Diktat Titrimetri 2022-Lengkap
Diktat Titrimetri 2022-Lengkap
Diktat Titrimetri 2022-Lengkap
ANALISIS TITRIMETRI
PENYUSUN:
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan harus sudah berada ditempat 10 menit sebelum praktikum
dimulai.
2. Setiap Praktikan sudah harus membuat persiapan praktikum sebelum
praktikum dimulai.
3. Laporan praktikum harus sudah diserahkan sebelum praktikum
berikutnya dimulai
4. Selama praktikum berlangsung, Praktikan tidak diperkenankan ke luar
laboratorium, kecuali seizin asisten praktikum
5. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dapat meminta waktu
lain, apabila ada pernyataan yang dianggap sah.
6. Selama praktikum, Praktikan harus bekerja tenang, tertib, teratur dan
teliti.
7. Praktikan tidak diperkenankan meminjam alat-alat dibawah tangan (
tanpa sepengetahuan asisten) meskipun dengan teman dekat
8. Setelah praktikum selesai, setiap praktikan diharuskan membersihkan
meja praktikumnya masing-masing
9. Alat-alat yang dipinjam selama praktikum harus diserahkan kembali
kepada petugas setelah praktikum selesai.
10. Data-data hasil praktikum diserahkan kepada asisten setelah praktikum
selesai.
4
PENDAHULUAN
Titrasi Permanganometri
Titrasi Iodometri
Titrasi Argentometri
Titrasi Kompleksiometri
5
TIU : Mahasiswa mampu menentukan kadar analit dalam suatu sampel
menggunakan metode kimia analisis kuantitatif cara konvensional
dengan metode titrimetri dengan ketelitian tingkat sedang dan tinggi.
Pokok Bahasan :
Titrasi Permanganometri
Titrasi Iodometri
Titrasi Argentometri
Titrasi Kompleksiometri
6
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
7
Percobaan 1.
Pemilihan Indikator Asam - Basa
1. RUANG LINGKUP
Lingkup percobaan meliputi:
1. Pemilihan Indikator pada titrasi asam-basa dengan menggunakan
indikator phenolftalein (PP), sindur metil (SM) , metil merah (MM), dan
brom timol blue (BTB)
2. Penentuan titik ekivalen dan perhitungan pH pada titik ekivalen
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Untuk menentukan atau memilih indikator asam-basa yang sesuai
mekanisme reaksi asam-basa dan peruntukkannya (Asidimetri -
Alkalimetri) dengan benar.
2.2 Prinsip
Indikator asam-basa adalah senyawa asam-asam atau basa-basa
organik lemah dimana bentuk molekulnya yang tak terionisasi
mempunyai warna yang berlainan daripada warna ionnya.
Asam : HIn H+ + In-
warna (A) warna (B)
Asam : InOH In+ + OH-
warna (C) warna (B)
2.3 Bahan
➢ Larutan : HCl 0,1 N; NaOH 0,1 N; CH3COOH 0,1 N; NH4OH 0,1 N
➢ Indikator : SM, MM, BTB, dan PP
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan Klem
8
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.
2.5 Prosedur
2.5.1 Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Dipipet 25 mL larutan HCl 0,1 N ke dalam masing-masing erlenmeyer
250 mL, tambahkan pada masing-masing erlenmeyer 2 sampai 3 tetes
indikator PP, BTB, MM, dan SM. Kemudian titar dengan larutan NaOH
0,1 N, dilakukan duplo atau triplo.
2.6 Perhitungan
Pada ketiga percobaan ini:
Catat berapa mL titran yang digunakan untuk mentitrasi larutan masing-
masing.
Hitung berapa pH sebelum dan sesudah titrasi dan hitung pula masing-
masing pemakaian indikator.
9
Ambil Simpulan, indikator mana yang cocok untuk titrasi masing-masing
tersebut di atas ( buat grafiknya).
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
Hasil Percobaan
Tabel 1.1. Data Pengamatan Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat
Volume (mL)
Indicator Perubahan warna
No Ulangan Titrat Titran
indikator
(…………..) (…………)
1
1 2 SM
3
1
2 2
3
1
3 2
3
1
4 2
3
10
Tabel 1.2. Data Pengamatan Titrasi Asam lemah oleh Basa Kuat
Volume (mL)
Indicator Perubahan warna
No Ulangan Titrat Titran
indicator
(…………..) (…………)
1
1 2 SM
3
1
2 2
3
1
3 2
3
1
4 2
3
Tabel 1.3. Data Pengamatan Titrasi Basa Kuat oleh Asam Kuat
Volume (mL)
Indicator Perubahan warna
No Ulangan Titrat Titran
indicator
(…………..) (…………)
1
1 2 SM
3
1
2 2
3
11
1
3 2
3
1
4 2
3
Tabel 1.4. Data Pengamatan Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat
Volume (mL)
Indicator Perubahan warna
No Ulangan Titrat Titran
indicator
(…………..) (…………)
1
1 2 SM
3
1
2 2
3
1
3 2
3
1
4 2
3
12
Pertanyaan
1 Mana yang cocok indikator yang digunakan jika kita akan menitar asam
kuat dengan basa kuat? Berikan alasannya.
2 Jika SM digunakan pada penitaran basa kuat dengan asam lemah cocok
atau tidak! Berikan alasannya.
3 Jika PP digunakan pada penitaran asam kuat dengan basa lemah cocok
atau tidak! Berikan alasannya.
4 Jika kita menggunakan penunjuk MM penitaran sebaiknya dipakai untuk
asam………. dan basa………karena range titik ekivalen ada pada
pH……dan pH……
PETUNJUK LATIHAN
1. Untuk menjawab soal latihan ini sebaiknya Anda gunakan range pH
indikator yang ada di vogel atau buku lainnya.
2. Anda kaji kembali teori asam dan basa menurut Arhenius.
Jawaban Pertanyaan
13
3 KESIMPULAN
14
TITRASI ALKALIMETRI
Percobaan 2.
Standardisasi Larutan NaOH 0,1 N
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi larutan NaOH dengan baku primer asam oksalat
2. Penentuan konsentrasi NaOH dalam Normalitas ( grek/L)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Menstandardisasi larutan NaOH 0,1 N dengan baku primer asam
oksalat.
2.2 Prinsip
Larutan NaOH merupakan larutan standar/ baku sekunder yang
dibakukan dengan larutan asam oksalat dengan indikator pp (fenoftalein)
menurut reaksi :
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
2.3 Bahan
➢ Larutan : NaOH 0,1 N; kristal asam oksalat
➢ Indikator : PP
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
15
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.
2.5 Prosedur
Ditimbang teliti 630 mg asam oksalat dengan kaca arloji, larutkan ke
dalam labu takar 100 mL dan tepatkan sampai tanda garis, lalu
homogenkan. Larutan dipipet sebanyak 25 mL ke dalam Erlenmeyer 250
mL, tambahkan 2 tetes indikator PP kemudian dititar dengan larutan
NaOH 0,1 N sampai larutan berubah warna menjadi merah muda.
Penetapan dilakukan 3 kali. Hitung normalitas NaOH.
2.6 Perhitungan
mg asam oksalat
N NaOH =
100/25 x mL NaOH x BE oksalat
Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE asam oksalat = BM/2
Fp : Faktor pengali (100/25)
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kalas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
16
Hasil Percobaan
Tabel 2.1. Data Pengamatan sifat fisik zat
No Uraian Pengamatan
2. Warna
3. Bau
Pertanyaan
1. Berapa mg asam oksalat yang dibutuhkan untuk membuat 10 ml larutan
asam oksalat 0,1 N?
2. Berapa ml NaOH yang diambil dari NaOH 4 N bila kita ingin membuat NaOH
0,1 N 250 ml?
3. Bila kita menimbang asam oksalat ± 315 mg harus dibuat berapa ml
larutan supaya menjadi 0.025 N ?
17
4. Berapa pH nya pada titik setara penitaran NaOH dengan baku asam
oksalat?
Jawaban Pertanyaan:
4. KESIMPULAN
18
Percobaan 3.
Penetapan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kadar asam asetat dalam cuka makan secara alkalimetri
2. Kadar asam asetat dinyatakan dalam satuan persen (%)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Menentukan kadar asam asetat dalam sampel cuka dengan titrasi asam-
basa.
2.2 Prinsip
Komponen utama cuka adalah asam asetat. Kadar total asam dalam cuka
dinyatakan dengan kadar asam asetat. Kadar asam asetat dalam cuka
makan ditetapkan dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan natrium
hidroksida yang sudah distandardisasi dengan indikator pp.
Reaksi
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
2.3 Bahan
➢ Larutan : NaOH 0,1 N; sampel cuka 25 %b/b
➢ Indikator : pp
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
19
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.
2.5 Prosedur
Dipipet 5 mL contoh cuka makan ke dalam labu takar 250 mL kemudian
ditepatkan dengan air suling sampai tanda tera. Dipipet 25 mL larutan
tersebut ke dalam Erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 2 sampai 3 tetes
indikator PP lalu dititar dengan NaOH 0,1 N. Hitung kadar asam asetat
dalam cuka makan.
2.6 Perhitungan
Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE CH3COOH = BM CH3COOH
Fp : Faktor pengenceran (250/5)
1. LAPORAN
20
Hasil Percobaan
No Uraian Pengamatan
2. Warna
3. Bau
Pertanyaan
1. Berapa ml NaOH 0,1234 N yang dibutuhkan bila hasil akhir kadar asam
asetat didalam cuka makan 3,25 %?
2. Pada penetapan cuka bolehkah Anda menggunakan penunjuk MM? Berikan
alasannya.
