Devita Putri H - 25321911 - Tugas 1 Epidemiologi - Kualitas Udara
Devita Putri H - 25321911 - Tugas 1 Epidemiologi - Kualitas Udara
Oleh:
Devita Putri Herwiandani
25321911
Dosen:
Ir. Indah Rachmatiah Siti Salami, M.Sc.,Ph.D
Bumi kita dilapisi oleh lapisan udara yang dikenal dengan atmosfer. Atmosfer terbagi menjadi
beberapa lapisan udara yaitu lapisan Troposfir, Stratosfir, Mesosfir, dan Thermosfir. Pembentukan
lapisan udara pada atmosfer diakibtkan oleh adanya interaksi antara sinar –sinar matahari dengan gas-
gas penyusun atmosfer, gaya tarik bumi, rotasi bumi, dan juga permukaan bumi. Pembagain lapisan
atmosfer ini berdasarkan suhu pada setiap lapisannya.
Makhluk hidup berada pada lapisan troposfer, pada lapisan udara ini zat penyusun utamanya
adalah gas 78% gas nitrogen dan 21% oksigen dan sisanya adalah karbondioksida juga sebagaian kecil
zat lain. Zat tersebut penting untuk mendukung kehidupan di bumi. Selain itu , lapisan udara di tropsfer
juga berpengaruh terhadap perubahan cuaca, dan iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi,
juga secara langsung juga mempengaruhi kehidupan.
Udara bebas di troposfir yang secara langsung dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup biasa diistilahkan sesebagi udara ambien. Udara
ambien ini sering kali terpengaruh oleh zat pencemar yang bersumber dari hasil kegiatan manusia.
Sumber pencemar sendiri terbagi atas dua jenis yaitu :
Sumber
Biogenik
Alamiah
Vulkanik, dll
Kendaraan Bermotor
PLTU
Atropogenik
Industri
Domestik
Zat pencemar yang dihasilkan dan di emisikan ke udara ambien pada proses yang dilakukan
manusia ini dapat mengganggu alam dan kehidupan didalamnya. Senyawa-senyawa yang termasuk
sebagai zat pencemar udara diantaranya: partikulat, oksida belerang,karbonmonoksida, oksida
nitrogen,hidrokarbon, oksidan fotokimia, hidrogen sulfida, logam berat, asbes dan gas- gas lain seperti
CFC. Bahan-bahan ini akan menjadi polutan jika konsentrasinya relatif tinggi sehingga proses
penghilangannya tidak secepat proses pembentukannya. Polutan yang terhomogenasi dengan udara
ambien, akan secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya
juga terhadap lingkungan
Berdasarkan hal di atas, karena udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya, maka harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya
untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup
lainnya . Sehingga perlu dilakukan usaha pemantauan kualitas udara, salah satu caranya yaitu dengan
menetapkan Peraturan Pemeritah No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian pencemaran udara.
Baku mutu sendiri adalah adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang
ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara
ambien. Sehingga dengan ditetapkannya baku mutu udara ini, kegiatan yang menghasilkan emisi wajib
menaati baku mutu yang ditetapkan untuk kegiatan yang dilakukannya, melakukan pencegahan
dan/atau penanggulangan pencemaran udara, dan juga memberikan informasi yang benar dan akurat
kepada masyarakat dalam rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha dan/atau
kegiatannya.
Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien
untuk mencegah terjadinya pencemaran udara, sebagaimana terlampir dalam Peraturan Pemerintah
No. 41 tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Baku mutu udara ambien daerah
ditetapkan berdasarkan pertimbangan status mutu udara ambien di daerah. Saatust mutu udara ambien
ditetapkan oleh gubernur setempat, apabila belum ada penetapan status mutu udara ambien, maka
berlaku baku mutu nasional.
Status mutu dara ambien ditetapkan berdasarkan inventarisasi dan/atau penelitian terhadap
mutu udara ambien, potensi sumber pencemar udara, kondisi meteorologis dan geografis, serta tata
guna tanah. Apa bila satatus mutu udara ambien di suatu daerah lebih tinngi dari baku mutu nasional,
maka daerah tersebut dinyatakan sebagai daerah yang tercemar. Baku mutu udara ammbien ini dapat
dikaji setiap lima tahun sekali.
Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum dan/atau beban emisi
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien .Baku mutu emisi
sumber tidak bergerak berlaku untuk beberapa usaha sebagai mana di tetapkan pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 terdiri dari :
Baku mutu emisi sumber tidak bergerak ditinjau secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam lima
tahun.
Berbeda dengan emisi sumber tidak bergerak, Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor adalah
batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor disini dikategorikan sebagai berikut :
1. Kendaraaan kategori M
Kategori M adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang. Kendaraan tipe
di subkategorikan lagi menjadi :
Kendaraan Bermotor Sub Kategori M2 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan orang dan mempunyai lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak
termasuk tempat duduk pengemudi dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan
(GVW) sampai dengan 5 (lima) ton.
Kendaraan Bermotor Sub Kategori M3 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan orang dan mempunyai lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak
termasuk tempat duduk pengemudi dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan
(GVW) lebih dari 5 (lima) ton.
2. Kendaraan kategori N
Kendaraan Bermotor Kategori N adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan
barang, dan disubkategorikan lagi menjadi:
Kendaraan Bermotor Sub Kategori N1 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan (GVW) tidak
lebih dari 3,5 (tiga koma lima) ton.
Kendaraan Bermotor Sub Kategori N2 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan (GVW) lebih
dari 3,5 (tiga koma lima) ton tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) ton.
Kendaraan Bermotor Sub Kategori N3 adalah kendaraan bermotor yang digunakan
untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan (GVW) lebih
dari 12 (dua belas) ton.
3. Kendaraan O
Kendaraan Bermotor Kategori O adalah kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau
temple, juga disubkategorikan menjadi :
Kendaraan Bermotor Sub Kategori O3 adalah kendaraan bermotor penarik dengan
jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 3,5 (tiga koma lima) ton
tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Kendaraan Bermotor Sub Kategori O4 adalah kendaraan bermotor penarik dengan
jumlah berat kombinasi yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Dalam penentuan ambang batas emisi gas buang pada kendaraan bermotor ditetapkan melalui
pengujian emisi gas buang. Pengujian emisi gas buang ini dilakukan di laoratoriun yang
terkareditasi dengan menggunakan metode uji yang telah ditetapkan.
Baku Mutu Kebisingan adalah batas paling tinggi energi suara yang boleh dikeluarkan langsung
dari kendaraan bermotor. Sama seperti penentuan ambang batas gas buang kendaraan bermotor,
dalam penentuan baku tingkat ambang batas kebisingan juga di berlakukan kategori jenis kendaraan.
Kategorinya sama seperti diatas namun ditambah kategori kendaraan L dan tanpa kategori kendaraan O,
pada lampiran di cantumkan baku mutu kebisingan untuk kategori tersebut. Pemenuhan Baku Mutu
Kebisingan dilakukan melalui pengujian kebisingan dengan ketentuan sebagai berikut yang dilakukan di
laboratorium terakreditasi dan menggunakan metode pengujian terstandar.
Pemantauan kulaitas udara dilakukan di stasiun pemantauan kualitas udara. Pemantauan kualitas
udara ini di dasarkan pada pemanatauan kuaitas udara ambien yang berupa data harian, teal time, dan
data kontinyu. Ketiga jenis data tersebut di gunakan sebagai persyaratan dalam pemaakaian sistem
Indeks Standar Pencemar Udaraa (ISPU).
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran . 1
Baku Mutu Udara Ambien
A. TAB EL BA KU M U TU E M I S I U N TU K I N D U S T R I B ES I DAN BA JA ( B E R L A K U E F E K T I F
T AH UN 1 9 9 5 )
Catatan:
Nitr ogen oksida ditentukan sebagai NO2
Volume gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm).
untuk sumber pembakaran, partikulat dikoreksi sebesar 10% oksigen.
opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantuan dan
dikembangkan untuk memperoleh hub ungan korelatif dengan
pengamatan total partikel.
pemberlakuan BME untuk 95 % waktu normal selama tiga bulan.
Sumber : KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR KEP -13 /MENLH/3/1995
B. TABEL BAKU MUTU EMISI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BERBAHAN BAKAR BATU
BARA ( BERLAKU EFEKTIF TAHUN 1995)
No P aram e t e r B a t as M aks i m u m
4 opasitas 40%
Ca t a t an :
C. TABEL BAKU MUTU EMISI UNTUK INDUSTRI SEMEN (BERLAKU EFFEKTIF TAHUN 2000)
No S u m be r P aram e t e r B a t as maks i m u m
( m g / m 3)
Catatan:
P a r a m e t e rs B a t as m a k s i m u m
( m g / m 3)
B uk an L o g am
1. Ammonia (NH3) 0.5
2. Gas Klorin (Cl2) 10
3. Hidrogen klorida 5
4. Hidrogen Fluorida (HF) 10
5. Nitrogen Oksida (NO2) 1000
6. opasitas 35%
7. Partikel 350
8. sulfur Dioksida (SO2) 800
9. Total Sulfur Tereduksi (H2S) 35
(Total Reduced sulphur )
L o g am
10. Air raksa (Hg) 5
11. Arsen (As) 8
12. Atimon (sb) 8
13. Kadmium (cd) 8
14. Seng (Zn) 50
15. Timah Hitam (pb) 12
Catatan:
volume gas dalam kead aan standar (25 C dan tekanan 1 atm)
Sumber : KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NOMOR KEP -13 /MENLH/3/1995
Lampiran 3
Baku Mutu Emisi gas Buang kendaraam Bermotor Tipe baru Kategori M, N, dan O.
Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
RM(2) : Reference Mass adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 kg.
ECE R 83 - 05
PM 0,04 gram/km
Keterangan :
GVW(1) : Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB). RM(2)
Reference Mass: adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 kg.
Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
E. KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M, KATEGORI N DAN KATEGORI O
BERPENGGERAK MOTOR BAKAR PENYALAAN KOMPRESI (DIESEL) DENGAN MODE ETC TEST
KATEGORI
NILAI BAKU MUTU
No (1) PARAMETER METODE UJI
Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
KATEGORI
NILAI BAKU MUTU METODE UJI
No (1) PARAMETER
Keterangan :
GVW(1): Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB).
Sumber : Peraaturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan NOMOR P.20 tahun 2017 Tentang Baku
Mutu Emisi gas Buang kendaraam Bermotor Tipe baru Kategori M, N, dan O.
Lampiran 4 .
Baku Tingkat Ganggunan dan Ambang Batas Kebisingan
ECE R51-01
Kendaraan M1 77(2,3)
Penumpang
GVW ≤ 2 T 78(2)
P ≥ 150 kW 83(3)
P ≥ 150 kW 83(3)
N1 GVW ≤ 2 T 78(2)
B. BAKU MUTU KEBISINGAN KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI M DAN KATEGORI
N SECARA DINAMIS DALAM BENTUK LANDASAN (CHASIS)
ECE R51-01
Kendaraan M1 87(2,3)
Penumpang
GVW ≤ 2 T 88(2)
P ≥ 150 kW 93(3)
N1 GVW ≤ 2 T 88(2)
Tahun Pemberlakuan
Sepeda L < 80 cc 77
Motor
80 < L < 175 cc 80
L > 175 cc 83
Keterangan:
(1) : 147 kW (ECE) ≤ P.
(2) : Direct Injection + 1 dB (A) relexation.
(3) : P < 150 kW (ECE) : 1 dB(A) relaxation : 150 kW (ECE) ≤ P : +2dB(A) relaxation.
Sumber : Peraaturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.56 tahun 2017 Tentang Baku
Mutu Kebisingan Kendaraam Bermotor Tipe baru Kategori M, N, dan L.
PUSTAKA
Soemirat, Juli. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2019.
Prodjosantoso. dan Tutik, Regina. Kimia Lingkungan Teori Eksperimen dan Aplikasi. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius Yogyakarta. 2011.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No: Kep 12/MENLH/1995 Tentang aku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak