Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

“Edema Cerebri ec CKR” KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan
hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus yang berjudul “Edema Cerebri ec
CKR”. Laporan kasus ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas dalam proses mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian SMF Ilmu kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
Saya berharap penyusunan laporan kasus ini dapat berguna dalam meningkatkan
pemahaman kita semua mengenai kasus yang ada terkait makalah berikut ini. Penulis berterima
kasih sebelumnya kepada pembimbing yaitu dr. Putu Aditya Wiguna, M. Sc., Sp. A dalam proses
penyusunan laporan berikut. Saya menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
laporan ini. Semoga Allah selalu memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua di dalam
Oleh:
melaksanakan tugas dan menerima segala amal ibadah kita.
Ni Made Dwi Anggraeni
H1A016064
Mataram, April 2021

Pembimbing:
Penulis
dr. Putu Aditya Wiguna, M.Sc., Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


ILMU KESEHATAN ANAK RSUD PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2021
BAB I pada penyebab dan komplikasi yang mengancam nyawa. Prinsip umum dari tatalaksana berupa
PENDAHULUAN mengoptimalkan perfusi, oksigenasi, dan drainase vena, meminimalkan metabolisme otak, dan
Edema cerebri merupakan salah satu kasus mengancam nyawa yang sering terjadi pada menghindari intervensi yang dapat memperburuk gradien ionic atau osmolar. [2][3][4]
[1]
anak – anak yang mengalami trauma . Cerebral edema atau edema cerebri ditandai dengan Prognosis pada pasien yang mengalami edema serebral ini sangat beragam, tergantung
adanya akumulasi cairan pada ruang intracranial. Edema cerebri merupakan fenomena umum dari seberapa banyak keterlibatan otak, tingkat keparahan, dan penyebab dari edema itu sendiri.
[3][4][5]
berupa adanya pembengkakan dengan banyak etiologic. Etiologi terjadinya edema serebri dapat
dibedakan menjadi etiologi infeksius dan non infeksius. Beberapa diantaranya etiologi infeksius
adalah meningitis, enchepalitis, toxoplasmosis dan emphyema subdural. Etiologic non
infeksiusnya dapat terjadi akibat adanya trauma langsung ke kepala, ketoasidosis diabetic, infark
serebral massif, stroke iskemik, perdarahan intraserebral, hipoksia, tumor otak, factor toxic atau
metabolic, disnatremia, hepatitis viral yang fulminant, hepatic enchepalopathy, systemic
poisoning, Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretions (SIADH), opioid drug
abuse and dependence, dan terkena gigitan hewan beracun[1][2]. Berdasarkan prosesnya edema
serebral dapat dibagi menjadi edema vasogenik, edema sitotoksik, edema interstitial, dan
campuran.[3]
Edema cerebri dapat terjadi pada semua golongan usia, jenis kelamin, dan etnis. Laporan
terkait frekuensi kejadian cerebral edema mungkin jarang dilaporkan karena kebanyakan edema
serebral tidak bergejala dan pasien lebih sering datang ke fasilitas kesehatan bila sudah terjadi
komplikasi yang parah. [3][4]
Pada umumnya edema serebri ditandai dengan adanya penurunan kesadaran yang dapat
terjadi mendadak atau perlahan, adanya bradikardia, peningkatan tekanan darah, pola pernafasan
yang abnormal, ukuran pupil yang abnormal, dan pada edema yang disertai dengan enchepalitis
umumnya didapatkan adanya kejang pada pasien. Namun tidak semua edema serebri
menunjukan gejala klinis. Edema serebri dapat asimptomatik dan hanya terlihat pada saat
pencitraan, hal inilah yang harus diwaspadai karena dapat menimbulkan komplikasi yang
mengancam nyawa.
Riwayat penyakit ataupun trauma yang terjadi sebelumnya pada pasien dapat membantu
menegakan diagnosis dan mengarahkan pada etiologic penyebab adanya edema serebri. Selain
etiologi, pendalaman pada gejala seperti adanya peningkatan TIK seperti nyeri kepala, muntah,
dan penurunan kesadaran perlu untuk ditanyakan guna menentukan tatalaksana tepat yang akan
[2][3]
dilakukan pada pasien. Prinsip penatalaksanaan dari adanya edema serebri ini bergantung
BAB II berbelanja. Setelah menabrak anjing tersebut pasien dan sepupunya terjatuh, namun
LAPORAN KASUS pasien sempat terseret oleh motor sejauh 1 meter dengan keadaan wajah menghadap ke
2.1 Identitas Pasien aspal jalan sehingga menyebabkan adanya luka terbuka pada dahi pasien. Sedangkan
Nama : S.K.S sepupu pasien hanya terjatuh dan mengalami luka lecet di beberapa bagian tubuh saja.
Nyeri kepala yang dirasakan pasien terjadi beberapa saat setelah mengalami kecelakaan,
Jenis kelamin : Laki – Laki
Namun tidak ditemukan adanya penurunan kesadaran pada pasien. Nyeri kepala yang
Tanggal lahir : 30 April 2015 dirasakan terus menerus, tidak memberat dan menghilang setelah minum obat dari rumah
Usia : 5 tahun 11 bulan 8 hari sakit. Namun bila efek obatnya habis, pasien akan mengeluh nyeri kepala kembali.
Karakteristik nyeri kepala yang dirasakan pasien seperti diikat namun tidak dapat
Alamat : Moyo Utara, Sumbawa
ditunjukan lokasi spesifik untuk nyeri kepalanya. Keluhan nyeri kepala diperberat dengan
Nomor RM : 170349 adanya gerakan kepala. Keluhan lain berupa kulit pada wajah pasien pada bagian dahi
sudah mengelupas disertai dengan adanya perdarahan pada hidung yang keluar terus
Tanggal MRS : 04 Maret 2021
menerus. Darah yang keluar berwarna merah segar, perdarahan yang keluar diperkirakan
Tanggal pemeriksaan : 10 Maret 2021 sebanyak 3 sendok makan, perdarahan pada hidung berhenti setelah dilakukan
Identitas orang tua : Ayah Ibu tatalaksana di rumah sakit.. Mual dirasakan bersamaan dengan adanya nyeri kepala
sedangkan muntah pernah terjadi hanya 1 kali pada tanggal 4 maret 2021. Muntah yang
Nama H AI
keluar berupa makanan, tidak didapatkan muntah berwarna kehijauan pada pasien
Usia 28 tahun 25 tahun ataupun muntah yang menyemprot. Keluhan lain yang dirasakan pasien seperti nyeri pada
bagian luka pada daerah dahi, adanya nyeri pada daerah diatas dari alat kelamin pasien
Pendidikan terakhir SLTP SLTA
dan kencing yang tidak lancar. Keluhan lain seperti demam, sesak nafas, kejang, dan
Pekerjaan Petani/pekebun IRT penurunan kesadaran disangkal oleh ibu pasien.

2.2 Anamnesis 2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

2.2.1 Keluhan Utama Tidak terdapat keluhan serupa sebelumnya, tidak terdapat riwayat trauma; opname; dan

Pasien datang dengan nyeri kepala operasi sebelumnya. Tidak terdapat riwayat alergi, keganasan, kejang, maupun asma pada

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang pasien.

Pasien datang ke IGD RSUD Provinsi NTB berdasarkan rujukan dari Rumah Sakit H.L 2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Manambai Abdulkadir dengan post kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan yang dialami • Riwayat keluarga lahir premature (-)
pasien terjadi pada tanggal 03 Maret 2021 dengan keadaan pasien dibonceng oleh kakak • Riwayat penyakit sistemik; hipertensi, diabetes melitus disangkal oleh orang tua
sepupunya menggunakan sepeda motor matic dengan keadaan pasien berdiri di depan pasien
kemudian menabrak anjing yang sedang melintas. Peristiwa tersebut terjadi pada sore • Riwayat penyakit system respirasi, seperti asma disangkal oleh orang tua pasien
hari sekitar pukul 17.00 WITA, dimana pasien dan sepupunya akan pergi untuk 2.2.5 Riwayat Kehamilan
• Anak pertama dari ibu G1P0A0 • Pasien tinggal di kondisi lingkungan rumah padat penduduk dan tidak terdapat jarak
• Ibu rutin melakukan pemeriksaan ANC di Posyandu setempat antar satu rumah dengan rumah yang lain. Kondisi rumah, lantai dari semen, terdapat

• Ibu rutin mengkonsumsi obat penambah darah, vitamin ventilasi, terdapat 1 kamar tidur, 1 kamar mandi dengan jamban jongkok.

