Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas tentang 1) konsep dasar medis, 2) konsep dasar
(WOC on Nursing).
1) Faktor infeksi
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
6
Infeksi bakteri ; vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
(2) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : ostitis
dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di
bawah 2 tahun.
2) Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi lemak.
Malabsorbsi protein.
Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
enteric, virus Norwalk, dan lain – lain), bakteri atau tosiknya (Campylobacter,
Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia, dan lain – lain), serta parasite
(Giardialamblia, Cryptosporidium) (Betz, 2004 : 185). Beberapa mikroorganisme
patogen ini dapat menyebabkan infeksi pada sel – sel, atau melekat pada dinding
ostomik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus, akibatnya isi rongga usus menjadi berlebihan
terjadi diare. Akibat diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
nafsu makan berkurang atau taka da, kemudian diare. Tinja cair, mungkin disertai
lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena
bercampur empedu. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare dan
keseimbangan asam dan basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak; yaitu berat badan turun,
tugor erkurang, mata dan ubun – ubun menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan
dengan rata-rata kehilangan ciran sebanyak 12,5%. Pada dehidrasi berat, volume
denyut jantung lebih cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, pasien
Bila sudah terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat dengan
terjadi karena (1) Kehilangan NaHCO3 melalui tinja diare, (2) Ketosis kelaparan,
(3) Produk-produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena
gastroenteritis yang berasal dari bakteri). Mucus atau pus pada feses.
2) Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mucus atau pus pada feses.
5) Kultur feses (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses atau diare
2009:190), yaitu :
3) Kejang demam.
4) Bakteremia.
3) Obat-obatan.
dengan rawat jalan, rehidrasi dapat dilakukan peroral dengan larutan dehidrasi
oral (Pedialyte, Ricelyte). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi sering (5
sampai 15 ml). Bagi yang mendapatkan ASI dapat terus disusui selama periode
diare. Dalam hal dehidrasi berat, anak yang dirawat dirumah sakit untuk
dihitung dan cairan diganti 24 jam, bersamaan dengan pemberian cairan ramutan.
Jika ada syok, segera dilakukan resusitasi cairan (20mg/kg larutan salin normal
atau larutan Ringer Laktat; ulangi bila perlu). Pada kasuss ini, bila pemasangan
jalur IV tidak berhasil, rute intraosesus dapat dipakai untuk memberikan cairan
dalam keadaan darurat anak yang berusia kurang dari 6 tahun (Betz, 2009:191)
2.2.1 Pengertian
Total cairan tubuh (total body water, TWB) = 67% cairan intraseliler
(Lalani, 2012:155)
interstisial, atau intrasel. Diagnosis ini merajuk pada dehidrasi yang merupakan
Tabel 2.2 Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak, 2 th- 5 th (Ngastiyah, 2005:226)
Usia/Berat Badan Derajat PWL NWL CWL Jumlah
(Kg) Dehidrasi
< 2 tahun Ringan 50 100 25 175
Sedang 75 100 25 200
Berat 125 200 25 350
2-5 tahun Ringan 30 80 25 135
Sedang 50 80 25 155
Berat 80 80 25 185
Tabel 2.3 Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan umur
(Ngastiyah, 2005:226)
Berat Badan Umur PWL NWL CWL Jumlah
(Kg)
0-3 kg 0-1 bulan 150 125 25 300
3-10 kg 1-2 bulan 125 100 25 250
10-15 kg 2-5 bulan 100 80 25 205
15-25 kg 10-15 bulan 80 25 25 130
PWL, previous water loss (ml/kg BB) cairan yang hilang karena muntah; NWL, Normal water
loss (ml/kg BB) cairan yang hilang melalui urine, kulit, pernapasan; CWL, Concomitant water loss
(ml/kg BB) cairan yang hilang karena muntah hebat.
Tabel 2.4 Gejala dehidrasi berdasarkan skor Maurice King (Sodikin, 2011:120)
Bagian Tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan
Diperiksa Ringan Sedang Berat
Keadaan Umum Sehat Gelisah, Mengigau,
cengeng, apatis, koma, atau syok
ngantuk
Kekenyalan Kulit Normal Sedikit kurang Sedikit kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sedikit cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan
sianosis
Denyut nadi/menit Normal (120-140) > 140
dehidrasi, yaitu:
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi.
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25-50 ml/kg BB per oral (intragrastik) selanjutnya : 125 ml/
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50-100 ml/kg per oral/ intragastrik (sonde). Selanjutnya : 125
4) Dehidrasi berat
(2) Untuk anak lebih dari 2-5 th dengan berat badan 10-15 kg
(4)
2.2.5
diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada tahap saling
2.3.1 Pengkajian
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
1) Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
2) Keluhan utama
Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah serta terdapat bintik-bintik (Nursalam,
2005).
Yang ditanyakan meliputi keadaan ibu saat hamil, gizi, usia kehamilan
dan obat-obatan. Hal tersebut juga mencakup kesehatan anak sebelum lahir, saat
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain (Nursalam, 2005).
(3) Obat-obatan
(5) Alergi
(6) Kecelakaan
7) Riwayat sosial
Siapa yang mengasuh anak, orang tuanya sendiri atau orang lain.
(2) Hubungan dengan anggota keluarga
8) Kebutuhan dasar
(1) Minum
Yang dikaji adalah tentang jenis minum, jumlah yang diberikan tiap 24
jam
(2) Makan
dalam.
Yang dikaji frekuensi tidur pasien dalam satu hari. Anak sering
mengalami kurang tidur karena nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
Pada eliminasi alvi perlu dikaji warna, jumlah / frekuensi, terkadang anak
mengalami diare / konstipasi. Sementara pasien DHF pada grede III dan IV bisa
Hasil lab yang di dapat pada pemeriksaan darah pasien DHF akan
Hasil Hb dan PCV yang meningkat serta trombositopenia ini dapat menunjukkan
adalah :
Pada umumnya pada pasien dengan DHF dalam keadaan lemah dan
(3)) Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
(4)) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
anemis, hidung kadang mengalami (epitaksis) pada grade II, III, IV. Pada
gusi, dan nyeri telan (pada grade II, III, IV) (Nursalam, 2005).
sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
(Nursalam, 2005).
(5) Pemeriksaan payudara
atau tidak.
dan perkembangan sesuai dengan usia anak sekrang yang meliputi motoric kasar,
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantung baju di kamar)
(Nursalam, 2005).
2005).
trombosit 150.000-450.000.
spesifik (lyer et al., 1996). Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
2001).
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
(Asmadi, 2008).
2.4 Way Of Caution
Agregasi trombosit
Trombositopenia
MK : Resiko Perdarahan