Penilaian Alternatif
Penilaian Alternatif
Adapun alternatif untuk penilaian tradisional (Gronlund, Linn & Davis, 2000; Popham,
2002). Mari kita bahas trentren dalam penilaian ini.
Penilaian autentik
Penilaian autentik berarti mengevaluasi pengetahuan atau keahlian murid dalam konteks yang
mendekati dunia riil atau kehidupan nyata sedekat mungkin (Pokey & Siders, 2001).
Penilaian tradisional menggunakan tes yang sering kali di luar konteks dunia nyata. Kini
berkembang tren untuk menilai murid dengan soal-soal yang lebih mencerminkan realitas
(Palomba & Bantai, 1999). Dalam beberapa kalangan, istilah penilaian berbasis kinerja dan
penilaian autentik saling dipertukarkan. Namun, tidak semua penilaian berbasis kinerja itu
autentik McMillan, 2002).
Ciri-ciri Penilaian Berbasis Kinerja. Penilaian berbasis kinerja sering mencakup penekanan
pada “melakukan” aktivitas terbuka di mana tidak ada jawaban yang benar dan objektif dan
penilaian ini bisa menilai pemikiran level tinggi. Penilaian kinerja terkadang juga realistis.
Evaluasi kinerja kerap menggunakan metode evaluasi langsung, penilaian diri, penilaian
kinerja kelompok dan individual, serta lebih banyak memakan waktu (Hambleton, 1996).
Pedoman untuk Penilaian Berbasis Kinerja. Pedoman penggunaan penilaian berbasis kinerja
mencakup empat isu umum (Airasian, 2001):
(1) menentukan tujuan yang jelas;
(2)mengidentifikasi kriteria yang dapat diamati;
(3) memberi setting yang tepat; dan
(4) menilai kinerja.
Pastikan bahwa setiap penilaian kinerja memiliki tujuan yang jelas dan keputusan yang jelas
dapat diambil dari penilaian itu (McKinley, Boulet & Hambleton, 2000). Tujuan itu bisa
bermacam-macam: memberi nilai/grade, mengevaluasi kemajuan murid, mengenali
langkahlangkah penting dalam kinerja, menghasilkan produk yang dapat dimasukkan dalam
portofolio pembelajaran, memberi contoh konkret dari hasil karya murid untuk pendaftaran
ke universitas atau program lain, dan sebagainya.
Menilai Rubrik
Berikut ini beberapa strategi yang baik untuk menilai rubrik dalam penilaian kinerja
(Goodrich, 1997; McMillan, 2001; Re: Learning by Design, 2000):
1. Sesuaikan tipe rating dengan tujuan dari penilaian. Jika tujuan Anda lebih global dan
Anda perlu penilaian umum, gunakan skala holistis. Jika tujuan Anda memberi
tanggapan spesifik terhadap beberapa aspek dari kinerja, gunakan pendekatan yang
lebih analitis.
2. Bicarakan kriteria dengan murid sebelum instruksi. Ini harus dilakukan untuk
mendorong murid menggunakan deskripsi tersebut sebagai standar kerja mereka.
3. Buat rubrik Anda dari atas, mulai dari deskripsi contoh kinerja. Bahkan jika tidak ada
murid yang mencapai level contoh kinerja, rubrik itu harus didasarkan pada level
yang tinggi sebagai patokan penilaian. Strategi yang baik adalah menggunakan dua
atau tiga contoh hasil yang bagus, bukan hanya satu, sehingga murid tidak dibatasi
dalam pemikiran mereka tentang apa itu kinerja yang bagus. Setelah Anda
mendeskripsikan level kualitas terbaik, deskripsikan level terburuk, kemudian
deskripsikan level menengah.
4. Susun bahasa rubrik untuk masing-masing kriteria atau nilai secara hati-hati. Gunakan
kata-kata seperti baik sekali dan baik, dan deskripsikan dengan cermat apa makna dari
istilah itu. Biasanya Anda butuh penjelasan satu paragraf untuk masing-masing
kriteria atau nilai yang mencakup indikator konkret pemenuhan kriteria.
