat dan


09:15
tidur tejaga

R/pasien mengerti dan mau


mengikuti anjuran perawat

35
3.5.Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl Masalah Waktu Evaluasi

Rabu, 26 Hipertermia 10.00 S : Px mengatakan demam


januari
O : Px tampak lemas dan pucat
2022.
- Observasi TTV :

TD : 120/80mmHg,N: 75x/menit,S:37,5
RR :20x/menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,3,4,5

Rabu, 26 Gangguan 10.30 S : Pasien mengatakan pusin dan tidak bisa tidur
Januari Pola Tidur
O : -Pasien tamapak lemas
2022
- Wajah tampak pucat
- Susah beraktifiktas
- Dengan skala nyer 3

P: Nyeri muncul ketika pasien bangun di


malam hari

Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk

R: Pusing di area Frontalis

S: Skala nyeri 3

T: Hilang timbul 5-15 menit

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,7

36
3.6.Catatan Perkembangan

MASALAH EVALUASI

TANGGAL : 27 – 29 Januari 2022

Kamis,27 Januari 2022 S : Px mengatakan demam sudah berkurang

Hipertermia O : Px tampak duduk diam

- Menggigil
- Pasien pucat

VS

37
TD: 120/80 mmhg

N: 75x/mnt

S: 37,5℃

RR: 20x/mnt

A: Masalah teratasi sebagian

P: lanjut interfensi 1,2,3

I: - “Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup dan hindari


stress untuk tidak membuat mbak tidak bisa tidur”

- Memberikan obat Pd.Sirtenol 1 tab. Dan injeksi ceftri 1g

E: Demam yang dialami mulai berkurang

R: Anjurkan pasien istirhata yang cukup

Kamis, 27 Januari 2022 S : Px mengtakan pusing sudah berkurang dan bisa tidur
dengan baik
Gangguan Pola Tidur
O : Px tidak pusing
- Px sudah bisa tidur dengan baik dan mulai bisa
beraktifitas
VS
TD: 120/80mmhg
N: 75x/mnt
S: 37,5℃
RR: 20x/mnt

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,3,5

38
I : Anjurkan pasien untuk tidur yang cukup

E : pusing yang dialami pasien suah berkurang dan bisa tidur


dengan baik

R: Anjurkan pasien tidur yang cukup

Jumat, 28 Januari 2022 S :Px mengatakan sudah tidak demam

Hipertermia O: Px tamapak rileks

VS

TD: 125/70 mmhg

N: 80x/mnt

S: 36℃

RR: 20x/mnt

A: Masalah teratasi

P: hentikan interfensi

Jumat,28 Januari 2022 S : Px mengatakan sudah bisa tidur dengan baik


O : Px tampak rileks dan sudah bisa beraktifitas
Gangguan Pola Tidur
VS

TD: 125/70 mmhg

N: 80x/mnt

S: 36℃

RR: 20x/mnt

A: Masalah teratasi

39
P: hentikan interfensi

40
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 . Pengkajian
Berdasarkan teori pengkajian pada pasien dyspepsia dengan masalah
keperawatan utama nyeri akut meliputi, identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial,
pola kebiasaan sehari-hari, dan pemeriksaan fisik (keadaan umum, TTV, kepala dan
muka, mata, telinga, hidung, mulut, leher, payudara dan ketiak, thorak, abdomen,
integument, eksremitas dan genetalia).
Berdasarkan kasus nyata yang terjadi pada Ny S, pengkajian yang didapatkan
meliputi tidak ada riwayat penyakit maupun menular, dalam pemeriksaan ROS ada
masalah keperawatan:yaitu Hipertermia pada system pernafasan tidak ditemukan
pasien mengalami masalah keperawatan..dan pada system kardiovaskuler tidak
ditemukan masalah keperawatan, pada system persyarafan ada masalah gangguan
pola tidur karena pasien mengeluh pusing. Dan pada system perkemihan tidak ada
masalah keperawatan, pada system pencernaan tidak ada masalah kekuatan otot
5555, system endokrin normal, personal hygene normal, dan psiko-sosio-
spiritualnya normal.

