Anda di halaman 1dari 2

hubungan klorofil dengan ikan pelagis

HUBUNGAN ANTARA KLOROFIL-a DAN IKAN PELAGIS DENGAN KONDISI OSEANOGRAFI Klorofil-a merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di laut.Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan. Beberapa parameter fisik-kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien (terutama nitrat, fosfat dan silikat). Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer di beberapa tempat di laut. Selain itu &ldquo;grazing&rdquo; juga memiliki peran besar dalam mengontrol konsentrasi klorofil-a di laut (Sverdrup et al., 1961; Riley dan Skirrow, 1975; Levinton, 1982; Parsons et al., 1984; Mann dan Lazier, 1991). Umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan pantai sebagai akibat dari tingginya suplai nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai, dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai. Meskipun demikian pada beberapa tempat masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi, meskipun jauh dari daratan. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari tempat lain, seperti yang terjadi pada daerah upwelling. Sejauh ini telah diketahui eratnya kaitan antara konsentrasi klorofil-a dan produktivitas primer dengan kondisi oseanografi. Di antara beberapa parameter fisika-kimia tersebut ada yang belum diketahui secara pasti parameter oseanografi mana yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap distribusi klorofil-a dan ikan pelagis. Khususnya pada lokasi dan waktu tertentu, kajian yang melihat secara simultan beberapa parameter oseanografi dan kaitannya dengan klorofil-a dan ikan pelagis masih sangat terbatas. Keterkaitan antara sebaran klorofil-a dan ikan pelagis dengan beberapa parameter oseanografi (fisika-kimia dan biologi) sangat penting untuk diketahui guna mengidentifikasi parameter fisika-kimia yang memiliki peranan besar terhadap sebaran klorofil-a dan ikan pelagis pada musim tertentu, serta mengetahui karakteristik massa air di daerah itu.. Khususnya bagi industri penangkapan, informasi itu dapat digunakan sebagai salah satu petunjuk untuk memudahkan menentukan daerah penangkapan pada musim tertentu. Kenyataan bahwa perairan yang memiliki karakteristik massa air (kondisi oseanografis) yang berbeda cenderung memiliki parameter biologi yang berbeda pula, menguatkan dugaan bahwa klorofil-a dan ikan pelagis (parameter biologi) terkait dengan parameter fisika-kimia perairan. Masalah uatama yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana menjelaskan saling keterkaitan parameter-parameter oseanografi dan parameter mana yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap sebaran klorofil-a dan ikan pelagis. Bertolak dari masalah tersebut maka diduga sementara (hipotesis) bahwa : (1) Sebaran klorofil-a dan ikan pelagis sangat erat kaitannya dengan kedalaman lapisan tercampur dan termoklin dan pengaruh parameter oseanografi terhadap klorofil-a berbeda berdasarkan kedalaman: (2) Parameter kimia (nutrien) pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan parameter lainnya terhadap kelimpahan fitoplankaton dan klorofil-a. HUBUNGAN ANTARA KLOROFIL-a DAN KONDISI OSEANOGRAFI Untuk melihat keterkaitan antara sebaran klorofil-a dengan parameter oseanografi lainnya, maka digunakan analisis diskriminan dengan memilih stasiun sebagai satuan observasi dan parameter oseanografi sebagai variabel. Dengan analisis ini maka akan diketahui parameter-parameter yang sangat terkait atau berpengaruh dalam membedakan tinggi rendahnya kandungan klorofil-a. Jadi sebelum analisis ini dijalankan, maka terlebih dahulu nilai klorofil-a diklasifikasi atau dikelompokkan berdasarkan nilainya. Dalam pengelompokan ini digunakan tiga kategori relatif (rendah, sedang dan tinggi) berdasarkan keseluruhan nilai klorofil-a yang dikelompokkan itu. Jadi nilai tiap kategori berbeda tergantung keseluruhan nilai yang di analisis itu. Untuk melihat dengan jelas pengaruh parameter terhadap sebaran mendatar maka analisis dilakukan pada lima kelompok kedalaman dimana data klorofil-a tersedia yaitu 0, 100, 200, 300 dan 400 meter Klorofil-a di Permukaan Seluruh data klorofil-a di permukaan dikelompokkan kedalam tiga kategori (grup) yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan kandungan klorofil-a secara berurut < 0.07, 0.07-0.14 dan > 0.14 mg/m3. Parameter yang memiliki nilai rata-rata yang berbeda (P<0.05) antar grup adalah silikat dan ketebalan lapisan tercampur (batas atas lapisan termoklin). Ratarata kadar silikat berkorelasi positif dengan kandungan klorofil-a, dimana semakin tinggi kadar silikat maka kandungan klorofil semakin tinggi. Meningkatnya tebal lapisan tercampur tidak selamanya diikuti oleh peningkatan kandungan klorofil-a meskipun di daerah yang memiliki klorofil kategori tinggi relatif lebih tebal lapisan tercampurnya dibandingkan dengan daerah yang berklorofil-a rendah. Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa kadar silikat dan ketebalan lapisan tercampur sangat berperan besar dalam memisahkan tinggi rendahnya kandungan klorofil-a di permukaan. Hal ini disebabkan karena silikat merupakan nutrien utama yang dibutuhkan oleh fitoplankton terutama dari golongan diatom untuk pembentukaan cangkangnya. Populasi fitoplankton yang pada umumnya didominasi oleh diatom (Agawin et al., 2000; Clorboe et al., 1988; Gabric dan Parslow, 1989; dan Mann dan Lazier, 1991). Dengan demikian tentu kadar silikat dipermukaan jadi faktor pembatas sehingga sangat menentukan tinggi rendahnya populasi fitoplankton yang berkorelasi sangat kuat dengan kandungan klorofil-a. Peranan tebal lapisan tercampur yang relatif besar menunjukkan bahwa proses mixing di lapisan permukaan sangat erat kaitannya dengan kandungan klorofil-a. Bergolaknya massa air permukaan yang biasanya disebabkan oleh angin, menyebabkan terjadinya percampuran dengan lapisan air di bawahnya. Proses percampuran ini menyebabkan massa air yang di lapisan bawahnya akan terangkat naik ke permukaan. Semakin tebal lapisan tercampur maka kemungkinan terangkatnya nutrien ke lapisan permukaan semakin besar. Karena kandungan nutrien massa air cenderung semakin meningkat dengan bertambahnya kedalaman, maka mutlak dengan percampuran menyebabkan meningkatnya nutrien ke permukaan. Nutrien yang tinggi dan didukung dengan intensitas cahaya yang cukup menyebabkan pertumbuhan fitoplankton akan lebih baik. Semakin subur fitoplankton maka kandungan klorofil-a cenderung semakin meningkat.
http://www.unila.ac.id/~fp-ikan - BUDIDAYA PERAIRAN Powered by Mambo Generated: 25 January, 2008, 11:45

Akibatnya adalah bahwa kandungan klorofil-a semakin meningkat pula. Klorofil-a pada Kedalaman 100 meter Klorofil-a pada kedalaman 100 meter dikelompokkan kedalam tiga kategori masing-masing rendah (<0.07 mg/m3), sedang (7-13 mg/m3), dan tinggi (>13 mg/m3). Tiga parameter yang rata-ratanya signifikan bebeda (P<0.05) antar grup atau kategori relatif kandungan klorofil-a Parameter tersebut adalah suhu, densitas (sigma-t) dan fosfat. Suhu dan fosfat berkorelasi positif dengan klorofil-a, sebaliknya sigma-t berkorelasi negatif dengan klorofil-a. Sigma-t tidak dimasukkan dalam analisis karena berkorelasi kuat dengan suhu. Dari hasil analisis diskriminan diketahui bahwa suhu dan densitas sangat berperan besar dalam membedakan tinggi rendahnya kandungan klorofil-a di Perairan Utara Irian Jaya pada kedalaman 100 meter.Hal ini sangat terkait dengan proses fisiologis fitoplankton sebagai sumber utama penghasil klorofil-a. Berbeda dengan di permukaan, pada kedalaman ini nutrien yang menjadi faktor yang lebih berperan adalah fosfat. Pengaruh fosfat ini diduga sangat terkait erat dengan perbedaan kebutuhan antar spesies fitoplankton terhadap fosfat. Klorofil-a pada Kedalaman 200 meter Dari semua parameter oseanografi yang dianalisis, tidak ada satu pun parameter yang menunjukkan nilai rata-rata yang signifikan berbeda antar kategori klorofil-a yang dikelompokkan kedalam grup rendah, sedang dan tinggi dengan kandungan klorofil-a secara berurut <0.03, 0.3-0.07 dan >0.07 mg/m3. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi oseanografi yang relatif homogen pada kedalaman ini, sehingga tidak ada yang meberikan pengaruh yang lebih menonjol dibandingkan dengan parameter lainnya terhadap pemisahan tinggi rendahnya kandungan klorofil-a.Rata-rata klorofil-a pada kedalaman ini drastis menurun sekitar dua kali lipat dari 0.10 0.07 mg/m3 menjadi 0.05 mg/m3. Klorofil-a pada Kedalaman 300 meter Pada kedalaman 300 meter klorofil-a dikelompokkan kedalam kategori rendah, sedang dan tinggi dengan nilai klorofil-a secara berurut masing-masing <0.03, 0.03-0.05 dan >0.05 mg/m3. Parameter yang mempunyai rata-rata yang signifikan berbeda antar kategori adalah volume pindahan basah zooplankton, nitrat dan silikat. Melihat hasil seperti itu bukan berarti bahwa mutlak ketiga parameter itu yang berpengaruh besar terhadap tinggi rendahnya klorofil-a. Nutrien pada kedalaman ini jelas tidak akan lagi mempengaruhi tinggi rendahnya klorofil-a karena dalam kondisi konsentrasinya berlebih. Meskipun nilai rata-rata nutrien (nitrat, fosfat dan silikat) menunjukkan perbedaan antar group namun karena dengan kadar yang dapat dikatakan berlebih pada kedalaman ini maka dapat dipastikan bahwa kalaupun klorofil-a berbeda sama sekali bukan karena perbedaan nutrien tersebut. Dengan demikian sangat mungkin terjadi adanya faktor lain yang berpengaruh besar terhadap kadar nitrat dan silikat. Hasil menarik yang didapatkan dari analisis diskriminan adalah volume zooplankton yang nampak begitu besar peranannya dalam pembentukan sumbu diskriminan. Karena diketahui dengan pasti bahwa hubungan ekologis yang terjadi antara fitoplankton dengan zooplankton adalah hubungan pemangsaan, dimana zooplankton yang memangsa fitoplankton. Sehubungan dengan itu, semakin tinggi rata-rata volume endapan zooplankton dengan semakin tingginya rata-rata klorofil-a, bukanlah berarti zooplankton yang tinggi menyebabkan fitoplankton yang tinggi sehingga klorofil-a tinggi. Sebaliknya yang terjadi adalah volume zooplankton semakin tinggi karena fitoplankton yang semakin tinggi dengan asumsi bahwa fitoplankton merupakan gambaran dan proporsional dengan klorofil-a. Dibandingkan dengan kandungan klorofil-a pada lapisan di atasnya, maka terlihat adanya perbedaan yang menyolok dengan yang terjadi pada kedalaman ini. Perbedaan itu adalah bahwa pada lepaisan di atasnya konsentrasi klorofil-a lebih dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia, sedangkan pada kedalaman ini lebih dipengaruhi oleh faktor biologi yakni kontrol zooplankton. Klorofil-a pada Kedalaman 400 meter Hasil analisis diskriminan klorofil-a pada kedalaman 400 meter menunjukkan bahwa tidak ada satupun parameter yang menunjukkan nilai rata-rata yang nyata berbeda antara tiga kategori kandungan klorofil-a. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kedalaman 400 meter parameter-parameter oseanografi relatif homogen di antara stasiun. Hal utama yang menyebabkan sehingga hasil diperoleh demikian adalah karena pada kedalaman 400 meter ini sudah merupakan lapisan yang tidak menunjang lagi untuk pertumbuhan fitoplankton akibat cahaya yang sangat rendah. Dengan demikian bagaimanapun beragamanya parameter oseanografi pengaruhnya tetap saja sama terhadap kandungan klorofil-a.

http://www.unila.ac.id/~fp-ikan - BUDIDAYA PERAIRAN

Powered by Mambo

Generated: 25 January, 2008, 11:45

Anda mungkin juga menyukai