3. Berapa pH nya pada titik setara penitaran NaOH dengan contoh asam cuka.
21
Jawaban Pertanyaan:
6. KESIMPULAN
22
TITRASI ASIDIMETRI
Percobaan 4.
Standardisasi HCl 0,1 N dengan Bahan Baku Primer Boraks
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
2. Standardisasi larutan HCl dengan baku primer boraks
3. Penentuan konsentrasi HCl dalam Normalitas ( grek/L)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Untuk menstandardisasi larutan HCl 0,1 N dengan baku primer boraks.
2.2 Prinsip
Larutan HCl merupakan larutan standar/ baku sekunder yang dibakukan
dengan larutan boraks dengan indikator SM (Sindur Metil) menurut reaksi :
2.3 Bahan
➢ Larutan : HCl 0,1 N; boraks
➢ Indikator : SM
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan Klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
23
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.
2.5 Prosedur
Ditimbang teliti 1500 mg boraks dengan kaca arloji, larutkan ke dalam
labu takar 100 mL dan tepatkan sampai tanda garis, lalu homogenkan.
Larutan dipipet sebanyak 25 mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL,
tambahkan 2 tetes indikator MM kemudian dititar dengan larutan HCl 0,1
N sampai larutan berubah warna menjadi merah. Penetapan dilakukan 3
kali. Hitung normalitas HCl.
2.6 Perhitungan
mg boraks
N HCl =
100/25 x mL HCl x BE boraks
Keterangan:
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE boraks = BM/2
Fp : Faktor pengali (100/25)
3. LAPORAN
24
Tabel 4.1. Data Pengamatan Sifat Fisik Zat
No Uraian Pengamatan
2. Warna
3. Bau
Bobot Volume
Perubahan Selama Titrasi
boraks Titran Konsentrasi
Ulangan (perubahan warna
(mg) HCl HCl (N)
indikator MM)
(mL)
1.
2.
3.
Pertanyaan
1. Berapa mg boraks yang dibutuhkan untuk membuat 25 ml larutan boraks
0.25 N?
2. Berapa ml HCl yang diambil dari HCl (p) bila kita ingin membuat HCl 0.1
N 2000 ml?
3. Bila kita menimbang asam oksalat ± 500 mg harus dibuat berapa ml
larutan supaya menjadi 0.05 N ?
4. Berapa pH nya pada titik setara penitaran HCl 0.1 N dengan bahan baku
baku boraks?
25
Jawaban Pertanyaan:
4. KESIMPULAN
26
Percobaan 5.
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penentuan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam campuran secara
asidimetri
2. Kadar dinyatakan dalam persen (%)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Menentukan kadar karbonat dan natrium hidroksida dalam campuran
dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan standar HCl.
2.2 Prinsip
Karbonat dan natrium hidroksida dalam sampel campuran dapat ditentukan
kadar masing-masing dengan titrasi asam-basa menggunakan larutan
standar HCl dengan 2 indikator (pp dan SM). Pada titrasi tahap (1)
digunakan indikator pp, HCl akan bereaksi terlebih dahulu dengan natrium
hidroksida menurut reaksi sebagai berikut :
NaOH + HCl NaCl + H2O
Dilanjutkan dengan reaksi Ion karbonat dengan HCl pada tahap (1) ini
menjadi hidrogen karbonat. Kemudian titrasi berlanjut ke tahap (2)
ditambahkan indikator SM, HCl bereaksi dengan ion hidroden karbonat
menurut reaksi sebagai berikut :
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, piala
gelas 250 mL, tabung reaksi.
2.5 Prosedur
Dipipet 25 mL contoh ke dalam Erlenmeyer 250 mL diencerkan dengan
sedikit air suling, dibubuhi 2-3 tetes PP, lalu dititar dengan HCl 0,1 N
sehingga tercapai titik akhir hilangnya warna merah muda. Banyaknya
HCl yang dipakai dicatat, misalnya a mL. Larutan dibubuhi 2-3 tetes
indikator SM, titar dengan HCl sampai titik akhir dari buret tadi tanpa buret
dinolkan lagi. Panaskan hingga hampir mendidih (jika warna larutan
berubah warna maka dititar lagi dengan HCl). Catat mL HCl yang dipakai,
misalnya b mL. Penetapan dilakukan duplo. Hitung kadar masing-masing
dalam contoh.
2.6 Perhitungan
28
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
Hasil Percobaan
No Uraian Pengamatan
2. Warna
3. Bau
Vol HCl
Vol
Perubahan warna (………….) NaOH Na2CO3
No contoh Indikator
yang terjadi a b % b/v % b/v
(mL)
(mL) (mL)
1 Pp
SM
29
Pertanyaan
1. Mengapa digunakan 2 indikator? Jelaskan!
2. Mengapa indikator PP ditambahkan lebih dulu baru kemudian indikator
SM? Jelaskan!
3. Buktikan rumus perhitungan untuk mencari kadar NaOH dan Na2CO3
yang ada!!!.
