Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Munculnya Aliran Ahmadiyah tidak terlepas dari adanya Imperialisme

Inggris di India dan mulai berkembang pada paruh abad ke-19 M. Masuk ke

Indonesia pada tahun 1925 seiringan dengan datangnya Mubaligh yang berasal

dari India yang bernama Maulana Rahmat Ali, setelah itu Ahmadiyah mulai

menyebar diberbagai daerah di Indonesia yang salah satunya di Provinsi Jambi

Kabupaten Kerinci dan berpusat di Kecamatan Kayu Aro khususnya di desa

Sungai Lintang sebagai pusat kegiatannya.

1. Latar Belakang masuknya Ahmadiyah ke Kayu Aro pada tahun 1984 yang

dilakukan oleh seorang Mubaligh atau mualim yang bernama Rohidi dari

Krutsil Jawa Tengah menuju Padang, setelah itu menuju ke kecamatan

Gunung Kerinci di Provinsi Jambi dan kemudian bertempat tinggal di Desa

Bengkolan Dua. Seiring dengan perubahan waktu dan interaksi yang terjadi

antara Mubaligh Rohidi dengan masyarakat sekitar, Beliau melakukan

pengajian dan dakwah tentang tentang Islam dan menyiarkan hakikat

Ahmadiyah yang sebenarnya ke tiap-tiap desa. Akibatnya pada tahun 1984

beliau berhasil membaiat dua orang yaitu Salib Sahib dan Dasri di

Kecamatan Kayu Aro.

2. Perkembangan Ahmadiyah di Kayu Aro tidak terlepas dari peran dan usaha

yang dilakukan oleh setiap mubaligh yang bertugas di Kayu Aro tersebut.

Usaha tersebut seperti melakukan pengajian satu minggu sekali dan aktif

53
54

dalam dakwah untuk menyiarkan Islam versi Ahmadiyah serta membai‟at

orang-orang yang hendak masuk ke anggota Ahmadiyah atau disebut

dengan Ahmadi baru.

Ada metode tersendiri yang dilakukan oleh Jemaah Ahmadiyah

dalam menjalankan dakwah yaitu dengan menggunakan cara-cara atau

sistem baru yang lebih efektif berupa meninggalkan cara-cara dakwah lama

yang hanya mnenggunakan dalil-dalil. Sedangkan untuk Pembai‟atan di

Kayu Aro dilakukan setiap ada orang yang akan masuk ke anggota Jemaah

Ahmadiyah dan juga dilakukan setiap pergantian Khalifah Ahmadiyah.

Pada umumnya bai‟at dilakukan di tangan pemimpin Jemaah

Ahmadiyah pada masanya atau melalui orang-oranng yang ditugaskan

yaitu para mubaligh atau pengurus Ahmadiyah. Bai‟at dilakukan dengan

lisan ataupun tullisan dihadapan orang yang berwenang. Pengucapan bai‟at

ini menjadi satu cirri gerakan atau aliran Ahmadiyah. Hal ini bertujuan

untuk meneguhkan para calon-calon anggota agar mempunyai ketaatan

yang mutlak tanpa ragu kepada pemimpinnya, dalam hal ini adalah Mirza

Ghulam Ahmad. Upacara pengucapan bai‟at dilakukan dalam suasana

sahdu, dan sakral.

Perkawinan juga merupakan salah satu hal yang mendukung dalam

proses pengembangan Jemaah Ahmadiyah. Berkat perkawianan itu jumlah

Jemaah Ahmadiyah semakin berkembang di Kayu Aro.


55

3. Hubungan antara Jemaah Ahmadiyah dengan masyarakat sekitar di Kayu

Aro terjalin dengan harmonis dan saling menghormati. Baik berupa

hubungan antara kelompok agama yang satu dengan kelompok agama yang

lain maupun individu dengan individu yang lain berjalan dengan baik.

Tidak pernah terjadi konflik agama dan toleransi umat beragama yang

tinggi. Pendapat untuk Ahmadiyah bahwasanya setiap kelompok atau

aliran keagamaan itu mempunyai perbedaan masing-masing tetapi sebagai

hamba Allah yang beriman semua harus saling bersama, tidak memandang

perbedaan yang menyebabkan perpecahan.

B. Saran

Dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang pekembangan

Ahmadiyah di Kayu Aro Kabupaten Kerinci. Peneliti banyak menemukan hal-

hal baru dalam hidup bermasyarakat, karena selama ini masyarakat kayu aro

dalam menjalin hubungan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat

yang lain, antara kelompok agama yang satu dengan kelompok agama yang

lain, serta invidu yang satu dengan yang lain terjalin hubungan yang sangat

harmonis dan toleransi.

Untuk menghindari konflik dengan masyarakat secara berkelanjutan

semoga hasil dalam penelitian ini dapat memberikan sumbangsi dan masukan

serta saran kepada semua lapisan masyarakat baik yang terlibat maupun tidak

untuk lebih bersifat kemajemukan dalam hidup bermasyarakat yang modern

dan heterogen saat ini. Selanjutnya mudah-mudahan penelitian ini juga dapat

menjadi masukan untuk semua masyarakat untuk saling menghormati dan


56

menghargai setiap kepercayaan yang diyakini oleh setiap orang dan tidak

untuk memandang perbedaan yang dapat menyebabkan perpecahan.

Kesempurnaan hanya milik Allah dan manusia hanya bisa berusaha

dan berupaya untuk mencapainya. Maka dari itu, untuk membangun dan lebih

menyempurnakan penulisan ke depan yang lebih baik lagi, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai