Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI LINGKUNGAN

Resume Standar Kualitas Udara

Oleh:
Devita Putri Herwiandani
25321911

Dosen:
Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc.,Ph.D

PROGRAM MATRIKULASI MAGISTER TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
Pengendalian Kualitas Udara

1. Atmosfir dan pencemaraan udara

Bumi kita dilapisi oleh lapisan udara yang dikenal dengan atmosfer. Atmosfer terbagi menjadi
beberapa lapisan udara yaitu lapisan Troposfir, Stratosfir, Mesosfir, dan Thermosfir. Pembentukan
lapisan udara pada atmosfer diakibtkan oleh adanya interaksi antara sinar –sinar matahari dengan gas-
gas penyusun atmosfer, gaya tarik bumi, rotasi bumi, dan juga permukaan bumi. Pembagain lapisan
atmosfer ini berdasarkan suhu pada setiap lapisannya.

Makhluk hidup berada pada lapisan troposfer, pada lapisan udara ini zat penyusun utamanya
adalah gas 78% gas nitrogen dan 21% oksigen dan sisanya adalah karbondioksida juga sebagaian kecil
zat lain. Zat tersebut penting untuk mendukung kehidupan di bumi. Selain itu , lapisan udara di tropsfer
juga berpengaruh terhadap perubahan cuaca, dan iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi,
juga secara langsung juga mempengaruhi kehidupan.

Udara bebas di troposfir yang secara langsung dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup biasa diistilahkan sesebagi udara ambien. Udara
ambien ini sering kali terpengaruh oleh zat pencemar yang bersumber dari hasil kegiatan manusia.
Sumber pencemar sendiri terbagi atas dua jenis yaitu :

Sumber
Biogenik
Alamiah
Vulkanik, dll
Kendaraan Bermotor
PLTU
Atropogenik
Industri
Domestik

Zat pencemar yang dihasilkan dan di emisikan ke udara ambien pada proses yang dilakukan
manusia ini dapat mengganggu alam dan kehidupan didalamnya. Senyawa-senyawa yang termasuk
sebagai zat pencemar udara diantaranya: partikulat, oksida belerang,karbonmonoksida, oksida
nitrogen,hidrokarbon, oksidan fotokimia, hidrogen sulfida, logam berat, asbes dan gas- gas lain seperti
CFC. Bahan-bahan ini akan menjadi polutan jika konsentrasinya relatif tinggi sehingga proses
penghilangannya tidak secepat proses pembentukannya. Polutan yang terhomogenasi dengan udara
ambien, akan secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya
juga terhadap lingkungan

2. Pengendalian Kualitas Udara

Berdasarkan hal di atas, karena udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya, maka harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya
untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup
lainnya . Sehingga perlu dilakukan usaha pemantauan kualitas udara, salah satu caranya yaitu dengan
menetapkan Peraturan Pemeritah No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian pencemaran udara.

Usaha pengendalian kulaitas udara meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran,


serta pemulihan mutu udara dengan melakukann inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber
pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta
penanggulangan keadaan darurat. Maka, dalam menjalankan usaha pemantauan kualitas udara perlu
ditetapkan baku mutu kualitas udara, diantaranya adalah:

1. Baku mutu udara ambien. (lampiran 1 )


2. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak .(lampiran 2 )
3. Standar emisi gas buang dan kebisingan kendaaaraan bermotor .(lampiran 3)
4. Baku tingkat gangguan kebisisngan. (lampiran 4)

Baku mutu sendiri adalah adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang
ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara
ambien. Sehingga dengan ditetapkannya baku mutu udara ini, kegiatan yang menghasilkan emisi wajib
menaati baku mutu yang ditetapkan untuk kegiatan yang dilakukannya, melakukan pencegahan
dan/atau penanggulangan pencemaran udara, dan juga memberikan informasi yang benar dan akurat
kepada masyarakat dalam rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha dan/atau
kegiatannya.

2.1 Baku Mutu Udara Ambien

Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien
untuk mencegah terjadinya pencemaran udara, sebagaimana terlampir dalam Peraturan Pemerintah
No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Baku mutu udara ambien daerah
ditetapkan berdasarkan pertimbangan status mutu udara ambien di daerah. Saatust mutu udara ambien
ditetapkan oleh gubernur setempat, apabila belum ada penetapan status mutu udara ambien, maka
berlaku baku mutu nasional.

Status mutu dara ambien ditetapkan berdasarkan inventarisasi dan/atau penelitian terhadap
mutu udara ambien, potensi sumber pencemar udara, kondisi meteorologis dan geografis, serta tata
guna tanah. Apa bila satatus mutu udara ambien di suatu daerah lebih tinngi dari baku mutu nasional,
maka daerah tersebut dinyatakan sebagai daerah yang tercemar. Baku mutu udara ammbien ini dapat
dikaji setiap lima tahun sekali.

2.2 Baku Mutu Emisi

Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum dan/atau beban emisi
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien .Baku mutu emisi
sumber tidak bergerak berlaku untuk beberapa usaha sebagai mana di tetapkan pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 terdiri dari :

1. Industi besi dan baja


2. Industri pulp dan kertas
3. Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara
4. Industri semen

Baku mutu emisi sumber tidak bergerak ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam lima
tahun.

2.3 Ambang Batas Emisi Gas Buang

Berbeda dengan emisi sumber tidak bergerak, Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor adalah
batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor disini dikategorikan sebagai berikut :

1. Kendaraaan kategori M
Kategori M adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang. Kendaraan tipe
di subkategorikan lagi menjadi :
 Kendaraan Bermotor Sub Kategori M2 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan orang dan mempunyai lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak
termasuk tempat duduk pengemudi dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan
(GVW) sampai dengan 5 (lima) ton.
 Kendaraan Bermotor Sub Kategori M3 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan orang dan mempunyai lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak
termasuk tempat duduk pengemudi dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan
(GVW) lebih dari 5 (lima) ton.
2. Kendaraan kategori N
Kendaraan Bermotor Kategori N adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan
barang, dan disubkategorikan lagi menjadi:
 Kendaraan Bermotor Sub Kategori N1 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan (GVW) tidak
lebih dari 3,5 (tiga koma lima) ton.
 Kendaraan Bermotor Sub Kategori N2 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan (GVW) lebih
dari 3,5 (tiga koma lima) ton tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) ton.
 Kendaraan Bermotor Sub Kategori N3 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan (GVW) lebih
dari 12 (dua belas) ton.
3. Kendaraan O
Kendaraan Bermotor Kategori O adalah kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau
temple, juga disubkategorikan menjadi :
 Kendaraan Bermotor Sub Kategori O3 adalah kendaraan bermotor penarik dengan
jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 3,5 (tiga koma lima) ton
tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) ton.
 Kendaraan Bermotor Sub Kategori O4 adalah kendaraan bermotor penarik dengan
jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 10 (sepuluh) ton.

Dalam penentuan ambang batas emisi gas buang pada kendaraan bermotor ditetapkan melalui
pengujian emisi gas buang. Pengujian emisi gas buang ini dilakukan di laoratoriun yang
terkareditasi dengan menggunakan metode uji yang telah ditetapkan.

2.4 Baku Tingkat Ganggunan dan Ambang Batas Kebisingan

Baku Mutu Kebisingan adalah batas paling tinggi energi suara yang boleh dikeluarkan langsung
dari kendaraan bermotor. Sama seperti penentuan ambang batas gas buang kendaraan bermotor,
dalam penentuan baku tingkat ambang batas kebisingan juga di berlakukan kategori jenis kendaraan.
Kategorinya sama seperti diatas namun ditambah kategori kendaraan L dan tanpa kategori kendaraan O,
pada lampiran di cantumkan baku mutu kebisingan untuk kategori tersebut. Pemenuhan Baku Mutu
Kebisingan dilakukan melalui pengujian kebisingan dengan ketentuan sebagai berikut yang dilakukan di
laboratorium terakreditasi dan menggunakan metode pengujian terstandar.

2.4 Pemanatauan Kualitas Udara

Pemantauan kulaitas udara dilakukan di stasiun pemantauan kualitas udara. Pemantauan kualitas
udara ini di dasarkan pada pemanatauan kuaitas udara ambien yang berupa data harian, teal time, dan
data kontinyu. Ketiga jenis data tersebut di gunakan sebagai persyaratan dalam pemaakaian sistem
Indeks Standar Pencemar Udaraa (ISPU).
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran . 1
Baku Mutu Udara Ambien

TABEL BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL


No. Parameter Waktu Baku Mutu Metode Peralatan
Pengukuran Analisis
1. SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanil in Spektrofoto-
(Sulfur Dioksida) 24 Jam 365 ug/Nm3 meter
1 Thn 60 ug/Nm3
CO
2. (Karbon 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR
Monoksida) 24 Jam 10.000 ug/Nm3 Analyzer
1 Thn
3. NO2 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman
(Nitrogen 24 Jam 150 ug/Nm3 Spektrofoto-
Dioksida) 1 Thn 100 ug/Nm3 meter

4. O3 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemilumi Spektrofoto-


(Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm3 nescent meter
5. HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Gas Chro-
(Hidro Karbon) Ionization matogarfi
6. PM10 (*) 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Partikel _10 um) 24 Jam 65 ug/Nm3 Hi - Vol
PM2,5 (*) 1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Partikel _2,5
um)

7. TSP 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol


(Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3
8. Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
(Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 AAS

9. Dustfall 30 hari 10 Ton// km2/ Gravimetric Cannister


(Debu Jatuh) Bulan (Pemu - Ekstraktif
kiman) Pengabuan
20 Ton/km2/
Bulan (Industri)
10. Total Fluorides 24 Jam 3 ug/Nm3 Gravimetric Impinger atau
(asF) 90 hari 0,5 ug/Nm3 Countinous
Analyzer
11. Fluor Indeks 30 hari 40 ug/100 cm3 Spesific Limed Filter
dari kertas Paper
limed filter
12. Khlorine & 24 Jam 150 ug/Nm3 Ion Impinger atau
Khlorine 30 hari 1 mg SO3/100 Electrode Countinous
Dioksida cm3 Colourimetric Analyzer
Spesific Lead
Catatan :(*) PM2,5 mulai diberlakukan tahun 2002
Nomor 10 s/d 13 Hanya diberlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia
Dasar
Contoh : - Industri Petro Kimia
- Industri Pembuatan Asam Sulfat
Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Lampiran. 2
Baku mutu emisi sumber tidak bergerak

A. TAB EL BA KU M U TU E M I S I U N TU K I N D U S T R I B ES I DAN BA JA ( B E R L A K U E F E K T I F
T AH UN 1 9 9 5 )

No Sumber Parameter Batas Maksimum


(mg/m3)
1 Penanganan Bahan Baku (Raw Total 600
material Handling) Partikel
2 Tanur Oksigen Basa (Basic Total 600
oxygen fumace) Partikel
3 Dapur Busur Listrik (Electric art Total 600
Fumace) Partikel
4 Dapur Pemanas (Reheating Total 600
Fumace) Partikel
5 Dapur proses Pelunakan baja Total 600
(Annealing fumace) Partikel
6 Prose s celup Lapis Metal (Acid Total Partikel 600
Picking & Regeneration) Hydrochloric 10
acid
Fumes
(HCL)
7 Tenaga ketel uap (Power Boiler) Total Partikel 400
Sulphur Dioksida 1200
(SO2) 1400
Nitrogen oksida
(NO2)
8 Semua sumber Opasitas 40%

Catatan:
 Nitr ogen oksida ditentukan sebagai NO2
 Volume gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm).
 untuk sumber pembakaran, partikulat dikoreksi sebesar 10% oksigen.
 opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan
dikembangkan untuk memperoleh hub ungan korelatif dengan
pengamatan total partikel.
 pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.
Sumber : KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR KEP -13 /MENLH/3/1995

B. TABEL BAKU MUTU EMISI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN BAKAR BATU
BARA ( BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)

No P aram e t e r B a t as M aks i m u m

1 Total Partikel 300

2 sulfur Dioksida 1500

3 Nitrogen Oksida (NO2) 1700

4 opasitas 40%

Ca t a t an :

 Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO 2


 konsentrasi partikulat dikoreksi sebesar 3 %
 volume gas dalam keadaan standar (25% dan Tekanan 1 atm)
 opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk memper oleh
hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel
 Pemberlakuan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan
Sumber : KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR KEP -13 /MENLH/3/1995

C. TABEL BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN (BERLAKU EFFEKTIF TAHUN 2000)

No S u m be r P aram e t e r B a t as maks i m u m
( m g / m 3)

1. Tanur Putar (kilns) Total Partikel 80


Sifur Dioksida (SO2) 800
Nitrogen Dioksida (NO2) 1000
Opasitas 20%

2. Pendingin Terak (Clinker cooler s) Total Partikel 80

3. Milling Grinding Total Partikel 80


Alat pengangkut (Conveying)
Pengepakan (Bagging)

4. Tenaga Ketel Uap (Power Boiler) Total Partikel 230


Sulfur Dioksida (SO2) 800
Nitrogen Oksida (NO2) 1000

Catatan:

 Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO2


 Volume Gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm)
 konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal: kiln) harus
dikoreksi sampai 7 % oksigen
 standar diatas berlaku untuk proses kering
 Batas maksimum total partikel untuk
 (I) Proses basah =250 mg/m3
 (ii)shaft kiln =500 mg/m3
 Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan
dikembangkan untuk memperoleh hubungan korelatif dengan
pengamatan total partikel
 Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operasi normal selama tiga bulan

Sumber : KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR KEP -13 /MENLH/3/1995

D. T ABEL B AK U MUTU E M I S I U NT U K J E NI S KE G IA T A N LAIN (


E R L A K U E F E K T I F TA HU N 2 0 0 0 )

P a r a m e t e rs B a t as m a k s i m u m
( m g / m 3)
B uk an L o g am
1. Ammonia (NH3) 0.5
2. Gas Klorin (Cl2) 10
3. Hidrogen klorida 5
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10
5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
6. opasitas 35%
7. Partikel 350
8. sulfur Dioksida (SO2) 800
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35
(Total Reduced sulphur )
L o g am
10. Air raksa (Hg) 5
11. Arsen (As) 8
12. Atimon (sb) 8
13. Kadmium (cd) 8
14. Seng (Zn) 50
15. Timah Hitam (pb) 12

Catatan:
 volume gas dalam kead aan standar (25 C dan tekanan 1 atm)
Sumber : KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR KEP -13 /MENLH/3/1995

Lampiran 3
Baku Mutu Emisi gas Buang kendaraam Bermotor Tipe baru Kategori M, N, dan O.

A. KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M DAN KATEGORI N BERPENGGERAK MOTOR


BAKAR CETUS API BERBAHAN BAKAR BENSIN DENGAN MODE TEST

NILAI BAKU MUTU


METODE UJI
No KATEGORI PARAMETER
CO 1,0 gram/km ECE R 83 – 05
M1, GVW(1) ≤ 2,5
1 HC 0,1 gram/km ECE R 83 – 05
ton
NOx 0,08 gram/km ECE R 83 – 05

M, GVW > 2,5 ton, atau N1, GVW ≤ 3,5 ton

CO 1,0 gram/km ECE R 83 – 05


a. Kelas I, RM(2) ≤
HC 0,1 gram/km ECE R 83 – 05
1305 kg
NOx 0,08 gram/km ECE R 83 – 05

CO 1,81 gram/km ECE R 83 – 05


2
b. Kelas II, 1305 kg < RM ≤
HC 0,13 gram/km ECE R 83 – 05
1760 kg
NOx 0,1 gram/km ECE R 83 – 05

CO 2,27 gram/km ECE R 83 – 05

c. Kelas III, RM > 1760 kg HC 0,16 gram/km ECE R 83 – 05

NOx 0,11 gram/km ECE R 83 – 05


Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
RM(2) : Reference Mass adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 kg.
B. KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M DAN KATEGORI N BERPENGGERAK MOTOR
BAKAR CETUS API BERBAHAN BAKAR GAS (LPG/CNG) DENGAN MODE TEST

NILAI BAKU MUTU


No KATEGORI PARAMETER METODE UJI

1 M, GVW(1) ≤ 2,5 CO 1,0 gram/km ECE R 83 – 05


ton
HC 0,1 gram/km ECE R 83 – 05

NOx 0,08 gram/km ECE R 83 – 05

2 M, GVW > 2,5 ton, atau N, GVW ≤ 3,5 ton

a. Kelas I, RM(2) CO 1,0 gram/km ECE R 83 – 05


≤ 1305 kg
HC 0,1 gram/km ECE R 83 – 05

NOx 0,08 gram/km ECE R 83 – 05

b. Kelas II, 1305 kg < RM CO 1,81 gram/km ECE R 83 – 05


≤ 1760 kg
HC 0,13 gram/km ECE R 83 – 05

NOx 0,1 gram/km ECE R 83 – 05

c. Kelas III, RM > 1760 kg CO 2,27 gram/km ECE R 83 – 05

HC 0,16 gram/km ECE R 83 – 05

NOx 0,11 gram/km ECE R 83 – 05

Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
RM(2) : Reference Mass adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 kg.

C. KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M DAN KATEGORI N BERPENGGERAK MOTOR


BAKAR PENYALAAN KOMPRESI (DIESEL) DENGAN MODE TEST

NILAI BAKU MUTU METODE UJI


No KATEGORI PARAMETER
1 M, GVW(1) ≤ 2,5 CO 0,5 gram/km ECE R 83 - 05
ton NOx 0,25 gram/km ECE R 83 - 05

HC + NOx 0,30 gram/km ECE R 83 - 05

PM 0,025 gram/km ECE R 83 - 05

2 M, GVW > 2,5 ton, atau N, GVW ≤ 3,5 ton


a. Kelas I, RM(2) ≤ CO 0,5 gram/km ECE R 83 - 05
1305 kg
NOx 0,25 gram/km ECE R 83 - 05

HC + NOx 0,30 gram/km ECE R 83 - 05

PM 0,025 gram/km ECE R 83 - 05

b. Kelas II, 1305 kg < RM ≤ CO 0,63 gram/km ECE R 83 - 05


1760 kg
NOx 0,33 gram/km ECE R 83 - 05

HC + NOx 0,39 gram/km ECE R 83 - 05

ECE R 83 - 05
PM 0,04 gram/km

c. Kelas III, RM > 1760 kg CO 0,74 gram/km ECE R 83 - 05

NOx 0,39 gram/km ECE R 83 - 05

HC + NOx 0,46 gram/km ECE R 83 - 05

PM 0,06 gram/km ECE R 83 - 05

Keterangan :
GVW(1) : Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB). RM(2)
Reference Mass: adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 kg.

D. KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M, KATEGORI N DAN KATEGORI O


BERPENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN KOMPRESI (DIESEL) DENGAN MODE ESC TEST

No KATEGORI PARAMETER NILAI BAKU MUTU METODE UJI

M1, M2, M3, N2, ECE R 49 – 03


N3, CO 1.5 gram/kWh
O3, dan O4
GVW (1) HC 0.46 gram/kWh ECE R 49 – 03
>3,5 ton
Nox 3.5 gram/kWh ECE R 49 – 03

PM 0.02 gram/kWh ECE R 49 – 03

Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
E. KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M, KATEGORI N DAN KATEGORI O
BERPENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN KOMPRESI (DIESEL) DENGAN MODE ETC TEST

KATEGORI
NILAI BAKU MUTU
No (1) PARAMETER METODE UJI

M1, M2, ECE R 49 – 03


M3, N2, CO 4.0 gram/kWh
N3, O3,
dan O4
GVW (1) NMHC 0.55 gr/kWh ECE R 49 – 03
>3,5 ton
NOx 3.5 gram/kWh ECE R 49 – 03

PM 0.03 gram/kWh ECE R 49 – 03

Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).

F. KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M, KATEGORI N DAN KATEGORI O


BERPENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN KOMPRESI BERBAHAN BAKAR GAS (LPG/CNG)
DENGAN MODE ETC TEST

KATEGORI
NILAI BAKU MUTU METODE UJI
No (1) PARAMETER

M2, M3, N2, ECE R 49 – 03


N3, O3, dan O4 CO 4.0 gram/kWh

GVW (1) >3,5 NMHC 0.55 gram/kWh ECE R 49 – 03


ton
CH4 1.1 gram/kWh ECE R 49 – 03

Nox 3.5 gram/kWh ECE R 49 – 03

Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).

Sumber : Peraaturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan NOMOR P.20 tahun 2017 Tentang Baku
Mutu Emisi gas Buang kendaraam Bermotor Tipe baru Kategori M, N, dan O.

Lampiran 4 .
Baku Tingkat Ganggunan dan Ambang Batas Kebisingan

A. BAKU MUTU KEBISINGAN KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU


KATEGORI M DAN KATEGORI N
Kategori L max dB(A)

ECE R51-01

Kendaraan M1 77(2,3)
Penumpang

GVW ≤ 2 T 78(2)

M2 2 T < GVW ≤ 3.5 T 79(2,3)


Bus
GVW > 3.5 T P < 150 kW 80(3)

P ≥ 150 kW 83(3)

M3 GVW > 3.5 T P < 150 kW 80(3)

P ≥ 150 kW 83(3)

N1 GVW ≤ 2 T 78(2)

2 T < GVW ≤ 3.5 T 79(2)(3)


Mobil Barang
P < 75 kW 81(3)
N2 GVW > 3.5 T
75 kW ≤ P < 83(3)
150 kW

3.5 T < GVW ≤ 12 T P ≥ 150 kW 84(3)

N3 GVW > 12 T 84(3)

B. BAKU MUTU KEBISINGAN KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M DAN KATEGORI
N SECARA DINAMIS DALAM BENTUK LANDASAN (CHASIS)

Kategori L max dB(A)

ECE R51-01

Kendaraan M1 87(2,3)
Penumpang

GVW ≤ 2 T 88(2)

M2 2 T < GVW ≤ 3.5 T 89(2,3)


Bus
GVW > 3.5 T P < 150 kW 90(3)

P ≥ 150 kW 93(3)

GVW > 3.5 T P < 150 kW 90(3)


M3
P ≥ 150 kW 93(3)

N1 GVW ≤ 2 T 88(2)

2 T < GVW ≤ 3.5 T 89(2)(3)


Mobil Barang P < 75 kW 91(3)
GVW > 3.5 T
N2 75 kW ≤ P < 93(3)
150 kW

3.5 T < GVW ≤ 12 T 94(3)


P ≥ 150 kW
N3 GVW > 12 T 94(3)

C. KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU DAN KENDARAAN BERMOTOR


KATEGORI L SECARA DINAMIS

Kategori L max dB(A)

Tahun Pemberlakuan

Sepeda L < 80 cc 77
Motor
80 < L < 175 cc 80

L > 175 cc 83

Metode Pengujian ECE R-41-01

Keterangan:
(1) : 147 kW (ECE) ≤ P.
(2) : Direct Injection + 1 dB (A) relexation.
(3) : P < 150 kW (ECE) : 1 dB(A) relaxation : 150 kW (ECE) ≤ P : +2dB(A) relaxation.
Sumber : Peraaturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.56 tahun 2017 Tentang Baku
Mutu Kebisingan Kendaraam Bermotor Tipe baru Kategori M, N, dan L.
PUSTAKA

Soemirat, Juli. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2019.

Prodjosantoso. dan Tutik, Regina. Kimia Lingkungan Teori Eksperimen dan Aplikasi. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius Yogyakarta. 2011.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.

Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No: Kep 12/MENLH/1995 Tentang aku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak

Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutan Republik Indonesia No


P56/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2019 Tentang Baku Mutu Kebisingan Kendaraan Bermotor yang
Sedang Diproduksi Kategori M, N, dan L.

Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No


P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 Tentang Baku Mutu Emisi gas Buang kendaraan Bermotor Tipe
Baru Kategori M,N, dan O.

Anda mungkin juga menyukai