4.2 Pada diagnosa keperawatan anatara teori dan kasus sama tidak ada pembanding

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit yang di tandai dengan suhu


tubuh di atas nilai nomar
2. Gangguan pola tidur berhubungn dengan hambatan lingkungan yang ditandai
dengan pasien mengeluh sulit tidur.

4.3 Berdasarkan teori yang ada, ntervensi yang dilakukan pada pasien hipertermia
dengan maslah utama Demam. Meliputi.(a). ldentifikasi penyebab hipertermia
(mis,terpapar lingkungan panas),(b)monitor suhu tubuh.(c).sediakan lingkungan
yang hangat longgarkan pakaian pasien(d).Lakukan penghangatan
eksternal(e)Anjurkan tira baring.
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasusnyata karena semua rencana
menurut kondisi pasien.
4.4 Berdasarkan teori, implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada.
Sedangkan pada kasus nyata Ny.S. implementasi juga sama dengan intervensi yang
ada, namun sesuai dengan kondisi pasien yang ada.

41
4.5 Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan teori hasil yang diharapkan pada diagnosa Hiperpireksia setelah


diberikan asuhan keperawatan adalah keluhan demam pasien menurun dengan
suhu36,oC panas menurun, kegelisahan pasien menurun,Berdasarkan kasus nyata
pada Ny s. dengan masalah keperawatan utama Hipertermia, evaluasi yang ada
adalah pasien mengatakan sudah tidak lagi merasakan panas, pasien tampak tidak
lagi gelisah tidak bisa tidur hasil TTV : TD:125/70 N: 80 S: 36 oC RR: 20x/menit,
SPO2: 99% dan hipertimia teratasi
Berdasarkan teori dan kasus nyata Ny S. dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara teori dan kasus nyata.

42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengkajian yang dilakukan pada Hiperpireksia dengan didapatkan keadaan umum
pasien lemas, pasien mengalami demam, dan pusing.
Intervensi keperawatan yang dilakukan kepada pasien yaitu sesuai dengan strategi
tindakan pada buku intervensi keperawatan Indonesia dengan mengobservasi, edukasi,
terapi dan mengolaborasi sedangkan Implementasi yang dilakukan pada pasien yaitu
berdasarkan intervensi keperawatan yang telah ditetapkan. Tindakan keperawatan yang
diberikan pada pasien yaitu sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami sehingga
untuk evaluasinya masalah dapat teratasi.
5.2 Saran
kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
 Keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan harus terjalin dengan baik dan
perlu ditingkatkan sehingga dapat menimbulkan rasa saling percaya, agar dapat
mencapai hasil keperawatan yang diharapkan.
 Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik
secara formal maupun informal khususnya pengetahuan dalam melakukan
perawatan pada pasien hiperpereksia, agar masalah yang dialami dapat teratasi
dengan baik.
 Untuk mahasiswa diharapkan selalu menambah wawasan mengenai konsep dasar
dan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien Hiperpereksia agar asuhan
keperawatan dapat diberikan sesuai dengan kondisi pasien.

43
DAFTAR PUSTAKA
F. Keith Battan, MD, FAAP, Glenn Faries, MD. (2012). Chapter 11: Emergencies &
Injuries. Current Pediatric Diagnosis & Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill
Companies; by Appleton & Lange.
Hardiono D Pusponegoro. Penatalaksanaan demam pada dewasa..

Henretig FM. Fever. Dalam: Fleisher GR, Ludwig S, penyunting. Textbook of pediatric
emergency medicine; edisi ke-3. Baltimore: Williams dan Wilkins,( 2012)

Richard C. Dart, MD, PhD. (2012). Chapter 12: Poisoning. Current Pediatric Diagnosis &
Treatment, Eighteenth Edition, the McGraw-Hill Companies; by Appleton & Lange

44
45

Anda mungkin juga menyukai