Anda di halaman 1dari 2

Laely Nafi’atus Sholekhah

1102416022
Rombel 1
Selasa, 19 Desember 2017

ANALISIS BERITA PADA PEMBERITAAN KOMPAS.COM


TENTANG KURANGNYA GURU SMK DI INDONESIA
Analisis sosial berita berita dari pemberitaan tentang kurangnya guru SMK di
Indonesia yang di publikasikan Kompas.com dengan judul “Indonesia Masih Butuh Banyak
Guru SMK” terbit 29 November 2017, pukul 07.09 WIB secara online. Di Indonesia saat ini
sudah kekurangan guru produktif. Sebelumya Presiden Jokowi mengatakan, pembangunan
fisik harus diikuti dengan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) menjadi tulang punggung pembentukan SDM berkualitas.
Namun, kendala yang dihadapi SMK saat ini adalah keterbatasan jumlah guru
produktif. Sekira 80 persen guru SMK merupakan guru normatif yang mengampu pelajaran
Bahasa Indonesia, Agama, Bahasa Inggris dan PKN.
Beliau meminta SMK harus banyak guru yang mumpuni mengajrkan ketrampilan sesuai
kebutuhan dunia industri. Dengan begitu, lulusan SMK dapat erseah di dunia kerja. Presiden
Jokowi menegaskan ketersediaan tenaga kerja terampil sangat dibutuhkan untuk operasional
sejumlah infstruktur yang dibangun pemerintah. “Pendidikan kita ke depan harus mau
berubah total, bukan normatif rutinitas. Karena tantangannya sudah berbeda,” katanya
(28/11/2017).
Indonesia kekurangan guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) produktif.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendata kebutuhan guru produktif
sejumlah 94.553 orang.
Sementara, guru produktif yang ada saat ini hanyalah 52.692 orang. Dengan demikian,
kekurangan guru produktif mencapai 41.861 orang.
Plt Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Hamid Muhamad mengatakan,
pemerintah membuat program khusus untuk bisa menutup kekurangan itu melalui Program
Keahlian Ganda bagi guru normatif. Praktisi pendidikan, Sumarna Surapranata menuturkan,
progam guru keahlian ganda menjadi solusi untuk menutupi kekurangan pengajar dengan
cepat. Mantan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ini mengesahkan.
Pemerintah harus melanjutkan program keahlian ganda.
Program keahlian ganda bagi guru normatif SMK tahap pertama berhasil menyeleksi
12.741, dan akan bertambah 15.000 pada tahap kedua tahun 2017 ini.
Dalam program keahlian ganda tahap kedua, ada 53 bidang keahlian yang bisa dipilih calon
peserta program keahlian ganda.
Jadi pada 53 bidang keahlian ganda tersebut adalah bidang keahlian yang termasuk di dalam
empat bidang prioritas. Melalui prora tersebut, guru normatif bisa mendapatkan sertifikat
keahlian sebagai guru produktif. Mereka akan mengikuti pelatihan yang dibagi menjadi lima
tahap, sebelum mendapat sertifikat keahlian.
Sertifikat tersebut diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP) yang telah mendapatkan
lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Tahapan yang mesti dijalani para guru adalah ON-1, IN-1, ON-2, IN-2, dan magang kerja
industri.
Pada tahap ON-1, para peserta selama 12 minggu diberikan materi pengalaman dasar
kompetensi kejuruan dan belajar secara mandiri dengan modul.
Pada tahap IN-1, peserta akan diberi materi penyusunan perangkat pembelajaran dan
penguatan materi melalui modul. Materi itu diberikan selama delapan minggu.
Kemudian, para guu yang ikut program keahlian ganda akan magang mengajar sebagai guru
produktif di kelas (SMK), di bengkel atau labolatorium, sekaligus belajar mandiri melalui
modu pada tahap ON-2. Materi-materi tersebut diberikan selama 12 minggu.
Tahap berikutnya yaitu IN-2, peserta akan menerima penguatan materi, penajaman
kompetensi keahlian dan uji kompetensi oleh LSP.
Dan pada tahap terakhir guru akan menjalani magang kerja industri selama dua bulan.
Pemerintah seharusnya memperpanjang program guru keahlian ganda. Bahkan
diperluas, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan guru produktif saja. Tapi juga untuk
memenuhi kebutuhan guru mata pelajaran umum yang dikenal dengan program keahlian
ganda mayor minor. Berharap saja, dirjen GTK yang baru bisa melanjutkan program yang
sudah ada dengan dibarengi beragam kebijakan inovatif dan solutif. Karena permasalahan
jumlah pengajar menjadi yang paling mendasar dan laten dalam dunia pendidikan nasional.
Kedepan program keahlian ganda bukan produktif saja. Tetapi kelas keahlian ganda untuk
mata pelajaran.
Saat ini, badan kepegawaian Negara (BKN) masih menghitung jumlah kekurangan pengajar
di setiap daerah, terutama untuk penempatan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Bapak Pranata menjelaskan, wacana merekrut dengan sistem pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja (PPPK) juga harus dikaji komprehensif. P3K memang harus menjadi opsi
realistis utuk menutupi kekurangan guru.
Program Guru Garis Depan, selain program guru keahlian ganda dan wacana P3K,
pemerintah juga sudah menjalankan program Guru Garis Depan (GGD) dengan mencetak
6.296 pengajar. Masalah krusial pada guru adalah tenaga PNS di tanah air sudah berlebih
namun distribusinya tidak merata. Rasio guru di Indonesia termasuk termewah di dunia.
Yakni; 1;9 utuk SMK 1;14 dan untuk SMA. Dalam pihak pakar pendidikan sudah berusaha
untuk mendistribusikan tapi perlu dukungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi
Sebelumnya, kepla BKN Bima Haria Wibisiana menuturkan, sistem P3K akan mendukung
upaya redistribusi. Menurut dia, dengan sistem kontrak, guru ak bisa meminta dimutasi
karena telah terikat kontrak kerja.
Wacana P3K ini karena banyak masalah pengajar kehilangan motivasi ketika sudah PNS.
Mereka minta pindah dan tidak ada motivasi mengajar lagi. Supaya tidak terjadi ada formasi
P3K, para pengajar harus mengabdi sesuai perjanjian mereka.

SUMBER : kompas.com

Anda mungkin juga menyukai