Diktat Titrimetri 2022-Lengkap

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 69

PENUNTUN PRAKTIK

ANALISIS TITRIMETRI

PROGRAM STUDI ANALISIS KIMIA

PENYUSUN:

Dr. Herawati, M.Si


Dr. Askal Maimulyanti, M.Si

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI


POLITEKNIK AKA BOGOR
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmatNya Diktat Penuntun Praktik Analisis Titrimetri dapat tersusun dan
tercetak sesuai dengan kebutuhan praktikum Analisis Titrimetri.
Diktat Analisis Titrimetri memuat materi pokok mata kuliah Analisis
Titrimetri. Diktat ini dibuat untuk membantu mahasiswa di dalam melaksanakan
praktikum Analisis Titrimetri yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku
di Politeknik AKA Bogor. Untuk memperluas wawasan dan meningkatkan
pemahaman terhadap konsep-konsep kimia analitik,khususnya analisis titrimetri
para mahasiswa dituntut pula untuk membaca berbagai literatur kimia analitik
lainnya.
Diktat Penuntun Praktik Analisis Titrimetri yang kami susun sebagian
besar merupakan saduran bebas dari buku kimia analitik berbahasa inggris
maupun sumber literatur lainnya, sehingga apabila terdapat kejanggalan kata-
kata harap dimaklumkan. Dengan selesainya Diktat Praktik Analisis Titrimetri
ini, Penyusun mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dosen/asisten
serta staf Politeknik AKA Bogor yang banyak memberikan bantuan, semoga
amal baik mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata Penyusun mengharapkan mudah-mudahan buku ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa Politeknik AKA Bogor khususnya dan masyarakat
pembaca umumnya.
Bogor, April 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2
TATA TERTIB PRAKTIKUM .............................................................................. 5
PENDAHULUAN ................................................................................................. 5
Asidimetri – Alkalimetri .................................................................................... 7
Percobaan 1. Pemilihan Indikator Asam-Basa ................................................ 7
Percobaan 2. Standardisasi Larutan NaOH 0,1 N .......................................... 14
Percobaan 3. Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan ................. 22
Percobaan 4. Standardisasi HCl 0,1 N dengan Bahan Baku Primer Boraks ... 24
Percobaan 5. Penetapan Kadar NaOH dan Na2CO3 dalam Campuran
Secara (WARDER) secara asidimetri ......................................... 26
Percobaan 6. Penetapan Kesadahan Sementara/ Tetap dalam Air ................. 30
Permanganometri ............................................................................................... 35
Percobaan 7. Standardisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
Sebagai Bahan baku Primer ..................................................... 35
Percobaan 8. Penetapan Kadar Besi dalam Sampel garam Besi secara
Permanganometri ...................................................................... 39
Iodometri dan Iodimetri ..................................................................................... 43
Percobaan 9. Standardisasi Larutan Tio 0,1 N................................................. 43
Percobaan 10. Penetapan Kadar Klor dalam Bahan pemutih ......................... 47
Argentometri ...................................................................................................... 51
Percobaan 11. Penetapan Kadar Klor secara Argentometri ........................... 51
Kompleksometri ................................................................................................ 56
Percobaan 12. Standardisasi Larutan EDTA 0,01 M dengan CaCO 3
sebagai Bahan baku Primer .................................................... 57
Percobaan 13. Penetapan Kesadahan Jumlah dalam Sampel Air ................... 60

Daftar Pustaka ................................................................................................... 65


Lampiran ............................................................................................................ 66

3
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan harus sudah berada ditempat 10 menit sebelum praktikum
dimulai.
2. Setiap Praktikan sudah harus membuat persiapan praktikum sebelum
praktikum dimulai.
3. Laporan praktikum harus sudah diserahkan sebelum praktikum
berikutnya dimulai
4. Selama praktikum berlangsung, Praktikan tidak diperkenankan ke luar
laboratorium, kecuali seizin asisten praktikum
5. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dapat meminta waktu
lain, apabila ada pernyataan yang dianggap sah.
6. Selama praktikum, Praktikan harus bekerja tenang, tertib, teratur dan
teliti.
7. Praktikan tidak diperkenankan meminjam alat-alat dibawah tangan (
tanpa sepengetahuan asisten) meskipun dengan teman dekat
8. Setelah praktikum selesai, setiap praktikan diharuskan membersihkan
meja praktikumnya masing-masing
9. Alat-alat yang dipinjam selama praktikum harus diserahkan kembali
kepada petugas setelah praktikum selesai.
10. Data-data hasil praktikum diserahkan kepada asisten setelah praktikum
selesai.

4
PENDAHULUAN

Analisis volumetri (Titrimetri) adalah analisis berdasarkan pengukuran


volume larutan yang diketahui konsentrasinya, untuk menentukan zat/larutan
lain yang belum diketahui konsentrasinya. Proses pengukuran volume suatu
larutan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan suatu pereaksi lain
disebut titrasi. Larutan yang diketahui konsentrasinya disebut larutan standar
atau larutan baku.
Pada percobaan analisis kimia kuantitatif cara volumetri ini dibagi
menjadi beberapa percobaan berdasarkan jenis reaksi kimia yang terjadi antara
lain :

 Pemilihan Indikator Asam – Basa

 Titrasi Asidimetri – Alkalimetri

 Titrasi Permanganometri

 Titrasi Iodometri

 Titrasi Argentometri

 Titrasi Kompleksiometri

Reaksi umum: aA + bB hasil reaksi

A adalah zat yang dititrasi (Titrat)


B adalah zat yang mentitrasi (Titran)
a dan b adalah jumlah mol dari masing-masing zat

Prinsip berdasarkan reaksi umum :


VA x NA = VB x NB

Vtirat x Ntitrat = Vtitran x Ntitran

mgrek Titrat = mgrek Titran

5
TIU : Mahasiswa mampu menentukan kadar analit dalam suatu sampel
menggunakan metode kimia analisis kuantitatif cara konvensional
dengan metode titrimetri dengan ketelitian tingkat sedang dan tinggi.

Pokok Bahasan :

Teknik Volumetri (Titrimetri) :

 Pemilihan Indikator Asam – Basa

 Titrasi Asidimetri – Alkalimetri

 Titrasi Permanganometri

 Titrasi Iodometri

 Titrasi Argentometri

 Titrasi Kompleksiometri

6
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI

Asidimetri merupakan titrasi terhadap larutan basa bebas atau larutan


garam terhidrolisis (yang berasal dari asam lemah) dengan larutan standar
asam kuat. Alkalimetri merupakan titrasi terhadap larutan asam bebas atau
larutan garam terhidrolisis (yang berasal dari basa lemah) dengan larutan
standar basa kuat. Konsep reaksi asam-basa yang terjadi merupakan reaksi
asam (Arrhenius), suatu zat disebut asam bila zat itu dilarutkan dalam air
menghasilkan ion H+ dan suatu zat disebut basa bila zat itu dilarutkan dalam air
menghasilkan ion OH-. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
diketahui untuk mentitrasi atau dititrasi. Larutan standar memiliki peran penting
dalam ketelitian titrasi karena konsentrasi larutan standar dilibatkan dalam
perhitungan penentuan kadar atau konsentrasi zat yang sedang dianalisis.
Untuk standardisasi suatu larutan diperlukan zat standar/baku primer.

