Anda di halaman 1dari 8

KepadaYth :

Ketua Pengadilan Agama Bandung


Jl. Terusan Jakarta No.120, Antapani Tengah, Kec.
Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat 40291

Lampiran : Surat Kuasa Tertanggal 9 Desember 2021


Perihal : Gugatan Hak Asuh

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Yang bertanda tangan di bawah ini, kami:

1. ASTER MELLASARI, S.H.


2. ABDUL KHALID SHIDDIQ KAMAJAYA, S.H.
3. VITO NEMO GIOVANNI, S.H.

Seluruhnya adalah Para Advokat/Pengacara/Penasihat Hukum/Kuasa Hukum, dan para Candidate


Advokat yang berkantor pada Kantor Klinik Hukum Advokat Nagari (KHAN) yang beralamat di Jalan
Sunda No. 85, Kb. Pisang, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40112,
sebagaimana tertera dalam Surat Kuasa Khusus tertanggal 9 Desember 2021, oleh karenanya sah
secara hukum bagi kami untuk bertindak serta mewakili kepentingan hukum klien kami, yaitu:

Nama : Raras Kania Wiriaatmadja binti Dede Hamam


NIK : 3273204802810001
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 8 Februari 1981
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Agama : Islam
Alamat : Jl. Manokwari No. 2, Rt 006/Rw 010, Kelurahan Antapani Kidul,
Kecamatan Antapani, Kota Bandung, Jawa Barat

Untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT

Bahwa PENGGUGAT bersama ini mengajukan Gugatan Perwalian dan Pengasuhan Anak
terhadap:--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nama : Herwin Garhana bin H. Muchlis


Umur : DKI Jakarta, 11-10-1975
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jl. Margawangi Raya No. 3, RT 008/RW 013, Kelurahan Cijawura,
Kecamatan Buah Batu

Untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.

Oleh karenanya perkenankan kami Kuasa Hukum Penggugat untuk menjelaskan dan
menyampaikan secara jelas Gugatan kami terhadap Tergugat dengan alasan-alasan yang
berdasarkan kepada landasan-landasan yuridis secara sistematis, sebagai berikut:

Dalam Pokok Perkara

1. Bahwa Raras Kania Wiriaatmadja binti Dede Hamam yang dalam hal ini sebagai
Penggugat, merupakan Warga Negara Indonesia yang lahir di Bandung, 08 Februari 1981;

2. Bahwa Herwin Garhana bin H. Muchlis yang dalam hal ini sebagai Tergugat, merupakan
Warga Negara Indonesia yang lahir di DKI Jakarta, 11 Oktober 1975, dimana pada tahun yang
sehari-hari bekerja sebagai Karyawan Swasta;

3. Bahwa Penggugat dan Tergugat akhirnya memutuskan untuk menikah menurut agama Islam
pada tanggal 7 Juni 2006 di Kota Bandung, dengan Wali bernama Dede Hamam yang
merupakan Ayah Kandung Penggugat, sebagaimana diterangkan berdasarkan Kutipan Akta
Nikah dari KUA Kecamatan Cicadas Kota Bandung Nomor 17/17/I/2006, tertanggal 7 Juni
2006.

4. Bahwa dengan sahnya perkawinan/pernikahan yang dilaksanakan oleh Penggugat dengan


Tergugat, dimana perkawinan/pernikahan dilaksanakan berdasarkan agama dan kepercayaan
Penggugat dengan Tergugat, yakni agama Islam, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 4
Kompilasi Hukum Islam Jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang berbunyi :---------------------------------------------------------
Pasal 4
"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat
(1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan."

Pasal 2 ayat (1)


"Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu."

5. Bahwa ketika Penggugat dengan Tergugat melaksanakan perkawinan telah memasuki umur
yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan, dimana Penggugat saat itu berusia 25
(dua puluh lima tahun) tahun dan Tergugat berusia 30 (tiga puluh tahun), dimana baik
Penggugat dan Tergugat masih berstatus gadis dan jejaka (tidak pernah menikah maupun
bercerai sebelumnya), serta antara Penggugat dengan Tergugat tidak ada pertalian semenda,
pertalian nasab, pertalian sesusuan, maupun hal-hal lainnya yang mengakibatkan adanya
larangan kawin, sehingga antara Penggugat dengan Tergugat tidak ada larangan untuk
melangsungkan pernikahan, berdasarkan Pasal 15 Kompilasi Hukum Islam Jo. Pasal 6 ayat
(2) Jo. Pasal 7 (1) Jo. Pasal 8 Jo. Pasal 9 Jo. Pasal 10 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 39 sampai dengan Pasal 43 Kompilasi
Hukum Islam, yang berbunyi :----------------------------------------------------------------------------

Pasal 15
(1) "Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan
calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang
No.1 tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri
sekurangkurangnya berumur 16 tahun;"

(2) " Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin
sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) UU No.1 Tahun 1974."

Pasal 6 ayat (2)


"Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu)
tahun harus mendapat izin kedua orang tua."

Pasal 7 ayat (1)


"Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun
dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun."

Pasal 8
"Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun keatas;
b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara, antara
seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya;
c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak tiri;
d. berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan dan
bibi/paman susuan;
e. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari isteri,
dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang;
f. mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku, dilarang
kawin."

Pasal 9
"Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali
dalam hal yang tersebut pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 Undang-undang ini."

Pasal 10
"Apabila suami dan isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai lagi
untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi,
sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan
tidak menentukan lain."

Pasal 39
“Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita
disebabkan :

(1) Karena pertalian nasab :


a. dengan seorang wanita yangmelahirkan atau yang menurunkannya atau
keturunannya;
b. dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu;
c. dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya

(2) Karena pertalian kerabat semenda :


a. dengan seorang wanita yang melahirkan isterinya atau bekas isterinya;
b. dengan seorang wanita bekas isteri orang yang menurunkannya;
c. dengan seorang wanita keturunan isteri atau bekas isterinya, kecuali putusnya hubungan
perkawinan dengan bekas isterinya itu qobla al dukhul;
d. dengan seorang wanita bekas isteri keturunannya.

(3) Karena pertalian sesusuan :


a. dengan wanita yang menyusui dan seterusnya menurut garis lurus ke atas;
b. dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis lurus ke bawah;
c. dengan seorang wanita saudara sesusuan, dan kemanakan sesusuan ke bawah;
d. dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke atas;
e. dengan anak yang disusui oleh isterinya dan keturunannya.”

Pasal 40
“Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria denagn seorang wanita karena
keadaan tertentu:
a. karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain;
b. seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain;
c. seorang wanita yang tidak beragama islam.”

Pasal 41
(1) “Seorang pria dilarang memadu isterinya dengan seoarang wanita yang mempunyai
hubungan pertalian nasab atau sesusuan dengan isterinya;
a. saudara kandung, seayah atau seibu atau keturunannya;
b. wanita dengan bibinya atau kemenakannya.

(2) Larangan tersebut pada ayat (1) tetap berlaku meskipun isteri-isterinya telah ditalak raj`i,
tetapi masih dalam masa iddah.”

Pasal 42
“Seorang pria dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang wanita apabila pria
tersebut sedang mempunyai 4 (empat) orang isteri yang keempat-empatnya masih terikat tali
perkawinan atau masih dalam iddah talak raj`i ataupun salah seorang diantara mereka masih
terikat tali perkawinan sedang yang lainnya dalam masa iddah talak raj`i.”
Pasal 43
(1) “Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria :
a. dengan seorang wanita bekas isterinya yang ditalak tiga kali;
b. dengan seorang wanita bekas isterinya yang dili`an.

(2) Larangan tersebut pada ayat (1) huruf a. gugur, kalau bekas isteri tadi telah kawin dengan
pria lain, kemudian perkawinan tersebut putus ba`da dukhul dan telah habis masa iddahnya.”

