Anda di halaman 1dari 7

MOTIVATION THEORY

PRESENTED BY: AZIZON NURZA


15 Maret 2022
TEORI DEFISIENSI MOTIVASI
Teori-teori tentang motivasi lazimnya merujuk pada
kebutuhan sebagai kekuatan pendorong perilaku
manusia. Kebutuhan adalah sesuatu yang penting dan
tidak terhindarkan untuk memenuhi suatu kondisi.
Istilah ini juga pada kekurangan seseorang terhadap
sesuatu dan harus dipenuhi.
TEORI HIERARKI (MASLOW, 1943, 1954)

Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari


lima kategori yang berkembang secara hierarkhis. Masing-
masing kebutuhan mempunyai pengaruh atas kebutuhan lainnya
selama kebutuhan tersebut terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut adalah fisiologis, keselamatan dan keamanan, rasa
memiliki (sosial), penghargaan, dan aktualisasi diri.
TEORI ERG (ALDERFER, 1972
Alderfer membagi kebutuhan dalam tiga kategori yaitu existence
(E), relatedness (R), dan growth (G). Umumnya konsep ERG ini
merupakan penghalusan dari hierarkhi kebutuhan Maslow, akan
tetapi secara spesifik mempunyai dua aspek perbedaan.

Pertama meskipun ide urutan kebutuhan serupa tetapi tidak terikat


sistem hierarkhi, misalnya bila kebutuhan akan eksistensi tidak
terpenuhi mungkin berpengaruh kuat tetapi kategori kebutuhan
lainnya mungkin masih penting untuk mengarahkan perilaku
mencapai tujuan.

Kedua, meskipun suatu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan tersebut


dapat berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam mengambil
keputusan. Misalnya seseorang telah mendapatkan jabatan
tertentu tetapi ia masih tetap menginginkan kenaikan gaji.
TEORI KESEHATAN-MOTIVATOR (HERZBERG, 1966)
Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja disebut motivator, yang meliputi prestasi,
penghargaan, tanggung jawab, promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi
bagi pertumbuhan pribadi. Bila faktor-faktor tersebut ditanggapi secara
positif maka pegawai cenderung puas dan termotivasi, namun bila faktor-
faktor tersebut tidak ada di tempat kerja mereka kurang termotivasi
meskipun bukan berarti tidak puas dengan dengan pekerjaan mereka.

Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor


yang mempengaruhi disebut faktor pemeliharaan (maintenance) atau
kesehatan (hygiene) yang meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja,
kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan
antarpribadi rekan kerja, atasan, dan bawahan di tempat kerja. Faktor ini
berkaitan dengan lingkungan kerja atau konteks pekerjaan. Program-
program untuk memotivasi dengan menggunakan sistem Herzberg
disebut “motivasi melalui pekerjaan itu sendiri”.
TEORI HARAPAN & MOTIVASI

Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan infernal, tiga
asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut:

1. Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut
sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu
hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut

2. Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang
orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan

3. Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan
usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu
tujuan tertentu
TEORI PERSEPSI TENTANG MOTIVASI

Teori ini menjelaskan motivasi dalam arti bagaimana anggota organisasi menafsirkan lingkungan
kerja mereka. Vitalitas kerja yang ditunjukan seseorang pekerja didasari atas faktor-faktor apa yang
memberi andil dan berkaitan dengan efek negatif terhadap vitalitas seseorang serta apa yang
menimbulkan kegairahan dalam bekerja. Vitalitas kerja didasarkan atas empat asumsi utama, yakni

1. Seberapa jauh harapan pegawai dipenuhi oleh organisasi.


2. Apa yang dipikirkan pegawai mengenai peluang mereka dalam organisasi.
3. Bagaimana pendapat pegawai mengenai seberapa banyak pemenuhan yang diperoleh dari
pekerjaan dalam organisai.
4. Bagaimana persepsi pegawai mengenai kinerja mereka dalam oraganisasi.

Anda mungkin juga menyukai