ii
STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
Pembelajaran Dari Para Penggiat Community-LED Total Sanitaion CLTS
ISBN 978-979-17944-6-6
xiii 81 hal
Tim Pengarah:
Editor:
Oswar Mungkasa
Sofyan Iskandar
Dormaringan H. Saragih
Penulis :
Nur Apriatman
Kontributor:
iii
iv
Kata Pengantar
vi
Kami berhutang budi pada banyak pihak yang telah
membantu sehingga buku ini dapat terwujud. Untuk itu, kami
sampaikan penghargaan yang seinggi-ingginya dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan
pemikiran, ikut terlibat dalam diskusi, dan membantu
mematangkan buku ini. Semoga buku yang diterbitkan
ini dapat bermanfaat terutama bagi para pembaca yang
berminat mempelajari dan mengembangkan pendekatan
Stop BABS. Amin.
vii
Datar Isi
Kata pengantar v
Datar Isi viii
Datar Singkatan xi
Bab 2 Pembelajaran........................................................................... 9
2.1 Kelembagaan...................................................................... 9
2.1.1 Contoh nyata sebagai bahan diseminasi yang
intensif mendorong imbulnya komitmen semua
pihak ....................................................................... 9
2.1.2 Pelaksanaan ‘Road Show’ sebagai pembuka jalan
proses internalisasi program Stop BABS kedalam
program pemerintah daerah ................................. 10
2.1.3 Internalisasi program Stop BABS kedalam
program pemerintah daerah menjadi jaminan
keberlanjutan ......................................................... 11
2.1.4 Kerjasama pemerintah daerah dengan berbagai
pihak dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan Stop BABS mempercepat
pencapaian ODF ..................................................... 14
2.1.5 Pemicuan Stop BABS perlu dilakukan
secara Terencana .................................................. 15
2.1.6 Pendampingan intensif memberikan lebih
banyak kesempatan bagi masyarakat
untuk Berinteraksi .................................................. 16
2.1.7 Dukungan aparat desa perlu digalang ................... 17
2.1.8 Menjadikan Puskesmas dan Posyandu berikut
jajaran petugas kesehatannya sebagai ujung
tombak mempercepat penerimaan masyarakat .. 20
viii
2.1.9 Adopsi program Stop BABS dalam proyek AMPL
mempercepat upaya pengutamaan
program Stop BABS ................................................ 21
2.1.10 Mahasiswa berpotensi menjadi ujung tombak
pemicuan Stop BABS melalui program
KuliahKerja Mahasiswa .......................................... 22
2.1.11 Format dan bentuk pemantauan yang sederhana
oleh kader di ingkat desa mendukung upaya
pemantauan dan evaluasi program Stop BABS
secara keseluruhan ................................................ 23
2.1.12 Deklarasi Stop BABS (ODF) memicu
daerah lainnya ....................................................... 25
2.1.13 Peluang usaha penyediaan fasilitas sanitasi dasar
paska pemicuan Stop BABS ................................... 26
ix
2.4.2 Pemanfaatan pengetahuan masyarakat dalam
mengatasi kendala ................................................. 41
2.4.3 Keberadaan bengkel sanitasi membantu
menghasilkan jamban yang terjangkau ................. 42
2.4.4 Penerapan konsep jenjang sanitasi dapat
terwujud melalui pendampingan ruin ............... 43
Datar Lampiran
x
Datar Singkatan
AMPL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAB Buang Air Besar
BABS Buang Air Besar Sembarangan
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
CLTS Community-Led Total Sanitaion
CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun
CWSHP Community Water Services and Health Project
DBD Demam Berdarah Dengue
DEPKES Departemen Kesehatan
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Ditjen Direktorat Jenderal
ESA External Support Agency
ESP Environmental Services Program
Harfa Harapan Dhu’afa
IPM Indeks Pembangunan Manusia
ISSDP Indonesia Sanitaion Sector Development Project
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut
KK Kepala Keluarga
KKM Kuliah Kerja Mahasiswa
KLB Kejadian Luar Biasa
LPPM Lembaga Peneliian dan Pengabdian Masyarakat
Loknas Lokakarya Nasional
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK Mandi Cuci Kakus
MDGs Millennium Development Goals
Monev Monitoring dan evaluasi
MURI Museum Rekor Indonesia
Musrenbang Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
NAD Nanggro Aceh Darussalaam
NSPM Norma Standard Pedoman Manual
NTB Nusa Tenggara Barat
NTT Nusa Tenggara Timur
ODF Open Defecaion Free
PAM RT Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga
PAMSIMAS Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat
PCI Project Concern Internasional
PEMDA Pemerintah Daerah
PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PLRT Pengelolaan Limbah Rumah Tangga
POSYANDU Pos Pelayanan Terpadu
Pokja Kelompok Kerja
P2KP Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan
xi
PPK Program Pemberdayaan Kecamatan
PPK-IPM Program Pengembangan Kompetensi–Indeks Pembangunan
Manusia
PP & PL Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
PSRT Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
PT Perguruan Tinggi
PU Pekerjaan Umum
Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RT Rukun Tetangga
RTL Rencana Tindak Lanjut
SANIMAS Sanitasi oleh Masyarakat
SBABS Stop Buang Air Besar Sembarangan
SD Sekolah Dasar
SDA Sumber Daya Air
SHBC Sanitaion Health Behaviour Change
SK Surat Keputusan
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
STIKES Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat
SToPS Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi
SUSENAS Survei Sosial Ekonomi Nasional
TKD Tim Kesehatan Desa
TOT Training of Trainers
TPT Tim Pemberantas Tahi
TPW Tim Pemberantas Waduk
TSC Total Sanitaion Campaign
TSSM Total Sanitaion and Sanitaion Markeing
UGM Universitas Gajah Mada
UNICEF United Naions Children’s Fund
UNTIRTA Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Serang, Banten)
USAID United State Agency for Internaional Development
VERC Village Educaion Resource Centre
Wahana Sehat Warga Akif - Hidup Anak Sehat
WASPOLA Water Supply and Sanitaion Policy Formulaion and Acion
Planning
WASPOLA Facility Water and Sanitaion Policy and Acion Planning-Facility
WES Water and Environmental Sanitaion
WHO World Health Organizaion
WSLIC-2 Second Water and Sanitaion for Low Income Communiies
WSP-EAP Water and Sanitaion Program for East Asia and the Paciic
xii
xiii
BAB 1
SEKILAS COMMUNITY-LED TOTAL
SANITATION (CLTS) DI INDONESIA
1.1 Umum
Berbagai macam pendekatan pembangunan
sanitasi telah dilaksanakan di Indonesia baik pendekatan
dari atas (top-down) maupun pendekatan dari bawah
(botom-up). Pendekatan dari atas dicirikan oleh
pandangan bahwa masyarakat sasaran idak memiliki
kapasitas dan kemampuan dalam seiap tahapan
pembangunan sarana. Pendekatan ini memandang
masyarakat sasaran lemah dan idak berdaya, karenanya
masyarakat hanya layak sebagai obyek penerima saja.
Sedangkan rancangan dan pelaksanaan pembangunan
sarana dilakukan oleh pihak yang berada di luar
masyarakat atau kontraktor, sedangkan masyarakat
sendiri hanya sebagai ”penonton” saja. Oleh karenanya,
masyarakat sebagai penerima manfaat sarana yang
dibangun merasa bahwa pembangunan bukanlah
miliknya. Pendekatan semacam ini terbuki kurang
berhasil mempertahankan keberlanjutan fasilitas yang
telah dibangun, fasilitas banyak yang idak terpelihara
bahkan rusak. Buki-buki dapat dilihat di lapangan
seperi jamban dan MCK yang telah dibangun namun
idak dipergunakan dan dipelihara dengan baik. Sehingga
kemudian hanya layak dilihat sebagai monumen belaka.
1
sarana, walaupun belum secara total danterpadu.
Arinya campur tangan pihak luar, seperi pemberian
dana subsidi dan bantuan-bantuan lain masih relaif
besar.
2
yang dikendalikan oleh masyarakat sendiri untuk
mengatasi permasalahan sanitasi yang dihadapi secara
menyeluruh. Prinsip yang dianut dalam CLTS adalah
tanpa subsidi, idak menggurui, idak memaksa, dan
idak mempromosikan jamban. Salah satu indikator
keberhasilan pendekatan CLTS adalah tercapainya
kondisi open defecaion free (ODF)/Stop BABS, yang
ditandai dengan (i) keseluruhan masyarakat telah BAB
hanya di jamban dan membuang inja/kotoran bayi hanya
ke jamban, (ii) idak terlihat inja manusia di lingkungan
sekitar, (iii) upaya peningkatan kualitas jamban yang ada
supaya semua menuju jamban aman, kuat, sehat, dan
nyaman, (iv) penerapan sanksi, peraturan atau upaya
lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadian BAB
di sembarang tempat, (v) pemantauan mandiri oleh
komunitas.
1.2.1 Pencapaian
Menurut data per September 2008, pelaksanaan
CLTS di Indonesia telah mencakup 2.312 desa,
213 kabupaten/kota, dan 30 provinsi di Indonesia.
Diantaranya yang telah mendeklarasikan sebagai desa
ODF, yaitu desa yang seluruh penduduknya idak lagi
mempraktekkan BABS, mencapai 123 desa. Tercatat
berbagai lembaga, terdiri dari 1 LSM lokal dan 4 LSM/
1 Data yang diperoleh dari bahan yang dipresentasikan pada Pertemuan Stakeholder
STBM di Hotel Grand Jaya Raya, Cipayung, Bogor, tanggal 9 – 10 Januari 2009.
2 Lembaga yang dimaksud adalah LSM Lokal: Harfa, Pandeglang; LSM/Organisasi
Internasional: PLAN, PCI, ESP (USAID), ISSDP dan TSSM (WSP-World Bank);
Pemda Kabupaten : Sumedang, Majalengka, Bandung, Magelang, Agam, Konawe,
Kota Bandar Lampung dan Kota Tarakan ; proyek-proyek yaitu WSLIC-2, CWSH,
PAMSIMAS, dan PRO-AIR; sedangkan pihak PT/universitas: Unirta dan UGM
3
organisasi internasional, 8 dinas/instansi pemerintah
daerah, 4 proyek, dan perguruan inggi/universitas yang
menggunakan pendekatan CLTS ini.
a. Model Pemerintah-Masyarakat.
Contoh penerapan-nya di kabupaten Sumedang.
Biaya pelaihan dan pendampingan masyarakat
menggunakan dana Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang, pemantauan perubahan perilaku
dilakukan kader desa dengan bimbingan sanitarian
memanfaatkan kartu.
b. Model Proyek-Pemerintah-Masyarakat.
Contoh penerapannya adalah Water and Sanitaion
for Low Income Communiies 2, Community Water
Sanitaion and Health Project, ProAir. CLTS diadopsi
kedalam skema proyek di tengah perjalanan proyek.
Sedikit berbeda adalah Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) atau WES
Unicef di Indonesia Timur, yakni CLTS diadopsi sejak
awal, pada saat perencanaan proyek.
c. Model LSM-Masyarakat.
Contoh model ini adalah Yayasan Pancur Kasih di
Ponianak atau LAZ Harfa di Pandeglang, lewat
pendidikan penyadaran kriis tentang kesehatan atau
dalam rangka pemberdayaan ummat sebagai amil
zakat.
4
d. Model Donor-Pemerintah-Masyarakat.
Contoh penerapannya adalah Unicef dengan PCI di
Aceh, WSP Bank Dunia di Jawa Timur melalui TSSM.
5
1.3 Dari CLTS Menuju STBM
Inisiaif Indonesia untuk melaksanakan
CLTS, diilhami oleh keberhasilan Bangladesh dalam
menerapkan pendekatan CLTS ini yang dimulai pada
tahun 1999. Pada bulan Mei 2005, pendekatan CTLS
mulai diujicobakan di enam kabupaten yaitu Sumbawa
(Nusa Tenggara Barat), Lumajang (Jawa Timur), Sambas
(Kalimantan Barat), Muaro Bungo (Jambi), Muara
Enim (Sumatera Selatan) dan Bogor (Jawa Barat). Pada
pertengahan tahun 2006, dilakukan evaluasi terhadap
hasil uji coba dan ternyata di kabupaten Muara Enim,
Bogor, Sambas dan Muara Bungo hanya dalam waktu
kurang lebih iga sampai empat bulan, masyarakat telah
berhasil bebas dari kebiasaan BAB di tempat terbuka.
Mereka telah BAB di tempat yang selayaknya, yaitu
di jamban yang mereka bangun sendiri, dan semua
perubahan tersebut terjadi tanpa pemberian subsidi.
7
Dalam perspekif STBM, saat ini CLTS telah berubah
nama menjadi Stop Buang Air Besar Sembarangan
(Stop BABS). Pelaksanaan Stop BABS idak lagi hanya
didominasi pemerintah pusat, bahkan telah melibatkan
pemerintah daerah, perguruan inggi, LSM, dan proyek
AMPL lainnya.
1.4 Agenda
Berangkat dari implementasi CLTS, TSSM
maupun STBM dengan cakupan yang telah tercapai
hingga saat ini, kemudian pertanyaan yang muncul, dan
perlu mendapat jawaban diantaranya:
• Bagaimana pola penerapan dan perkembangan
Stop BABS/CLTS yang telah dilaksanakan oleh
masing-masing pelaku?
• Sejauh manakah para pelaku mengacu kepada
model baku?
• Adakah inovasi-inovasi yang terjadi dalam
praktek?
• Bagaimanakah keberlanjutan pelayanan di
ingkat masyarakat?
• Bagaimanakah mekanisme bantuan teknis dan
pemantauan serta evaluasi ?
• Bagaimanakah peran pemerintah daerah dalam
tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan pasca
pemicuan?
• Adakah pengalaman/pembelajaran spesiik
dari masing-masing pelaku berkaitan dengan
pelaksanaan di lapangan?
8
BAB 2
PEMBELAJARAN
Pembelajaran Stop BABS diklasiikasikan
dalam lima aspek keberlanjutan, yaitu kelembagaan,
pendanaan, sosial, teknologi dan lingkungan.
2.1 Kelembagaan
9
Menyebar ke seluruh Indonesia
Hasil uji coba di 6 lokasi ini kemudian mendorong banyak pihak untuk mulai
melaksanakan pendekatan CLTS di berbagai lokasi seperi: (i) WSLIC-2, yang
mencakup Jawa Barat di 3 kabupaten: Bogor, Cirebon dan Ciamis; Sumatera
Selatan di 4 Kabupaten: Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin dan Banyuasin;
Kepulauan Bangka Belitung di kabupaten Belitung; Sumatera Barat di 4
kabupaten: Pesisir Selatan, Solok, Sawahlunto Sijunjung dan Pasaman; Jawa
Timur di 14 Kabupaten: Ponorogo, Blitar, Kediri, Malang, Lumajang, Jember,
Bondowoso, Probolinggo, Mojokerto, Bojonegoro, Lamongan dan Sampang;
Nusa Tenggara Barat di 6 kabupaten: Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok
Timur, Sumbawa, Dompu dan Bima; Sulawesi Selatan di 3 kabupaten: Bone,
Enrekang dan Jeneponto; Sulawesi Barat di 2 kabupaten: Polewali Mandar
dan Mamasa; (ii) PCI di kabupaten Pandeglang, Banten dan Nabire, Papua; (iii)
PAMSIMAS di 13 propinsi, (iv) TSSM di propinsi Jawa Timur; (v) UNICEF di 7
propinsi (NAD, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua dan Papua Barat);
(vi) Plan Internasional Indonesia di beberapa kabupaten propinsi Jawa Tengah,
NTT dan NTB; dan (vii) CWSHP di 20 kabupaten pada 4 propinsi (Kalimantan
Tengah, Kalimantan Barat, Jambi dan Bengkulu)
10
legislaif, LSM, perguruan inggi dan tokoh masyarakat.
Diupayakan agar pertemuan dibuka oleh Bupai/
Walikota dengan harapan akan menghadirkan seluruh
pihak terkait. Setelah sesi pembukaan dan penjelasan
program, dilanjutkan dengan sesi penyusunan
rencana indak lanjut. Jika di daerah bersangkutan
belum terbentuk Pokja AMPL, lokakarya tersebut juga
sekaligus merupakan lokakarya pembentukan Pokja
AMPL. Diharapkan Pokja AMPL akan berperan sebagai
focal point pelaksanaan pembangunan AMPL termasuk
Stop BABS di daerah tersebut. Selanjutnya dilakukan
pendampingan agar program Stop BABS dapat tertuang
dalam strategi pembangunan daerah baik berupa
rencana strategi AMPL, maupun RPJMD.
11
bahwa program Stop BABS hanya dilaksanakan pada
lokasi atau daerah yang menunjukkan adanya kebutuhan
yang ditandai dengan adanya minat dan komitmen
terhadap program ini.
12
alokasi dana APBD, berkembangnya kegiatan promosi
STBM oleh pemerintah daerah, serta pemantauan ruin.
13
Program Stop BABS juga masuk dalam musrenbang
di ingkat kecamatan dan kabupaten. Disamping itu,
kegiatan di Klinik Sanitasi diarahkan untuk melakukan
pelaihan Stop BABS bagi kader-kader Posyandu.
14
dengan pelaihan pelaih (Training of the Trainer/TOT)
CLTS yang diikui oleh tokoh warga/relawan.
15
2.1.6 Pendampingan intensif memberikan lebih
banyak kesempatan bagi masyarakat untuk
berinteraksi
• Pelaihan CLTS yang dikelola PCI bekerja sama dengan Pokja AMPL Banten dan
16
Pendampingan Intensif Menuju Stop BABS
Pada tahap awal pelaksanaan
CLTS di Indonesia, PCI dan
Plan Internasional Indonesia
merupakan LSM internasional
yang berkiprah menggunakan
pendekatan CLTS sebagai bagian
dari program layanannya di
beberapa daerah di Indonesia.
PCI memulai program CLTS
sebagai salah satu sub program
WAHANA Sehat (Warga
Akif Hidup Anak Sehat) di 5
kecamatan (Sakei, Pagelaran, Paia, Sukaresmi dan Angsana) pada 29 desa.
Dimulai dengan pelaihan CLTS pada pertengahan Desember 2005, pada
bulan September 2006 telah menunjukkan hasil yang baik seperi dapat
dilihat pada graik di atas. Menyadari bahwa angka cakupan belum mencapai
seluruh desa pada lokasi tersebut, PCI menyerahkan pengelolaan program
CLTS tersebut kepada LSM lokal, Lembaga Amil Zakat Harfa yang meneruskan
program di 2 kecamatan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten
Pandeglang. Selanjutnya pemerintah daerah yang meneruskan di 6 kecamatan
lain. Sementara Plan Internasional Indonesia melaksanakan program CLTS di
kabupaten Dompu dengan cara melakukan intervensi langsung kepada aparatur
pemerintahan di kecamatan dan desa serta kader di kecamatan Hu’u pada 3
desa, serta di kabupaten Grobogan dengan cara melakukan intervensi melalui
roadshow kepada pimpinan daerah sehingga memungkinkan terbentuknya Tim
CLTS sejak kabupaten sampai ke desa. Sedangkan Yayasan Pancur Kasih, yang
merupakan LSM lokal, melaksanakan CLTS pada desa percontohan di masing-
masing 2 desa di kabupaten Landak dan kabupaten Kubu Raya, melalui program
pendidikan kriis kesehatan.
18
Di desa Sindanglaya, kecamatan Pagelaran
kabupaten Pandeglang, Banten, legiimasi diberikan
kepada Tim Kesehatan Desa melalui SK Kepala Desa,
yang kemudian membentuk Tim Pemberantas Tai/
Waduk (TPT/TPW) di seiap dusun. Perubahan yang
terjadi di desa tersebut berdampak pada perkampungan
idak bau kotoran manusia, padahal sampai awal tahun
2005, bau kotoran manusia sangat terasa karena
kotoran ada dimana-mana (pinggir jalan, kebun, sawah,
kali dan lapangan bola). BABS menjadi hal memalukan
dan dipandang idak baik.
19
kabupaten dengan jumlah jamban terbangun tanpa
subsidi terbanyak dalam setahun.
20
kegiatan pemicuan dilakukan di seiap dusun. Pemicuan
dilakukan oleh kader Posyandu dengan dikoordinasikan
oleh sanitarian Puskesmas.
21
2.1.10 Mahasiswa berpotensi menjadi ujung tombak
pemicuan Stop BABS melalui program Kuliah
Kerja Mahasiswa
22
serta tokoh masyarakat; dilanjutkan dengan 5 dosen
dan 1 mahasiswa mengikui pelaihan Keterampilan
Dasar Fasilitasi. Melalui koordinasi dengan Pokja AMPL
Banten serta Pokja AMPL Kabupaten Serang, hasilnya
lebih baik, sehingga sudah ada beberapa kampung yang
mencapai Stop BABS.
25
2.1.13 Peluang usaha penyediaan fasilitas sanitasi
dasar paska pemicuan Stop BABS .
26
tangki sepik berbentuk kotak. Saat itu biaya membuat
jamban sangat mahal bagi warga yang umumnya bekerja
sebagai petani dan buruh. Sumadi berinisiaif membuat
desain tangki sepik dengan model silindris. Model
silindris lebih cocok digunakan di daerah seperi Jaikalen
yang memiliki kontur tanah yang selalu bergerak.
”Model silindris jauh lebih kuat karena iik tekannya
hanya satu, yaitu di tengah, sedangkan model kotak
lebih gampang roboh,” jelas Sumadi. Dengan model
tersebut, Sumadi mampu menekan harga pembuatan
jamban hingga Rp 440.000. Meski harganya jauh lebih
murah, saat diperkenalkan banyak warga yang masih
ragu. Saat itu baru 10 keluarga yang tertarik memesan
jamban kepada Sumadi. ”Waktu itu saya beri jaminan,
kalau dalam waktu lima tahun jambannya amblek,
uang mereka kembali,” kata Sumadi. Jaminan dan harga
murah yang ditawarkan Sumadi menarik minat warga
untuk mendatar. Selain itu, disediakan juga fasilitas
penyedotan inja.
2.2 Pendanaan
27
Pengembangan Kompetensi-Indeks Prestasi manusia
(PPK-IPM), dan Program Desa Siaga. Bentuk opimalisasi
pembiayaan diantaranya pembiayaan kegiatan pelaihan
Stop BABS dibiayai dari dana PPK-IPM dan Desa Siaga
yang dilakukan di desa. Sedangkan kegiatan pemicuan
dibiayai dari anggaran Klinik Sanitasi. Sehingga
kebutuhan dana ekstra bagi pelaksanaan program Stop
BABS dapat diminimalkan.
Rumah dan Jamban mbok Supi di Desa Tumpuk, Kecamatan Tugu, Trenggalek,
bangga dengan jambannya seharga 4,5 juta rupiah, hasil menabung dari
penghasilannya sebagai pemijat, selama setahunan.
Foto : TSSM Kabupaten Trenggalek.
28
pada beberapa kasus, khususnya daerah sulit perlu
diperimbangkan pendanaan alternaif untuk membantu
masyarakat yang idak mampu. Apabila dimungkinkan
dapat didorong pembentukan unit kredit masyarakat
untuk pembangunan jamban.
30
Sementara perubahan dana bergulir sanitasi
menjadi tanpa subsidi melalui program Stop BABS,
terbuki menunjukkan kinerja yang lebih baik. Lebih
banyak masyarakat yang terpicu membangun sarana
jamban, walaupun tanpa dana simulan. Hasilnya ini
terlihat di berbagai lokasi proyek WSLIC-2, diantaranya
Kabupaten Ciamis (Jawa Barat), Muara Enim (Sumatera
Selatan), Trenggalek (Jawa Tengah), Bone (Sulawsi
Selatan), Sawahlunto Sijunjung (Sumatera Barat).
Sedangkan di lokasi proyek CWSH hasilnya terlihat di
Kabupaten Sambas (Kalimantan Barat).
32
Sukawening, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang,
misalnya, merekalah yang menjelaskan peningnya
perubahan kebiasaan dan rencana kerja kepada warga
masyarakat di desanya masing masing, sehingga desanya
mencapai Stop BABS (ODF).
33
kemudian hal ini terbuki dalam pelaksanaan program
Stop BABS, baik sebagai kampiun dalam pelaksanaan
program maupun sebagai pendorong utama perubahan
perilaku di ingkat masyarakat.
Ibu Sulastri didepan
papan bertuliskan Dusun
Margosari Desa Kenongo,
Kecamatan Gucialit,
Lumajang, Wilayah Sadar
Jamban, 100% penduduk
menggunakan jamban
leher angsa.
34
dipimpinnya, melipui 18 desa mencapai ODF dan
saat ini sedang mengembangkan hal yang sama di
tempat kerjanya yang baru di Puskesmas Batu Aji,
Batam, Riau.
35
adalah di Nagari Jorong
Padang Doto, Kecamatan
Sijunjung, Kabupaten
Sawahlunto Sijunjung.
Karena berkaitan dengan
kalender musim pertanian,
di jorong ini yang berperan
Pengurus Kelompok Tani Jorong
sekaligus dalam program Padang Doto, ikut andil dalam
Stop BABS adalah Kelompok men-Stop BABS-kan Jorongnya.
Foto : Owin Jamasy
Tani Wanita Jorong Padang
Doto.
2.3.4 K a r a k t e r i s t i k s o s i a l b u d a y a d a e r a h
mempengaruhi teknik pemicuan.
36
mengandung kotoran manusia idak pantas digunakan
untuk bersuci.
37
Pendekatan keagamaan juga berhasil di pulau
Ende, NTT. Abu Bakar, Imam Masjid Baiturahman, Desa
Padarape, memasukkan masalah kebersihan dan sanitasi
pada seiap khotbah Jumat. “Saya mendorong orang
untuk mengubah kebiasaan mereka dan menghenikan
prakik buang air besar terbuka,” kata Abu Bakar.
Akibatnya, ada sekitar 233 rumah tangga yang telah
mendeklarasikan keinginan mereka untuk membangun
jamban.
38
itu, mereka melakukan pengawasan di lingkungan
rumahnya sendiri, melaporkan kepada guru di sekolah.
Sedangkan di Nagari Jorong Padang Doto, Kecamatan
Sijunjung, Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, Sumatera
Barat, keberhasilan pemicuan dipicu oleh lagu-lagu
yang diteriakkan anak-anak sekolah dasar. Isi lagunya
mengandung himbauan dan sindiran. Hal ini tentu
ada kaitannya dengan budaya lokal yakni kesenangan
bernyanyi dan mendengarkan nyanyian atau syair.
Kondisi ini juga terjadi di Desa Taktakan, Kabupaten
Serang, Banten (lihat Boks)
39
Sebagaimana dipahami selama ini bahwa ‘seeing
is believing’, yaitu keika terdapat contoh yang dapat
dilihat langsung maka masyarakat akan mempercayainya.
Berbekal kondisi inilah kemudian dilakukan pemicuan
di dusun sebelahnya dan seterusnya. Secara bergilir
pemicuan dilakukan ke dusun yang lain sehingga
genap 9 dusun selesai dipicu. Kemajuan dusun tetangga
menjadi pemicu desa lainnya untuk lebih baik lagi. Kesan
persaingan untuk penyelesaian pembangunan jamban
terbangun antardusun. Alhasil hanya dalam 2 minggu,
pembangunan jamban swadaya berhasil diselesaikan di
seluruh desa.
2.4 Teknologi
41
berbatuan menjadi lebih lunak, dan lebih mudah digali.
Sedangkan jika memakai urea, memerlukan waktu lebih
lama, dengan cara urea ditabur di lahan berbatuan,
lalu dibiarkan selama sebulan, baru setelah lebih lunak,
masyarakat melakukan penggalian. Kondisi ini dapat
ditemukan di Dusun Karangsempu, Desa Cemeng,
Kecamatan Donorejo, Kabupaten Pacitan.
42
Kegiatan
penyediaan jamban
dengan skema
seperi ini biasa
disebut bengkel
sanitasi. Terdapat
contoh di Kabupaten
K e b u m e n Bengkel Sanitasi di desa Bocor, Kabupaten
s e b a g a i m a n a Kebumenyang dikelola oleh kelompok
gambar diatas, masyarakat, menemukan model bangunan
bagian atas jamban yang diproduksi dan
ataupun contoh disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.
program Stop BABS Foto: WASPOLA
oleh PCI, baik di Kabupaten Pandeglang ataupun Aceh.
Selain itu, proyek StoPS di Jawa Timur juga menerapkan
skema yang sama.
43
memasikan kedua hal tersebut idak terjadi. Bahkan
kualitas jambannya meningkat.
44
Gambar 2.1 Variasi Tipe dan Biaya Jamban Sederhana
Tipe I, Rp 111,500 Tipe II, Rp 106,000 Tipe III, Rp 124,500 Tipe IV, Rp 176,500
Tipe V, Rp 315,000 Tipe VI, Rp 507,000 Tipe VII, Rp 677,600 Tipe VIII, Rp 1,156,500
45
46
BAB 3
RANGKUMAN PEMBELAJARAN
3.1 Kelembagaan
3.2 Pendanaan
48
terbesar dari kampiun tersebut ternyata adalah kaum
perempuan. Keberadaan anak ternyata dapat berperan
dalam pemantauan praktek BABS yang kemudian
mendorong tercapainya kondisi Stop BABS.
3.4 Teknologi
49
Tabel 3.1 Rekapitulasi Pembelajaran Stop BABS di Indonesia
Kelembagaan
Pembelajaran Lokasi
Diseminasi yang intensif membangun komitmen
semua pelaku pembangunan AMPL untuk
melaksanakan program Stop BABS Lokasi WSLIC2, CWSHP, WES Unicef, Pro Air, Pamsimas, Plan
Adopsi program Stop BABS dalam proyek AMPL Internaional Indonesia, PCI
mempercepat upaya pengarusutamaan program
Stop BABS
Pelaksanaan ‘Road Show’ sebagai pembuka jalan
Kabupaten Grobogan dan Dompu dengan dampingan Plan
proses internalisasi program Stop BABS kedalam
Internasional Indonesia, TSSM Jawa Timur
program pemerintah daerah
50
Pendanaan
Pembelajaran Lokasi
Teknologi
Pembelajaran Lokasi
51
DAFTAR PUSTAKA
52
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Nasional.
“Mencapai Target MDG Sanitasi melalui STBM”. Majalah
Percik, Desember, 2008.
Mungkasa Oswar, ed. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan di Indonesia, Pembelajaran dari Berbagai
Pengalaman, Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan. Bappenas – Plan Internaional Indonesia, Jakarta
2008,
Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi. Selayang Pandang Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 2009
Priyono, Edy. Dimensi Kelembagaan Dalam Penyebaran CLTS di
Indonesia (peneliian), kerjasama Akademika dengan Insitute
of Development Studies at the University of Sussex. Brighton,
2008
Water Sanitaion Policy and Acion Planing Project – Plan Internaional
Indonesia. Millennium Development Goals Menuju Indonesia
2015. Jakarta 2008.
Water Sanitaion Policy and Acion Planing Project. Laporan
Pelaksanaan Lokakarya Nasional, Konsolidasi Pembelajaran
Pelaksanaan Pembangunan Sanitasi Dengan Pendekatan
Berbasis Masyarakat di Indonesia, Bogor, Jawa Barat. Jakarta
2009.
Water Sanitaion Policy and Acion Planing Project, Kelompok
Kerja Air Minum Penyehatan Lingkungan Nasional. Strategi
Keberlanjutan Progam Pembangunan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan. Jakarta, 2008.
53
Lampiran 1
54
Pamsimas, bahkan swadaya masyarakat. Menariknya lagi bahwa
setelah mencapai Stop BABS, 13 desa mulai melaksanakan pilar
lainnya dari program STBM. Selengkapnya pada tabel berikut.
58
Lampiran 2
59
Melanjutkan upaya internalisasi tersebut, pada
tahun 2010 langkah-langkah yang akan digunakan dengan
memanfaatkan dana APBD diantaranya (i) pengalokasian
anggaran untuk semua desa, (ii) pelaihan fasilitator baru, (iii)
pelaihan tukang oleh ITS, (iv) pemicuan seluruh desa secara
bertahap, (v) memantapkan lembaga yang sudah terbentuk dan
membentuk lembaga di desa sasaran baru; (vi) memanfaatkan
sekolah (dan anak sekolah) dalam pemantauan, (vii) menyelipkan
kegiatan TSSM pada kegiatan apapun seperi Safari Ramadhan
Bupai; (viii) melibatkan lintas instansi terkait.
60
Lampiran 3
61
Apa yang mendorong tertarik dengan CLTS ?
Pada dasarnya terdapat 2 (dua) alasan utama mengapa PCI
berharap besar dengan pendekatan CLTS, yaitu:
63
• Memberikan pelaihan kepada staf proyek dan mitra
kerja, termasuk LSM lokal dan organisasi keagamaan
(Aisyiyah dan Muhammadiyah)
Advokasi kepada semua pemangku kepeningan di semua
ingkatan.Program Air Bersih dan Sanitasi dilanjutkan oleh
LSM lokal mitra PCI (LAZ HARFA) di 10 desa. Sampai
April 2008, ada tambahan 3 kampung yang Stop BAB
sembarangan.
Proses pemicuan tetap dilanjutkan oleh Puskesmas dan LSM
mitra (LAZ HARFA).
Pembangunan jamban dan peningkatan kualitas jamban
terus dilanjutkan oleh masyarakat.
Tidak hanya itu, PCI juga melakukan berbagai kegiatan untuk
memperluas penerapan metode/pendekatan CLTS. Berbagai
upaya yang telah dilakukan adalah:
64
• Memperkenalkan pendekatan CLTS kepada provinsi/
kabupaten lain (Kabupaten Nabire, Tangerang, Lebak dan
Serang, propinsi Aceh dan DIY)
• Memperkenalkan CLTS kepada LSM lain dan LSM
Internasional (World Relief, Islamic Relief, CCF, Care).
• Promosi pendekatan CLTS terus dilanjutkan oleh eks staf PCI
melalui berbagai lembaga/proyek.
• Membantu Yayasan Pancur Kasih, Penis division,
menerapkan pendekatan CLTS di 7 desa di Kecamatan
Ambawang, Kabupaten Ponianak dan 7 desa di Kecamatan
Karangan Kabupaten Landak, Kalimantan Barat dan Surfaids
di Pulau Nias.
65
Lampiran 4
Ibu – ibu PKK, Kader Posyandu dan Ibu Pada saat proses
Bidan Panimbo juga ikut mensukseskan
program CLTS di desa. pemicuan (“pemicuan”
terhadap rasa jijik, rasa malu,
67
rasa takut sakit, rasa berdosa dan rasa tanggung jawab yang
berkaitan dengan kebisaaan BAB di sembarang tempat ) ternyata
menimbulkan kesadaran yang luar biasa dari masyarakat,
sehingga pemicuan awal ini berjalan dengan lancar dan bagus.
Warga yang terpicu ini sebagian besar adalah warga yang belum
punya jamban keluarga dan biasa buang air besar (BAB) di sungai.
Mereka mau secara sadar membangun jamban demi kesehatan
keluarga mereka dan dusunnya tanpa ada unsur paksaan.
69
Lain cerita dari Dusun
Beran, ada orang dewasa yang
BAB di sungai kemudian di
ganggu anak–anak dan dibikin
malu, kemudian ada kejadian
dimana sekolah SMP yang ada
di desa Panimbo di datangi oleh
warganya dan ternyata tanpa
disangka mereka membuat
lubang untuk jamban secara Jamban dengan menggunakan tutup
dan ember bekas cat tembok
gotong – royong, kemudian
kepala sekolahnya didatangi agar segera membeli jamban.
Para orang tua warga di desa itu idak terima jika anaknya yang
sekolah disitu harus BAB sembarangan atau di sungai, tetapi
harus BAB di jamban atau di WC Sekolah.
70
Lampiran 5
Tantangan Selanjutnya
75
Lampiran 6
Biodata Peserta Lokakarya Konsolidasi Pembelajaran CLTS di Indonesia,
Lido-Bogor, 17 - 19 Februari 2009
Nama : Nana Djuhana
Tempat Tanggal Lahir : Cimahi, 19-04-1957
Alamat Rumah : Jalan Tani, Gang Cimahi, Singkawang, KalBar
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 0562-637.234 - 0812.5742.300
Nama Organisasi : Dinkes Kab Sambas, Kalbar
Jabatan : -Kesling
Alamat Organisasi : Jalan Pembangunan, Sambas, Kalbar
No.Telp/Fax. Kantor : 0562-391.691
Nama : Darmanto
Tempat Tanggal Lahir : Klaten 30 April 1948
Alamat Rumah : Jl Kaliurang Km7, Yogyakarta
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 0274-885.052 - 0811.286.939
E-Mail Pribadi : Darmanto6191@gmail.com
Nama Organisasi : LPPM – UGM
Jabatan : Staf Pengajar Fak Teknik – UGM
Alamat Organisasi : Jl Graika No. 2 Yogyakarta
No.Telp/Fax. Kantor : 0274 – 545.675 - 545.676
76
Nama : Antimus
Tempat Tanggal Lahir : Sepiri, 11 Mei 1971
Alamat Rumah : Jl Budi Utomo, Komp. Pondok Pangeran I/II Pontianak, Kalbar
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 0815.2258.1117
Nama Organisasi : Yayasan Pancur Kasih
Jabatan : Sekretaris
Alamat Organisasi : Jl Gusti Situt Mahmud, Gg Selat Sumba III, Pontianak, Kalbar
No.Telp/Fax. Kantor : 0561- 883.075
Nama : Subandi
Tempat Tanggal Lahir : Grobogan, 30 Maret 1978
Alamat Rumah : Panimbo, Kedungjati, Grobogan
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 0815.3689.646
Nama Organisasi : Kader Desa
Jabatan : Tim Penggerak CLTS
Alamat Organisasi : Panimbo, Kedungjati, Grobogan
Nama : Donal
Tempat Tanggal Lahir : 06-12-1973
Alamat Rumah : Perumahan Mutiara Garuda, Blok CII, No. 35,
Teluknaga, Tanggerang
E-Mail Pribadi : Don_jtk@yahoo.com
Nama Organisasi : CWSHP – Dit PL Depkes
Alamat Organisasi : Jalan Percetakan Negara 29, Jakarta
E-Mail – Website : www.cwshp.net
77
Nama : Meutia
Tempat Tanggal Lahir : Aceh, 28 Agustus 1972
Alamat Rumah : BBS (Bukit Baja Sejahtera) III, Blok A2, No. 10A,
Cilegon, Banten.
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 0254-914.4795 - 0812.9853.985
E-Mail Pribadi : tiaalmer@yahoo.com
Nama Organisasi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten
Jabatan : Ka Lab Agribisnis Fak Pertanian Untirta
Alamat Organisasi : Jl Raya Jakarta Serang Km 4, Pakutan, Serang,Banten
No.Telp/Fax. Kantor : 0254 – 280.330 – 0254 – 281.254
76
Nama : Ekki Riswandiyah, SKM
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 10 Nov 1972
Alamat Rumah : Dsn Pamagersari RT 01/04, Tanjungsari, Smdg
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 022-791.2891 - 0819.1270.6818
E-Mail Pribadi : eqriswandiyah@yahoo.co.id
Nama Organisasi : Dinkes Sumedang
Jabatan : Pj PL Sie Kesling
Alamat Organisasi : Jl Kutamaya 21 Sumedang
No.Telp/Fax. Kantor : 0261 – 202.377 - 204.941
77
Nama : Asep Saefulhak
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 24-8-1981
Alamat Rumah : Kacapi Manis RT02/06,Tegalwangi,Menes, Pandeglang
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 0813.1083.0031
E-Mail Pribadi : Asep_hak@yahoo.co.id
Nama Organisasi : LAZ Harfa Pandeglang
Jabatan : Field Koordinator ESP
Alamat Organisasi : Jl Raya Labuan, Ciekek Lor, Kel Karaton, Majasari,
Pandeglang
Nama : Yunisa TP
Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 25 Juni 1979
Alamat Rumah : Kp Ciwalet RT 01/10, Sukaratu, Pandeglang
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 0253 – 520.7758
E-Mail Pribadi : Yunisa-geo@yahoo.co.id
Nama Organisasi : Bappeda Kab Pandeglang
Jabatan : Pelaksana
Alamat Organisasi : Jl Jend Ahmad Yani 1 Pandeglang
No.Telp/Fax. Kantor : 0253 – 201.449
78
Nama : Petrus Noni Fallo
Tempat Tanggal Lahir : 19-10-1967
Alamat Rumah : Jl Salak 4, Kel Nonohonis, Kota Soe, TTS, NTT
No.Telp/Fax. Rumah/Hp : 081.338.402.412
Nama Organisasi : ProAir
Jabatan : Comdev Advisor
Alamat Organisasi : Radumata, Belakang Keuskupan Waitabula, Sumba
Barat Daya, NTT
Tlp/Fax kantor : 0387 – 24126
Website : www.proair.or.id
79
WASPOLA Facility
NAMA : PURNOMO
UTUSAN : WASPOLA
INSTANSI : WASPOLA
NO.TELP.RUMAH/HP : 0817.305.945 (purnomo@wboj.or.id)
NO.TELP./FAX KANTOR : 021 - 31924713
ALAMAT KANTOR : Jalan Sawo 37, Menteng, Jakarta Pusat 10350
80
81
STOP
BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN
COMMUNITY-LED TOTAL SANITATION
Pembelajaran Dari Para Penggiat CLTS
PROGRAM KERJASAMA:
BAPPENAS