• Mendapatkan vaksin TT sebanyak 2 kali di Posyandu setempat • Untuk kebutuhan air beraih sehari-hari, pasien menggunakan air sumur, jika hendak
dikonsumsi air dimasak terlebih dahulu.
• Ibu pernah menjalani pemeriksaan USG sebanyak 3 kali, di setiap trimester
2.2.10 Anamnesis Sistem
• Riwayat sakit saat hamil disangkal
• Thermoregulasi : Demam (-)
• Riwayat penggunaan obat-obatan disangkal
• Sistem serebrospinal : Letargi (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-)
2.2.6 Riwayat Persalinan
• Sistem kardiovaskular : nyeri pada dada (-), berdebar (-)
• Ketuban pecah dini (-)
• Sistem respirasi : batuk (-), pilek (-), sesak (-)
• Bayi lahir secara spontan • Sistem gastrointestinal : muntah (-), distensi abdomen (-), BAB (+)
• Usia kehamilan 39 – 40 minggu • Sistem urogenital : BAK (+) tidak lancar
• Bayi lahir menangis spontan • Sistem integumentum : Kuning (-), ruam kemerahan (-), pucat (-)
• Bayi lahir bergerak aktif • Sistem muskuloskeletal : keterbatasan gerak (-)
2.2.7 Riwayat Makanan 2.3 Pemeriksaan Fisik
Pasien mendapatkan ASI ekslusif hingga berusia 6 bulan, kemudian dilanjutkan dengan 2.3.1 Keadaan Umum
pemberian MPASI. Pasien mendapat ASI hingga berusia 2 tahun. Makan pasien normal Cukup, compos mentis (E4V5M6)
sebelum sakit, tidak memilih makanan, tidak susah makan, makan 3 kali sehari disertai 2.3.2 Tanda Vital
sayur dan terkadang buah. Semenjak sakit pasien menjadi susah makan dikarenakan bila Nadi : 96 kali/menit, teratur
mengunyah luka pada wajahnya menjadi sakit. Tidak pernah terjadi penurunan berat
Suhu : 36,8oC
badan secara drastis.
2.2.8 Riwayat Imuniasai Pernapasan : 21 kali/menit, pernapasan tipe torakoabdominal
Ibu pasien mengatakan imunisasi pasien lengkap dan tidak pernah terlewat waktu
Saturasi : 99% dengan udara ruangan
imunisasinya.
Aktivitas, tonus, refleks: Baik
2.2.9 Riwayat Sosial-Ekonomi dan Lingkungan
Antropometri:
• Bapak pasien bekerja sebagai buruh tani atau pekebun dan ibu pasien tidak bekerja
- BB : 15 kg
(IRT). Pendapatan sehari-hari bervarias dengan perkiraan pendapatan bapak per bulan
- TB : 107 cm
Rp700.000 dan ibu merasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari cukup.
- LK : tde (terbalut perban)
2.3.3 Status General
a. Kepala
• Bentuk : tde ( tertutup perban) § Ictus cordis tidak tampak
• Ubun ubun : tde (tertutup perban) § Retraksi (-)
• Rambut : berwarna hitam dan tidak mudah dicabut § Tanda-tanda inflamasi (-), massa (-),

• Wajah : sebagian wajah tertutup perban, ikterik (-) o Palpasi

• Mata sinistra, dextra tde ec tertutup perban § Pengembangan dada simetris

o Konjungtiva anemis (-/-) § Vocal fremitus simetris (+/+)

o Sklera ikterik (-/-) § Krepitasi (-), nyeri tekan (-)

o Pupil isokor (+) § Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicular line sinistra

o Sekret mata (-) o Perkusi

• Telinga sinistra, dextra tde ec tertutup perban § Sonor (+) seluruh lapang

o Simetris (+/+) o Auskultasi

o Massa (-/-) § Cor

o Tanda-tanda inflamasi (-/-) - Suara jantung S1 S2 tunggal reguler

o Nyeri tekan (-/-) - Suara murmur (-)

o Sekret (-/-) - Suara gallop (-)

• Hidung § Pulmo

§ Simetris (+/+) - Suara nafas vesikuler (+/+)

§ Sekret (-/-) - Suara tambahan rhonki (-/-)


- Suara tambahan wheezing (-/-)
§ Epistaksis (-/-)
§ Deformitas (-/-) • Abdomen

§ Nyeri tekan (-/-) o Inspeksi

• Mulut § Supel, distensi (-)


§ Massa (-)
§ Bibir pucat (-)
§ Sianosis (-) o Auskultasi
§ Bising usus (+) 18x/menit
§ Mukosa bibir lembab
o Perkusi
§ Perdarahan gusi (-)
§ Timpani (+) seluruh lapang abdomen
• Leher
o Palpasi
o Pembesaran KGB disekitar leher (-)
§ Tidak teraba massa
• Thorax
§ Hepar tidak teraba
o Inspeksi
§ Lien tidak teraba
§ Bentuk dan ukuran dada normal
§ Nyeri tekan (+) di suprapubik Monosit 6.3 % 3-8
• Anogenital
Glukosa (05/3/21)
o Inspeksi : Anus (+), terpasang kateter
o Palpasi : nyeri tekan (-), testis sudah turun Gula darah sewaktu 85 mg/dl <160

• Ekstremitas 2.4.2 Ro Thorax


o Akral hangat (+/+/+/+)
o Edema (-/-/-/-)
o CRT <2 detik
o Hematom (-)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium (06/03/21)
Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi

Hemoglobin 12,6 g/dL 12 – 16

Leukosit 1570 /uL 5000-12000

Eritrosit 5,08 103/µL 1.10-5.30

Hematokrit 42 % 26-50

MCV 82,3 fL 86.0-110.0

MCH 24.8 pg 26,0 – 38,0

MCHC 30.1 g/dL 31,0 – 37,0

Trombosit 283 103/µL 150 – 400

Eosinofil 0,0 % 0–1

Basofil 0,4 % 0–1


Kesan : cord an pulmo tidak tampak kelainan
Neutrofil 85.1 % 37 – 72 2.4.3 CT Scan

Limfosit 8.2 % 20 – 50
Hasil :
-Differensiasi densitas white matter dan grey matter dalam batas normal
-Tidak tampak lesi hiperdens atau hipodens patologik intercerebri
-Sulci dan gyri obliterans
-Midline tidak shift
- Sistem ventrikel dan ruang subarachnoid menyempit
- Kalsifikasi fisiologik pada pineal body dan pleksus choroid
- Pons dan Cerebelum dalam batas normal
- Kedua aircell mastoid dan sinus paranasalis lain dalam batas normal
- Sinus maksilaris kanan berselubung
- Kedua bulbus oculi dan ruang retrobulbar dalam batas normal
- Tulang – tulang intak
Kesan :
-Edema Cerebri
-Sinusitis maksilaris kanan dd perdarahan BAB III
2.5 Resume PEMBAHASAN
• Pasien datang merupakan rujukan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas Dilaporkan seorang pasien laki – laki berusia 5 tahun 11 bulan datang dengan keluhan
• Pasien mengeluhkan adanya nyeri kepala yang disertai dengan mual dan muntah nyeri kepala post kecelakaan lalu lintas dan terdiagnosis edema serebri. Edema serebri
• Keluhan lain berupa adanya nyeri diatas kemaluan disertai kencing yang tidak lancar didefinisikan sebagai pembengkakan pada jaringan otak. Definisi lain dari edema serebri adalah

• Saat pemeriksaan fisik didapatkan adanya nyeri tekan pada daerah suprapubik adanya peningkatan patologis dari jumlah air pada otak secara keseluruhan yang mengarah pada

