Anda di halaman 1dari 10

PENILAIAN ALTERNATIF

Adapun alternatif untuk penilaian tradisional (Gronlund, Linn & Davis, 2000; Popham,
2002). Mari kita bahas trentren dalam penilaian ini.

Tren dalam Penilaian Alternatif


Salah satu tren terbaru adalah menyuruh murid untuk memecahkan beberapa tipe problem
autentik atau menyelesaikan suatu proyek atau mendemonstrasikan beberapa keahlian di luar
konteks ujian atau esai (Montgomery, 2001). Tren lainnya adalah menyuruh murid untuk
membuat portofolio pembelajaran untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari
(Berryman & Russell, 2001). Penilaian alternatif itu dibutuhkan agar instruksi kompatibel
dengan pandangan kontemporer tentang pembelajaran dan motivasi.

Penilaian autentik
Penilaian autentik berarti mengevaluasi pengetahuan atau keahlian murid dalam konteks yang
mendekati dunia riil atau kehidupan nyata sedekat mungkin (Pokey & Siders, 2001).
Penilaian tradisional menggunakan tes yang sering kali di luar konteks dunia nyata. Kini
berkembang tren untuk menilai murid dengan soal-soal yang lebih mencerminkan realitas
(Palomba & Bantai, 1999). Dalam beberapa kalangan, istilah penilaian berbasis kinerja dan
penilaian autentik saling dipertukarkan. Namun, tidak semua penilaian berbasis kinerja itu
autentik McMillan, 2002).

Penilaian Berbasis Kinerja


Berpindah dari penilaian tradisional dengan tes objektif ke penilaian berbasis kinerja telah
dideskripsikan sebagai berpindah dari “mengetahui” ke “menunjukkan” (Burz & Marshall,
1996). Penilaian kinerja mencakup apa-apa yang umumnya dianggap sebagai kinerja aktual
murid (seperti dalam bnidang tari, musik, dan pendidikan fisik/olahraga), dan juga paper esai,
proyek, presentasi oral, eksperimen, dan portofolio. Gambar 16.7 menunjukkan contoh
penilaian berbasis kinerja untuk pelajaran sains (Solano-Flores & Shavelson, 1997). Kita
akan membahas ciri-ciri utama dari penilaian berbasis kinerja, pedoman untuk
menggunakannya, dan kekuatan dan kelemahannya.

Ciri-ciri Penilaian Berbasis Kinerja. Penilaian berbasis kinerja sering mencakup penekanan
pada “melakukan” aktivitas terbuka di mana tidak ada jawaban yang benar dan objektif dan
penilaian ini bisa menilai pemikiran level tinggi. Penilaian kinerja terkadang juga realistis.
Evaluasi kinerja kerap menggunakan metode evaluasi langsung, penilaian diri, penilaian
kinerja kelompok dan individual, serta lebih banyak memakan waktu (Hambleton, 1996).

Pedoman untuk Penilaian Berbasis Kinerja. Pedoman penggunaan penilaian berbasis kinerja
mencakup empat isu umum (Airasian, 2001):
(1) menentukan tujuan yang jelas;
(2)mengidentifikasi kriteria yang dapat diamati;
(3) memberi setting yang tepat; dan
(4) menilai kinerja.
Pastikan bahwa setiap penilaian kinerja memiliki tujuan yang jelas dan keputusan yang jelas
dapat diambil dari penilaian itu (McKinley, Boulet & Hambleton, 2000). Tujuan itu bisa
bermacam-macam: memberi nilai/grade, mengevaluasi kemajuan murid, mengenali
langkahlangkah penting dalam kinerja, menghasilkan produk yang dapat dimasukkan dalam
portofolio pembelajaran, memberi contoh konkret dari hasil karya murid untuk pendaftaran
ke universitas atau program lain, dan sebagainya.
Menilai Rubrik
Berikut ini beberapa strategi yang baik untuk menilai rubrik dalam penilaian kinerja
(Goodrich, 1997; McMillan, 2001; Re: Learning by Design, 2000):
1. Sesuaikan tipe rating dengan tujuan dari penilaian. Jika tujuan Anda lebih global dan
Anda perlu penilaian umum, gunakan skala holistis. Jika tujuan Anda memberi
tanggapan spesifik terhadap beberapa aspek dari kinerja, gunakan pendekatan yang
lebih analitis.
2. Bicarakan kriteria dengan murid sebelum instruksi. Ini harus dilakukan untuk
mendorong murid menggunakan deskripsi tersebut sebagai standar kerja mereka.
3. Buat rubrik Anda dari atas, mulai dari deskripsi contoh kinerja. Bahkan jika tidak ada
murid yang mencapai level contoh kinerja, rubrik itu harus didasarkan pada level
yang tinggi sebagai patokan penilaian. Strategi yang baik adalah menggunakan dua
atau tiga contoh hasil yang bagus, bukan hanya satu, sehingga murid tidak dibatasi
dalam pemikiran mereka tentang apa itu kinerja yang bagus. Setelah Anda
mendeskripsikan level kualitas terbaik, deskripsikan level terburuk, kemudian
deskripsikan level menengah.
4. Susun bahasa rubrik untuk masing-masing kriteria atau nilai secara hati-hati. Gunakan
kata-kata seperti baik sekali dan baik, dan deskripsikan dengan cermat apa makna dari
istilah itu. Biasanya Anda butuh penjelasan satu paragraf untuk masing-masing
kriteria atau nilai yang mencakup indikator konkret pemenuhan kriteria.
5. Rubrik harus autentik. Kriteria harus membedakan derajat kinerja secara valid, tidak
asal-asalan. Berikut ini beberapa kriteria yang sering dipakai dalam menilai soal
menulis dalam ujian kinerja skala besar: penataan tulisan, penggunaan/pilihan kata,
fokus, susunan kalimat, mekanik dan suara. Akan tetapi, kriteria berikut ini lebih
autentik karena berhubungan dengan dampak penulisan (dan juga mencakup kriteria
yang telah disebutkan di atas tanpa membatasi penulis pada konvensi dan aturan):
kejelasan, kemudahan untuk diingat, daya persuasi, dan daya tarik.
6. Tunjukkan contoh kepada murid. Biarkan murid mempelajari contoh dari hasil yang
baik dan kurang baik. Identifikasilah apa-apa yang menyebabkan sebuah karya
menjadi baik atau buruk.
7. Ambil langkah yang tepat untuk meminimalkan kesalahan penilaian. Sistem penilaian
harus objektif dan konsisten. Beberapa jenis kesalahan penilaian harus dihindari saat
menilai rubrik. Kesalahan paling umum adalah bias personal dan “efek halo” dari
orang yang membuat penilaian. Bias personal muncul ketika guru cenderung memberi
murid nilai tinggi (seperti lebih banyak nilai 5 dan 6 pada skala poin 1-6), nilai rendah
(lebih banyak nilai 1 atau 2), atau nilai di tengah (kebanyakan mendapat nilai 3 atau
4). Efek halo terjadi ketika kesan umum guru terhadap murid memengaruhi nilai pada
kinerja tertentu. Misalnya, jika guru menyukai seorang murid, dia mungkin memberi
nilai lebih tinggi ketimbang murid lain yang lebih layak menerimanya. Jika guru tidak
menyukai seorang murid, mungkin dia cenderung mengurangi nilainya. Efek halo
juga terjadi ketika rating guru atas dimensi sebuah rubrik memengaruhi dimensi
rubrik lain.

Mengevaluasi Penilaian Berbasis Kinerja.


Banyak psikolog pendidikan mendukung penilaian berbasis kinerja (Eisner, 1999; Stiggins,
2001, 2002). Mereka percaya penilaian berbasis kinerja akan membuat murid lebih aktif
dalam pembelajaran dan mendorong pemikiran pada level yang lebih tinggi, mengukur hal-
hal yang benar-benar penting dalam kurikulum, dan penilaian dapat dikaitkan dengan
pengalaman dunia riil. Beberapa negara bagian, seperti Kentucky dan Vermont,
menggunakan penilaian kinerja tingkat nasional. Misalnya, Kentucky Instructional Results
Information System mencakup sejumlah domain (seperti sains dan ilmu sosial), masing-
masing mencakup empat komponen: hasil belajar, tugas, pedoman penilaian, dan contoh
paper murid (dinamakan “paper jangkar”).

Penilaian Portofolio
Minat terhadap penilaian portofolio meningkat dramatis di tahun-tahun belakang- an ini.
Penilaian portofolio amat berbeda dari penilaian pembelajaran tradisional. meringkas
perbedaan tajam antara testing portofolio dengan testing tradisional. Sebuah portofolio terdiri
dari sekumpulan hasil karya murid yang sistematis dan terorganisir, yang menunjukkan
keahlian dan prestasi murid. Sebuah portofolio adalah sekumpulan hasil kerja yang berguna
untuk memberi tahu kita tentang kemajuan dan prestasi siswa (Minzes, Wandersee & Novak,
2001; Weasmer & Woods, 2001). Portofolio lebih dari sekadar kompilasi paper murid yang
ditumpuk di map atau kumpulan catatan saja (Hatch, 2000). Agar bisa disebut portofolio,
setiap karya atau hasil kerja harus dibuat dan ditata sedemikian rupa sehingga menunjukkan
kemajuan dan mengarah pada satu tujuan. Portofolio dapat men- cakup banyak tipe karya,
seperti contoh tulisan, entri jurnal, rekaman video, karya seni, komentar guru, poster,
wawancara, puisi, hasil ujian, solusi problem, catatan komunikasi dengan bahasa asing,
penilaian diri, dan prestasi-prestasi lainnya. Portofolio dapat dikumpulkan pada kertas, foto,
dan rekaman, video, atau disket atau hardisk komputer, atau CD-ROM.
Empat kelompok bukti yang dapat diletakkan dalam portofolio adalah artifak, reproduksi,
kesaksian atau pengesahan karya, dan produksi (Barton & Collins, 1997).
Artifak adalah dokumen atau produk, seperti paper dan pekerjaan rumah siswa, yang
dihasilkan selama masa akademik normal di kelas. Reproduksi adalah dokumentasi kerja
murid di luar kelas, seperti proyek spesial atau wawancara. Misalnya, deskripsi murid tentang
wawancara dengan ilmuwan lokal di komunitas tentang kerja sang ilmuwan disebut
reproduksi. Pengesahan atau atestasi merepresentasikan dokumentasi kemajuan murid yang
dibuat oleh guru atau orang berwenang lainnya. Misalnya, guru menulis catatan evaluasi
tentang presentasi lisan siswa dan menempatkannya di portofolio murid.
Produksi adalah dokumen yang dibuat murid terutama untuk portofolio. Produksi terdiri dari
tiga tipe material: pernyataan tujuan, refleksi, dan caption. Murid membuat pernyataan tujuan
tentang kerja mereka dan mendeskripsikan kemajuannya, dan membuat caption yang
mendeskripsikan setiap hasil kerja mereka dalam portofolio beserta arti pentingnya.

Menggunakan Portofolio Secara Efektif. Penggunaan portofolio secara efektif untuk


penilaian
membutuhkan:
(1) penentuan tujuan portofolio;
Menentukan Tujuan. Portofolio dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda- beda (Lyons,
1999). Dua tipe tujuan umum adalah mendokumentasikan perkem- bangan dan menunjukkan
karya terbaik. Portofolio perkembangan terdiri dari hasil karya/kerja murid dalam kerangka
waktu yang panjang (selama satu tahun ajaran atau bahkan lebih lama) untuk menunjukkan
kemajuan murid dalam memenuhi target pembelajaran. Portofolio perkembangan kadang
juga
dinama- kan portofolio developmental. Portofolio perkembangan sangat membantu untuk
memberi bukti konkret dari berapa banyak murid telah berubah atau berapa ba- nyak yang
telah dipelajari murid. Saat murid memeriksa portofolionya, mereka bisa melihat seberapa
banyak kemajuan yang telah dicapai.
(2) melibatkan murid dalam membuat keputusan tentang portofolio;
Melibatkan Murid dalam Pemilihan Materi Portofolio Ketika murid diizinkan memilih isi
untuk portofolio mereka, cara terbaik adalah mendorong refleksi diri mereka dengan
menyuruh mereka menulis deskripsi singkat tentang mengapa mereka memilih suatu tugas
(Airasian, 2001).

(3) me-review portofolio bersama murid;


Me-review Bersama Murid. Adalah penting untuk menjelaskan kepada murid sejak awal
tahun
ajaran tentang apa itu portofolio dan apa kegunaannya. Anda juga harus mengadakan
beberapa pertemuan guru-murid pada tahun ajaran itu untuk me-review kemajuan murid dan
membantu merencanakan tugas selanjutnya untuk dimasukkan dalam portofolio (McMillan,
2001; Weldin & Tumarkin, 1999).

(3) menentukan kriteria untuk evaluasi;


Menentukan Kriteria Evaluasi. Kriteria kinerja yang jelas dan sistematis sangat penting dalam
rangka menggunakan portofolio secara efektif (Fallon & Watts, 2001; Linn & gronlund,
2000).
Target pembelajaran yang jelas bagi murid akan memudahkan pembuata kriteria kinerja.
Anda
harus menentukan pengetahuan dan keahlian apa yang harus dipunyai murid. Ini akan
menjadi
fokus dari pengajaran dan kriteria kinerja Anda.

5) memberi penilaian.
Penilaian. Dibutuhkan waktu untuk menilai portofolio (Airasian, 2001). Guru harus
mengevaluasi bukan hanya setiap item tetapi juga portofolio secara keseluruhan. Bila tujuan
portofolio adalah memberi informasi deskriptif tentang murid untuk guru level selanjutnya,
maka portofolio itu tidak perlu diberi nilai atau diringkas. Namun, jika tujuannya adalah
untuk
mendiagnosis, perbaikan, memberi data untuk instruksi yang efektif, memotivasi murid untuk
merefleksikan kinerja mereka, atau memberi nilai (grade) kepada murid, maka penilaian dan
ringkasan harus dilakukan. Daftar periksa dan skala rating biasanya dipakai untuk tujuan ini.
Sebagaimana aspek penilaian portofolio lainnya, beberapa guru memberi murid kesempatan
untuk mengevaluasi dan mengkritik karya mereka sendiri.

Mengevaluasi Peran Portofolio dalam Penilaian. Portofolio pembelajaran mempunyai


beberapa kelebihan: Sifatnya yang komprehensif memuat kompleksitas dan kelengkapan
hasil karya dan prestasi murid. Portofolio memberi kesempatan untuk mendorong murid
membuat keputusan dan berefleksi diri. Portofolio memotivasi murid untuk berpikir kritis dan
mendalam. Dan, portofolio memberi mekanisme yang bagus untuk mengevaluasi kemajuan
dan peningkatan murid (Berryman & Russell, 2001; Richard, 2001).

Portofolio pembelajaran juga memiliki kekurangan: Portofolio membutuhkan waktu dalam


pengoordinasian dan pengevaluasiannya. Kompleksitas dan keunikannya membuatnya sulit
untukdievaluasi, dan reliabilitasnya sering lebih rendah ketimbang ujian tradisional. Dan,
penggunaannya dalam penilaian skala besar (seperti evaluasi nasional) berbiaya mahal.
Namun, meski ada kelemahan ini, kebanyakan pakar psikologi pendidikan dan organisasi
pendidikan, seperti National Education Association,mendukung penggunaan portofolio
(Coffin, 1996).

GRADING DAN PELAPORAN KINERJA


Grading (pemberian nilai) berarti menerjemahkan informasi penilaian deskriptif ke dalam
angka atau simbol lain yang menunjukkan kualitas dari pembelajaran atau kinerja murid.
Tujuan Grading, Grading dilakukan untuk mengomunikasikan makna informasi tentang
pembela- jaran dan prestasi murid. Dalam proses ini, grade atau nilai mengandung empat
tujuan dasar (Airasian, 2001):
 Administratif. Nilai atau grade membantu menentukan ranking kelas murid, kredit
untuk kelulusan, dan apakah murid bisa naik ke kelas selanjutnya atau tidak.
 Informasional.Nilai dapat dipakai untuk menginformasikan kepada murid, orang tua,
dan pihak lain (seperti pengawas sekolah) tentang hasil kerja murid. Sebuah grade
atau nilai merepresentasikan penilaian guru terhadap seberapa baik murid dalam
memenuhi tujuan instruksional dan target p e m b e l a j a r a n .
 Motivasional. Seperti telah kita bahas di Bab 13, “Motivasi, Pengajaran dan
Pembelajaran”, strategi yang baik adalah membantu murid agar termotivasi secara
intrinsik. Walaupun demikian, dalam dunia pendidikan di mana nilai diberikan,
banyak murid belajar keras karena mereka termotivasi secara ekstrinsik yakni ingin
mendapat nilai tinggi dan takut nilai rendah.
 Pedoman.Nilai membantu murid, orang tua, dan konselor untuk memilih kursus dan
level tugas yang tepat bagi murid. Nilai memberi informasi tentang murid mana yang
butuh bantuan khusus dan level pendidikan apa yang akan tepat bagi murid.

Komponen Sistem Grading


Nilai merefleksikan penilaian guru. Tiga tipe utama penilaian guru menjadi dasar sistem
grading guru (Airasian, 2001):
1. Apa standar perbandingan yang akan saya gunakan untuk grading?
Standar Perbandingan. Kinerja murid bisa diberi nilai dengan membandingkannya
dengan kinerja murid lain atau dengan standar kinerja yang telah ditentukan
sebelumnya. Membandingkan Kinerja Antarmurid. Grading berdasar pada norma
(norm-referenced) adalah sistem grading berdasarkan perbandingan kinerja murid
dengan murid lainnya dalam kelas atau kelas lainnya Membandingkan Kinerja dengan
Standar yang Telah Ditentukan. Grading berdasar kriteria berarti murid mendapat
nilai tertentu untuk level kinerja tertentu, terlepas dari perbandingan dengan hasil
murid lainnya. Terkadang grading berdasar kriteria ini dinamakan absolute grading.
Biasanya, grading jenis ini didasarkan pada proporsi poin yang diraih pada ujian atau
pada level penguasaan yang dicapai dalam keahlian kinerja, seperti keahlian memberi
presentasi oral dan memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan. Grading berdasar
kriteria ini lebih direkomendasikan ketimbang grading berdasar norma.
2. Apa aspek kinerja murid yang akan saya gunakan untuk menetapkan nilai?
Aspek-aspek Kinerja. Selama periode grading, murid-murid mungkin membuat
banyak produk yang dapat dievaluasi dan dipakai sebagai basis grading. Di antaranya
adalah hasil tes dan ulangan, dan berbagai macam penilaian alternatif seperti laporan
lisan, proyek, wawancara, dan pekerjaan rumah. Portofolio makin banyak dipakai
sebagai kumpulan materi lengkap yang akan dinilai atau sebagian dari tugas yang
menjadi dasar pemberian nilai. Beberapa pendidik percaya bahwa nilai harus
didasarkan pada kinerja akademik saja. Dalam pandangan beberapa pendidik, nilai
harus didasarkan terutama pada kinerja akademik, namun guru bisa menggunakan
motivasi dan usaha sebagai bahan pertimbangan.

