PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya dapat terwujud.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah terciptanya masyarakat Indonesia
yang hidup dan berperilaku dalam lingkungan sehat dan mampu menjangkau pelayanan
yang bermutu.
Undang Undang Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93 dan 94,
dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi,
pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi dan pemulihan kesehatan gigi yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui
pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi
sekolah serta pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga fasilitas pelayanan,
alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut mulut yang aman, bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan 4 (empat) MISI pembangunan
kesehatan yaitu: (1) Menggerakkan pembanguna kesehatan Nasional berwawasan
kesehatan (2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat (3) Memelihara dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,merata dan terjangkau (4) Memelihara
dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.
Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada sebagian besar
penduduk Indonesia. Survei Nasional Riskesdas 2018 melaporkan sebesar 45,3%
penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi dengan rata-rata jumlah kerusakan
gigi sebesar 5 gigi setiap orang,diantara 4 gigi sudah dicabut ataupun sudah tidak bisa
dipertahankan lagi, sementara angka penumpatan sangat rendah (0,08 gigi perorang)
Juga dilaporkan penduduk Indonesia yang menyadari dirinya bermasalah gigi dan
mulut hanya 23% dan diantara mereka yang menyadari hal itu hanya 30% yang menerima
perawatan atau pengobatandari tenaga profesional gigi. Itu berarti effektive demand untuk
berobat gigi sangat rendah yaitu hanya 7 %.
Survei juga melaporkan sebagian besar penduduk berperilaku menyikat gigi setiap
hari namun yang berperilaku benar yaitu menyikat gigi sesudah makan pagi dan sebelum
tidur malam baru mencapai 7%.
Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor resiko penyakit lain sebagai sumber
infeksi misalnya : tonsilitis, faringitis, otitis media, bakteremia, toksemia, bayi timbangan
rendah (BBLR), diabetes mellitus dan bahkan penyakit jantung disamping itu penyakit
HIV/AIDS, penyakit sistemik lain juga dapat bermanivestasi di dalam mulut.
B. TUJUAN
Tersedianya acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas
agar dapat dilaksanakan dengan benar, aman, bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
C. SASARAN
Sasaran panduan ini adalah petugas pelayanan gigi yang melaksanakan pelayanan di
unit poli gigi agar dapat memberikan pelayanan gigi yang bermutu dan memberikan
kepuasan pada masyarakat.
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran
2. Undang – undang N0. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
4. Permenkes RI No. 269 tahun 2008 tentang Rekam Medik
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
NO. Jenis Ketenagaan Distribusi Ketenagaan
1. Dokter Gigi Penanggung jawab Anamnesa
Pemeriksaaan
Diagnosa
Tindakan
Rekam Medik
2. Perawat Gigi 1 Anamnesa
Tindakan
Adminintrasi
C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal Pelayanan : Setiap hari Senin sd. Sabtu
Jam Pelayanan : Menurut jam buka tutup loket
Senin - Kamis : jam 07.30 - 12.00
Jumat : jam 08.00 - 10.30
Sabtu : jam 07.30 - 11 00
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH POLI GIGI PUSKESMAS TARIK
7 meter
5 6 7
1
0
8 1
1
1
2
1
1
3
2
5m 1
4
9
3
4
17 15
16
18
UTARA
Keterangan :
Fasilitas penunjang :
a. Bahan Habis Pakai :
sabun cuci tangan / antiseptic dan tissue
gelas kumur (habis pakai)
larutan chlorine
masker
handscoon
b. Tempat sampah medis dan non medis;
c. Meubeler :
meja kerja
kursi kerja
kontainer tempat resep dan semua formulir
d. Pencatatan dan pelaporan
buku Register dan buku rekap
resep
formulir rujukan
formulir informed consent
formulir penolakan tindakan
surat keterangan berobat
arsip
laporan
C. Penunjang
1. Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup rapat 1
2. Tempat sampah tertutup (medis dan non medis) 3
3. Jam / ARI sound timer 1
4. Jas dokter gigi 2
5. Waskom stainles 2
Jumlah 5 buah
A. LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan pelayanan di poli gigi menerima pasien dengan keluhan sakit gigi dan
mulut serta perawatan dasar gigi, meliputi :
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan
3. Tindakan medis
4. Rujukan
5. Pengobatan
6. Pencatatan
7. Pelaporan
B. METODE
Penyelenggaraan pelayanan poli gigi dilakukan setiap hari, sebelum jam pelayanan
untuk mempersiapkan sarana dan prasarana dan setelah pelayanan untuk pencatatan,
pencucian alat dan penataan kembali.
8. Pelaporan
a. Menghitung jumlah kunjungan dan tindakan setiap bulan
b. Melidi setiap kasus berdasar golongan umur setiap minggu dan dijumlah setiap
bulan
c. Membuat laporan monitoring bulanan dan tribulan dan laporan LB1
d. Laporan diserahkan paling lambat tanggal 4 setiap bulan ke koordinator laporan
e. Laporan dikirim ke dinas kesehatan paling lambat tanggal 5 setiap bulan oleh
koordinator laporan
Petugas penanggung jawab pengelolaan pelayanan poli gigi wajib memastikan logistik
medis gigi terpenuhi dengan cara melakukan perencanaan kebutuhan, melakukan
pengecekan secara berkala dan segera membuat permintaan kebutuhan logistik yang
diperlukan.
Peralatan Medis
Standar Peralatan untuk pengobatan gigi dan mulut terdiri dari :
a) Set peralatan poliklinik gigi dan mulut : 12 jenis
b) Mebelair : 4 jenis
c) Penunjang : 4 jenis
d) Peralatan untuk dekontaminasi dan sterilisasi : 11 jenis
e) Bahan habis pakai : 9 jenis
B. Mebelair
1. Meja kerja ½ biro 1 2 2
2. Kursi kerja 1 2 2
3. Kursi hadap 1 1 1
4. Lemari simpan alat / obat 1 1 1
Jumlah 4 Jenis
C. Penunjang
1. Tempat penyimpanan 1 1 1
peralatan bersih yang tertutup
rapat
m. 2. Tempat sampah 1 3 3
tertutup
n. 3. Jam / ARI sound 1 - -
timer
Keselamatan pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan pasien,
meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan
kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 1,5 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15-49 tahun terinfeksi HIV.
Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara – negara berkembang yang belum
mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migrant, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato , tindik, dll)
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara
klinis karena tidak member gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan mejalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui
“Kewaspadaan Umum” atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi ‘Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
risiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
a. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infesi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menetapkan prinsip
“Universal Precaution”.
Indikator mutu yang digunakan di unit pelayanan poli gigi puskesmas tarik dalam
memberikan pelayanan adalah :
1. Ketersediaan dokter gigi dan perawat gigi sesuai standar Permenkes No 75/2014
(100%);
2. Jam buka pelayanan dengan ketentuan yaitu senin-kamis 07.30 – 12.00, jumat 08.00-
10.30 dan sabtu 07.30 – 11.00;
2. Waktu tunggu rawat jalan kurang dari ≤ 120 menit;
3. Pasien dilayani oleh dokter gigi ≥ 80%;
4. Dalam pemberian pelayanan petugas mengikuti Standar Operasional Prosedur;
5. Peresepan obat sesuai formularium 100%;
6. Kepuasan pasien 80%.
Demikian pedoman penyelenggaraan pelayanan di poli gigi ini dibuat sebagai acuan
pelayanan bagi petugas di puskesmas tarik. Mudah-mudahan dengan adanya pedoman
pelayanan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal.