Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA

DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN ENDED PADA MATERI


KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF
REFLECTIVE DAN IMPULSIVE SISWA KELAS VIII SMPN 3
KEPANJEN

PROPOSAL PENELITIAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Seminar Pendidikan Matematika
Yang dibimbing oleh Ibu Dr. Sunismi, M.Pd

OLEH
MITHA VIVIANI PRATAMA
NPM 217.01.072.028

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
DESEMBER 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………...………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………..…………….… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..…..….. 1

1.1 Konteks Penelitian ……………………………………………………. 1

1.2 Fokus Penelitian …………………………………………………….... 3

1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………. 3

1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………………... 4

1.5 Kegunaan Penelitian ………………………………………………….. 4

1.6 Penegasan istilah ……………………………………………………… 6

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ………………………………..….. 8

2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif ………………………………………... 8

2.2 Masalah Open Ended …….…………………………………….…...... 9

2.3 Materi Kubus dan Balok …………………………………....……..…. 10

2.4 Gaya Kognitif Reflective ………………………………………….… 14

2.5 Gaya Kognitif Impulsive ……………………………………..….….. 15

2.6 Penelitian Yang Relevan ………………………...……………….…. 15

2.7 Kerangka Berfikir …………………………………………………… 17

2.8 Rumusan Hipotesis ………………………………………………..… 18

BAB III METODE PENELITIAN ………………..………………...… 19

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………………………..…. 19

ii
3.2 Kehadiran Peneliti …………………………………………………… 19

3.3 Latar Penelitian ……………………………………………………… 19

3.4 Sumber Data …………………………………………………………. 20

3.5 Prosedur Pengumpulan Data ………………………………………..... 21

3.6 Pengecekan Keabsahan Data ………………………………………… 21

3.7 Analisis Data …………………………………………………………. 21

3.8 Tahapan Penelitian …………………………………………………… 22

DAFTAR RUJUKAN ……………………………………………………. 24

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

Pada sistem pembelajaran matematika di era abad 21 ini, peserta didik

dituntut memiliki kemampuan untuk menguasai 4 keterampilan matematika yang

biasa disebut dengan 4C yaitu creativity (kreativitas), critical thinking (berpikir

kritis), communication (komunikasi), dan collaboration (kolaborasi). Dari

keempat keterampilan matematika tersebut, ada salah satu yang disebut kreativitas

(creativity). Dalam dunia matematika sering disebut dengan istilah kemampuan

berpikir kreatif matematika. Kemampuan berpikir kreatif matematika ini menjadi

salah satu hal yang penting dan dibutuhkan dalam pendidikan matematika untuk

menyelesaikan masalah dan juga solusi sehingga diperoleh penyelesaian yang

tepat dari permasalahan tersebut.

Masalah open ended adalah masalah terbuka yang penyelesaiannya

membutuhkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Karena masalah open

ended ini membutuhkan kemampuan berpikir kreatif, maka peserta didik bisa

lebih aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik juga bisa mengekspresikan

ide-ide yang mereka miliki. Jadi, setiap peserta didik menjawab permasalahan

dengan caranya sendiri, dengan ini peserta didik bisa mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif matematika nya.

1
Materi kubus dan balok adalah materi yang diajarkan SMP kelas VIII. Dalam

materi kubus dan balok ini peserta didik diharapkan bisa menyelesaikan masalah

dengan kemampuan berpikir kreatif matematika, yang mana biasanya masalah

yang disajikan berupa masalah open ended. Jadi, untuk menyelesaikan masalah

tersebut peserta didik bisa menjawab masalah dengan caranya sendiri. Walaupun

mereka menyelesaikan masalah dengan menggunakan caranya sendiri-sendiri,

tetapi inti dari jawaban tersebut sama dan hasil akhir yang diperoleh juga sama.

Gaya kognitif merupakan salah satu ide baru dalam dunia psikologi

perkembangan dan pendidikan. Jadi ide ini muncul dan berkembang untuk

mengetahui bagaimana individu dapat menerima dan mengorganisasi informasi

dari lingkungan sekitar individu tersebut. Sebagai seorang pendidik harusnya bisa

mengerti tentang adanya keterkaitan antara kreativitas yang dihasilkan dari gaya

kognitif tersebut. Gaya kognitif reflective dan impulsive merupakan gaya kognitif

yang menunjukkan kecepatan dalam berpikir. Seseorang yang mempunyai gaya

kognitif reflective selalu berpikir dahulu jika dihadapkan dengan permasalahan

atau pertanyaan. Sedangkan seseorang dengan gaya kognitif impulsive ini

cenderung spontan dalam menjawab suatu pertanyaan dan juga biasanya menulis

semua ide yang ada dalam pikirannya. Menurut Kagan yang dikutip oleh Sudia

menyatakan bahwa seseorang yang memiliki karakteristik lambat dalam merespon

masalah atau menjawab pertanyaan tetapi lebih hati-hati atau bisa dikatakan teliti,

sehingga jawaban yang dihasilkan cenderung diperbaiki itu disebut gaya kognitif

reflective. Sedangkan seseorang yang memiliki karakteristik cepat dalam

2
menjawab sebuah peranyaan tetapi tidak hati-hati atau menjawab salah itu disebut

gaya kognitif impulsive.

Berdasarkan apa yang telah di uraian sebelumnya, dapat dipahami bahwa

gaya kognitif reflective dan impulsive itu memberikan gambaran tentang

bagaimana kecepatan dan kesiapan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah

khususnya untuk masalah open ended. Kaitannya antara gaya kognitif dengan

kreativitas peserta didik yaitu gaya kognitif tersebut akan mempengaruhi tindakan

yang akan dilakukan peserta didik dalam membuat berbagai ide kreatif karena

pendidik perlu mempertimbangkan gaya kognitif peserta didik dalam menyiapkan

pembelajaran di kelas. Maka dari itu pendidik perlu mengetahui karakteristik dari

gaya kognitif peserta didik dalam menyelesaikan masalah open ended.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Dalam

Menyelesaikan Masalah Open Ended Pada Materi Kubus dan Balok Ditinjau Dari

Aspek Kognitif Reflective dan Impulsive Siswa Kelas VIII SMPN 3 Kepanjen”.

I.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian yang dikemukakan di atas, maka fokus

penelitian dalam penelitian ini adalah analisis kemampuan berpikir kreatif

matematika dalam menyelesaikan masalah open ended ditinjau dari aspek kognitif

reflective dan impulsive nya. Pada penelitian ini, peneliti memilih materi kubus

dan balok pada kelas VIII SMP.

I.3 Rumusan Masalah

3
Berdasarkan fokus penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian

sebagai berikut.

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika dalam menyelesaikan

masalah open ended pada materi kubus dan balok ditinjau dari aspek kognitif

reflective siswa kelas VIII SMPN 3 Kepanjen.

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematika dalam menyelesaikan

masalah open ended pada materi kubus dan balok ditinjau dari aspek kognitif

impulsive siswa kelas VIII SMPN 3 Kepanjen.

I.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematika dalam

menyelesaikan masalah open ended pada materi kubus dan balok ditinjau dari

aspek kognitif reflective siswa kelas VIII SMPN 3 Kepanjen.

2. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematika dalam

menyelesaikan masalah open ended pada materi kubus dan balok ditinjau dari

aspek kognitif impulsive siswa kelas VIII SMPN 3 Kepanjen.

I.5 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai kegunaan dalam pendidikan baik secara teoritis maupun

praktis. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kegunaan secara teoritis

4
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi tentang kemampuan

berpikir kreatif matematika dalam menyelesaikan masalah open ended pada

materi kubus dan balok ditinjau dari aspek kognitif reflective dan impulsive.

2. Kegunaan secara praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peneliti

mengenai kemampuan berpikir kreatif matematika dalam menyelesaikan

masalah open ended pada materi kubus dan balok ditinjau dari aspek kognitif

reflective dan impulsive.

b. Bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mampu berpikir kreatif matematika dalam pembelajaran dan juga

meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran

matematika.

c. Manfaat bagi pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat membantu tugas pendidik dalam menganalisis

kemampuan berpikir kreatif matematika dalam menyelesaikan masalah open

ended pada materi kubus dan balok ditinjau dari aspek kognitif reflective dan

impulsive.

d. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif kepada

sekolah dalam hal menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematika

5
dalam menyelesaikan masalah open ended pada materi kubus dan balok

ditinjau dari aspek kognitif reflective dan impulsive.

I.6 Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya pengertian ganda, berikut disajikan beberapa

definisi istilah dalam penelitian ini.

1) Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya.

2) Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dalam melakukan

sesuatu.

3) Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika merupakan kemampuan dari diri

seseorang dalam menghasilkan suatu ide maupun gagasan yang sifatnya baru

dan relevan terhadap masalah matematika yang ada.

4) Masalah Open Ended adalah masalah terbuka yang penyelesaiannya

membutuhkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

5) Materi Kubus dan Balok merupakan salah satu materi dalam matematika,

dimana kubus sendiri merupakan suatu bangun ruang tiga dimensi yang

dibentuk oleh enam sisi persegi yang sama. Sedangkan balok merupakan

bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang sisi persegi atau

persegi panjang dan paling tidak, ada satu pasang sisi yang berukuran

berbeda.

6) Gaya Kognitif Reflective dan Impulsive merupakan gaya kognitif yang

menunjukkan kecepatan dalam berpikir. Dimana seseorang yang mempunyai

6
gaya kognitif reflective selalu berpikir dahulu jika dihadapkan dengan

permasalahan atau pertanyaan. Sedangkan seseorang dengan gaya kognitif

impulsive ini cenderung spontan dalam menjawab suatu pertanyaan dan juga

biasanya menulis semua ide yang ada dalam pikirannya.

7
BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Kemampuan Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif berarti kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

menghasilkan ide yang baru dan relevan. Menurut McGregor (dalam As’ari dan

Irawan, 2016:23), menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan pembentukan

suatu sudut pandang yang unik, kegiatan yang menghasilkan suatu desain yang

inovatif atau pendekatan baru terhadap sebuah masalah.

Sedangkan menurut Nurlaela & Ismayati (2015:3), berpikir kreatif adalah

proses yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kelancaran (fluency), keluwesan

(flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration). Kelancaran

adalah kemampuan mengeluarkan ide yang benar sebanyak mungkin secara jelas.

Keluwesan adalah kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide yang beragam dan

tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Keaslian adalah

kemampuan untuk mengeluarkan ide yang unik, misalnya yang berbeda dari

pendapat orang lain atau berbeda dari yang ada dibuku. Keterincian adalah

kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menambah

detail dari ide nya sehingga lebih bernilai.

Dari pendapat yang telah dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada

intinya berpikir kreatif adalah kemampuan dalam menyelesaikan suatu

8
permasalahan dengan menggunakan cara atau ide baru yang relevan dan juga tepat

dalam menyelesaikan masalah.

Dalam penelitian ini, indikator berpikir kreatif yang akan diukur dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

No Aspek Yang Dinilai Deskripsi


1. Kelancaran (fluency) Peserta didik menyelesaikan permasalahan
secara tepat dan lancar dari kubus dan
balok.
2. Keluwesan (flexibility) Peserta didik membuat penyelesaian yang
bervariasi dari soal kubus dan balok.
3. Keaslian (originality) Peserta didik menyelesaikan permasalahan
materi kubus dan balok dengan caranya
sendiri/ cara lain dari yangbiasanya.
4. Keterincian (elaboration) Peserta didik menyelesaikan permasalahan
materi kubus dan balok dengan
memberikan jawaban secara detail dan
runtut.
2.2 Masalah Open Ended

Menurut Suryadi (dalam Tandililing, 2013:2) menjelaskan bahwa masalah

open ended merupakan suatu masalah yang diformulasikan sedemikian sehingga

memiliki kemungkinan beragam jawaban benar,baik ditinjau dari cara maupun

hasilnya. Dengan penyajian masalah open ended memungkinkan proses silang

pendapat diantara peserta didik dalam upaya mempertahankan jawabannya,

masing-masing yang berbeda akan menjadi lebih aktif dan peserta didik bisa lebih

9
kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika sesuai dengan konsep yang

telah mereka pahami.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah Open Ended adalah masalah terbuka

yang penyelesaiannya membutuhkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

2.3 Materi Bangun Ruang (Kubus dan Balok)

2.3.1 Pengertian Bangun Ruang Kubus dan Balok

Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam bidang

sisi yang kongruen atau sebangun. Kubus memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik

sudut. Kubus juga disebut bidang enam beraturan, selain itu juga merupakan

bentuk khusus dalam prisma segiempat. Kubus mempunyai bentuk dan ukuran

yang sama. Sedangkan balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk

oleh tiga pasang sisi persegi atau persegi panjang dan paling tidak, ada satu

pasang sisi yang berukuran berbeda. Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik

sudut.

2.3.2 Unsur-unsur Kubus dan Balok

Gambar 1.1 Kubus Gambar 1.2 Balok

Dari gambar 1.1 dan 1.2 dapat dijelaskan bagian-bagian kubus dan balok.

Titik Sudut = A, B, C, D, E, F, G, H

10
Bidang = ABCD, ABFE, ADHE, BCGF, CDHG, EFGH

Rusuk = AB, AD, AE, BC, BF, CG, CD, DH, EF, FG, GH, EH

Diagonal Bidang = AF, BE, BG, CF, CH, DG, DE, AH, EG, FH, AC, BD

Diagonal Ruang = AG, BH, CE, DF

2.3.3 Jaring-Jaring Kubus dan Balok

Jaring-Jaring Kubus

Gambar 1.3 Kubus Gambar 1.4 Jaring-Jaring Kubus

Jaring-Jaring Balok

Gambar 1.5 Balok Gambar 1.6 Jaring-Jaring Balok

2.3.4 Luas Permukaan Kubus dan Balok

Pada jaring-jaring kubus yang terdapat pada gambar 1.4 dapat digunakan

untuk menentukan luas permukaannya. Misalkan panjang rusuknya adalah s, dan

11
kubus mempunyai 6 sisi yang kongruen, maka luas permukaan kubus dapat

dituliskan : L p kubus=6 s 2.

Pada gambar jaring-jaring yang terdapat pada gambar 1.6 dapat digunakan

untuk menentukan luas permukaan balok. Misalkan panjang = p, lebar = l, tinggi

= t, maka luas pemukaan balok dapat dituliskan : L p balok=2( pl+ pt+ ¿)

2.3.5 Volume Kubus dan Balok

Volume kubus = panjang rusuk × panjang rusuk × panjang rusuk =


3 3
s × s × s=s . Jadi volume kubus dapat dinyatakan sebagai berikut : V =s .

Volume suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran panjang,

lebar dan tinggi balok tersebut. Jadi volume balok dapat dinyatakan sebagai

berikut : V = p × l×t . Oleh karena p ×l merupakan luas alas, maka volume balok

juga dapat dituliskan : V =luasalas ×tinggi .

2.3.6 Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang

Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut

yang berhadapan pada setiap bidang atau sisi kubus maupun balok. Yang

merupakan diagonal bidang pada kubus dan balok yaitu AC, BD, EG, HF, AF,

BE, CH, DG, AH, DE, BG, CF.

Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang

berhadapan dalam satu ruang. Yang merupakan diagonal ruang pada kubus dan

balok yaitu AG, BH, CE, DF

12
Gambar 1.7 Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang Kubus

AC disebut diagonal bidang, yaitu diagonal yang terletak pada bidang

kubus. Rumus umum untuk mencari panjang diagonal bidang kubus yaitu :

Panjang diagonal bidang kubus = s √ 2 dimana s adalah panjang rusuk kubus.

AG disebut diagonal ruang, yaitu diagonal yang terletak dalam ruang kubus.

Rumus umum untuk mencari panjang diagonal kubus yaitu :

Panjang diagonal ruang kubus = s √ 3 dimana s adalah panjang rusuk kubus.

Gambar 1.8 Diagonal Bidang dan Diagonal Ruang Balok


BD

disebut diagonal bidang, yaitu diagonal yang terletak pada bidang balok. Rumus

umum untuk mencari panjang diagonal bidang balok yaitu :

AC= √ AB + BC
2 2

AF= √ AB 2 +BF 2

AH =√ AE + EH
2 2

HB disebut diagonal ruang, yaitu diagonal yang terletak dalam ruang balok.

Rumus umum untuk mencari panjang diagonal ruang balok yaitu :

CE= √ EA + AC
2 2

13
2.3.7 Bidang Diagonal Kubus dan Balok

Bidang diagonal adalah daerah yang dibatasi oleh dua buah diagonal bidang

dan dua buah rusuk yang saling berhadapan dan membagi bangun ruang menjadi

dua bagian. Yang merupakan bidang diagonal pada kubus dan balok yaitu ACGE,

BDHF, ABGH, CDEF, ADGF, BCHE.

Gambar 1.9 Bidang Diagonal Kubus

Bidang-bidang pada gambar 1.9 menunjukkan bidang-bidang diagonal suatu

kubus. Kubus memiliki 6 buah bidang diagonal yang masing-masing berbentuk

persegi panjang yang sama dan sebangun atau kongruen.

Gambar 1.10 Bidang Diagonal Balok

Bidang-bidang pada gambar 1.10 menunjukkan bidang-bidang diagonal suatu

balok. Balok memiliki 6 buah bidang diagonal yang masing-masing berbentuk

persegi panjang. Tetapi keenam bidang diagonal tersebut tidak sama dan

sebangun.

14
2.4 Gaya Kognitif Reflective

Menurut Santrock (dalam Susanti, 2015:17) individu dengan gaya kognitif

reflektif cenderung menggunakan lebih banyak waktu untuk merespons dan

merenungkan akurasi jawaban. Individu reflektif sangat lamban dan berhati-hati

dalam memberikan respons, tetapi cenderung memberikan jawaban yang benar.

Gaya kognitif reflective ini identik dengan seseorang yang selalu berpikir dahulu

jika dihadapkan dengan permasalahan atau pertanyaan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa seseorang yang mempunyai gaya kognitif reflective ini cenderung lebih

hati-hati dan teliti saat mengerjakan soal, namun mereka bisa dikatakan lambat

dalam menjawab suatu pertanyaan.

2.5 Gaya Kognitif Impulsive

Menurut Santrock (dalam Susanti, 2015:17) peserta didik yang mempunyai

gaya kognitif impulsif cenderung memberikan respon yang sangat cepat. Individu

impulsif sejati adalah individu yang memberikan respon yang cepat, tetapi juga

melakukan sedikit kesalahan dalam proses tersebut. Berbeda dengan gaya kognitif

reflective seperti yang dijelaskan diatas, gaya kognitif impulsive ini seperti

kebalikan dari gaya kognitif reflective. Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang

dengan gaya kognitif impulsive ini cenderung spontan dalam menjawab suatu

pertanyaan dan juga memiliki karakteristik cepat dalam menjawab sebuah

peranyaan tetapi tidak hati-hati dalam menjawab suatu permasalahan.

