Anda di halaman 1dari 16

Dok No. 09.007.

000/PN/S1FF-SPMI
Review Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Soni Muhsinin, M.Si)

KAJIAN PUSTAKA EFEKTIVITAS FORMULASI KOSMETIK


SEDIAAN TOPIKAL DENGAN BAHAN AKTIF YOGURT
Gita Namira Masri1, Soni Muhsinin M.Si2
1, 2
Kelompok Keilmuan Farmasetika dan Teknologi Farmasi
Prodi S1 Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana
Jl. Soekarno Hatta No.745 Bandung

*Penulis Korespondensi: Gita Namira Masri


Email: 11181120@bku.ac.id

Abstrak
.
Yogurt merupakan produk fermentasi susu dari bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophillus. Pemanfaatan yogurt tidak hanya terbatas pada makanan saja tetapi kini
produk yogurt sudah banyak digunakan untuk dikombinasikan dan diformulasi menjadi sediaan
topikal pada kosmetik seperti krim, gel, pasta dan lotion. Beberapa kandungan yogurt yang
berkhasiat dan dimanfaatkan untuk keperluan kosmetika pada kulit adalah asam laktat, alpha hidroxy
acid dan biotin. Namun sampai saat ini masih belum ada pengkajian khusus mengenai perbandingan
bentuk sediaan topikal yang paling baik agar khasiat dari yogurt dapat bekerja lebih optimal pada
kulit. Dengan demikian hal ini meninjau literatur tentang efek dan stabilitas dari yogurt dalam
sediaan topikal yang berkaitan dengan proses fisiologis kulit. Metode yang digunakan adalah dengan
penelusuran pustaka di internet melalui mesin pencari jurnal ilmiah terpublikasi taraf nasional
maupun internasional. Kriteria inklusi untuk artikel yang dipilih yaitu artikel penelitian yang
diterbitkan 5 tahun terakhir (2016-2021). Berdasarkan hasil kajian literatur sediaan yang dapat
memberikan kinerja terbaik untuk sediaan topikal kosmetik berbahan aktif yogurt adalah krim dan
lotion dengan mempertimbangkan hasil uji stabilitas yang menggambarkan efektifitas sediaan
terhadap fisiologis kulit.

Kata kunci : Efektivitas; Kosmetik; Topikal; Yogurt

Abstract

Yogurt is a fermented milk product from lactic acid bacteria Lactobacillus bulgaricus and
Streptococcus thermophillus. The use of yogurt is not only limited to food, but now yogurt products
have been widely used to be combined and formulated into topical preparations for cosmetics such
as creams, gels, pastes and lotions. Some of the content of yogurt that is efficacious and used for
cosmetic purposes on the skin is lactic acid, alpha hydroxy acid and biotin. However, until now there
is still no specific study regarding the comparison of the best topical dosage forms so that the efficacy
of yogurt can work more optimally on the skin. Thus this review of the literature on the effects and
stability of yogurt in topical preparations related to the physiological processes of the skin. The
method used is by searching literature on the internet through a search engine for scientific journals
published at national and international levels. The inclusion criteria for the selected articles were
research articles published in the last 5 years (2016-2021). Based on the results of the literature
review, the preparations that can provide the best performance for topical cosmetic preparations with
active ingredients of yogurt are creams and lotions taking into account the stability test results that
describe the effectiveness of the preparation on skin physiology.

Key Words : Effectiveness; Cosmetics; Topical; Yoghurt


Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

1 PENDAHULUAN
Bioteknologi telah berkembang sejak lama di Indonesia, penelitian tentang produk
bioteknologi banyak dimanfaatkan diberbagai sektor seperti industri makanan, obat-obatan,
kosmetik, pertanian, kesehatan dan lingkungan. Di bidang kesehatan, bioteknologi dapat
dimanfaatkan untuk mendiagnosis suatu penyakit genetis maupun non genetis dan mengobati
penyakit tertentu [1]. Pemanfaatan produk bioteknologi dibidang kosmetik sudah banyak
digunakan saat ini. Dimana produk hasil bioteknologi dikombinasikan dan diformulasi menjadi
produk kosmetik yang dapat dimanfaatkan untuk merawat kecantikan dan kesehatan kulit.
Bahan aktif hasil produk bioteknologi yang sering ditemukan dalam produk kosmetik
diantaranya adalah yogurt.
Yogurt merupakan produk fermentasi susu dari bakteri asam laktat Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophillus[2]. Seiring berjalannya waktu pemanfaatan yogurt
tidak hanya terbatas pada makanan saja tetapi kini produk yogurt sudah banyak digunakan
untuk dikombinasikan dan diformulasi menjadi sediaan topikal pada kosmetik seperti krim,
gel, pasta dan lotion untuk produk kosmetik face wash, body scrub, face mask, body lotion, dan
creambath yang membuat pemanfaatan yogurt kini menjadi semakin berkembang. Sebagai
bagian dari produk fermentasi susu tentunya yogurt memiliki kandungan gizi yang baik
diantaranya adalah sebagai sumber kalsium, vitamin D, dan memiliki kandungan protein yang
sangat baik untuk kulit. Selain itu yogurt mengandung asam laktat dan alpha hydroxy acid yang
dapat membantu melembabkan dan berguna sebagai agen peng-exfoliating (meluruhkan sel
kulit mati) pada kulit sehingga membuat kulit tampak halus dan cerah serta, membantu
memperbaiki perubahan warna kulit pada age spots (bintik-bintik penuaan)[3]. Namun sampai
saat ini masih belum ada pengkajian khusus mengenai perbandingan bentuk sediaan topikal
yang paling baik agar khasiat dari yogurt dapat bekerja lebih optimal pada kulit. Dimana kulit
ini merupakan salah satu organ penting karena termasuk ke dalam sistem pelindung organ
tubuh. Kulit juga sangat kompleks, elastis, dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim,
umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. Kulit memiliki berbagai peranan bagi tubuh diantaranya
adalah sebagai pelindung atau proteksi, tempat absorbsi, tempat ekskresi, pengindra atau
sensori, pengatur suhu tubuh atau termogulas, pembentukan pigmen, keratinisasi dan agen
pemproduksi vitamin D [4]. Uji efektivitas dan stabilitas pada produk kosmetik diperlukan
untuk mengetahui kebenaran manfaat dari produk tersebut. Adanya pengkajian melalui
pembandingan berbagai bentuk sediaan topikal berbahan aktif yoghurt dapat membantu
formulator untuk memperbaiki kelemahan dari produk kosmetik yang mengandung bahan aktif
yogurt pada kulit untuk pengembangan selanjutnya.
Berdasarkan alasan tersebut, dilakukan kajian pustaka yang mengkaji efektivitas dan
stabilitas bahan yogurt dalam berbagai formulasi kosmetik sediaan topikal untuk mengetahui
bentuk sediaan mana yang dapat memberikan kinerja terbaik dari yogurt pada kulit. Dengan
demikian hal ini meninjau literatur tentang efek dan stabilitas dari yogurt dalam sediaan topikal
yang berkaitan dengan proses fisiologis kulit.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Kosmetik untuk perawatan kulit dapat diperoleh dalam berbagai bentuk sediaan dimana
kosmetik ialah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa
mulut terutama untuk membersihkan, memberikan wangi, mengubah penampilan, memperbaiki
bau badan, melindungi dan/atau memelihara tubuh dalam kondisi baik [5]. Peranan kosmetik
yang digunakan untuk bagian luar tubuh inilah yang dimanfaatkan para formulator untuk
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

membuat kosmetik dari berbagai sediaan topikal baik berupa sedian liquid, semisolid, maupun
solid. Berkembangnya dunia kosmetik dari waktu ke waktu memungkinkan munculnya
berbagai ide dan produk. Salah satu pengembangan dalam produk kosmetik ialah memanfaatan
produk bioteknologi sebagai bahan aktif dari kosmetik. Produk Bioteknologi yang ramai
ditemukan sebagai bahan aktif dalam sediaan produk kosmetik adalah yogurt. Yogurt
merupakan produk dari susu yang telah dipasteurisasi, kemudian difermentasi dengan bakteri
asam laktat (bakteri probiotik Streptococcus thermophilus dan bakteri probiotik Lactobacillus
bulgaricus), sampai diperoleh keasaman, bau dan rasa yang khas, dengan atau tanpa
penambahan bahan lain yang di izinkan. Pemanfaatan produk fermentasi susu pada kulit,
diketahui berpengaruh dan dikaitkan dengan pengobatan luka maupun luka bakar dan saat ini
mulai berkembang luas sebagai material pembuatan kosmetik [6]. Dimana beberapa kandungan
yogurt yang berkhasiat dan dimanfaatkan untuk keperluan kosmetika pada kulit adalah asam
laktat, alpha hidroxy acid dan biotin [7]. Asam laktat ini memiliki khasiat mencerahkan kulit
karena asam laktat dari BAL tersebut mampu menghambat pembentukan melanin pada kulit
yang menjadi pigmen gelap warna kulit [8]. Selain kandungan asam laktat yang terdapat pada
yogurt, terdapat pula senyawa AHA atau alpha hidroxy acid yang berperan sebagai zat
pengeksfoliasi kulit sehingga mampu melembabkan kulit, mempercepat proses regenerasi kulit,
membantu memulihkan dan mengatur keseimbangan asam/basa dalam sel-sel kulit [9].
Kulit terdin dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan).
Epidermis merupakan lapisan terluar yang tersusun dari gabungan sel epitel. Kemudian di
bawah lapisan epidermis terdapat lapisan dermis yang merupakan jaringan penghubung dan
dibawah lapisan dermis terdapat lapisan hipodermis dimana lapisan ini terletak paling bawah.
Epidermis melekat erat pada dermis karena epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan
antar sel dan plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis. Epidermis terdiri
dari lima lapisan yaitu stratum korneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum
spinosum dan stratum germinativum. Stratum korneum atau lapisan tanduk adalah lapisan
terluar dari kulit. Lapisan ini terdin atas 15-30 lapisan sel yang terkeratinisasi yang sangat
menentukan terjadinya penetrasi perkutan [10]. Kulit, terutama epidermis, berperan penting
dalam penyerapan obat dan kosmetik melalui kulit. Epidermis tersusun dari keratinosit,
melanosit, sel Langerhans, dan sel Merkel. Keratinosit, merupakan sel yang memiliki
kemampuan berproliferasi dan mengandung keratin yang diperlukan sebagai penunjang
struktur internal epidermis. Keratinosit yang matang mengalami diferensiasi bertambah besar
dan kemudian bentuknya semakin gepeng sampai akhirnya inti selnya menghilang. Hasil akhir
dari proses diferensiasi ini adalah terbentuknya stratum korneum. Pembentukan stratum
korneum merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dari epidermis. Stratum korneum
atau juga sering disebut sebagai lapisan tanduk berperan dalam mencegah terjadinya kehilangan
air dan mencegah penyerapan zat agen infeksi yang berbahaya bagi tubuh. Korneosif tersusun
di bagian atas epidermis dan mengandung protein. Dibawah lapisan tanduk terdapat lapisan
granular yang terdiri dari struktur basofilik yaitu granula keratohialin. Granula tersebut
mengandung prekursor protein profilagrin yang masih inaktif. Melalui proses defosforilasi dan
proteolisis profilagrin inilah keratin diubah menjadi filagrin yang memiliki fungsi merekatkan
filamen keratin untuk membentuk makrofibril. Degradasi dan filaggrin akan menghasilkan
asam amino bebas yang berperan dalam perlindungan terhadap radiasi sinar ultraviolet dan
hidrasi kulit. Dermis merupakan lapisan yang berfungsi menyokong epidermis, ketebalannva
2.3 mm. Pada lapisan tersebut terdapat pembuluh darah, saraf dan struktur lain yaitu folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebum yang juga berperan penting dalam proses
penyerapan obat dan kosmetik melalui kulit. [11].
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

Gambar 1. Struktur Anatomi Kulit Manusia [12]

Agar fungsi dan khasiat dari kosmetik dapat dipergunakan sebagaimana mestinya maka
diperlukan adanya jalur penetrasi yang sesuai agar zat aktif dalam kosmetik dapat mencapai
target yang dimaksud, sehingga tujuan dari kosmetika untuk membersihkan, memberikan
wangi, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan, melindungi dan/atau memelihara tubuh
dalam kondisi baik dapat tercapai. Sediaan topikal kosmetik seperti krim, gel, lotion, dan pasta
ditujukan untuk perawatan kulit, maka dibutuhkan jalur penetrasi atau mekanisme kerja dari
penetrasi kosmetik terhadap kulit. Mekanisme kerja penetrasi zat kimia atau zat aktif kosmetik
dapat terjadi dengan beberapa mekanisme diantaranya yaitu mengganggu struktur stratum
korneum lipid yang sangat teratur, interaksi dengan protein interselular, dan memperbaiki
partisi obat, co-enhancer atau pelarut ke dalam stratum korneum. [13]

Gambar 2. Jalur Penetrasi Obat Ke Dalam Kulit

Layaknya obat, sediaan topikal untuk penggunaan kosmetik yang mengandung zat aktif
dapat pula terjadi proses penetrasi ke dalam kulit. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa rute
penetrasi kosmetik mirip dengan obat. Dimana bentuk sediaan kosmetik dapat berpengaruh
pada jalur penetrasi. Obat dapat berpenetrasi ke dalam kulit melalui berbagai rute, diantaranya
yaitu transeluler (menembus stratum korneum) dan melalui celah antar sel dari epidermis
(paraselular). Adapun rute lain yaitu dapat melalui dinding folikel rambut dan kelenjar keringat
atau kelenjar lemak yang lebih dikenal sebagai rute transappandagael. Rute yang paling
dominan untuk penetrasi obat melalui kulit adalah transeluler dan paraseluler dibandingkan
dengan transappandagael.
a) Jalur lintas seluler atau transeluler: molekul menembus sel tanduk dan matriks lemak
intraseluler secara langsung,
b) Jalur lintas apendiks: molekul melewati folikel rambut atau kelenjar keringat,
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

c) Jalur interseluler: molekul berdifusi berliku-liku di sekitar sel-sel lapisan tanduk


(korneosit) dan matriks lemak
Difusi ke dalam stratum korneum terjadi ketika bahan aktif yang telah terlepas dari
pembawanya akan berinteraksi dengan permukaan kulit/ stratum korneum. Bahan aktif yang
telah terlepas dari bentuk sediaan pembawanya kemudian berinteraksi dengan stratum korneum
dan segera berdifusi ke dalam stratum korneum. Difusi yang terjadi dimungkinkan karena
adanya gradien konsentrasi. Dimana pada awalnya, difusi bahan aktif utamanya berlangsung
melalui folikel rambut (jalur transfolikular). Setelah tercapai keseimbangan (steady state),
difusi melalui stratum korneum menjadi lebih dominan. Difusi bahan/zat aktif melalui kedua
jalur di atas pada akhirnya akan mencapai lapisan yang lebih dalam yaitu epidermis hingga
kemudian dermis. Karakteristik sifat fisik yogurt dapat berpengaruh dalam penentuan
pemilihan pembuatan formulasi sediaan topikal. Berikut adalah standar nasional yogurt yang
memuat karakteristik yogurt yang memenuhi standar Indonesia :

Tabel 1. Syarat Mutu Yogurt [14]


No Kriteria Uji Satuan Yogurt tanpa perlakuan Yogurt dengan perlakuan
panas setelah fermentasi panas setelah fermentasi

Yogurt Yogurt Yogurt Yogurt Yogurt Yogurt


rendah tanpa rendah tanpa
lemak lemak lemak lemak

1 Keadaan
1.1 Penampakan - Cairan kental-padat Cairan kental-padat
1.2 Bau - Normal/khas Normal/khas
1.3 Rasa - Asam/khas Asam/khas
1.4 Konsistensi - Homogen Homogen
2 Kadar Lemak % Min 3,0 0,6-2,9 Maks Min 3,0 0,6-2,9 Maks
(b/b) 0,5 0,5
3 Total padatan % Min 8,2 Min 8,2
susu bukan
lemak (b/b)
4 Protein % Min 2,7 Min 2,7
(Nx6,38) (b/b)
5 Kadar abu % Maks 1,0 Maks 1,0
(b/b)
6 Keasaman % 0,5-2,0 0,5-2,0
(dihitung
sebagai asam
laktat (b/b)
7 Cemaran
Logam
7.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks 0,3 Maks 0,3
7.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 20,0 Maks 20,0
7.3 Timah (Sn) Mg/kg Maks 40,0 Maks 40,0
7.4 Raksa (Hg) Mg/kg Maks 0,03 Maks 0,03
8 Arsen Mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1
9 Cemaran
mikroba
9.1 Bakteri APM/g Maks 10 Maks 10
Coliform atau
Koloni/g
9.2 Salmonella - Negatif/25g Negatif/25g
9.3 Listeria - Negatif/25g Negatif/25g
monocytogenes
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

10 Jumlah bakteri Koloni/g Min 107 -


starter

Beberapa sediaan topikal farmasi yang lazim digunakan sebagai kosmetik diantaranya
adalah lotion, gel, krim dan pasta. Lotion merupakan sediaan kosmetik yang diaplikasikan pada
kulit. Lotion digunakan secara topikal bermanfaat untuk melindungi kulit dari paparan
lingkungan [15]. Lotion umumnya berbentuk emulsi karena penampakannya menarik serta
mempunyai konsistensi yang menyenangkan. Emulsi dibuat dari campuran minyak, air dan
emulgator sebagai basis emulsi. [16]. Gel sudah banyak diformulasikan untuk keperluan
kosmetik yang diaplikasikan pada kulit. Gel merupakan sistem semipadat terbuat dari partikel
anorganik kecil maupun molekul organik yang besar yang terpenetrasi oleh suatu cairan. Setiap
gel membutuhkan senyawa gelling agent sebagai bahan pembentuk gel dalam formulasinya.
Gelling agent atau bahan pembentuk gel adalah suatu komponen polimer dengan berat molekul
tinggi, yang merupakan gabungan dari beberapa molekul dan lilitan polimer, yang akan
memberikan viskositas gel. Molekul polimer dihubungkan dengan ikatan silang untuk
membentuk struktur jaringan tiga dimensi, dan molekul pelarut akan terperangkap dalam
jaringan ini [17]. Selain lotion dan gel, tentunya sediaan krim merupakan sediaan topikal yang
paling seing ditemukan dalam kosmetik. Krim termasuk kedalam produk kosmetik yang mudah
dan praktis penggunaannya dan didefinisikan sebagai sediaan setengah padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Umumnya
produk krim terbentuk dari minyak yang dimasukkan ke dalam air pada fase minyak dan
humektan yang cenderung lebih banyak dari produk lotion. Krim terdiri dari 15% - 40% fase
minyak dan 5% - 15% fase humektan [18]. Dalam industri kosmetik sediaan pasta memang
jarang dijumpai penggunaannya pada kulit, sehingga perlu dikaji kembali mengenai formula
pasta yang dapat diaplikasikan penggunaannya pada kulit. Pasta merupakan sediaan semi padat
yang terdiri dari 50% bahan padat, sehingga memiliki keunggulan untuk dapat mengikat
eksudat, daya lekatnya lebih kuat dari sediaan salep, dan dapat memberikan lapisan tipis (film)
untuk melindungi kulit atau jaringan kulit dibawahnya.[19].
Penelitian dalam bidang kosmetik terkait sediaan topikal berbahan aktif yogurt telah
cukup banyak dilakukan, pasalnya masyarakat kini lebih menyukai menggunakan produk
kosmetik yang berbahan dasar alami karena dirasa aman dan tidak memiliki efek samping yang
membahayakan. Salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan dasar kosmetik
adalah yogurt. Dasar penelitian mengenai sediaan kosmetik berbahan yogurt sebelumnya telah
dilakukan oleh Christine. Menurutnya Penambahan yogurt pada sediaan lotion digunakan untuk
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia dalam formulasi sediaan lotion, sehingga tercipta lotion
dengan bahan dasar yang alami. Tekstur semi padat dan halus serta flavor khas yang dimiliki yogurt
mendukung diversifikasi yogurt menjadi bahan kosmetik pada formulasi lotion yang akan menghasilkan
produk lotion dengan tekstur lembut dan bau khas yogurt akan menjadi lebih disukai masyarakat [20].
Dimana yogurt ini secara nyata memiliki efektivitas pada kulit untuk dapat menurunkan
pigmentasi kulit dan meningkatkan kelembapan kulit. Kemampuan yogurt dalam melembabkan
dan menurukan pigmentasi kulit inilah yang menjadi bahan pertimbangan yogurt sangat tepat
digunakan untuk menjadi bahan dasar kosmetik baik berupa sediaan lotion, krim, gel dan pasta
yang berfungsi untuk melembabkan kulit [21].

3 METODE
Dalam penyusunan Review Jurnal ini, menggunakan metode penelusuran pustaka di
internet melalui mesin pencari jurnal ilmiah terpublikasi taraf nasional maupun internasional
melalui search engine yaitu google scholar dan situs penyedia jurnal online diantaranya
PubMed, Biomed, NCBI, Elsevier, DOAJ, ISJD LIPI dan sebagainya. Pencarian literatur
dilakukan dengan kata kunci “effectiveness of yogurt cosmetic product”, “Yoghurt for
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

cosmetics”, “Yoghurt cream mask formulation”, “Yoghurt for skin”, “Yoghurt lotion
formulation”, “Yoghurt gel formulation”, “Yoghurt pasta formulation”, “Uji Stabilitas sediaan
krim dengan bahan aktif yogurt”, “Yoghurt products formulation”. Data Primer diperoleh dari
jurnal internasional dan jurnal nasional sebanyak 10 pustaka. Kriteria inklusi untuk artikel yang
dipilih yaitu artikel penelitian yang diterbitkan 5 tahun terakhir (2016-2021). Serta acuan
pustaka lain yang bersumber dari ebook, jurnal, buku, repository dan thesis penelitian dengan
jumlah total 42 pustaka.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
No Judul Author Hasil dan Temuan

1. Evaluasi Stabilitas Zulkarnain, et al. Sediaan krim masker dengan


Farmasetik dan Uji Iritasi 2018 kombinasi yogurt plain tidak
Formula Masker Sari menimbulkan iritasi kulit
lemon (Citrus limon l.) sehingga aman digunakan dan
Dengan Yogurt Plain efektif terhadap kulit [2].
2. Pemanfaatan Tepung Beras Bety, 2017 Lotion berbahan yogurt untuk
Merah Dan Yoghurt kulit wajah yang digunakan
Sebagai Masker Wajah sebagai masker dapat
Tradisional Untuk meningkatkan kehalusan dan
Perawatan Kulit Wajah kelembaban kulit secara
Kering signifikan pasca penggunaan
masker pada setiap treatment
yang dilakukan.
3. Formulasi Lulur Krim Purnamasari, et al. Sediaan Krim Lulur memiliki
Yang Mengandung 2016 sifat farmasetik yang baik
Kombinasi Yoghurt dan sehingga mampu memberikan
Pati Beras Hitam (oryza efektivitasnya terhadap kulit
sativa l.)
4. Influence of Probiotics, Farhana, et al. 2018
Formulasi yogurt yang inovatif.
Prebiotics, Synbiotics and berpengaruh pada kualitas
Bioactive Phytochemicals atribut sensorik (termasuk kulit)
On the Formulation of dan aspek kesehatan yang
Functional Yogurt terkait.
5. Formulasi Masker Alami Hairina&Masluhiya. Formulasi masker sediaan pasta
Berbahan Dasar Rumput 2017 berbahan yogurt membuat flek
Laut Dan Cokelat hitam mulai memudar setelah
Mengurangi Keriput Dan menggunakan masker. Flek
Bintik Noda Pada Kulit hitam mulai berkurang pada
Wajah minggu pertama sebesar 20%,
minggu kedua sebanyak 20%,
dan minggu ketiga sebanyak
20%.
6. Formulasi Lotion Dengan Christine, 2018 Formulasi lotion yogurt susu
Penambahan Yogurt Susu kambing dapat meningkatkan
Kambing sifat fisik (viskositas,
homogenitas, daya sebar dan
penyusutan berat) dan mutu
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

