I. PENGERTIAN
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation).
II. SASARAN
Klien dengan luka bakar.
III. TUJUAN
A. Mencegah infeksi pada luka bakar.
B. Mempercepat penyembuhan pada luka bakar.
C. Mencegah kecacatan pasca luka bakar.
IV. TENAGA
1 orang Dokter Umum dan 2 orang Perawat.
B. ANAMNESA
(jika klien tidak sadar, dilakukan heteroanamnesa)
1. Klien datang, petugas memberi salam, dan menatap muka klien.
2. Mempersilakan masuk dan duduk, kemudian menanyakan semua pertanyaan dengan
sabar dan lembut.
3. Menanyakan identitas : Siapa namanya? Berapa umurnya? Dimana alamatnya? Apa
pekerjaannya? Apa pendidikan terakhir ?
4. Menanyakan keluhan utama :
a. Apa yang dirasakan sekarang? Menanyakan luka bakar karena apa? Sudah berapa
lama?
b. Keluhan lain yang dirasakan klien apa?
c. Pemeriksa memberikan kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan dengan tenang
tanpa ada paksaan.
5. Bila kondisi klien tidak sadar, kita lakukan anamnesa secara singkat kepada keluarga
atau pengantar mengenai kejadian yang dialami pasien :
a. Nama pasien ?
b. Sudah berapa lama tidak sadar ?
c. Tindakan apa yang sudah dilakukan terhadap pasien ?
6. Bila pasien mengalami kegawatdaruratan yang harus ditangani segera, maka anamnesa
kita lakukan setelah pasien stabil, atau bila memungkinkan kita lakukan anamnesa sambil
kita memberikan pertolongan kepada pasien.
Tanda-tanda kegawatdaruratan :
a. Adanya sumbatan jalan nafas.
b. Adanya henti nafas.
c. Adanya henti jantung.
d. Adanya perdarahan.
ASIFIKASI KLASIFIKASI
KEDALAMAN LUKA BAKAR BENTUK KLINIS
BARU TRADISIONAL
RULE OF NINES
PERSENTASE
AREA LUKA BAKAR
(DALAM %)
E. PENATALAKSANAAN
2. Langkah – langkah perawatan luka bakar Derajat II – III adalah memberikan tindakan
resusitasi cairan :
a. Pada orang dewasa, dengan luka bakar tingkat II-III 20 % atau lebih sudah ada indikasi
untuk pemberian infus karena kemungkinan timbulnya syok. Sedangkan pada orang tua dan
anak-anak batasnya 15%.
b. Formula yang dipakai untuk pemberian cairan adalah formula menurut Baxter. Formula
Baxter terhitung dari saat kejadian (orang dewasa) :
1). 8 jam pertama ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat.
2). 16 jam berikutnya ½ (4cc x KgBB x % luas luka bakar) Ringer Laktat ditambah 500-
1000cc koloid.
c. Modifikasi Formula Baxter untuk anak-anak adalah:
1). Replacement : 2cc/ KgBB/ % luas luka bakar
2). Kebutuhan faali : Umur sampai 1 tahun 100cc/ KgBB
Umur 1-5 tahun 75cc/ KgBB
Umur 5-15 tahun 50cc/ Kg BB
d. Sesuai dengan anjuran Moncrief maka 17/20 bagian dari total cairan diberikan dalam
bentuk larutan Ringer Laktat dan 3/20 bagian diberikan dalam bentuk koloid. Ringer laktat
dan koloid diberikan bersama dalam botol yang sama. Dalam 8 jam pertama diberikan ½
jumlah total cairan dan dalam 16 jam berikutrnya diberikan ½ jumlah total cairan.
3. Bila luka bakar Derajat II dalam, III atau lebih dari 25 % pasien dirujuk ke Rumah Sakit.
4. Pengobatan
a.Suntikan ATS pada pasien
1). ATS 1 x 100.000 unit untuk BB > 50 kg (test dulu) atau ATS 1 x 60.000 unit untuk BB 50
kg (test dulu).