2.6 Penelitian Yang Relevan

15
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

diantaranya yaitu :

1. Penelitian oleh Asih Miatun pada tahun 2018 Program Studi Pendidikan

Matematika Universitas Muhammadiyan Prof. DR. HAMKA Jakarta yang

berjudul “ Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Ditinjau Dari Gaya

Kognitif Reflective dan Impulsive ”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

pada mahasiswa calon guru dengan gaya kognitif reflective, aspek berpikir

kreatif yang mampu dicapai dengan baik adalah kelancaran (fluency) dan aspek

keterincian (elaboration). Pada mahasiswa calon guru dengan gaya kognitif

impulsive, aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan dan keterincian belum

dipenuhi dengan baik.

2. Penelitian oleh Warli pada tahun 2013 Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

yang berjudul “ Kreativitas Siswa SMP Yang Bergaya Kognitif Reflektif Atau

Impulsif Dalam Memecahkan Masalah Geometri “. Penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa profil kreativitas siswa SMP yang bergaya kognitif

reflektif dalam pemecahan masalah geometri cenderung tinggi. Sedangkan

profil kreativitas siswa SMP yang bergaya kognitif impulsif dalam

memecahkan masalah geometri cenderung sangat rendah.

Tabel Perbedaan Penelitian Yang Relevan

Nama Peneliti (Judul) Jenis Penelitian Fokus Penelitian


1. Asih Miatun (2018), “ Deskriptif Mendeskripsikan profil
Profil Kemampuan Berpikir kualitatif kemampuan berpikir

16
Kreatif Matematis Ditinjau kreatif matematis
Dari Gaya Kognitif ditinjau dari gaya
Reflective dan Impulsive ”. kognitif reflective dan
impulsive pada materi
kubus dan balok
2. Warli (2013), “ Kreativitas Eksploratif yang Menggambarkan profil
Siswa SMP Yang Bergaya bersifat kualitatif kreativitas siswa yang
Kognitif Reflektif Atau bergaya kognitif reflektif
Impulsif Dalam atau impulsif dalam
Memecahkan Masalah memecahkan masalah
Geometri “. pada materi geometri.
Berdasarkan adanya perbedaan pada penelitian terdahulu tersebut, maka

peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematika Dalam Menyelesaikan Masalah Open Ended Pada Materi

Kubus dan Balok Ditinjau Dari Aspek Kognitif Reflective dan Impulsive Siswa

Kelas VIII SMPN 3 Kepanjen”.

2.7 Kerangka Berfikir

Pembelajaran matematika di SMPN 3 Kepanjen masih kurang

memperhatikan kemampuan berpikir kreatif matematika. Padahal dengan

mengetahui kemampuan dan proses berpikir kreatif peserta didik, pendidik bisa

memperoleh pengetahuan tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta

didiknya.

Materi kubus dan balok merupakan materi yang cocok untuk mengasah

kemampuan berpikir kreatif matematika. Dalam materi kubus dan balok ini

17
peserta didik diharapkan bisa menyelesaikan masalah dengan kemampuan

berpikir kreatif matematika, yang mana masalah yang disajikan berupa masalah

open ended. Jadi, untuk menyelesaikan masalah tersebut peserta didik bisa

menjawab masalah dengan caranya sendiri.

Gaya kognitif itu berkaitan dengan kemampuan untuk mengembangkan

kemampuan rasional. Gaya kognitif reflective dan impulsive merupakan gaya

kognitif yang menunjukkan kecepatan dalam berpikir. Gaya kognitif reflective

dan impulsive ini dapat menjadi alat untuk meninjau kemampuan berpikir kreatif

matematika dalam menyelesaikan masalah open ended pada materi kubus dan

balok.

2.8 Rumusan Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kemampuan berpikir kreatif matematika dalam menyelesaikan masalah open

ended pada materi kubus dan balok ditinjau dari aspek kognitif reflective dan

impulsive siswa kelas VIII SMPN 3 Kepanjen.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,

pendekatan ini digunakan karena pada penelitian kualitatif ini sifatnya elaborasi

dimana peneliti diperbolehkan menggali informasi lebih mendalam terhadap apa

yang akan diteliti. Dan juga jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian

deskriptif.

3.2 Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen atau alat

pengumpul data. Kehadiran peneliti disini mutlak diperlukan, karena hanya

manusia sebagai alat yang dapat berhubungan dengan suatu objek lainnya dan

mampu memahami keterkaitan fakta-fakta yang ada di lapangan. Oleh karena itu

pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti berperanserta pada

penelitian dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lapangan. Kedudukan

peneliti disini yaitu sebagai perencana, pelaksana, analisis, penafsir data, dan juga

sebagai penyampai hasilnya.

3.3 Latar Penelitian

19
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Kepanjen. Yang terletak di Desa

Sukoraharjo Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang Jawa Timur. Waktu

penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021. Subjek

dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII D. peneliti memilih tempat

penelitian di SMPN 3 Kepanjen dikarenakan untuk memudahkan interaksi antara

peneliti dan subjek selama penelitian berlangsung.

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen

Matching Familiar Figures Test (MFFT). Tes ini dibuat oleh psikolog AS Jerome

Kagan pada tahun 1965 dan dikembangkan oleh Warli pada tahun 2010, yang

mana validitasnya sudah terbukti. MFFT ini digunakan untuk menggolongkan

peserta didik yang mempunyai gaya kognitif reflective dan gaya kognitif

impulsive. MFFT terdiri dari 13 soal ditambah lagi dengan dua soal pengujian. Di

setiap nomor soal ada 8 variasi gambar (1 gambar standar/baku dan 7 gambar

variasi/stimulus). Dari gambar variasi, diantaranya ada satu gambar yang sama

dengan gambar standar. Tugas peserta didik yaitu memilih salah satu gambar dari

gambar variasi yang sama dengan gambar standar. Berikut adalah contoh soal

Matching Familiar Figure Test :

20
3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :

3.5.1 Tes

Untuk pemilihan subjek dilakukan berdasarkan hasil dari tes perbedaan

gaya kognitif reflective dan impulsive. Setelah itu memilih minimal 2

peserta didik dengan menggunakan teknik sampling. Subjek yang terpilih

itu tadi diberikan tes kemampuan berpikir kreatif matematika.

3.5.2 Wawancara

Setelah subjek yang terpilih itu tadi mengerjakan tes kemampuan berpikir

kreatif matematika, peserta didik tersebut diwawancarai tentang hasil tes

kemampuan berpikir kreatif atau hasil tes tertulisnya tadi.

3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Untuk pengecekan keabsahan data, penelitian ini menggunakan triangulasi

sumber data, yakni dengan memberi tes kemampuan berpikir kreatif matematika

yang kedua kalinya dengan tipe soal yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda.

3.7 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :

1. Reduksi Data

21
Reduksi data berarti memilih data-data yang pokok dan menghilangkan data

yang tidak diperlukan untuk keperluan analisis.

2. Penyajian Data

Penyajian data pada penelitian ini yaitu dengan melihat data yang sudah

direduksi tadi. Jadi, data yang sudah direduksi disajikan untuk keperluan

analisis kemampuan berpikir kreatif matematika dalam menyelesaikan masalah

open ended ditinjau dari aspek kognitif reflective dan impulsive nya.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini yaitu berdasarkan dari hasil data

yang telah disajikan. Dimana data yang sudah disajikan tersebut akan dianalisis

dan akan dibandingkan berdasarkan indikator tes kemampuan berpikir kreatif

dan juga disesuaikan dengan kategori gaya kognitif reflective dan impulsive

dari masing-masing subjek penelitian.

3.8 Tahapan Penelitian

Tahapan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Rencana Penelitian

Sebelum melaksanakan suatu penelitian itu harus menyusun suatu rencana

penelitian. Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan kegiatan seperti :

menyiapkan materi kubus dan balok, menyusun instrumen tes dalam hal ini

peneliti menggunakan instrumen Matching Familiar Figures Test (MFFT),

menyusun tes kemampuan berpikir kreatif matematika, menyiapkan pedoman

wawancara untuk peserta didik.

22
2. Pelaksanaan Penelitian

1) Melakukan pemilihan subjek berdasarkan hasil dari tes perbedaan gaya

kognitif reflective dan impulsive dengan menggunakan instrumen

Matching Familiar Figures Test (MFFT).

2) Memilih minimal 2 peserta didik dengan menggunakan teknik sampling

dari hasil tes perbedaan gaya kognitif reflective dan impulsive.

3) Subjek yang terpilih itu tadi diberikan tes kemampuan berpikir kreatif

matematika.

4) Setelah subjek yang terpilih itu tadi mengerjakan tes kemampuan berpikir

kreatif matematika, peserta didik tersebut diwawancarai tentang hasil tes

kemampuan berpikir kreatif atau hasil tes tertulisnya tadi.

3. Penulisan Laporan Penelitian

Penulisan laporan pada penelitian ini disusun berdasarkan hasil analisis dari

hasil tes dan juga dari hasil wawancara kepada subjek yang terpilih.

23
DAFTAR RUJUKAN

Miatun, Asih. 2019. Profil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Ditinjau Dari

Gaya Kognitif Reflective dan Impulsive. (Online), 6 (2), 150-164.

(http://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm, diakses 7 Juli 2020)

https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/analisis.html (diakses 9 Juli 2020)

Rahmatina,Siti. 2014. Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan

Masalah Matematika Berdasarkan Gaya Kognitif dan Impulsif, (Online), p-

ISSN: 2355-4185| e-ISSN: 2548-8546.

(http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/1339, diakses 9 Juli 2020)

https://www.oxfordreference.com/view/10.1093/oi/authority.201108105346925,

diakses 10 Juli 2020

Herianto. 2020. Matcing Familiar Figures Tes (MFFT): Instrumen Tes untuk

Mengukur Gaya Kognitif Siswa Reflektif dan Impulsif, (Online), DO-

10.31219, April 2020.

(https://www.researchgate.net/publication/340490360_Matching_Familiar_

Figures_Tes_MFFT_Instrumen_Tes_untuk_

Mengukur_Gaya_Kognitif_Siswa_Reflektif_dan_Impulsif, diakses 10 Juli

2020)

Sudia, M., Budayasa, I. K., & Lukito, A. 2014. Profil metakognisi siswa SMP

dalam memecahkan masalah terbuka. Jurnal Ilmu Pendidikan Universitas

24
Negeri Malang, 20(1), 86–93. (Online)

http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/4382, diakses 10 juli 2020

Tandililing Edi. 2013. Pengembangan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa

Melalui Pendekatan Advokasi Dengan Penyajian Masalah Open Ended

Pada Pembelajaran Matematika. (Online) ISBN : 978-979-16353-9-4

(https://core.ac.uk/download/pdf/18454286.pdf diakses pada 24 November

2020)

Warli. 2013. Kreativitas Siswa SMP Yang Bergaya Kognitif Reflektif Atau

Impulsif Dalam Memecahkan Masalah Geometri. (Online) Vol 20, no 2

(http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran/article/

view/4396/904 diakses pada 24 November 2020)

Nurlaela & Ismayati. 2015. Strategi Belajar Berpikir Kreatif. Yogyakarta :

Penerbit Ombak

Susanti, Inggit Tri. 2015. Analisis Kreativitas Siswa Dalam Menyelesaikan

Masalah Matematika Ditinjau Dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif.

Skripsi. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

25

Anda mungkin juga menyukai