5. Rubrik harus autentik. Kriteria harus membedakan derajat kinerja secara valid, tidak
asal-asalan. Berikut ini beberapa kriteria yang sering dipakai dalam menilai soal
menulis dalam ujian kinerja skala besar: penataan tulisan, penggunaan/pilihan kata,
fokus, susunan kalimat, mekanik dan suara. Akan tetapi, kriteria berikut ini lebih
autentik karena berhubungan dengan dampak penulisan (dan juga mencakup kriteria
yang telah disebutkan di atas tanpa membatasi penulis pada konvensi dan aturan):
kejelasan, kemudahan untuk diingat, daya persuasi, dan daya tarik.
6. Tunjukkan contoh kepada murid. Biarkan murid mempelajari contoh dari hasil yang
baik dan kurang baik. Identifikasilah apa-apa yang menyebabkan sebuah karya
menjadi baik atau buruk.
7. Ambil langkah yang tepat untuk meminimalkan kesalahan penilaian. Sistem penilaian
harus objektif dan konsisten. Beberapa jenis kesalahan penilaian harus dihindari saat
menilai rubrik. Kesalahan paling umum adalah bias personal dan “efek halo” dari
orang yang membuat penilaian. Bias personal muncul ketika guru cenderung memberi
murid nilai tinggi (seperti lebih banyak nilai 5 dan 6 pada skala poin 1-6), nilai rendah
(lebih banyak nilai 1 atau 2), atau nilai di tengah (kebanyakan mendapat nilai 3 atau
4). Efek halo terjadi ketika kesan umum guru terhadap murid memengaruhi nilai pada
kinerja tertentu. Misalnya, jika guru menyukai seorang murid, dia mungkin memberi
nilai lebih tinggi ketimbang murid lain yang lebih layak menerimanya. Jika guru tidak
menyukai seorang murid, mungkin dia cenderung mengurangi nilainya. Efek halo
juga terjadi ketika rating guru atas dimensi sebuah rubrik memengaruhi dimensi
rubrik lain.
Penilaian Portofolio
Minat terhadap penilaian portofolio meningkat dramatis di tahun-tahun belakang- an ini.
Penilaian portofolio amat berbeda dari penilaian pembelajaran tradisional. meringkas
perbedaan tajam antara testing portofolio dengan testing tradisional. Sebuah portofolio terdiri
dari sekumpulan hasil karya murid yang sistematis dan terorganisir, yang menunjukkan
keahlian dan prestasi murid. Sebuah portofolio adalah sekumpulan hasil kerja yang berguna
untuk memberi tahu kita tentang kemajuan dan prestasi siswa (Minzes, Wandersee & Novak,
2001; Weasmer & Woods, 2001). Portofolio lebih dari sekadar kompilasi paper murid yang
ditumpuk di map atau kumpulan catatan saja (Hatch, 2000). Agar bisa disebut portofolio,
setiap karya atau hasil kerja harus dibuat dan ditata sedemikian rupa sehingga menunjukkan
kemajuan dan mengarah pada satu tujuan. Portofolio dapat men- cakup banyak tipe karya,
seperti contoh tulisan, entri jurnal, rekaman video, karya seni, komentar guru, poster,
wawancara, puisi, hasil ujian, solusi problem, catatan komunikasi dengan bahasa asing,
penilaian diri, dan prestasi-prestasi lainnya. Portofolio dapat dikumpulkan pada kertas, foto,
dan rekaman, video, atau disket atau hardisk komputer, atau CD-ROM.
Empat kelompok bukti yang dapat diletakkan dalam portofolio adalah artifak, reproduksi,
kesaksian atau pengesahan karya, dan produksi (Barton & Collins, 1997).
Artifak adalah dokumen atau produk, seperti paper dan pekerjaan rumah siswa, yang
dihasilkan selama masa akademik normal di kelas. Reproduksi adalah dokumentasi kerja
murid di luar kelas, seperti proyek spesial atau wawancara. Misalnya, deskripsi murid tentang
wawancara dengan ilmuwan lokal di komunitas tentang kerja sang ilmuwan disebut
reproduksi. Pengesahan atau atestasi merepresentasikan dokumentasi kemajuan murid yang
dibuat oleh guru atau orang berwenang lainnya. Misalnya, guru menulis catatan evaluasi
tentang presentasi lisan siswa dan menempatkannya di portofolio murid.
Produksi adalah dokumen yang dibuat murid terutama untuk portofolio. Produksi terdiri dari
tiga tipe material: pernyataan tujuan, refleksi, dan caption. Murid membuat pernyataan tujuan
tentang kerja mereka dan mendeskripsikan kemajuannya, dan membuat caption yang
mendeskripsikan setiap hasil kerja mereka dalam portofolio beserta arti pentingnya.
5) memberi penilaian.
Penilaian. Dibutuhkan waktu untuk menilai portofolio (Airasian, 2001). Guru harus
mengevaluasi bukan hanya setiap item tetapi juga portofolio secara keseluruhan. Bila tujuan
portofolio adalah memberi informasi deskriptif tentang murid untuk guru level selanjutnya,
maka portofolio itu tidak perlu diberi nilai atau diringkas. Namun, jika tujuannya adalah
untuk
mendiagnosis, perbaikan, memberi data untuk instruksi yang efektif, memotivasi murid untuk
merefleksikan kinerja mereka, atau memberi nilai (grade) kepada murid, maka penilaian dan
ringkasan harus dilakukan. Daftar periksa dan skala rating biasanya dipakai untuk tujuan ini.
Sebagaimana aspek penilaian portofolio lainnya, beberapa guru memberi murid kesempatan
untuk mengevaluasi dan mengkritik karya mereka sendiri.
3. Bagaimana saya memberi bobot pada jenis bukti yang berbeda dalam menentukan
nilai?
Banyak guru tidak menggunakan pekerjaan rumah sebagai komponen untuk penilaian.
Salah satu alasannya adalah ketika nilai murid tergantung kepada PR atau tugas lain
yang dikerjakan di luar kelas, orang tuanya mungkir, ikut membantu atau bahkan
mengerjakan sendiri tugas itu agar anaknya dapat nilai yang bagus. Alasan lain adalah
murid dengan lingkungan rumah yang lebih baik akan lebih diuntungkan.
Sebagaimana dengan aspek penilaian kelas lainnya, penilaian anda harus
mensintesiskan informasi-informasi untuk mendapatkan nilai murid. Jika seorang
murid tidak mengerjakan beberapa tugas, beberapa guru menurunkan nilai murid.
Kartu Laporan.
Kartu laporan (report card) adalah metode standar pelaporan kemajuan dan nilai murid ke
orang tuanya. Formulir penilaian pada kartu laporan ini bervariasi dari satu sekolah dengan
sekolah lainnya, dan dalam banyak kasus dari satu level grade ke level lainnya. beberapa
kartu laporan memberikan nilai dengan huruf (biasanya A, B, C, D, dan F, terkadang juga
menggunakan plus dan minus).
Berikut ini beberapa strategi yang baik untuk bertemu dengan orang tua guna membicarakan
kemajuan dan nilai anak (Payne, 1997).
1. Bersiaplah lebih dahulu. Review kinerja murid sebelum bertemu dengan orang tua.
Pikirkan apa yang akan Anda katakan kepada orang tua siswa.
2. Bersikaplah positif. Bahkan jika murid kinerjanya buruk, cobalah cari setidaknya satu
mata pelajaran yang nilainya lebih baik. Ini bukan berarti mengabaikan prestasinya
yang kurang, tetapi ini berarti memberikan area positif sebagai pelengkap area
negatif.
3. Bersikaplah objektif. Meskipun Anda ingin mencari aspek positif dari catatan murid
untuk dikomunikasikan ke orang tua, bersikaplah objektif dan jujur. Jangan beri orang
tua harapan palsu apabila anaknya punya kemampuan rendah dalam mata pelajaran
tertentu.
4. Berlatihlah keterampilan komunikasi yang baik, ini berarti menjadi pendengar aktif
dan memberi kesempatan kepada orang tua untuk ikat berpartisipasi dalam
percakapan.
5. Jangan bicara tentang murid lain. Fokus konferensi orang tua-guru adalah pada anak
orang tua itu. Jangan membanding-bandingkan anak dengan anak lain.
Portofolio Elektronik
Seperti telah kita lihat di awal bab ini, penilaian portofolio makin banyak dipakai. Istilah
portofolio
elektronik dan portofolio berbasis komputer dipakai untuk men- deskripsikan hasil tugas
portofolio
yang disimpan dalam format elektronik (Hardy, 2001; Lankes, 1995). Simpanan itu bisa
berupa
teks, grafik, suara, dan video.
David Niguidula (1997) mendesain software komputer yang memuat portofolio elektronik.
Dia percaya bahwa adalah
penting untuk mengintegrasikan pertimbangan di bawah ini ke dalam setiap rancangan
portofolio elektronik murid.
Visi
Menu utama dari portofolio elektronik harus memuat tujuan yang merefleksikan visi dari apa
yang harus diketahui dan
dilakukan murid. Misalnya, di satu SMA, bidang yang harus dikuasai murid adalah
komunikasi, keterampilan, refleksi,
pengetahuan, penghargaan diri dan orang lain. Pada sekolah lainnya, menu bisa berupa tujuan
seperti pengetahuan
atas materi pelajaran, kemampuan berpikir kritis, keahlian komunikasi yang efektif, dan kerja
sama. Saat murid dan
guru bekerja sama dalam menyusun portofolio, mereka bisa mempertimbangkan bagaimana
aktivitas di kelas
berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
Penilaian
Penilaian menyangkut soal yang berhubungan dengan pertanyaan seperti “Bagaimana murid
bisa me: demonstrasikan
bahwa mereka telah mencapai tujuan pembelajaran?” “Bagaimana portofolio akan dievaluasi
dan dinilai?” dan “Untuk
siapa portofolio itu ditujukan?”
Teknologi
Teknologi melibatkan pembuatan keputusan tentang apa hardware dan software dan jaringan
yang dibutuhkan. Di
sebuah sekolah di mana guru dan murid menghabiskan sebagian besar waktunya sebagai tim
(sekitar delapan murid
dan tiga guru), setiap tim mendapat enam komputer, dan setidaknya satu komputer yang
punya kemampuan
multimedia, satu scanner, dan satu printer laser. Di sekolah lain, lima sampai lima belas
komputer dipakai sebagai stasiun
portofolio elektronik. Idealnya, sekolah harus punya koordinator teknis yang dapat membantu
guru menyiapkan
portofolio elektronik. Di satu SMA, koordinator teknik sekolah menyiapkan satu kelas yang
terdiri dari 20 murid untuk
membuat portofolio elektronik yang nantinya mereka akan menjadi tim pembantu dalam
menyusun portofolio untuk
seluruh kelas di sekolah tersebut.
Logistik
Harus diambil keputusan tentang kapan informasi akan ditempatkan dalam portofolio
elektronik, siapa yang akan
melakukannya, siapa yang akan memilih hasil karya, dan siapa yang akan mengulas karya itu.
Hal ini akan
membutuhkan waktu dari guru dan murid. Dua guru sekolah menengah di Pierre van
Cortlandt Middle School di
Croton-Harmon, NewYork, mendeskripsikan logistik portofolio elektronik sebagai
“pengumpulan, pemilihan,
perenungan, dan penyajian.” Murid harus memikirkan entri yang akan mereka kumpulkan,
bagaimana memilih entri
yang paling baik dalam merepresentasikan kemampuan mereka, bagaimana merefleksikan
atau mengulas makna dari
portofolio mereka, dan bagaimana menyajikan apa- apa yang telah mereka pelajari. Demikian
pula, guru perlu
dilibatkan dalam langkah-langkah ini.
Kultur Sekolah
Kultur sekolah adalah aspek penting dari apakah portofolio elektronik akan aspek inovatif
dari pembelajaran murid
atau hanya sekadar versi teknologi dari penyimpanan arsip. Beberapa administrator sekolah
dan guru di tempat
Niguidula bekerja telah menyajikan pernyataan visi mereka kepada orang lain untuk
mendapatkan umpan balik, yang
akan membantu mereka untuk memperbaiki tujuan pembelajaran mereka. Ketika komunitas
sekolah mendorong guru,
murid dan pihak lain untuk merenungkan tujuan pembelajaran mereka dan mengintegrasikan
teknologi di kelas secara
efektif, portofolio elektronik dapat menjadi lebih dari sekadar simpanan arsip. Portofolio itu
dapat menyajikan dimensi
yang penting dan bermakna dari pembelajaran murid.
Pencatatan
Pencatatan atau penyimpanan catatan adalah beban bagi banyak guru, sementara
informasi nilai merupakan kegiatan yang membutuhkan banyak pencatatan. Untungnya,
beban ini kini dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi komputer (Maddux,
Johnson & Willis, 1997). Misalnya, buku rapor elektronik dapat mencatat nilai-nilai
murid dalam satu pelajaran. Program Grade 2 buatan Excelsior dapat menyimpan banyak
tipe informasi murid, seperti nilai ujian, nilai proyek, tugas PR, nilai semester, dan
penilaian guru. Setiap komponen dari sistem penilaian