7
Percobaan 1.
Pemilihan Indikator Asam - Basa

1. RUANG LINGKUP
Lingkup percobaan meliputi:
1. Pemilihan Indikator pada titrasi asam-basa dengan menggunakan
indikator phenolftalein (PP), sindur metil (SM) , metil merah (MM), dan
brom timol blue (BTB)
2. Penentuan titik ekivalen dan perhitungan pH pada titik ekivalen

2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Untuk menentukan atau memilih indikator asam-basa yang sesuai
mekanisme reaksi asam-basa dan peruntukkannya (Asidimetri -
Alkalimetri) dengan benar.

2.2 Prinsip
Indikator asam-basa adalah senyawa asam-asam atau basa-basa
organik lemah dimana bentuk molekulnya yang tak terionisasi
mempunyai warna yang berlainan daripada warna ionnya.
Asam : HIn H+ + In-
warna (A) warna (B)
Asam : InOH In+ + OH-
warna (C) warna (B)

2.3 Bahan
➢ Larutan : HCl 0,1 N; NaOH 0,1 N; CH3COOH 0,1 N; NH4OH 0,1 N
➢ Indikator : SM, MM, BTB, dan PP

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan Klem
8
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.

2.5 Prosedur
2.5.1 Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Dipipet 25 mL larutan HCl 0,1 N ke dalam masing-masing erlenmeyer
250 mL, tambahkan pada masing-masing erlenmeyer 2 sampai 3 tetes
indikator PP, BTB, MM, dan SM. Kemudian titar dengan larutan NaOH
0,1 N, dilakukan duplo atau triplo.

2.5.2 Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat


Cara kerjanya sama dengan cara kerja (2.5.1), hanya HCl 0,1 N diganti
dengan CH3COOH 0,1 N.

2.5.3 Titrasi Basa Kuat oleh Asam Kuat


Dipipet 25 mL larutan NaOH 0,1 N ke dalam masing-masing erlenmeyer
250 mL, tambahkan pada masing-masing erlenmeyer 2 sampai 3 tetes
indikator PP, BTB, MM, dan SM. Larutan dititar dengan larutan HCl 0,1 N
sampai titik akhir, dilakukan duplo atau triplo.

2.5.4 Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat


Cara kerjanya sama dengan cara kerja (2.5.3 ) hanya NaOH 0,1 N diganti
dengan NH4OH 0,1 N dan dititar dengan HCl 0,1 N.

2.6 Perhitungan
Pada ketiga percobaan ini:
 Catat berapa mL titran yang digunakan untuk mentitrasi larutan masing-
masing.
 Hitung berapa pH sebelum dan sesudah titrasi dan hitung pula masing-
masing pemakaian indikator.
9
 Ambil Simpulan, indikator mana yang cocok untuk titrasi masing-masing
tersebut di atas ( buat grafiknya).

3. LAPORAN
Catat Informasi berikut pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

Hasil Percobaan
Tabel 1.1. Data Pengamatan Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Volume (mL)
Indicator Perubahan warna
No Ulangan Titrat Titran
indikator
(…………..) (…………)
1
1 2 SM
3
1
2 2
3
1
3 2
3
1
4 2
3

10
Tabel 1.2. Data Pengamatan Titrasi Asam lemah oleh Basa Kuat

Volume (mL)
Indicator Perubahan warna
No Ulangan Titrat Titran
indicator
(…………..) (…………)
1
1 2 SM
3
1
2 2
3

1
3 2
3
1
4 2
3

Tabel 1.3. Data Pengamatan Titrasi Basa Kuat oleh Asam Kuat

Volume (mL)
Indicator Perubahan warna
No Ulangan Titrat Titran
indicator
(…………..) (…………)
1
1 2 SM
3
1
2 2
3

11
1
3 2
3
1
4 2
3

Tabel 1.4. Data Pengamatan Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat
Volume (mL)
Indicator Perubahan warna
No Ulangan Titrat Titran
indicator
(…………..) (…………)
1
1 2 SM
3
1
2 2
3
1
3 2
3
1
4 2
3

12
Pertanyaan
1 Mana yang cocok indikator yang digunakan jika kita akan menitar asam
kuat dengan basa kuat? Berikan alasannya.
2 Jika SM digunakan pada penitaran basa kuat dengan asam lemah cocok
atau tidak! Berikan alasannya.
3 Jika PP digunakan pada penitaran asam kuat dengan basa lemah cocok
atau tidak! Berikan alasannya.
4 Jika kita menggunakan penunjuk MM penitaran sebaiknya dipakai untuk
asam………. dan basa………karena range titik ekivalen ada pada
pH……dan pH……

PETUNJUK LATIHAN
1. Untuk menjawab soal latihan ini sebaiknya Anda gunakan range pH
indikator yang ada di vogel atau buku lainnya.
2. Anda kaji kembali teori asam dan basa menurut Arhenius.

Jawaban Pertanyaan

13
3 KESIMPULAN

14
TITRASI ALKALIMETRI

Percobaan 2.
Standardisasi Larutan NaOH 0,1 N

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi larutan NaOH dengan baku primer asam oksalat
2. Penentuan konsentrasi NaOH dalam Normalitas ( grek/L)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Menstandardisasi larutan NaOH 0,1 N dengan baku primer asam
oksalat.

2.2 Prinsip
Larutan NaOH merupakan larutan standar/ baku sekunder yang
dibakukan dengan larutan asam oksalat dengan indikator pp (fenoftalein)
menurut reaksi :
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O

2.3 Bahan
➢ Larutan : NaOH 0,1 N; kristal asam oksalat
➢ Indikator : PP

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
15
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.

2.5 Prosedur
Ditimbang teliti  630 mg asam oksalat dengan kaca arloji, larutkan ke
dalam labu takar 100 mL dan tepatkan sampai tanda garis, lalu
homogenkan. Larutan dipipet sebanyak 25 mL ke dalam Erlenmeyer 250
mL, tambahkan 2 tetes indikator PP kemudian dititar dengan larutan
NaOH 0,1 N sampai larutan berubah warna menjadi merah muda.
Penetapan dilakukan 3 kali. Hitung normalitas NaOH.

2.6 Perhitungan
mg asam oksalat
N NaOH =
100/25 x mL NaOH x BE oksalat
Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE asam oksalat = BM/2
Fp : Faktor pengali (100/25)

3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kalas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

16
Hasil Percobaan
Tabel 2.1. Data Pengamatan sifat fisik zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat asam oksalat

2. Warna

3. Bau

Tabel 2.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan NaOH 0,1N

Bobot asam Perubahan Selama Volume


oksalat Titrasi Titran Konsentrasi
Ulangan
(mg) (perubahan warna NaOH NaOH (N)
indikator pp) (mL)
1.
2.
3.

Pertanyaan
1. Berapa mg asam oksalat yang dibutuhkan untuk membuat 10 ml larutan
asam oksalat 0,1 N?
2. Berapa ml NaOH yang diambil dari NaOH 4 N bila kita ingin membuat NaOH
0,1 N 250 ml?
3. Bila kita menimbang asam oksalat ± 315 mg harus dibuat berapa ml
larutan supaya menjadi 0.025 N ?

17
4. Berapa pH nya pada titik setara penitaran NaOH dengan baku asam
oksalat?

Jawaban Pertanyaan:

4. KESIMPULAN

18
Percobaan 3.
Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kadar asam asetat dalam cuka makan secara alkalimetri
2. Kadar asam asetat dinyatakan dalam satuan persen (%)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Menentukan kadar asam asetat dalam sampel cuka dengan titrasi asam-
basa.

2.2 Prinsip
Komponen utama cuka adalah asam asetat. Kadar total asam dalam cuka
dinyatakan dengan kadar asam asetat. Kadar asam asetat dalam cuka
makan ditetapkan dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan natrium
hidroksida yang sudah distandardisasi dengan indikator pp.
Reaksi
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

2.3 Bahan
➢ Larutan : NaOH 0,1 N; sampel cuka 25 %b/b
➢ Indikator : pp

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot

19
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.

2.5 Prosedur
Dipipet 5 mL contoh cuka makan ke dalam labu takar 250 mL kemudian
ditepatkan dengan air suling sampai tanda tera. Dipipet 25 mL larutan
tersebut ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 2 sampai 3 tetes
indikator PP lalu dititar dengan NaOH 0,1 N. Hitung kadar asam asetat
dalam cuka makan.

2.6 Perhitungan

Kadar asam asetat :


(VNaOH x NNaOH x BECH3COOH)
% (b/v) CH3COOH = x 10-3 x Fp x 100 %
VTitrat (mL)

Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE CH3COOH = BM CH3COOH
Fp : Faktor pengenceran (250/5)

1. LAPORAN

Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:


1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

20
Hasil Percobaan

Tabel 3.1. Data Pengamatan sifat fisik zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat (sampel cuka)

2. Warna

3. Bau

Tabel 3.2. Data Hasil Percobaan Penetapan Asam Asetat

Volume Volume Titran


Perubahan Selama Titrasi Kadar
Titrat NaOH
Ulangan (perubahan warna CH3COOH
(mL) (………..)
indikator PP) (%b/v)
(mL)
1.
2.
3.

Pertanyaan
1. Berapa ml NaOH 0,1234 N yang dibutuhkan bila hasil akhir kadar asam
asetat didalam cuka makan 3,25 %?
2. Pada penetapan cuka bolehkah Anda menggunakan penunjuk MM? Berikan
alasannya.
3. Berapa pH nya pada titik setara penitaran NaOH dengan contoh asam cuka.

21
Jawaban Pertanyaan:

6. KESIMPULAN

22
TITRASI ASIDIMETRI

Percobaan 4.
Standardisasi HCl 0,1 N dengan Bahan Baku Primer Boraks

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
2. Standardisasi larutan HCl dengan baku primer boraks
3. Penentuan konsentrasi HCl dalam Normalitas ( grek/L)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Untuk menstandardisasi larutan HCl 0,1 N dengan baku primer boraks.

2.2 Prinsip
Larutan HCl merupakan larutan standar/ baku sekunder yang dibakukan
dengan larutan boraks dengan indikator SM (Sindur Metil) menurut reaksi :

Na2B4O7 + 5H2O 2NaH2BO3 + 2H3BO3


2NaH2BO3 + 2HCl 2 NaCl + 2H3BO3
Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O 2 NaCl + 4H3BO3

2.3 Bahan
➢ Larutan : HCl 0,1 N; boraks
➢ Indikator : SM

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan Klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot

23
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.

2.5 Prosedur
Ditimbang teliti  1500 mg boraks dengan kaca arloji, larutkan ke dalam
labu takar 100 mL dan tepatkan sampai tanda garis, lalu homogenkan.
Larutan dipipet sebanyak 25 mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL,
tambahkan 2 tetes indikator MM kemudian dititar dengan larutan HCl 0,1
N sampai larutan berubah warna menjadi merah. Penetapan dilakukan 3
kali. Hitung normalitas HCl.

2.6 Perhitungan
mg boraks
N HCl =
100/25 x mL HCl x BE boraks
Keterangan:
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE boraks = BM/2
Fp : Faktor pengali (100/25)

3. LAPORAN

Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:


1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

24
Tabel 4.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat boraks

2. Warna

3. Bau

Tabel 4.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan HCl 0,1N

Bobot Volume
Perubahan Selama Titrasi
boraks Titran Konsentrasi
Ulangan (perubahan warna
(mg) HCl HCl (N)
indikator MM)
(mL)
1.
2.
3.

Pertanyaan
1. Berapa mg boraks yang dibutuhkan untuk membuat 25 ml larutan boraks
0.25 N?
2. Berapa ml HCl yang diambil dari HCl (p) bila kita ingin membuat HCl 0.1
N 2000 ml?
3. Bila kita menimbang asam oksalat ± 500 mg harus dibuat berapa ml
larutan supaya menjadi 0.05 N ?
4. Berapa pH nya pada titik setara penitaran HCl 0.1 N dengan bahan baku
baku boraks?

25
Jawaban Pertanyaan:

4. KESIMPULAN

26
Percobaan 5.

Penetapan Kadar NaOH dan Na2CO3 dalam Campuran


Secara (WARDER)

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam campuran secara
asidimetri
2. Kadar dinyatakan dalam persen (%)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Menentukan kadar karbonat dan natrium hidroksida dalam campuran
dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan standar HCl.

2.2 Prinsip
Karbonat dan natrium hidroksida dalam sampel campuran dapat ditentukan
kadar masing-masing dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan
standar HCl dengan 2 indikator (pp dan SM). Pada titrasi tahap (1)
digunakan indikator pp, HCl akan bereaksi terlebih dahulu dengan natrium
hidroksida menurut reaksi sebagai berikut :
NaOH + HCl NaCl + H2O
Dilanjutkan dengan reaksi Ion karbonat dengan HCl pada tahap (1) ini
menjadi hidrogen karbonat. Kemudian titrasi berlanjut ke tahap (2)
ditambahkan indikator SM, HCl bereaksi dengan ion hidroden karbonat
menurut reaksi sebagai berikut :

Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl


NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3
27
2.3 Bahan
➢ Larutan : HCl 0,1 N; larutan sampel
➢ Indikator : pp, SM

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.

2.5 Prosedur
Dipipet 25 mL contoh ke dalam Erlenmeyer 250 mL diencerkan dengan
sedikit air suling, dibubuhi 2-3 tetes PP, lalu dititar dengan HCl 0,1 N
sehingga tercapai titik akhir hilangnya warna merah muda. Banyaknya
HCl yang dipakai dicatat, misalnya a mL. Larutan dibubuhi 2-3 tetes
indikator SM, titar dengan HCl sampai titik akhir dari buret tadi tanpa buret
dinolkan lagi. Panaskan hingga hampir mendidih (jika warna larutan
berubah warna maka dititar lagi dengan HCl). Catat mL HCl yang dipakai,
misalnya b mL. Penetapan dilakukan duplo. Hitung kadar masing-masing
dalam contoh.

2.6 Perhitungan

(2 (b-a) ) x N HCl x BENa2CO3


% Na2CO3 = x 10-3 x 100 % (b/v)
Vcontoh (mL)

(2a - b) x N HCl x BENaOH


% NaOH = x 10-3 x 100 % (b/v)
Vcontoh (mL)

28
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

Hasil Percobaan

Tabel 5.1. Data Pengamatan sifat fisik zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat / sampel warder

2. Warna

3. Bau

Tabel 5.2. Data Hasil Percobaan Penetapan NaOH dan Na2CO3

Vol HCl
Vol
Perubahan warna (………….) NaOH Na2CO3
No contoh Indikator
yang terjadi a b % b/v % b/v
(mL)
(mL) (mL)

1 Pp

SM

29
Pertanyaan
1. Mengapa digunakan 2 indikator? Jelaskan!
2. Mengapa indikator PP ditambahkan lebih dulu baru kemudian indikator
SM? Jelaskan!
3. Buktikan rumus perhitungan untuk mencari kadar NaOH dan Na2CO3
yang ada!!!.

Jawaban Pertanyaan

4. KESIMPULAN

30
KESADAHAN AIR

Air sadah dibagi dalam dua golongan:


a. Air sadah sementara (temporary hardness of water)
b. Air sadah tetap (permanent hardness of water)
Air sadah sementara adalah yang mengandung garam Mg(HCO3)2 dan
Ca(HCO3)2 yang dengan pengaruh panas dapat dipisahkan/dihilangkan.

Ca(HCO3)2 CaCO3 + H2O + CO2

Air sadah tetap mengandung garam-garam CaSO4, CaCl2, MgSO4 dan


MgCl2.. Kesadahan air juga dapat disebabkan oleh ion-ion lain seperti Cu, Fe,
Ag dan lain-lain, tetapi karena jarang terdapat di dalam air, sehingga
kesadahan air hanya dianggap berasal dari garam Ca, Mg sebagai sulfat,
klorida dan bikarbonat. Air sadah tidak baik untuk mencuci karena terbentuk
endapan Ca/Mg dengan asam-asam lemak dan sabun cuci.

Percobaan 6. Penetapan Kesadahan Sementara/Tetap dalam Air

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan nilai kesadahan tetap dan sementara dalam sampel air
secara asidimetri
2. Nilai kesadahan ditetapkan sebagai mg CaO dalam 100 mL air (
derajat jerman oD)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Untuk menentukan nilai kesadahan tetap dan sementara dalam sampel air

31
2.2 Prinsip
Nilai kesadahan sementara dalam air ditentukan dengan titrasi
menggunakan HCl dengan indikator SM. Ke dalam larutan kemudian
ditambahkan natrium karbonat (terukur) untuk mengendapkan Ca dan Mg.
Kelebihan karbonat dititrasi dengan HCl. Jumlah natrium karbonat yang
ditambahkan dititrasi sebagai blanko dengan HCl. Kesadahan total dihitung
berdasarkan selisih dari natrium karbonat (blanko) terhadap kelebihan ion
karbonat. Untuk menentukan kesadahan tetap adalah selisih kesadahan
total terhadap kesadahan sementara.

Reaksi:
Ca(HCO3)2 + 2HCl CaCl2 + 2 H2O + 2 CO2
Mg(HCO3)2 + 2HCl MgCl2 + 2 H2O + 2 CO2
Ca2+ + CO32- CaCO3
Mg2+ + CO32- MgCO3

2.3 Bahan
➢ Sampel air; dan air suling
➢ Larutan : HCl 0,1 N (yang sudah distandardisasi); lindi soda (Na2CO3)
➢ Indikator : SM; kertas saring

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem; pembakar bunsen
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 100 mL, pipet tetes, corong,
gelas ukur 50 mL, piala gelas 250 mL, labu takar 250 mL

2.5 Prosedur
Dipipet 100 mL contoh air ke dalam suatu Erlenmeyer ditetesi indikator SM
lalu dititar dengan larutan standar HCl 0,1000 N misalnya memerlukan a
32
mL, larutan yang telah dititrasi didihkan jika berwarna kuning dititrasi
kembali dengan HCl (dibaca sebagai ”a mL” sesungguhnya), lalu diberi 25
mL lindi soda (Na2CO3) diaduk dan dipindahkan secara kuantitatif ke labu
takar 250 mL ditepatkan sampai tanda tera dengan air suling, kocok lalu
disaring ( dengan kertas saring berlipat yang kering). Pipet 100 mL air
saringan tersebut ke dalam suatu Erlenmeyer lalu dititrasi dengan HCl
0,1000 N misalkan memerlukan b mL. Untuk ini dibuat blanko yaitu dengan
memipet 25 mL larutan lindi soda ( Na2CO3), (volume yang sama dengan
contoh diatas) dimasukkan ke dalam suatu Erlenmeyer ditambah air suling
sampai volume 250 mL, dikocok lalu dititar dengan larutan standar HCl
0,1000 N dengan menggunakan indikator SM misal memerlukan c mL.
Kesadahan air umumnya dihitung sebagai derajat jerman ( oD) ialah
banyaknya mg CaO dalam 100 mL air tersebut.

2.6 Perhitungan
Kesadahan sementara = a x N HCl x BE CaO x oD
Kesadahan jumlah = (c - 2,5b) x N HCl x bst CaO x oD
Kesadahan tetap = kesadahan jumlah –kesadahan sementara
Catatan :
BE CaO = BM CaO/2 = 56/2 = 28 g/grek = mg/mgrek

3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji:

33
Hasil Percobaan

Tabel 6.1 Data Pengamatan sifat fisik zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel air

2. Warna sampel

3. Bau sampel

Tabel 6.2. Data Hasil Percobaan Penetapan Kesadahan Air

Volume HCl 0,…………N (mL)


NO Uraian
A b c
1. Volume sampel (……….) mL
2. Blanko : …… mL lindi soda

3. Pengamatan selama titrasi

4 Kesadahan sementara
5 Kesadahan jumlah
6 Kesadahan tetap

Pertanyaan
1. Apa perbedaannya kesadahan sementara dan kesadahan tetap. ?
Uraikan.
2. Unsur apa saja yang dapat menyebabikan kesadahan?
34
3. Didalam kehidupan sehari-hari kegiatan apa saja yang dapat dipengaruhi
oleh air sadah?
4. Mengapa jika dipanaskan kesadahan sementara dapat hilang?
5. Apa yang dimaksud dengan Derajat jerman (oD)?

Jawaban Pertanyaan

4. KESIMPULAN

35
PERMANGANOMETRI

Tujuan titrasi secara permanganometri adalah untuk menetapkan kadar


analit yang bersifat reduktor dalam sampel karena titrannya (larutan penitar)
bersifat oksidator.
Kalium permanganat merupakan salah satu bahan baku yang sering
digunakan dalam titrasi oksidimetri. Dalam proses pembuatan dan
penyimpanan larutannya ada sebagian dari KMnO4 itu mengalami reduksi
menjadi MnO2. MnO2 ini merupakan katalis untuk penguraian KMnO4,
selanjutnya titar KMnO4 tidak dapat ditentukan langsung dari
penimbangan..Asam oksalat dapat dipergunakan sebagai bahan baku primer
untuk menetapkan titar larutan KMnO4. Penitaran dilakukan dalam suasana
asam (dengan penambahan asam sulfat encer ) dan suhu diatur 70 oC. Dalam
penitaran ini tidak dipakai indikator, karena kelebihan larutan KMnO4 sedikit
saja sudah memberikan warna merah muda pada larutan.

Percobaan 7.
Standardisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat sebagai
Bahan Baku Primer

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi KMnO4 dengan asam oksalat sebagai bahan baku
primer
2. Konsentrasi asam oksalat dinyatakan sebagai normalitas ( grek/L)

36
2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Menstandardisasi larutan KMnO4 0,1N dengan asam oksalat sebagai bahan
baku primer secara permanganometri.

2.2 Prinsip
Dalam reaksi KMnO4 dalam suasana asam mengalami reduksi menjadi
Mn2+ , .sedangkan asam oksalat mengalami oksidasi menjadi CO2, dan
suhu diatur sampai 70oC. Dalam penitaran ini tidak dipakai indikator, karena
kelebihan larutan KMnO4 sedikit saja sudah memberikan warna merah
muda pada titik akhir titrasi.

Reaksi:
2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O

2.3 Bahan
➢ Hablur asam oksalat; dan air suling
➢ Larutan : KMnO4 0,1 N ; H2SO4 4N

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem; pembakar bunsen
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, gelas
ukur 50 mL, piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL

2.5 Prosedur
Timbang dengan teliti  630 mg hablur asam oksalat, dimasukkan ke
dalam labu takar 100 mL dilarutkan dengan air suling lalu ditepatkan
sampai tanda tera. Kemudian pipet 25 mL larutan asam oksalat tadi,
tambahkan 25 mL H2SO4 4 N panaskan sampai 70oC, lalu titar dengan
37
larutan KMnO4 sampai timbul warna merah muda . Lakukan duplo.
Hitung normalitas KMnO4.

2.6 Perhitungan
mg asam oksalat
N KMnO4 =
100/25 x mL KMnO4 x BE asam oksalat

Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE oksalat = BM/2
Fp : Faktor pengali (100/25)

3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

Hasil Percobaan

Tabel 7.1. Data Pengamatan sifat fisik zat


No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat asam oksalat

2. Warna

3. Bau

38
Tabel 7.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan KMnO4 0,1N
Bobot Volume
oksalat Perubahan Selama Titrasi Titran Konsentrasi
Ulangan
(mg) KMnO4 KMnO4 (N)
(mL)
1.
2.
3.

Pertanyaan
1. Apakah akan mempengaruhi hasil titrasi jika dilakukan pemanasan 70 oC
atau tanpa pemanasan?
2. Apakah yang dimaksud dengan “auto katalis”
3. Dalam titrasi ini digunakan asam sulfat, bagaimana jika diganti dengan
HCl atau HNO3?

Jawaban Pertanyaan

4. KESIMPULAN

39
Percobaan 8.
Penetapan Kadar Besi dalam Sampel Garam Besi
Secara Permanganometri

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penentuan kadar besi dalam garam besi secara permanganometri
2. Kadar besi ditetapkan sebagai persen (%)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Menetapkan kadar besi dalam sampel garam besi secara permanganometri
dalam suasana asam.
2.2 Prinsip
Garam-garam besi II dapat dioksidasikan menjadi garam besi III dalam
suasana asam. Sebagai bahan baku sekunder digunakan KMnO 4 yang juga
berfungsi sebagai indikator. Berdasarkan jumlah KMnO4 yang dipakai dapat
dihitung kadar besi dalam contoh.

Reaksi:
MnO4- + 5 Fe2+ + 8 H+ Mn2+ + 5 Fe3+ + 4 H2O

2.3 Bahan
➢ Larutan sampel garam besi; dan air suling
➢ Larutan : KMnO4 0,1 N (yang sudah distandardisasi) ; H2SO4 4N

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
40
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, gelas
ukur 50 mL, piala gelas 250 mL.

2.5 Prosedur
Dipipet 25 mL larutan contoh, masukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
tambahkan 25 mL H2SO4 4 N kemudian dititar dengan larutan KMnO4 0,1 N
yang sudah distandardisasi. Hitung kadar besi dalam contoh.

2.6 Perhitungan
( VKMnO4 x NKMnO4 x BE Fe)
% Fe = x 10-3 x 100 % (b/v)
Volume contoh (mL)

3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

Hasil Percobaan

Tabel 8.1. Data Pengamatan sifat fisik zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat garam besi

2. Warna

3. Bau

41
Tabel 8.2. Data Hasil Percobaan Penetapan Fe Cara Permanganometri

Volume Volume Titran Kadar


Perubahan Selama Titrasi
Ulangan Contoh KMnO4 (………….) Fe

(mL) (mL) (%b/v)

1.

2.

3.

Pertanyaan
1. Mengapa pada penetapan Fe (II), larutan contoh dititar dengan KMnO 4
tidak dipanaskan? Jelaskan
2. Bila diketahui kadar besi (II) dalam contoh 1 % pengerjaan sama seperti
diatas berapa ml KMnO4 0.1 N yang dibutuhkan?
3. Apakah asam sulfat dapat digantikan dengan HNO 3 atau asam lainnya
berikan alasannya!

Jawaban Pertanyaan

42
4.KESIMPULAN

43
IODOMETRI DAN IODIMETRI

Iodometri (titrasi tidak langsung) adalah penetapan suatu oksidator


dalam sampel dengan larutan standar tio yang sudah terstandardisasi,
sedangkan Iodimetri (titrasi langsung) adalah penetapan suatu reduktor dalam
sampel dengan iodium sebagai larutan standar.

Percobaan 9.
Standardisasi Larutan Tio 0,1 N

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi natrium tiosulfat secara iodometri
2. Satuan dinyatakan sebagai normalitas tio (grek/L)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Menstandardisasi larutan tio 0,1N dengan potasium dikromat sebagai
bahan baku primer secara Iodometri.

2.2 Prinsip
Natrium tiosulfat distandardasi dengan bahan baku primer K2Cr2O7 . Reaksi
K2Cr2O7 dengan KI berlebih dalam suasana asam akan menghasilkan iod.
Iod yang dibebaskan dititar dengan larutan tio yang normalitasnya telah
diketahui, mendekati titik akhir penambahan indikator kanji akan
memperjelas warna titik akhir titrasi sampai larutan hijau terang. Jumlah
ekivalen K2Cr2O7 setara dengan jumlah ekivalen tio. Kalium dikromat yang
digunakan harus murni (baku primer) dan KI yang dipakai harus bebas
iodat.
44
Reaksi:
K2Cr2O7 + 6 KI + 14 HCl 8 KCl + 2 CrCl3 + 7 H2O +3I2
2 Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2 NaI

2.3 Bahan
➢ Hablur K2Cr2O7; dan air suling
➢ Larutan : Tio 0,1 N; HCl 4N; KI 20%; Kanji 10%

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, gelas ukur 50
mL, piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL, tabung reaksi.