organoleptik (tekstur, warna dan


aroma) lotion.
7. The Role of Color, Rohman, et al. 2020 Penambahan total padatan
Viscosity, and Syneresis on terutama protein dan
Yogurt Products penggunaan stabiliser dapat
dilakukan untuk memperbaiki
viskositas dan sineresis yoghurt
yang nantinya dapat
mempengaruhi farmasetik
yogurt dalam pembuatan gel.
8. Manufacture and Kamara, et al. 2016 Yogurt mentah hasil fermentasi
Antibacterial Activity of dengan kultur bakteri campuran
Yogurt Fermented By L. bulgaricus, S. thermophilus
Three Bacteria dan L. acidophilus terhadap
(Lactobacillus Bulgaricus, Escherichia coli memiliki
Streptococcus aktivitas antibakteri, dimana
Thermophillus, aktivitas tertinggi diamati pada 7
Lactobacilus Acidophilus) jam inkubasi, menghasilkan
zona bening 0,35 dan 0,30 cm
terhadap E. coli dan B. subtilis.
Aktivitas antibakteri ini pada
yogurt dapat digunakan sebagai
dasar pengembangan kosmetik
berbahan aktif yogurt untuk
penanganan pencegahan
jerawat.
9. Oil bodies from dry maize Mantzouridou, et al. Pembentukan gel dari formulasi
germ as an effective 2019 yogurt benih jagung kering
replacer of cow milk fat memberikan sineresis, reologi
globules in yogurt-like dan analisis profil tekstur yogurt
product formulation yang sesuai. Diperlukannya
pengkajian mikrobiologi, fisik
dan stabilitas oksidatif dari
produk agar bisa diformulasi
menjadi bahan kosmetik.
10. Uji Stabilitas Sediaan Dika dan Azizah. Sediaan lulur krim ubi jalar ungu
Lulur Krim Ubi Jalar Ungu 2020 dengan penambahan yogurt
(ipomoea batatas l.) sebagai antioksidan tidak stabil
Dengan Penambahan dalam penyimpanan dengan
Yogurt Sebagai suhu rendah (4°C ± 2°C), suhu
Antioksidan ruangan(25°C ± 2°C), suhu
tinggi (40°C ± 2°C) selama 3
minggu

4.2 Pembahasan
Yogurt adalah produk susu fermentasi yang berasal dari bakteri asam laktat
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus[2]. Beberapa kandungan yogurt yang
berkhasiat dan dimanfaatkan untuk keperluan kosmetika pada kulit adalah asam laktat, alpha
hidroxy acid dan biotin [7]. Selain itu yogurt merupakan produk yang kaya akan kalsium, seng,
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

vitamin D, dan probiotik sebagai sumber protein yang dapat menjadi pencegah penuaan aktif
karena kekurangan gizi yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan [22]. Kemudian menurut
Musyirna dan Wahyu yogurt sinbiotik memiliki aktivitas antibakteri dengan total asam tertitrasi
1,039%; total bakteri asam laktat 4,06 x 1010cfu/ml dan rata-rata diameter hambat 13,10 mm
(daya hambat sedang) terhadap E. Coli dan 13,91 mm (daya hambat sedang) terhadap S. thypi
[23]. Sebagai bagian dari produk fermentasi susu yang dapat dan sering dijumpai dalam
kosmetik khususnya sediaan topikal yang diperuntukan efektivitasnya terhadap masalah kulit
maka diperlukan uji efektivitas dan stabilitas pada produk kosmetik berbahan aktif yogurt ini
untuk mengetahui kebenaran manfaat dari produk tersebut. Adanya pengkajian melalui
pembandingan berbagai bentuk sediaan topikal semisolid berbahan aktif yoghurt ini dapat
membantu formulator untuk memperbaiki kelemahan dari produk kosmetik yang mengandung
bahan aktif yoghurt pada kulit untuk pengembangan selanjutnya.
Menurut Zulkarnain, et al. 2018 kombinasi lemon dan yogurt yang menjadi bahan utama
pada formulasi krim penelitiannya, memberikan efek perawatan pada kulit. Sediaan krim
masker menunjukan kestabilan secara farmasetik dan tidak menimbulkan iritasi dengan
konsentrasi lemon 0,5 dan 1 b/v% dalam sediaan [2]. Evaluasi stabilitas yang dilakukan pada
sediaan krim ini adalah organoleptik, pH dan Viskositas.

Tabel 2. Hasil pengujian viskositas sediaan masker sari lemon (Citrus limon L.) dan
yogurt plain
Kondisi Rata-rata Viskositas (P)
Formula 1 Formula 2 Formula 3
Sebelum 68,03±8,64 39,767±7,76 63,9±3,41
Sesudah 48,867±6,70 0,267±15,60 57,9±24,83

Tabel 3. Hasil pengujian pH sediaan masker sari lemon (Citrus limonL.) dan yogurt
Plain
Formula pH
Sebelum Sesudah
1 7±0 7±0
2 5,6±0,6 6±0
3 5,6±0,6 6±0

Berdasarkan hasil analisis statistik anova yang dilakukan Zulkarnain, et al. 2018 Untuk
uji viskositas dan pH pada taraf kepercayaan 95% dan 99% (Tabel 2 dan 3) tidak ada perubahan
yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa bahan aktif tidak bereaksi dengan aditif dalam
formulasi. Viskositas adalah pernyataan hambatan aliran cairan. Semakin tinggi viskositas,
semakin besar hambatan cairan yang diukur. Viskometer Brookfield digunakan untuk
mengukur viskositas. Semakin tinggi nilai viskositas, semakin baik stabilitas produk, tetapi
akan lebih sulit untuk diaplikasikan pada kulit. Viskositas produk yang rendah dapat
meningkatkan daya alir produk pada kulit [24]. Hasil uji pH menunjukkan bahwa semua
formula yang dihasilkan memenuhi standar pH kulit yaitu berkisar 4,5-7.seperti yang
diharapkan, yaitu pH berada dalam kisaran pH normal kulit, antara 4,5 -7 [25]. Maka dari itu
sediaan krim masker dengan kombinasi yogurt plain tidak menimbulkan iritasi kulit karena pH
sesuai dengan kulit sehingga aman digunakan. Kemudian untuk efektivitas terhadap kulit
dengan viskositas krim yang tidak terlalu tinggi membuat krim cukup dan mudah diaplikasikan
pada kulit sehingga penghantaran zat aktif pada kulit dapat tercapai secara optimal. Menurut
Purnamasari, et al. 2016 pula bahwa Formulasi sediaan lulur krim penelitiannya yang
mengandung kombinasi yogurt dan pati beras hitam sebagai scrub terbukti dapat
menghantarkan arus listrik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa jumlah fase yang lebih banyak
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

biasanya adalah fase luar (air). Seperti yang kita ketahui, karena adanya ion dalam air, air dapat
menghantarkan listrik, tetapi minyak tidak dapat menghantarkan listrik. Emulsi yang terbentuk
adalah emulsi m/a. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa formula stabil pada pengujian tipe
emulsi sehingga sediaan krim lulur dalam penelitiannya memiliki sifat farmasetik yang baik
sehingga mampu memberikan efektivitasnya terhadap kulit [7].
Berdasarkan penelitian ekperimen yang dilakukan oleh Bety, 2017 terjadi peningkatan
kelembaban kulit pada responden setelah memakai masker berbahan kombinasi yogurt dan
tepung beras merah dengan sediaan cair (lotion) dengan rata-rata nilai 2,466666667-3,9.
Dimana peningkatan kelembaban tertinggi terdapat pada masker X3 (6,5 gram terpung beras
merah dan 3,5 gram yoghurt) dengan nilai rata-rata 3,9 yang memberikan perubahan
kelembaban kulit wajah yang semakin meningkat secara signifikan. Lalu masker X2 (5 gram
tepung beras merah dan 5 gram yoghurt) dengan nilai rata-rata 2,7 menghasilkan perubahan
peningkatan kelembaban kulit yang cukup tinggi. Kemudian terendah terdapat pada masker X1
(3,5 gram tepung beras merah dan 6,5 gram yoghurt) dengan nilai rata-rata 2,466666667 yang
menghasilkan peningkatan kelembaban kulit wajah sangat kecil. [4]

Gambar 3. Diagram nilai rata-rata (mean) dari hasil analisis uji peningkatan kelembaban kulit

Lotion memiliki stabilitas yang sangat baik pada kulit dimana kulit merupakan lapisan
pelindung tubuh dari paparan polusi lingkungan [26]. Kulit wajah cenderung lebih banyak
terkena sinar ultraviolet (UV) dibandingkan bagian kulit lainnya, sehingga sering menimbulkan
masalah pada kulit [27]. Oleh karena itu, sesuai dengan gambar di atas, diketahui juga bahwa
waktu penggunaan masker pada kulit wajah kering untuk meningkatkan kelembapan kulit
adalah sebagai berikut: X1 (nilai rata-rata adalah 3,033333), efek wajah meningkat secara
signifikan dengan setiap perawatan yang dilakukan. X2 (nilai rata-rata 2,6), hasilnya
kelembapan kulit wajah sedikit meningkat pada setiap perlakuan. Hasil facial X3 (rata-rata
3,933333) mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada setiap perlakuan. Hasil terbaik
adalah masker X3. Hasil terbaik tampak pada produk X3 (perbandingan 6,5 gram tepung beras
merah terhadap 3,5 ml yoghurt), karena untuk 3 perlakuan terjadi peningkatan variasi yang
sangat signifikan (rata-rata 3,933333: setiap perlakuan mengalami peningkatan yang
signifikan). Dengan demikian Lotion berbahan yogurt untuk kulit wajah yang digunakan
sebagai masker dapat meningkatkan kehalusan dan kelembaban kulit secara signifikan pasca
penggunaan masker pada setiap treatment yang dilakukan dikarenakan pengaplikasian sediaan
lotion yang mudah diaplikasian dan cepat terabsorpsi kedalam kulit. Dasar tipe lotion kulit
terdiri atas fase minyak 10- 15%, humektan 5-10%, dan fase air 75- 85% yang mana dalam
yogurt terdapat fase minyak. Minyak merupakan bagian dari fase terdispersi sedangkan air
merupakan bagian dari fase pendispersi. Pemisahan kedua fase ini dapat dihindari dengan
menambahkan pengemulsi. Karena kualitas penyerapannya yang baik, jenis emulsi M/A sering
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