6. Bahwa setelah pernikahan tersebut, Penggugat dengan Tergugat bersama-sama tinggal di Jl.
Kadipaten 14 No. 17, Antapani, Kota Bandung hingga tahun 2011, yakni sekitar selama 4
(empat) tahun sejak Penggugat dan Tergugat sah sebagai suami-istri;

7. Bahwa setelah berjalan 1 (satu) tahun pernikahan tersebut, Penggugat dan Tergugat
dikaruniai 1 (satu) orang anak Perempuan, bernama Maureen Zahra binti Herwin Garhana,
yang lahir pada hari Jumat, tanggal 18 Juli 2007, di Kota Bandung;
8. Bahwa berdasarkan Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi :
“Anak sah adalah :
a. Anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah
b. Hasil pembuahan suami istri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut;”

Maka anak hasil perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat, yaitu seorang Perempuan yang
bernama Maureen Zahra binti Herwin Garhana, yang lahir pada hari Jumat, tanggal 18 Juli
2007, secara hukum merupakan anak yang sah dari Ibu bernama Raras Kania Wiriaatmadja
binti Dede Hamam dan Ayah bernama Herwin Garhana bin H. Muchlis;

9. Bahwa pada awalnya rumah tangga Penggugat dan Tergugat rukun, damai, dan tentram
bahkan mempunyai seorang anak perempuan yang sehat hasil dari perkawinan antara Penggugat
dengan Tergugat, namun pada tahun 2009, sering terjadi perselisihan antara Tergugat dengan
Penggugat yang mengakibatkan kurangnya komunikasi antara Penggugat dan Tergugat,
puncaknya hingga Penggugat Mengajukan gugatan cerai terhadap Tergugat di Pengadilan
Agama Bandung dengan Nomor Perkara 1420/Pdt.G/2011/PA.Bdg, dan telah diputus pada
tanggal 20 Juli 2011.

10. Bahwa setelah kejadian tersebut Penggugat bekerja di Jakarta dan anak hasil pernikahan
Penggugat dan Tergugat dirawat oleh orang tua Penggugat di Bandung, dimana Penggugat
pulang ke Bandung setiap seminggu sekali;

11. Bahwa sekitar tahun 2017 Penggugat pindah dan bekerja di Dubai hingga saat ini, dimana
Penggugat telah menikah dan telah memiliki permanen resident;

12. Bahwa pada tahun 2020, Penggugat mengajak anaknya Maureen Zahra binti Herwin
Garhana untuk ke Dubai, dimana anaknya menyatakan keinginannya untuk tinggal bersama di
Dubai;

13. Bahwa mengingat anak Penggugat masih dibawah umur dan tinggal bersama dengan
Penggugat adalah berdasarkan hukum untuk menetapkan anak hasil dari pernikahan Penggugat
dengan Tergugat yang bernama Maureen Zahra binti Herwin Garhana yang lahir di
Bandung, 18 Juli 2007 berada dibawah pengasuhan dan perwalian Penggugat.
Maka berdasarkan segala apa yang terurai di atas, Penggugat mohon dengan hormat agar Bapak
Ketua Pengadilan Ketua Pengadilan Agama Bandung melalui Ketua Majelis Hakim dalam Gugatan
ini menjatuhkan Putusan dengan amar sebagai berikut :-------------------------------------------------------

Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan pernikahan Penggugat (Raras Kania Wiriaatmadja binti Dede Hamam) dengan
Tergugat (Herwin Garhana bin H. Muchlis) pada tanggal 7 Juni 2006 di Bandung adalah sah
secara hukum;

3. Menyatakan telah putusnya perkawinan antara Penggugat (Raras Kania Wiriaatmadja binti
Dede Hamam) dengan Tergugat (Herwin Garhana bin H. Muchlis), sebagaimana putusan
Pengadilan Agama Bandung dengan Nomor Registrasi Perkara: 1420/Pdt.G/2011/PA.Bdg Jo.
Turutannya;

4. Meminta menetapkan Raras Kania Wiriaatmadja binti Dede Hamam selaku pemegang hak
asuh dan wali dari anaknya bernama Maureen Zahra binti Herwin Garhana;

5. Menetapkan biaya perkara menurut hukum.

Atau

Apabila Majelis Hakim Pengadilan Agama Bandung berpendapat lain mohon putusan yang seadil
adilnya (ex aequo et bono).

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh;

Bandung, 9 Desember 2021


Hormat kami,

ASTER MELLASARI, S.H. VITO NEMO GIOVANNI, S.H.

Anda mungkin juga menyukai