2.5 Prosedur
Ditimbang dengan teliti  0,125 g K2Cr2O7 masukkan ke dalam erlenmeyer
dan dilarutkan dengan ± 25 mL air suling. Larutan tersebut ditambahkan 10
mL KI 20% dan 25 mL HCl 4 N, kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,1 N
sampai mendekati titik akhir titrasi (larutan berwarna kuning muda)
tambahkan indikator kanji dan titar kembali dengan larutan tio 0,1 N sampai
titik akhir titrasi (perubahan warna dari biru tua menjadi hijau muda).
Penetapan dilakukan duplo. Hitung normalitas tio!
2.6 Perhitungan
mg K2Cr2O7
N Na2S2O3 =
mL tio x BE K2Cr2O7
Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE K2Cr2O7 = BM K2Cr2O7/6

45
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

Hasil Percobaan

Tabel 9.1. Data Pengamatan sifat fisik zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud zat K2Cr2O7

2. Warna

3. Bau

Tabel 9.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan Tio 0,1N

Bobot Volume
Konsentrasi
K2Cr2O7 Perubahan Selama Titrasi Titran
No Na2S2O3
(mg) Tio
(N)
(mL)
1.
2.

46
Pertanyaan
1. Apakah HCl dapat diganti dengan asam yang lain? Jika ”tidak”,
mengapa? Dan Jika ”Ya”, berikan contohnya?
2. Mengapa penambahan KI harus berlebih? Perlukah penambahan KI
secara kuantitatif? Berikan alasannya !
3. Sebutkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada
standardisasi larutan tio!

Jawaban Pertanyaan

4. KESIMPULAN

47
Percobaan 10.
Penetapan Kadar Klor dalam Bahan Pemutih

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kadar klor dalam bahan pemutih secara titrasi iodometri
2. Kadar klor dinyatakan sebagai persen (%)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Untuk menetukan kadar Cl dalam pemutih secara iodometri

2.2 Prinsip
Kadar Cl ditetapkan berdasarkan titrasi iodometri dengan natrium
tiosulfat sebagai titran. Ke dalam sampel ditambahkan KI sehingga I2
yang dibebaskan dititrasi dengan tio menggunakan indikator kanji.

Reaksi:
Ca(OCl)2 + 2H2SO4 + 4 KI CaSO4 + 2 KCl + 2H2O + 2I2 + K2SO4
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6

2.3 Bahan
➢ Larutan sampel pemutih; dan air suling
➢ Larutan : Tio 0,1 N (yang telah distandardisasi); H2SO4 4N; KI 20%;
Kanji 10%

48
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, gelas ukur 50
mL, piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL, tabung reaksi.

2.5 Prosedur
Dipipet 5 mL contoh pemutih ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan
sampai tanda tera. Larutan tersebut dipipet sebanyak 25 mL ke dalam
Erlenmeyer di tambah10 mL H2SO4 4 N dan 10 mL KI 20 % kemudian dititar
dengan larutan tio 0,1 N yang sudah distandardisasi hingga mendekati titik
akhir (larutan kuning muda), tambahkan indikator kanji kemudian dititar
kembali dengan larutan tio 0,1 N hingga tercapai titik akhir titrasi (
perubahan warna dari biru tua menjadi tak berwarna). Hitung kadar Cl
dalam contoh!

2.6 Perhitungan

( Vtio x Ntio x BE Cl)


% Cl = x 10-3 x 100/5 x 100 % (b/v)
Volume titrat (mL)

Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE Cl = Ar Cl/2 = BA Cl/2
100/5 = Faktor Pengenceran (FP)

49
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

Hasil Percobaan

Tabel 10.1. Data Pengamatan sifat fisik zat


No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel pemutih

2. Warna

3. Bau

Tabel 10.2. Data Hasil Percobaan Penetapan Cl Cara Iodometri

Volume Volume
Titran Kadar
Titrat
Perubahan Selama Titrasi
Ulangan Na2S2O3 Cl
(mL)
(………...) (%b/v)
(mL)

1.

2.

3.

50
Pertanyaan
1. Tuliskan tujuan dan prinsip pada penetapan klor dalam pemutih!
2. Mengapa penambahan indikator kanji mendekati titik akhir titrasi?

Jawaban Pertanyaan:

4. KESIMPULAN

51
ARGENTOMETRI

Argentometri merupakan titrasi dengan mengetahui jumlah larutan


standar peraknitrat yang digunakan titrasi berdasarkan pembentukkan
endapan. Perak nitrat merupakan salah satu bahan baku yang digunakan
dalam titrasi secara argentometri. Perak nitrat mempunyai kemurnian yang
cukup tinggi yaitu sekitar 99,9 – 100 %, oleh karena itu titar larutannya dapat
ditentukan secara langsung dari penimbangan. Selama penyimpanan, larutan
AgNO3 harus disimpan dalam botol pereaksi berwarna gelap, karena jika
terkena sinar peraknitrat dapat tereduksi menjadi Ag berwarna hitam.
Berdasarkan jenis indikator yang digunakan dalam penetapan klor
secara argentometri, ada tiga cara penetapan yaitu: cara Mohr; Fayans;
Volhard

Percobaan 11.
Penetapan Kadar Klor Secara Argentometri

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penentuan kadar klor secara argentometri dengan cara mohr dan
fayans
2. Kadar dinyatakan dalam persen (%)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Menetapkan kadar klor dalam sampel dengan cara Mohr, dan Fayans

52
2.2 Prinsip
➢ Titrasi cara mohr: Ion klorida dalam sampel bereaksi dengan larutan
perak nitrat, kelebihan perak nitrat bereaksi dengan indicator kromat
membentuk endapan merah bata
➢ Titrasi cara Fayans: Ion klorida dalam sampel bereaksi dengan perak
nitrat, endapan koloid AgCl menyerap ion indicator fluoresein
membentuk warna pink

2.3 Bahan
➢ Sampel mengandung Cl
➢ K2CrO4, AgNO3, indikator fluorecein

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 10 mL, pipet tetes.

2.5 Prosedur

2.5.1 Cara Kerja Penetapan Kadar Klor dalam Sampel Cara Mohr
Dipipet 10 mL larutan contoh ke dalam Erlenmeyer dibubuhi 5 tetes larutan
K2CrO4 lalu dititar dengan larutan AgNO3 0,0100 N hingga titik akhir
tercapai. Penetapan dilakukan duplo. Hitung kadar Cl dalam contoh!

2.5.2 Cara Kerja Penetapan Kadar Klor dalam Sampel Cara Fayans
Dipipet 10 mL larutan contoh ke dalam Erlenmeyer dan dibubuhi 1-3 tetes
indikator fluorescein. Dititar dengan AgNO3 0,01 N sehingga warna
endapan yang terbentuk berubah dari putih menjadi merah muda.
Penetapan dilakukan duplo. Hitung kadar klor dalam contoh!

53
2.6 Perhitungan

( VAgNO3 x NAgNO3 x BE Cl)


% Cl = x 10-3 x 100 % (b/v)
Volume contoh (mL)

Ket : BE Cl =Ar Cl

3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

Hasil Percobaan

Tabel 11.1. Data Pengamatan sifat fisik zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel

2. Warna

3. Bau

54
Tabel 11.2 Data Hasil Percobaan Penetapan Klor Cara Mohr

Volume Volume Titran Kadar


Perubahan Selama Titrasi
Ulangan Titrat AgNO3 (………...) Cl

(mL) (mL) (%b/v)

1.

2.

3.

Tabel 11.3 Data Hasil Percobaan Penetapan Klor Cara Fayans

Volume Volume Titran


Kadar
Titrat Perubahan Selama Titrasi AgNO3
Ulangan Cl
(mL) (………...)
(%b/v)
(mL)

1.

2.

3.

Pertanyaan:
1. Jelaskan prinsip penetapan klor cara Mohr dan Fayans dengan lengkap
disertai reaksinya!
2. Buktikan dengan perhitungan bahwa kelarutan AgCl lebih kecil daripada
kelarutan Ag2CrO4 ( gunakan hasil kali kelarutan )
3. Apa perbedaan titrasi Argentometri cara Mohr dan Fayans?

55
Jawaban Pertanyaan:

4. KESIMPULAN

56
KOMPLEKSOMETRI

Kompleksiometri merupakan salah satu jenis titrasi yang didasarkan


pada pembentukan senyawa kompleks. Suatu kompleks dapat dibentuk oleh
reaksi antara suatu ion logam (kation) yang disebut atom pusat (memiliki orbital
kosong), dengan suatu anion atau molekul netral yang terikat pada atom pusat
disebut ligan (yang mempunyai pasangan elektron bebas). Banyaknya ikatan
yang terbentuk oleh atom logam pusat tersebut disebut bilangan koordinasi.
Ligan yang mempunyai satu pasangan elektron menyendiri, misalnya NH3
disebut unidentat. Ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk
dua ikatan dengan atom sentral disebut bidentat, misalnya etilena diamin
NH2CH2CH2NH2. Cincin heterosiklik yang dibentuk oleh antaraksi sebuah ion
logam dengan dua gugus fungsional dalam ligan yang sama disebut cincin sepit
(chelate ring), molekul organiknya adalah zat penjepit, dan kompleks itu disebut
senyawa sepit atau kelat (Chelates). Jenis titrasi kompleksiometri yang sering
digunakan adalah titrasi dengan EDTA (kelatometri) dan titrasi Merkurimetri.
Penerapan jenis titrasi yang sering digunakan adalah titrasi kelatometri
dengan pengompleks adalah EDTA (etilendiamintetraasetat), karena EDTA
membentuk kompleks yang stabil dengan banyak ion logam dab reaksinya
selalu terjadi dalam perbandingan molar 1 : 1.
Reaksi antara ion-ion logam dengan garam dinatrium-EDTA ( disingkat
H2Y2-) adalah sebagai berikut :
Mn+ + H2Y2- MY(n-4) + 2H+
Selama titrasi dibebaskan ion H+ , untuk mencegah terjadinya perubahan pH
yang besar, maka ke dalam larutan harus ditambahkan buffer.
Pengaruh pH pada titrasi dengan EDTA sebagai berikut :
Asam etilena diamin tetra asetat (HY) mempunyai tetapan disosiasi sebagai
berikut:
H4Y + H2O H3O+ + H3Y- Ka1 = 1,02 x 10-2
H3Y- + H2O H3O+ + H2Y2- Ka2 = 2,14 x 10-3
H2Y2- + H2O H3O+ + HY3- Ka3 = 6,92 x 10-7
57
HY3- + H2O H3O+ + Y4- Ka1 = 5,50 x 10-11

Disosiasi H4Y dipengaruhi oleh pH, pada pH >12 kebanyakan H4Y akan
terdapat dalam bentuk Y. Pada pH yang lebih rendah spesies terprotonkan
seperti HY dan sebagainya akan lebih melimpah, sehingga dapat dianggap
bahwa H3O+ bersaing dengan ion logam untuk memperebutkan H4Y pada pH
itu. Dengan alasan tersebut maka titrasi ion logam dengan EDTA pada
umumnya dilakukan pada pH tinggi.

Percobaan 12.
Standardisasi Larutan EDTA 0,01M dengan CaCO3 sebagai
Bahan Baku Primer

Disodium Etylene Diamine Tetra Acetic (EDTA), diperdagangkan dalam


keadaan murni, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan baku primer. Hal
ini dapat dilakukan apabila air yang dipergunakan untuk melarutkan tidak
mengandung ion-ion logam polivalen. Karena keadaan ini sukar diperoleh,
maka standardisasi EDTA perlu dilakukan, yaitu dengan menitar larutan baku
kalium karbonat dengan EDTA.

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi larutan EDTA dengan baku primer CaCO3
2. Konsentrasi EDTA dinyatakan sebagai Molaritas ( mol/L)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Untuk menstandardisasi larutan EDTA dengan baku primer CaCO3

58
2.2 Prinsip
Sebelum ion Ca2+ direaksikan dengan EDTA ditambah sejumlah buffer
pH 10 yang mengandung ion Mg2+ dan indicator Erio-T (HIn2-) berwarna
biru menjadi larutan yang berwarna merah, kemudian direaksikan oleh
EDTA setelah ion Ca2+ bereaksi semua dengan EDTA,kelebihan setetes
EDTA larutan menjadi berwarna biru sebagai titik akhir

2.3 Bahan
➢ CaCO3, HCl, buffer pH 10,
➢ Indiaktor erio T

2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, labu takar 100 mL,
corong, pipet tetes.

2.5 Prosedur
Ditimbang 0,1 g CaCO3 ke dalam piala gelas kecil, dilarutkan dengan HCl
4 N lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL diencerkan dengan air
suling sampai tanda tera . Dipipet 25 mL larutan tersebut ke dalam
Erlenmeyer lalu tambahkan 10 mL buffer pH 10, 1 mL Mg-EDTA dan
indikator Erio-T (5-10 tetes). Selanjutnya dititar dengan larutan EDTA
0,01 M sampai titik akhir titrasi. Perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru. Penetapan dilakukan duplo. Hitung molaritas EDTA!

2.6 Perhitungan

mg CaCO3
M EDTA =
100/25 x mL EDTA x BM CaCO3
59
Catatan :
BM : bobot molekul (mg/mmol atau g/mol)
100/25 = Faktor pengali (Fp)
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :

Hasil Percobaan

Tabel 12.1. Data Pengamatan sifat fisik zat


No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel CaCO3

2. Warna

3. Bau

Tabel 12.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi EDTA

Bobot Volume Titran Kadar


Perubahan Selama Titrasi
Ulangan CaCO3 EDTA EDTA

(mg) (mL) (M)

1.