2). Membaca hasil test :
Bila hasil test negatif berikan 50.000 unit IV dan 50.000 unit IM (BB : 50 kg).
Bila hasil test negatif berikan 30.000 unit IV dan 30.000 unit IM (BB : 50 kg).
Bila hasil test positif, lakukan bedreska dengan cara sbb :
Ambil ATS 0,1 ml
Lengan setengah bagian voler direnggangkan, kemudian disuntikkan ATS subcutan,
tunggu 30 menit
Baca hasil test ; bila ada indurasi maka test positif
ATS 0,1 ml + 0,5 NaCl masuk secara SC perlahan – lahan
Setelah 30 menit, ATS 0,5 ml + 0,5 NaCl masuk secara SC perlahan – lahan
Setelah 30 menit, ATS dimasukkan semua secara IM perlahan – lahan.
Jika telah mendapat imunisasi toksoid tetanus (TT) maka hanya diberikan 1 dosis boster
0,5 ml secara IM.
b.Antibiotik diberikan selama 5 hari : ( amoxicilin 500 mg atau ciprofloxacin 500 mg )
Dosis : Dewasa 250 mg – 500 mg 3 x 1 tab
Anak – anak 20 mg/Kg BB/Hari
c.Diberikan analgesik : ( parasetamol atau antalgin atau asam mefenamat )
Dosis : Dewasa 250 mg – 500 mg 3 x 1
Anak – anak 3 x ¼ tab (parasetamol 10 mg/kg/BB)
d.Krim antibiotik gentamisin 0,1 % krim dioleskan pada bagian yang luka
F. PENYULUHAN
1 Memberitahu klien untuk menghubungi petugas kesehatan/puskesmas bila ada nyeri tiba
– tiba atau menetap, demam atau menggigil, luka keluar nanah, pembengkakan cepat, bau
tidak sedap atau kemerahan.
2 Memberitahu klien untuk kontrol 3 hari lagi.
3 Memberitahu klien jangan lupa minum obat sesuai dengan aturannya.
4 Menjelaskan pada klien agar banyak mengkonsumsi makanan yang banyak protein.
G. FOLLOW UP
1. Mengontrol luka setiap 3 hari sekali kecuali jika luka infeksi kontrol setiap hari.
2. Mengevaluasi apakah ada gangguan dalam penyembuhan dan pergerakan otot atau
sendi.
3. Mencatat hasil kegiatan pada status klien.
Lampiran
c. Mengecek adanya kebocoran sarung tangan dengan cara membuka hanscoen. Jika
terdapat lubang atau terasa adanya udara keluar dari hanscoen (bocor) maka handscoen
dibuang. Jika tidak ada kebocoran, letakkan sarung tangan kiri di tempat yang steril.
Memegang sarung tangan dengan tangan kiri pada bagian dalam sarung tangan, masukkan
jari-jari perlahan sampai semua jari pas pada bagiannya, lalu dengan tangan kiri tetap
memegang bagian dalam sarung tangan ke dalam hingga sarung tangan terpakai dengan
sempurna.
d. Begitu juga sebaliknya pada saat memakai sarung tangan kiri.
SOP Pemakaian Scort
b. Membuka scort dengan tangan kanan bagian dalam (jangan menyentuh bagian luar).
c. Memasukkan tangan kanan ke lubang lengan tangan kanan, begitu sebaliknya untuk
tangan kiri.
d. Meminta tolong kepada asisten untuk mengikatkan tali scort di belakang punggung.
SOP RESUSITASI
2. Bersihkan jalan nafas dengan cara cross finger atau bila perlu lakukan penghisapan
(suction).
SOP Cross finger (sapuan dengan jari)
1) Posisikan kepala pasien miring kurang lebih 45 derajat ke arah kita
2) Silangkan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang sama dengan arah berlawanan letakkan
pada gigi bagian atas dan bawah di sudut mulut pasien.
3) Lebarkan/jauhkan jari untuk membuka rahang pasien
4) Usap keluar bila terdapat sisa muntah, darah, gigi, atau benda asing lainnya yang
menyumbat jalan nafas dengan cara melakukan usapan memutar searah jarum jam kearah
luar
5) Hati-hati jangan sampai mendorong benda asing (sisa makanan, gigi palsu) masuk
lebih jauh ke jalan nafas
3. Apabila jalan nafas masih tersumbat, meskipun sudah kita lakukan manuver tersebut,
maka kita pasang alat bantu jalan nafas, untuk menjaga lidah menutupi jalan nafas.
- Non invasif, dengan pipa orofaring dan pipa nasofaring
B ( Breathing ) / PERNAFASAN
1. Evalusi pernafasan tidak lebih dari 10 detik.
2. Bila pasien tidak bernafas spontan atau adekuat maka pasien dianggap tidak bernafas.
3. Memberikan pernafasan buatan 2 kali, dengan cara :
a. Mouth to mouth ventilation ;
Cara ini sudah tidak dianjurkan karena bahaya infeksi, karena itu harus selalu memakai alat
perantara yang terbuat dari plastic (masker) yang dapat ditempatkan antara mulut penderita
dan mulut penolong. Caranya sebagai berikut :
1) Petugas memakai masker dan sarung tangan sekali pakai (lihat SOP memakai masker
dan sarung tangan)
2) Pakaikan masker penutup mulut dan hidung pasien, pegang dengan ibu jari dan
telunjuk jari tangan kiri serta kanan
3) Angkat sudut rahang bawah kedepan dengan jari tangan yang lain sehingga masker
betul-betul menutup muka pasien, tidak bocor
4) Tiupkan udara melalui pipa di ujung masker
C ( Circulation ) / SIRKULASI
1. Setelah memberikan 2 kali nafas buatan tentukan keadaan sirkulasi pasien dengan
meraba denyut nadi
Catatan : (menurut UK Resuscitation Council 2010 : langsung kompresi, tidak memberikan
nafas buatan lebih dahulu)
2. Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kita meraba denyut arteri karotis pada
orang dewasa atau anak-anak, arteri brachial pada bayi
3. SOP pemeriksaan arteri karotis :
a. Letak arteri karotis terdapat di kedua sisi laring, diantara jakun yang berjalan dari
telinga, melintas leher menuju bagian atas tulang dada
b. Kepala pasien kita tarik ke bawah, raba jakun dengan 2 jari, kemudian jari digeser ke
celah antara jakun dan jalinan otot. Disitu akan teraba denyutan.
c. Raba selama 5 detik sebelum memutuskan tidak ada denyutan
4. Bila tidak ada denyutan maka kita lakukan kompresi dada / pijat jantung
SOP pijat jantung pada dewasa:
a. Penolong berdiri disamping kanan pasien
b. Letakan telapak salah satu tangan tepat ditengah dada penderita ( 2 jari di atas
prosessus xyphoideus ). Untuk bayi letakkan jari telunjuk dan jari tengah di tengah dada.
c. Letakkan telapak tangan lainnya di atas telapak tangan pertama
d. Saling tautkan jari – jari tangan dan pastikan posisi tangan tidak menyamping diatas iga.
Jangan meletakkan kedua tangan di perut atas atau tepi bawah tulag dada
e. Posisikan bahu penolong tegak lurus dada pasien dan dengan tumpuan pada telapak
tangan, tekan dengan menggunakan berat badan penolong ke arah dada hingga dada
tertekan sedalam 4 – 5 cm.
f. Setelah setiap kompresi, hilangkan tekanan sepenuhnya tanpa melepaskan kontak
antara telapak tangan penolong dengan dada pasien, ulangi dengan kecepatan 100
kompresi per menit
g. Setelah 30 kali kompresi berikan 2 kali nafas buatan
h. Lakukan selama 5x siklus, setelah itu cek pulsasi carotis
( menurut UK Resuscitation Council 2010 : hanya menghentikan resusitasi bila ada tanda
pulih nafas atau nadi)
i. Tukarlah posisi setiap 2 menit untuk menghindari kelelahan penolong
DAFTAR PUSTAKA