2.6 Assessment peningkatan volume otak. Edema serebral dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan pada
[4]
Skin loss region frontalis post debridement dan rekonstruksi frontalis + multiple vulnus topografinya, yaitu edema fokal dan global . Edema fokal merupakan edema yang dapat
excoriatum & laceratum + Edema Cerebri ec CKR + Trauma abdomen dengan ditemukan disekitar tumor, hematom ataupun infark. Sedangkan edema global merupakan edema

hemodinamik stabil + susp Contusio Buli yang dapat berpengaruh pada seluruh bagian otak dan dapat menyebabkan adanya peningkatan
[4][5]
2.7 Penatalaksanaan tekanan intracranial, gangguan perfusi dan bahkan iskemia . Sedangkan berdasarkan

2.7.1 Rencana Diagnostik penyebabnya, edema serebral dibagi menjadi edema sitotoksik, vasogenik, interstitial, dan
- gabungan. Edema sitotoksik disebabkan oleh terjadinya gangguan adenosin trifosfat (ATP)-

2.7.2 Rencana Monitoring dependent transmembran natrium-kalium, dan pompa kalsium, dan biasanya disebabkan oleh

-Monitor TTV iskemia serebral atau cedera eksitotoksik otak (sekunder dari stimulasi neurotransmitter yang

-Monitor tanda peningkatan TIK berlebihan). Edema vasogenik adalah jenis yang paling umum di tumor otak. Sebagai akibat dari

-Monitor urine output peningkatan permeabilitas kapiler otak dan gradien tekanan dari pembuluh darah ke

2.7.3 Rencana Terapi kompartemen ekstraseluler, kebocoran plasma ke dalam parenkim otak dan mengikuti jalur

a. Medikamentosa aliran massal. Edema interstitial terjadi akibat peningkatan tekanan intraventrikular, yang

-IVFD sinistra menyebabkan pecahnya lapisan ependymal ventrikel. Dan beberapa gangguan menghasilkan

-Ceftriaxone 2x500 mg (iv) pola campuran edema sitotoksik dan vasogenik yang kemungkinan disebabkan oleh penyakit
-Dexamethasone 3x3 mg (iv) multifokal atau sistemik atau perubahan patofisiologis yang berhubungan dengan perkembangan

-Ondansentron 2mg (iv) k/p penyakit. Penyebabnya antara lain trauma, hipoksia-iskemik ensefalopati, gangguan metabolisme

b. Non Medikamentosa atau kondisi keracunan, kegagalan organ multisistem, krisis hipertensi, infeksi atau

– Terpasang kateter peradangan[1][2][3].


Edema serebri dapat simptomatik dan asimptomatik, namun lebih sering asimptomatik
yang biasanya akan terdeteksi dengan pemeriksaan pencitraan. Pada pasien yang asimptomatik
[1][2]
dapat menjadi komplikasi yang mengancam nyawa . Gejala edema serebri tidak selalu
spesifik, biasanya berkaitan dengan efek sekunder massa, kompresi vaskular, dan herniasi. Pada
edema ringan, meningkatnya volume otak dikompensasi dengan penurunan CSF dan volume
darah. Namun, edema yang progresif dan cepat dapat menguasai mekanisme autoregulatory
serebral, sehingga terjadi kompresi struktural, iskemia serebral, dan pada akhirnya herniasi otak
[4]
yang fatal . Selain tanda tersebut dapat juga terlihat adanya tanda peningkatan tekanan
intracranial berupa adanya muntah proyektil, nyeri kepala, dan adanya penurunan kesadaran.
Peningkatan tekanan intracranial ini merupakan salah satu bentuk kompensasi dari adanya edema
serebral. Pada pemeriksaan fisik temuannya dapat sangat bervariasi bergantung pada seberapa
luas kerusakan yang disebabkan oleh edema tersebut dan dimana lokasi dari terjadinya edema.
Temuan pemeriksaan fisik dapat mulai dari penurunan kesadaran hingga sadar penuh, dapat
ditemukan kelemahan, gangguan pada pengelihatan, kejang, perubahan sensoris dan beberapa
kelainan neurologis lainnya. Pada pasien yang sugestif mengalami edema serebral ini harus
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa CT scan kepala. Daerah yang mengalami edema dapat
terlihat sebagai area dengan penurunan densitas dan hilangnya diferensiasi substansia
grisea/alba. Sulkus dan girus juga sulit untuk diidentifikasi. Temuan girus pipih atau sulkus
Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit Manambai post kecelakaan lalu lintas
menyempit, maupun kompresi ventrikel menunjukkan peningkatan TIK [3][4][5].
menabrak anjing dengan keadaan pasien sempat terseret oleh motor sejauh 1 meter dengan
Tatalaksana pada adanya edema serebri mengacu pada 2 hal, pertama adalah mencegah
keadaan wajah menghadap ke aspal jalan sehingga menyebabkan adanya luka terbuka pada dahi
terjadinya kecacatan lebih lanjut atau kecacatan sekunder dan kedua adalah mengembalikan
pasien. Gejala yang dialami pasien berupa adanya nyeri pada bagian wajah terutama di dahi
fungsi awal jika memungkinkan. Pengembalian fungsi awal dan pengendalian proses yang
kanan, adanya mimisan pada hidung kanan pasien, nyeri kepala yang terjadi beberapa saat
sedang terjadi dapat dilakukan dengan mengkoreksi kelainan metabolic, menghilangkan
setelah pasien mengalami kecelakaan, dan disertai muntah 1 kali. Sesuai dengan teori yang ada
penyebab apabila memungkinkan seperti pada tumor, atau dapat dilakukan pemasangan shunt
bahwa edema serebral dapat terjadi akibat adanya trauma langsung yang terjadi pada kepala.
pada pasien yang mengalami hidrosefalus, dan tatalaksana lainnya sesuai dengan penyebab dari
Dimana gejala dari adanya serebral edema ini tidak selalu ada, namun juga dapat tidak bergejala
edema serebral itu sendiri. Beberapa literature juga menyebutkan prinsip penatalaksanaan dari
atau asimptomatik. Pada pasien ini, etiologi dari serebral edema yang dialaminya dapat terjadi
adanya serebral edema berupa mengoptimalkan perfusi, oksigenasi, dan drainase vena,
akibat adanya trauma langsung, gejala yang menonjol dari adanya serebral edema adalah nyeri
meminimalkan metabolisme otak, dan menghindari intervensi yang dapat memperburuk gradien
kepala dan muntah, dimana nyeri kepala dan muntah merupakan 2 dari 3 tanda adanya
ionik atau osmolar. Tatalaksana serebral edema dapat dengan memposisikan kepala dan leher
peningkatan tekanan intracranial yang perlu diwaspadai. Pada pasien ini cerebral edema baru
dalam posisi netral, dapat diberikan analgesia;sedasi ; dan pelumpuh neuromuskuler, ventilasi
terdeteksi pada saat dilakukan pencitraan berupa CT Scan kepala, dimana didapatkan adanya
dan oksigenasi, manajemen cairan, manajement tekanan darah, pencegahan demam; kejang; dan
[1][3][4]
sistem ventrikel dan ruang subarachnoid menyempit. Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini
hiperglikemia, dan terapi osmotic .
berupa pemberian antibiotik berupa ceftriaxone 2x500 mg iv, dexamethasone 3x3 mg dan
pemberian ondansentron 2mg bila diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Islam, S., et al, 2019. Factors associated with cerebral edema in children under 5 years of
age admitted in an intensive care unit and their outcome. Sage Journals.
https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2050312119874622
2. Nehring, S.M., Tadi, P., & Tenny S., 2021. Cerebral Edema. STATPEARLS.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537272/
3. Ismy, D.P.S., & Fahmi, Z., 2020. Edema Serebri: Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana.
Jurnal Sinaps, Vol 3, No.1. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/127-Article%20Text-210-
1-10-20201020.pdf
4. Husna, U., & Dalhar, M., 2017. Patofisiologi dan Penatalaksaan Edema Serebri.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/262-994-1-PB.pdf
5. Cook, A.M., et al, 2020. Guidelines for the Acute Treatment of Cerebral Edema in
Neurocritical Care Patient. Springer link.
https://link.springer.com/article/10.1007/s12028-020-00959-7

Anda mungkin juga menyukai