2.

3.

60
Pertanyaan
1. Jelaskan prinsip standardisasi EDTA dan tuliskan reaksinya dengan
benar?
2. Apa fungsi penambahan buffer?
3. Apa fungsi penambahan 1 mL Mg-EDTA?

Jawaban Pertanyaan:

4. KESIMPULAN

61
Percobaan 13.
Penetapan Kesadahan Jumlah dalam Sampel Air

Kesadahan jumlah dalam air umumnya disebabkan oleh garam-garam


Ca dan Mg yang larut, dan dapat ditetapkan sekaligus dalam satu titrasi.
Kecuali Ca dan Mg, dalam air kran ion-ion logam yang lain bereaksi dengan
EDTA sehingga mengganggu titrasi. Oleh karena itu ion-ion tersebut harus
disingkirkan . Pada pH tinggi ion-ion itu akan mengendap sehingga dapat
disaring.

1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kesadahan jumlah sebagai dalam air secara kompleksometri
2. Kesadahan jumlah dinyatakan sebagai mg/L CaCO3 ( ppm)

2. CARA UJI

2.1 Tujuan
Untuk menentukan kesadahan jumlah dalam air.

2.2. Prinsip
Sampel yang mengandung ion kalsium dan magnesium dititrasi dengan
EDTA ditambah sejumlah buffer pH 10 yang dan indicator Erio-T (HIn2-)
berwarna biru menjadi larutan yang berwarna merah, kelebihan setetes
EDTA larutan menjadi berwarna biru sebagai titik akhir

2.3 Bahan
➢ Sampel air
➢ Buffer pH 10, EDTA, indikator erio T

62
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, labu takar 100 mL,
corong, pipet tetes.

2.5 Prosedur
Dipipet 50 mL contoh air masukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian
tambahkan 1 mL buffer pH 10, + 5-10 tetes indikator Erio-T, kemudian
dititar dengan larutan EDTA 0,01 M yang sudah distandardisasi sehingga
warna larutan berubah dari merah anggur menjadi biru. Penetapan
dilakukan duplo. Hitung kesadahan total dalam ppm ( mg/L)!

2.6 Perhitungan

( VEDTA x MEDTA x BM CaCO3)


CaCO3 (mg/L) =
Volume contoh (L)

3. LAPORAN

Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:


1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji:

63
Hasil Percobaan

Tabel 13.1. Data Pengamatan sifat fisik zat

No Uraian Pengamatan

1. Wujud sampel

2. Warna

3. Bau

Tabel 13.2 Data Hasil Percobaan Kesadahan

Volume Volume Titran


Perubahan Selama Kadar
Titrat EDTA
Ulangan Titrasi Kesadahan
(mL) (………...)
(ppm)
(mL)

1.

2.

3.

Pertanyaan
1. Tuliskan prinsip dan reaksi yang terjadi pada penetapan kesadahan
dalam air secara kompleksiometri ini!
2. Apa yang dimaksud dengan kesadahan sementara dan kesadahan
tetap?
3. Bagaimana caranya menetapkan kesadahan tetap dan kesadahan
sementara?

64
Jawaban Pertanyaan :

4. KESIMPULAN

65
DAFTAR PUSTAKA

1. R. A. Day/ A.L. Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, edisi keempat, Erlangga,


Jakarta, 1990.
2. Skoog D.A., West D.M., Holler F.J., 1996, Fundamental of Analytical Chemistry,
7 th Edition.
3. Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, edisi 4, penerbit buku kedokteran,
egc, Jakarta
4. W. Harjadi, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta,1993.
.

66
LAMPIRAN

ASAM PEKAT DAN BASA PEKAT


ZAT % BOBOT BJ
Asam Klorida 37 1,19
Asam Nitrat 65 1,39
Asam Sulfat 96 1,84
Asam Asetat 99,5-100 1,05
Amonia (NH3) 25 0,91
Lindi Minyak 50 1,52

DAFTAR BOBOT SETARA


BOBOT
ZAT CARA SETARA SETARA
RASIONAL
Amonia A NH3 17,0
Amonium Rodadida Ag NH4CNS 76,2
Arsen Trioksida O ¼ As2O3 49,5
Asam Asetat A C2H4O2 60
Asam Benzoat A C7H6O2 122

Asam Klorida A HCl 36,45


Asam Format A CH2O2 46
O ½ CH2O2 23
Asam Nitrat A HNO3 63
Asam Oksalat A,O ½ C2H2O4 . 2 H2O 63
Asam Salisilat A C7H6O7 138
Asam Sitrat A 1/3 C6H8O7 64
Asam Suksinat A ½ C4H6O4 59
Asam Sulfat A ½ H2SO4 49
Asam Tartarat A ½ C4H4O6 75
Barium Hidroksida A ½ Ba(OH)2 . 2 H2O 157,7

67
Besi III Klorida O FeCl3 162,2
Besi II Sulfat O FeSO4 . 7 H2O 251,9
Boraks A ½ Na2B4O7. 10 H2O 190,6
Klor O Cl 35,45
Phenol O 1/3 C6H6O 32,3
Formaldehida O ½ H2CO 15
(NH4)2Fe(SO4)2. 6
Garam Mohr O H2O 391,9
Hidrogen Peroksida O ½ H2O2 17
Iodium O I 126,9
Kalium Bromat O 1/6 KBrO3 127,8
Kalium Bromida Ag KBr 119
Kalium Dikromat O 1/6 K2Cr2O7 49
Kalium Klorida Ag KCl 74,5
Kalium Ferri Sianida O K3Fe(CN)6 329,1
Kalium Hidrogen Tartarat A KC4H5O6 188,1
Kalium Hidroksida A KOH 56,1
Kalium Iodat O 1/6 KIO3 35,7
Kalium Iodida Ag KI 166
Kalium Permanganat O 1/5 KMnO4 31,6
Kalium Rodadida Ag KCNS 37,1
Kalsium Hidroksida A ½ Ca(OH)2 37,2
Kalsium karbonat A,O ½ CaCO3 50
Kalsium oksida A ½ CaO 28
Mangan Dioksida O ½ MnO2 43,5
Natrium Bromida Ag NaBr 102,9
Natrium Klorida Ag NaCl 58,4
Natrium Hidrogen
Karbonat A NaHCO3 84
Natrium Hidroksida A NaOH 40
Natrium Karbonat A ½ Na2CO3 53
½ Na2CO3 10 H2O 143
Natrium Nitrit O ½ NaNO2 34,5

68
Natrium Oksalat A,O ½ NaC2O4 67
Natrium Sulfit O ½ NaSO3 63
Natrium Tio Sulfat O Na2S2O3.5 H2O 248,1
Perak Nitrat Ag AgNO3 169,9
Tembaga II Sulfat O CuSO4. 5 H2O 249,9
Timbal IV Oksida O ½ PbO2 119,6

Keterangan:
A = Asidi/ alkalimetri
Ag = Argentometri
O = Oksidimetri

69

Anda mungkin juga menyukai