3. Bagaimana saya memberi bobot pada jenis bukti yang berbeda dalam menentukan
nilai?

Mempertimbangkan Jenis-jenis Bukti yang Berbeda. Anda perlu menentukan bobot


dari komponen nilai murid. Misalnya, guru mungkin menggunakan sistem
pertimbangan seperti ini:
Tes utama (2) 20%
Ujian akhir 25%
Ulangan 20%
PR 5%
Laporan oral 10%
Proyek 20%

Banyak guru tidak menggunakan pekerjaan rumah sebagai komponen untuk penilaian.
Salah satu alasannya adalah ketika nilai murid tergantung kepada PR atau tugas lain
yang dikerjakan di luar kelas, orang tuanya mungkir, ikut membantu atau bahkan
mengerjakan sendiri tugas itu agar anaknya dapat nilai yang bagus. Alasan lain adalah
murid dengan lingkungan rumah yang lebih baik akan lebih diuntungkan.
Sebagaimana dengan aspek penilaian kelas lainnya, penilaian anda harus
mensintesiskan informasi-informasi untuk mendapatkan nilai murid. Jika seorang
murid tidak mengerjakan beberapa tugas, beberapa guru menurunkan nilai murid.

Melaporkan Kemajuan dan Nilai Murid ke Orang Tua


Nilai adalah metode paling umum untuk memberi informasi kepada orang tua tentang kinerja
dan kemajuan anaknya di kelas (Airasian, 2001). Akan tetapi nilai itu sendiri hanya memberi
informasi yang terbatas, jarang diberikan, tidak banyak memberi informasi spesifik tentang
bagaimana pembelajaran murid, dan jarang memuat informasi tentang motivasi murid, kerja
sama murid, dan perilaku murid di kelas. Karena keterbatasan ini, dibutuhkan lebih dari nilai
untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap kepada orang tua murid.

Kartu Laporan.
Kartu laporan (report card) adalah metode standar pelaporan kemajuan dan nilai murid ke
orang tuanya. Formulir penilaian pada kartu laporan ini bervariasi dari satu sekolah dengan
sekolah lainnya, dan dalam banyak kasus dari satu level grade ke level lainnya. beberapa
kartu laporan memberikan nilai dengan huruf (biasanya A, B, C, D, dan F, terkadang juga
menggunakan plus dan minus).

Laporan Kemajuan Tertulis.


Strategi pelaporan lainnya adalah memberi orang tua laporan kemajuan dan prestasi murid
mingguan, dua mingguan, atau bulanan McMillan, 2001). Laporan tertulis ini dapat memuat
kinerja murid pada ujian dan ulangan, proyek, laporan lisan, dan lain sebagainya. laporan ini
juga memuat informasi tentang motivasi, kerja sama, perilaku dan saran kepada orang tua
tentang cara membantu anak meningkatkan kinerjanya.

Konferensi Orang Tua-Guru.


Konferensi atau pertemuan orang tua dengan guru adalah cara lain untuk mengomunikasikan
informasi tentang nilai dan penilaian. Konferensi seperti itu merupakan sebuah kesempatan
sekaligus tanggung jawab (Payne, 1997).

Berikut ini beberapa strategi yang baik untuk bertemu dengan orang tua guna membicarakan
kemajuan dan nilai anak (Payne, 1997).
1. Bersiaplah lebih dahulu. Review kinerja murid sebelum bertemu dengan orang tua.
Pikirkan apa yang akan Anda katakan kepada orang tua siswa.
2. Bersikaplah positif. Bahkan jika murid kinerjanya buruk, cobalah cari setidaknya satu
mata pelajaran yang nilainya lebih baik. Ini bukan berarti mengabaikan prestasinya
yang kurang, tetapi ini berarti memberikan area positif sebagai pelengkap area
negatif.
3. Bersikaplah objektif. Meskipun Anda ingin mencari aspek positif dari catatan murid
untuk dikomunikasikan ke orang tua, bersikaplah objektif dan jujur. Jangan beri orang
tua harapan palsu apabila anaknya punya kemampuan rendah dalam mata pelajaran
tertentu.
4. Berlatihlah keterampilan komunikasi yang baik, ini berarti menjadi pendengar aktif
dan memberi kesempatan kepada orang tua untuk ikat berpartisipasi dalam
percakapan.
5. Jangan bicara tentang murid lain. Fokus konferensi orang tua-guru adalah pada anak
orang tua itu. Jangan membanding-bandingkan anak dengan anak lain.

Beberapa Isu dalam Grading


Haruskah grading dihapus?
Terkadang ada usulan untuk menghapus grading, biasanya didasarkan pada anggapan bahwa
evaluasi murid itu perlu tetapi penilaian kompetitif akan menurunkan semangat pembelajaran
dan lebih mengedepankan pada penilaian. Pengkritik mengatakan bahwa grading
melemahkan mayoritas murid, terutama yang mendapat nilai di bawah rata-rata. Para
pengkritik sering menyarankan diberlakukannya evaluasi yang lebih konstruktif yang
mendorong murid untuk melakukan upaya maksimum. Evaluasi jenis ini harus lebih
menekankan pada kekuatan murid, mengidentifikasi cara konkret untuk perbaikan, dan
memberi tanggapan atau umpan balik positif (Culbertson & Jalongo, 1999). Para pengkritik
juga menunjukkan bahwa grading sering kali memotivasi murid untuk hanya mempelajari
materi yang akan diujikan.

Apakah terlalu banyak pengatrolan nilai?


Beberapa guru tidak suka memberi nilai rendah karena mereka merasa hal itu akan
mengurangi motivasi belajar dari murid. Namun beberapa kritikus percaya bahwa
pengatrolan nilai, terutama dengan memberi nilai tinggi untuk hasil yang biasa saja, akan
membuat murid keliru menganggap diri mereka sudah belajar lebih baik. Banyak murid
menemukan bahwa kemampuan mereka rendah tetapi tetap mendapat nilai
tinggi (Guskey, 2001).

KOMPUTER DAN PENILAIAN


Di awal bab ini kami telah mendeskripsikan penggunaan perangkat audiovisual untuk
menciptakan konteks yang realistis bagi penilaian. Berikut ini kami akan mengeksplorasi
lebih
jauh penggunaan komputer dalam penilaian.
Menggunakan Komputer untuk Penilaian
Komputer bisa dipakai untuk menyusun, mencetak, mengelola, dan menilai tes, menjadi
media
untuk portofolio dan menyimpan catatan murid (Gronlund, 2003). Perdebatan tentang
validitas
dan reliabilitas penilaian dengan menggunakan komputer tidak berbeda dengan penilaian
dengan media pena dan kertas. Validitas dan reliabilitas penilaian tanpa komputer tidak selalu
sama dengan validitas dan reliabilitas penilaian dengan komputer.

Menyusun, Mencetak, Mengelola, dan Menilai Ujian


Salah satu cara komputer dalam membantu penyusunan tes adalah melalui banking
(kumpulan)
soal. Komputer menyimpan file soal yang dapat diambil untuk menyiapkan tes. Soal-soal itu
biasanya dikodekan dalam area subjek atau mata pelajaran, level instruksional, sasaran
instruksional, dan tingkat kesulitan soal. Komputer dapat dipakai untuk mencetak soal dari
bank soal. Informasi setiap soal dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai macam bentuk
ujian, seperti ujian berdasarkan sasaran instruksional atau tingkat kesulitan.

Portofolio Elektronik
Seperti telah kita lihat di awal bab ini, penilaian portofolio makin banyak dipakai. Istilah
portofolio
elektronik dan portofolio berbasis komputer dipakai untuk men- deskripsikan hasil tugas
portofolio
yang disimpan dalam format elektronik (Hardy, 2001; Lankes, 1995). Simpanan itu bisa
berupa
teks, grafik, suara, dan video.
David Niguidula (1997) mendesain software komputer yang memuat portofolio elektronik.
Dia percaya bahwa adalah
penting untuk mengintegrasikan pertimbangan di bawah ini ke dalam setiap rancangan
portofolio elektronik murid.
Visi
Menu utama dari portofolio elektronik harus memuat tujuan yang merefleksikan visi dari apa
yang harus diketahui dan
dilakukan murid. Misalnya, di satu SMA, bidang yang harus dikuasai murid adalah
komunikasi, keterampilan, refleksi,
pengetahuan, penghargaan diri dan orang lain. Pada sekolah lainnya, menu bisa berupa tujuan
seperti pengetahuan
atas materi pelajaran, kemampuan berpikir kritis, keahlian komunikasi yang efektif, dan kerja
sama. Saat murid dan
guru bekerja sama dalam menyusun portofolio, mereka bisa mempertimbangkan bagaimana
aktivitas di kelas
berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
Penilaian
Penilaian menyangkut soal yang berhubungan dengan pertanyaan seperti “Bagaimana murid
bisa me: demonstrasikan
bahwa mereka telah mencapai tujuan pembelajaran?” “Bagaimana portofolio akan dievaluasi
dan dinilai?” dan “Untuk
siapa portofolio itu ditujukan?”
Teknologi
Teknologi melibatkan pembuatan keputusan tentang apa hardware dan software dan jaringan
yang dibutuhkan. Di
sebuah sekolah di mana guru dan murid menghabiskan sebagian besar waktunya sebagai tim
(sekitar delapan murid
dan tiga guru), setiap tim mendapat enam komputer, dan setidaknya satu komputer yang
punya kemampuan
multimedia, satu scanner, dan satu printer laser. Di sekolah lain, lima sampai lima belas
komputer dipakai sebagai stasiun
portofolio elektronik. Idealnya, sekolah harus punya koordinator teknis yang dapat membantu
guru menyiapkan
portofolio elektronik. Di satu SMA, koordinator teknik sekolah menyiapkan satu kelas yang
terdiri dari 20 murid untuk
membuat portofolio elektronik yang nantinya mereka akan menjadi tim pembantu dalam
menyusun portofolio untuk
seluruh kelas di sekolah tersebut.
Logistik
Harus diambil keputusan tentang kapan informasi akan ditempatkan dalam portofolio
elektronik, siapa yang akan
melakukannya, siapa yang akan memilih hasil karya, dan siapa yang akan mengulas karya itu.
Hal ini akan
membutuhkan waktu dari guru dan murid. Dua guru sekolah menengah di Pierre van
Cortlandt Middle School di
Croton-Harmon, NewYork, mendeskripsikan logistik portofolio elektronik sebagai
“pengumpulan, pemilihan,
perenungan, dan penyajian.” Murid harus memikirkan entri yang akan mereka kumpulkan,
bagaimana memilih entri
yang paling baik dalam merepresentasikan kemampuan mereka, bagaimana merefleksikan
atau mengulas makna dari
portofolio mereka, dan bagaimana menyajikan apa- apa yang telah mereka pelajari. Demikian
pula, guru perlu
dilibatkan dalam langkah-langkah ini.
Kultur Sekolah
Kultur sekolah adalah aspek penting dari apakah portofolio elektronik akan aspek inovatif
dari pembelajaran murid
atau hanya sekadar versi teknologi dari penyimpanan arsip. Beberapa administrator sekolah
dan guru di tempat
Niguidula bekerja telah menyajikan pernyataan visi mereka kepada orang lain untuk
mendapatkan umpan balik, yang
akan membantu mereka untuk memperbaiki tujuan pembelajaran mereka. Ketika komunitas
sekolah mendorong guru,
murid dan pihak lain untuk merenungkan tujuan pembelajaran mereka dan mengintegrasikan
teknologi di kelas secara
efektif, portofolio elektronik dapat menjadi lebih dari sekadar simpanan arsip. Portofolio itu
dapat menyajikan dimensi
yang penting dan bermakna dari pembelajaran murid.

Pencatatan
Pencatatan atau penyimpanan catatan adalah beban bagi banyak guru, sementara
informasi nilai merupakan kegiatan yang membutuhkan banyak pencatatan. Untungnya,
beban ini kini dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi komputer (Maddux,
Johnson & Willis, 1997). Misalnya, buku rapor elektronik dapat mencatat nilai-nilai
murid dalam satu pelajaran. Program Grade 2 buatan Excelsior dapat menyimpan banyak
tipe informasi murid, seperti nilai ujian, nilai proyek, tugas PR, nilai semester, dan
penilaian guru. Setiap komponen dari sistem penilaian

Anda mungkin juga menyukai