Jawaban Pertanyaan
4. KESIMPULAN
30
KESADAHAN AIR
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan nilai kesadahan tetap dan sementara dalam sampel air
secara asidimetri
2. Nilai kesadahan ditetapkan sebagai mg CaO dalam 100 mL air (
derajat jerman oD)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Untuk menentukan nilai kesadahan tetap dan sementara dalam sampel air
31
2.2 Prinsip
Nilai kesadahan sementara dalam air ditentukan dengan titrasi
menggunakan HCl dengan indikator SM. Ke dalam larutan kemudian
ditambahkan natrium karbonat (terukur) untuk mengendapkan Ca dan Mg.
Kelebihan karbonat dititrasi dengan HCl. Jumlah natrium karbonat yang
ditambahkan dititrasi sebagai blanko dengan HCl. Kesadahan total dihitung
berdasarkan selisih dari natrium karbonat (blanko) terhadap kelebihan ion
karbonat. Untuk menentukan kesadahan tetap adalah selisih kesadahan
total terhadap kesadahan sementara.
Reaksi:
Ca(HCO3)2 + 2HCl CaCl2 + 2 H2O + 2 CO2
Mg(HCO3)2 + 2HCl MgCl2 + 2 H2O + 2 CO2
Ca2+ + CO32- CaCO3
Mg2+ + CO32- MgCO3
2.3 Bahan
➢ Sampel air; dan air suling
➢ Larutan : HCl 0,1 N (yang sudah distandardisasi); lindi soda (Na2CO3)
➢ Indikator : SM; kertas saring
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem; pembakar bunsen
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 100 mL, pipet tetes, corong,
gelas ukur 50 mL, piala gelas 250 mL, labu takar 250 mL
2.5 Prosedur
Dipipet 100 mL contoh air ke dalam suatu Erlenmeyer ditetesi indikator SM
lalu dititar dengan larutan standar HCl 0,1000 N misalnya memerlukan a
32
mL, larutan yang telah dititrasi didihkan jika berwarna kuning dititrasi
kembali dengan HCl (dibaca sebagai ”a mL” sesungguhnya), lalu diberi 25
mL lindi soda (Na2CO3) diaduk dan dipindahkan secara kuantitatif ke labu
takar 250 mL ditepatkan sampai tanda tera dengan air suling, kocok lalu
disaring ( dengan kertas saring berlipat yang kering). Pipet 100 mL air
saringan tersebut ke dalam suatu Erlenmeyer lalu dititrasi dengan HCl
0,1000 N misalkan memerlukan b mL. Untuk ini dibuat blanko yaitu dengan
memipet 25 mL larutan lindi soda ( Na2CO3), (volume yang sama dengan
contoh diatas) dimasukkan ke dalam suatu Erlenmeyer ditambah air suling
sampai volume 250 mL, dikocok lalu dititar dengan larutan standar HCl
0,1000 N dengan menggunakan indikator SM misal memerlukan c mL.
Kesadahan air umumnya dihitung sebagai derajat jerman ( oD) ialah
banyaknya mg CaO dalam 100 mL air tersebut.
2.6 Perhitungan
Kesadahan sementara = a x N HCl x BE CaO x oD
Kesadahan jumlah = (c - 2,5b) x N HCl x bst CaO x oD
Kesadahan tetap = kesadahan jumlah –kesadahan sementara
Catatan :
BE CaO = BM CaO/2 = 56/2 = 28 g/grek = mg/mgrek
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji:
33
Hasil Percobaan
No Uraian Pengamatan
2. Warna sampel
3. Bau sampel
4 Kesadahan sementara
5 Kesadahan jumlah
6 Kesadahan tetap
Pertanyaan
1. Apa perbedaannya kesadahan sementara dan kesadahan tetap. ?
Uraikan.
2. Unsur apa saja yang dapat menyebabikan kesadahan?
34
3. Didalam kehidupan sehari-hari kegiatan apa saja yang dapat dipengaruhi
oleh air sadah?
4. Mengapa jika dipanaskan kesadahan sementara dapat hilang?
5. Apa yang dimaksud dengan Derajat jerman (oD)?
Jawaban Pertanyaan
4. KESIMPULAN
35
PERMANGANOMETRI
Percobaan 7.
Standardisasi Larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat sebagai
Bahan Baku Primer
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi KMnO4 dengan asam oksalat sebagai bahan baku
primer
2. Konsentrasi asam oksalat dinyatakan sebagai normalitas ( grek/L)
36
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Menstandardisasi larutan KMnO4 0,1N dengan asam oksalat sebagai bahan
baku primer secara permanganometri.
2.2 Prinsip
Dalam reaksi KMnO4 dalam suasana asam mengalami reduksi menjadi
Mn2+ , .sedangkan asam oksalat mengalami oksidasi menjadi CO2, dan
suhu diatur sampai 70oC. Dalam penitaran ini tidak dipakai indikator, karena
kelebihan larutan KMnO4 sedikit saja sudah memberikan warna merah
muda pada titik akhir titrasi.
Reaksi:
2 MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
2.3 Bahan
➢ Hablur asam oksalat; dan air suling
➢ Larutan : KMnO4 0,1 N ; H2SO4 4N
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem; pembakar bunsen
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, gelas
ukur 50 mL, piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL
2.5 Prosedur
Timbang dengan teliti 630 mg hablur asam oksalat, dimasukkan ke
dalam labu takar 100 mL dilarutkan dengan air suling lalu ditepatkan
sampai tanda tera. Kemudian pipet 25 mL larutan asam oksalat tadi,
tambahkan 25 mL H2SO4 4 N panaskan sampai 70oC, lalu titar dengan
37
larutan KMnO4 sampai timbul warna merah muda . Lakukan duplo.
Hitung normalitas KMnO4.
2.6 Perhitungan
mg asam oksalat
N KMnO4 =
100/25 x mL KMnO4 x BE asam oksalat
Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE oksalat = BM/2
Fp : Faktor pengali (100/25)
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
Hasil Percobaan
2. Warna
3. Bau
38
Tabel 7.2. Data Hasil Percobaan Standardisasi Larutan KMnO4 0,1N
Bobot Volume
oksalat Perubahan Selama Titrasi Titran Konsentrasi
Ulangan
(mg) KMnO4 KMnO4 (N)
(mL)
1.
2.
3.
Pertanyaan
1. Apakah akan mempengaruhi hasil titrasi jika dilakukan pemanasan 70 oC
atau tanpa pemanasan?
2. Apakah yang dimaksud dengan “auto katalis”
3. Dalam titrasi ini digunakan asam sulfat, bagaimana jika diganti dengan
HCl atau HNO3?
Jawaban Pertanyaan
4. KESIMPULAN
39
Percobaan 8.
Penetapan Kadar Besi dalam Sampel Garam Besi
Secara Permanganometri
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penentuan kadar besi dalam garam besi secara permanganometri
2. Kadar besi ditetapkan sebagai persen (%)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Menetapkan kadar besi dalam sampel garam besi secara permanganometri
dalam suasana asam.
2.2 Prinsip
Garam-garam besi II dapat dioksidasikan menjadi garam besi III dalam
suasana asam. Sebagai bahan baku sekunder digunakan KMnO 4 yang juga
berfungsi sebagai indikator. Berdasarkan jumlah KMnO4 yang dipakai dapat
dihitung kadar besi dalam contoh.
Reaksi:
MnO4- + 5 Fe2+ + 8 H+ Mn2+ + 5 Fe3+ + 4 H2O
2.3 Bahan
➢ Larutan sampel garam besi; dan air suling
➢ Larutan : KMnO4 0,1 N (yang sudah distandardisasi) ; H2SO4 4N
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
40
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, corong, gelas
ukur 50 mL, piala gelas 250 mL.
2.5 Prosedur
Dipipet 25 mL larutan contoh, masukkan ke dalam Erlenmeyer lalu
tambahkan 25 mL H2SO4 4 N kemudian dititar dengan larutan KMnO4 0,1 N
yang sudah distandardisasi. Hitung kadar besi dalam contoh.
2.6 Perhitungan
( VKMnO4 x NKMnO4 x BE Fe)
% Fe = x 10-3 x 100 % (b/v)
Volume contoh (mL)
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
Hasil Percobaan
No Uraian Pengamatan
2. Warna
3. Bau
41
Tabel 8.2. Data Hasil Percobaan Penetapan Fe Cara Permanganometri
1.
2.
3.
Pertanyaan
1. Mengapa pada penetapan Fe (II), larutan contoh dititar dengan KMnO 4
tidak dipanaskan? Jelaskan
2. Bila diketahui kadar besi (II) dalam contoh 1 % pengerjaan sama seperti
diatas berapa ml KMnO4 0.1 N yang dibutuhkan?
3. Apakah asam sulfat dapat digantikan dengan HNO 3 atau asam lainnya
berikan alasannya!
Jawaban Pertanyaan
42
4.KESIMPULAN
43
IODOMETRI DAN IODIMETRI
Percobaan 9.
Standardisasi Larutan Tio 0,1 N
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi natrium tiosulfat secara iodometri
2. Satuan dinyatakan sebagai normalitas tio (grek/L)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Menstandardisasi larutan tio 0,1N dengan potasium dikromat sebagai
bahan baku primer secara Iodometri.
2.2 Prinsip
Natrium tiosulfat distandardasi dengan bahan baku primer K2Cr2O7 . Reaksi
K2Cr2O7 dengan KI berlebih dalam suasana asam akan menghasilkan iod.
Iod yang dibebaskan dititar dengan larutan tio yang normalitasnya telah
diketahui, mendekati titik akhir penambahan indikator kanji akan
memperjelas warna titik akhir titrasi sampai larutan hijau terang. Jumlah
ekivalen K2Cr2O7 setara dengan jumlah ekivalen tio. Kalium dikromat yang
digunakan harus murni (baku primer) dan KI yang dipakai harus bebas
iodat.
44
Reaksi:
K2Cr2O7 + 6 KI + 14 HCl 8 KCl + 2 CrCl3 + 7 H2O +3I2
2 Na2S2O3 + I2 Na2S4O6 + 2 NaI
2.3 Bahan
➢ Hablur K2Cr2O7; dan air suling
➢ Larutan : Tio 0,1 N; HCl 4N; KI 20%; Kanji 10%
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, gelas ukur 50
mL, piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL, tabung reaksi.
2.5 Prosedur
Ditimbang dengan teliti 0,125 g K2Cr2O7 masukkan ke dalam erlenmeyer
dan dilarutkan dengan ± 25 mL air suling. Larutan tersebut ditambahkan 10
mL KI 20% dan 25 mL HCl 4 N, kemudian dititrasi dengan larutan tio 0,1 N
sampai mendekati titik akhir titrasi (larutan berwarna kuning muda)
tambahkan indikator kanji dan titar kembali dengan larutan tio 0,1 N sampai
titik akhir titrasi (perubahan warna dari biru tua menjadi hijau muda).
Penetapan dilakukan duplo. Hitung normalitas tio!
2.6 Perhitungan
mg K2Cr2O7
N Na2S2O3 =
mL tio x BE K2Cr2O7
Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE K2Cr2O7 = BM K2Cr2O7/6
45
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
Hasil Percobaan
No Uraian Pengamatan
2. Warna
3. Bau
Bobot Volume
Konsentrasi
K2Cr2O7 Perubahan Selama Titrasi Titran
No Na2S2O3
(mg) Tio
(N)
(mL)
1.
2.
46
Pertanyaan
1. Apakah HCl dapat diganti dengan asam yang lain? Jika ”tidak”,
mengapa? Dan Jika ”Ya”, berikan contohnya?
2. Mengapa penambahan KI harus berlebih? Perlukah penambahan KI
secara kuantitatif? Berikan alasannya !
3. Sebutkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada
standardisasi larutan tio!
Jawaban Pertanyaan
4. KESIMPULAN
47
Percobaan 10.
Penetapan Kadar Klor dalam Bahan Pemutih
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kadar klor dalam bahan pemutih secara titrasi iodometri
2. Kadar klor dinyatakan sebagai persen (%)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Untuk menetukan kadar Cl dalam pemutih secara iodometri
2.2 Prinsip
Kadar Cl ditetapkan berdasarkan titrasi iodometri dengan natrium
tiosulfat sebagai titran. Ke dalam sampel ditambahkan KI sehingga I2
yang dibebaskan dititrasi dengan tio menggunakan indikator kanji.
Reaksi:
Ca(OCl)2 + 2H2SO4 + 4 KI CaSO4 + 2 KCl + 2H2O + 2I2 + K2SO4
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
2.3 Bahan
➢ Larutan sampel pemutih; dan air suling
➢ Larutan : Tio 0,1 N (yang telah distandardisasi); H2SO4 4N; KI 20%;
Kanji 10%
48
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, pipet tetes, gelas ukur 50
mL, piala gelas 250 mL, labu takar 100 mL, tabung reaksi.
2.5 Prosedur
Dipipet 5 mL contoh pemutih ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan
sampai tanda tera. Larutan tersebut dipipet sebanyak 25 mL ke dalam
Erlenmeyer di tambah10 mL H2SO4 4 N dan 10 mL KI 20 % kemudian dititar
dengan larutan tio 0,1 N yang sudah distandardisasi hingga mendekati titik
akhir (larutan kuning muda), tambahkan indikator kanji kemudian dititar
kembali dengan larutan tio 0,1 N hingga tercapai titik akhir titrasi (
perubahan warna dari biru tua menjadi tak berwarna). Hitung kadar Cl
dalam contoh!
2.6 Perhitungan
Catatan :
BE : bobot ekivalen atau bobot setara (mg/mgrek atau g/grek)
BE Cl = Ar Cl/2 = BA Cl/2
100/5 = Faktor Pengenceran (FP)
49
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
Hasil Percobaan
2. Warna
3. Bau
Volume Volume
Titran Kadar
Titrat
Perubahan Selama Titrasi
Ulangan Na2S2O3 Cl
(mL)
(………...) (%b/v)
(mL)
1.
2.
3.
50
Pertanyaan
1. Tuliskan tujuan dan prinsip pada penetapan klor dalam pemutih!
2. Mengapa penambahan indikator kanji mendekati titik akhir titrasi?
Jawaban Pertanyaan:
4. KESIMPULAN
51
ARGENTOMETRI
Percobaan 11.
Penetapan Kadar Klor Secara Argentometri
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penentuan kadar klor secara argentometri dengan cara mohr dan
fayans
2. Kadar dinyatakan dalam persen (%)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Menetapkan kadar klor dalam sampel dengan cara Mohr, dan Fayans
52
2.2 Prinsip
➢ Titrasi cara mohr: Ion klorida dalam sampel bereaksi dengan larutan
perak nitrat, kelebihan perak nitrat bereaksi dengan indicator kromat
membentuk endapan merah bata
➢ Titrasi cara Fayans: Ion klorida dalam sampel bereaksi dengan perak
nitrat, endapan koloid AgCl menyerap ion indicator fluoresein
membentuk warna pink
2.3 Bahan
➢ Sampel mengandung Cl
➢ K2CrO4, AgNO3, indikator fluorecein
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 10 mL, pipet tetes.
2.5 Prosedur
2.5.1 Cara Kerja Penetapan Kadar Klor dalam Sampel Cara Mohr
Dipipet 10 mL larutan contoh ke dalam Erlenmeyer dibubuhi 5 tetes larutan
K2CrO4 lalu dititar dengan larutan AgNO3 0,0100 N hingga titik akhir
tercapai. Penetapan dilakukan duplo. Hitung kadar Cl dalam contoh!
2.5.2 Cara Kerja Penetapan Kadar Klor dalam Sampel Cara Fayans
Dipipet 10 mL larutan contoh ke dalam Erlenmeyer dan dibubuhi 1-3 tetes
indikator fluorescein. Dititar dengan AgNO3 0,01 N sehingga warna
endapan yang terbentuk berubah dari putih menjadi merah muda.
Penetapan dilakukan duplo. Hitung kadar klor dalam contoh!
53
2.6 Perhitungan
Ket : BE Cl =Ar Cl
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
Hasil Percobaan
No Uraian Pengamatan
1. Wujud sampel
2. Warna
3. Bau
54
Tabel 11.2 Data Hasil Percobaan Penetapan Klor Cara Mohr
1.
2.
3.
1.
2.
3.
Pertanyaan:
1. Jelaskan prinsip penetapan klor cara Mohr dan Fayans dengan lengkap
disertai reaksinya!
2. Buktikan dengan perhitungan bahwa kelarutan AgCl lebih kecil daripada
kelarutan Ag2CrO4 ( gunakan hasil kali kelarutan )
3. Apa perbedaan titrasi Argentometri cara Mohr dan Fayans?
55
Jawaban Pertanyaan:
4. KESIMPULAN
56
KOMPLEKSOMETRI
Disosiasi H4Y dipengaruhi oleh pH, pada pH >12 kebanyakan H4Y akan
terdapat dalam bentuk Y. Pada pH yang lebih rendah spesies terprotonkan
seperti HY dan sebagainya akan lebih melimpah, sehingga dapat dianggap
bahwa H3O+ bersaing dengan ion logam untuk memperebutkan H4Y pada pH
itu. Dengan alasan tersebut maka titrasi ion logam dengan EDTA pada
umumnya dilakukan pada pH tinggi.
Percobaan 12.
Standardisasi Larutan EDTA 0,01M dengan CaCO3 sebagai
Bahan Baku Primer
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Standardisasi larutan EDTA dengan baku primer CaCO3
2. Konsentrasi EDTA dinyatakan sebagai Molaritas ( mol/L)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Untuk menstandardisasi larutan EDTA dengan baku primer CaCO3
58
2.2 Prinsip
Sebelum ion Ca2+ direaksikan dengan EDTA ditambah sejumlah buffer
pH 10 yang mengandung ion Mg2+ dan indicator Erio-T (HIn2-) berwarna
biru menjadi larutan yang berwarna merah, kemudian direaksikan oleh
EDTA setelah ion Ca2+ bereaksi semua dengan EDTA,kelebihan setetes
EDTA larutan menjadi berwarna biru sebagai titik akhir
2.3 Bahan
➢ CaCO3, HCl, buffer pH 10,
➢ Indiaktor erio T
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, labu takar 100 mL,
corong, pipet tetes.
2.5 Prosedur
Ditimbang 0,1 g CaCO3 ke dalam piala gelas kecil, dilarutkan dengan HCl
4 N lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL diencerkan dengan air
suling sampai tanda tera . Dipipet 25 mL larutan tersebut ke dalam
Erlenmeyer lalu tambahkan 10 mL buffer pH 10, 1 mL Mg-EDTA dan
indikator Erio-T (5-10 tetes). Selanjutnya dititar dengan larutan EDTA
0,01 M sampai titik akhir titrasi. Perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru. Penetapan dilakukan duplo. Hitung molaritas EDTA!
2.6 Perhitungan
mg CaCO3
M EDTA =
100/25 x mL EDTA x BM CaCO3
59
Catatan :
BM : bobot molekul (mg/mmol atau g/mol)
100/25 = Faktor pengali (Fp)
3. LAPORAN
Catat Informasi berikut ini pada laporan anda:
1. Nama Praktikan :
2. Kelas :
3. Tanggal Praktikum :
4. Nama Contoh Uji :
5. Deskripsi Contoh Uji :
Hasil Percobaan
2. Warna
3. Bau
1.
2.
3.
60
Pertanyaan
1. Jelaskan prinsip standardisasi EDTA dan tuliskan reaksinya dengan
benar?
2. Apa fungsi penambahan buffer?
3. Apa fungsi penambahan 1 mL Mg-EDTA?
Jawaban Pertanyaan:
4. KESIMPULAN
61
Percobaan 13.
Penetapan Kesadahan Jumlah dalam Sampel Air
1. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup percobaan meliputi:
1. Penetapan kesadahan jumlah sebagai dalam air secara kompleksometri
2. Kesadahan jumlah dinyatakan sebagai mg/L CaCO3 ( ppm)
2. CARA UJI
2.1 Tujuan
Untuk menentukan kesadahan jumlah dalam air.
2.2. Prinsip
Sampel yang mengandung ion kalsium dan magnesium dititrasi dengan
EDTA ditambah sejumlah buffer pH 10 yang dan indicator Erio-T (HIn2-)
berwarna biru menjadi larutan yang berwarna merah, kelebihan setetes
EDTA larutan menjadi berwarna biru sebagai titik akhir
2.3 Bahan
➢ Sampel air
➢ Buffer pH 10, EDTA, indikator erio T
62
2.4 Peralatan
➢ Buret makro; statip; dan klem
➢ Alas titar, Bulb hitam/merah, labu semprot
➢ Erlenmeyer 250 mL, pipet volumetri 25 mL, labu takar 100 mL,
corong, pipet tetes.
2.5 Prosedur
Dipipet 50 mL contoh air masukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian
tambahkan 1 mL buffer pH 10, + 5-10 tetes indikator Erio-T, kemudian
dititar dengan larutan EDTA 0,01 M yang sudah distandardisasi sehingga
warna larutan berubah dari merah anggur menjadi biru. Penetapan
dilakukan duplo. Hitung kesadahan total dalam ppm ( mg/L)!
2.6 Perhitungan
3. LAPORAN
63
Hasil Percobaan
No Uraian Pengamatan
1. Wujud sampel
2. Warna
3. Bau
1.
2.
3.
Pertanyaan
1. Tuliskan prinsip dan reaksi yang terjadi pada penetapan kesadahan
dalam air secara kompleksiometri ini!
2. Apa yang dimaksud dengan kesadahan sementara dan kesadahan
tetap?
3. Bagaimana caranya menetapkan kesadahan tetap dan kesadahan
sementara?
64
Jawaban Pertanyaan :
4. KESIMPULAN
65
DAFTAR PUSTAKA
66
LAMPIRAN
67
Besi III Klorida O FeCl3 162,2
Besi II Sulfat O FeSO4 . 7 H2O 251,9
Boraks A ½ Na2B4O7. 10 H2O 190,6
Klor O Cl 35,45
Phenol O 1/3 C6H6O 32,3
Formaldehida O ½ H2CO 15
(NH4)2Fe(SO4)2. 6
Garam Mohr O H2O 391,9
Hidrogen Peroksida O ½ H2O2 17
Iodium O I 126,9
Kalium Bromat O 1/6 KBrO3 127,8
Kalium Bromida Ag KBr 119
Kalium Dikromat O 1/6 K2Cr2O7 49
Kalium Klorida Ag KCl 74,5
Kalium Ferri Sianida O K3Fe(CN)6 329,1
Kalium Hidrogen Tartarat A KC4H5O6 188,1
Kalium Hidroksida A KOH 56,1
Kalium Iodat O 1/6 KIO3 35,7
Kalium Iodida Ag KI 166
Kalium Permanganat O 1/5 KMnO4 31,6
Kalium Rodadida Ag KCNS 37,1
Kalsium Hidroksida A ½ Ca(OH)2 37,2
Kalsium karbonat A,O ½ CaCO3 50
Kalsium oksida A ½ CaO 28
Mangan Dioksida O ½ MnO2 43,5
Natrium Bromida Ag NaBr 102,9
Natrium Klorida Ag NaCl 58,4
Natrium Hidrogen
Karbonat A NaHCO3 84
Natrium Hidroksida A NaOH 40
Natrium Karbonat A ½ Na2CO3 53
½ Na2CO3 10 H2O 143
Natrium Nitrit O ½ NaNO2 34,5
68
Natrium Oksalat A,O ½ NaC2O4 67
Natrium Sulfit O ½ NaSO3 63
Natrium Tio Sulfat O Na2S2O3.5 H2O 248,1
Perak Nitrat Ag AgNO3 169,9
Tembaga II Sulfat O CuSO4. 5 H2O 249,9
Timbal IV Oksida O ½ PbO2 119,6
Keterangan:
A = Asidi/ alkalimetri
Ag = Argentometri
O = Oksidimetri
69