digunakan untuk dermatologi topikal. Jenis M/A banyak dibuat menjadi kosmetik, karena
mudah diaplikasikan secara merata pada kulit dan lebih mudah dicuci dengan air [28]. Karena
lotion merupakan bagian dari emulsi yang rentan terhadap ketidakstabilan fisik maka
diperlukan perhitungan yang tepat antara emulgator, fase minyak dan fase air.
Kemudian menurut Rohman, et al. 2020 penambahan total padatan terutama protein dan
penggunaan stabiliser dapat dilakukan untuk memperbaiki viskositas dan sineresis yoghurt
yang nantinya dapat mempengaruhi farmasetik yogurt dalam pembuatan gel [29]. serta
Mantzouridou, et al. 2019 menemukan bahwa formulasi yogurt buatannya yang terbuat dari
benih jagung kering memiliki konsistensi gel dengan sineresis, reologi dan analisis profil
tekstur yogurt yang sesuai [30]. Namun masih diperlukannya pengkajian mikrobiologi, fisik
dan stabilitas oksidatif dari produk yogurt benih jagung kering pengganti lemak susu sapi agar
bisa diformulasi menjadi bahan kosmetik khususnya bila kita hendak membuat bahan yogurt
menjadi sediaan gel. Bahkan formulasi gel bisa menjadi pilihan pertama yang disukai banyak
orang, karena kandungan air dalam formulasi cukup besar sehingga nyaman dan membuat kulit
terasa sejuk, kemudian mudah diaplikasikan, tidak berminyak, mudah dibersihkan, lebih jernih,
elegan, elastis, daya rekat tinggi tetapi tidak menyumbat pori-pori [31]. Namun hal ini harus
tetap dilakukan pengkajian khusus terlebih cukup banyaknya fase minyak dalam yogurt yang
berbanding terbalik dengan basis gel yang dominannya adalah fase air.
Selain penelitian bahan baku pengganti susu dalam yogurt untuk dibuat sediaan gel
terdapat pula penelitian adanya aktivitas baru dari bahan aktif yogurt yakni sebagai antibakteri.
Antibakteri adalah senyawa yang dimanfaatkan untuk menghambat pertumbuhan maupun
membunuh bakteri[32]. Menurut Kamara, et al. 2016 yogurt mentah berbentuk liquid hasil
fermentasi dengan kultur bakteri campuran L. bulgaricus, S. thermophilus dan L. acidophilus
terhadap Escherichia coli memiliki aktivitas antibakteri, dimana aktivitas tertinggi diamati
pada 7 jam inkubasi, menghasilkan zona bening 0,35 dan 0,30 cm terhadap E. coli dan B.
subtilis [33]. Aktivitas antibakteri pada yogurt dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
kosmetik berbahan aktif yogurt untuk dasar pembuatan kosmetik yang digunakan dalam
penanganan pencegahan jerawat dengan mempertimbangkan sifat fisik yogurt yang
mengandung lemak akan lebih optimal bila dibentuk sediaan kosmetik berupa krim. Oleh
karena itu pula Farhana, et al. 2018 menyebutkan formulasi yogurt yang inovatif. berpengaruh
pada kualitas atribut sensorik (termasuk kulit) dan aspek kesehatan yang terkait [34]. Dalam
Penelitian Christine, 2018 Formulasi lotion yogurt susu kambing dapat meningkatkan sifat fisik
(viskositas, homogenitas, daya sebar dan penyusutan berat) dan mutu organoleptik (tekstur,
warna dan aroma) lotion. Dengan meningkatnya sifat fisik maka akan berpengaruh terhadap
stabilitas dan efektivitas produk terhadap kulit. Beberapa uji yang dilakukan oleh Christine,
2018 untuk mengukur stabilitas dari lotion yogurt susu kambing adalah uji viskositas,
homogenitas, daya sebar dan penyusunan berat

Tabel 4. Rataan sifat fisik lotion yogurt susu kambing


Parameter Formula
P0 P1 P2 P3 P4
Viskositas (cP) 2175a ± 125,83 2725b ± 189,30 2925b ± 95,74 3650c ± 100,00 4200d ± 0,00
Homogenitas Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Daya sebar (cm) 7,87h ±0,21 6,59fg ± 0,32 6,33f ± 0,20 6,96g± 0,20 6,45f ± 0,15
Penyusutan 3,77r ± 0,27 4,23s ± 0,10 3,71r ± 0,20 3,77r ± 0,33 4,41s± 0,26
berat

Christine, 2018 menuturkan viskositas lotion hasil penelitiannya semakin meningkat


dengan rataan viskositas berkisar antara 2175-4200 cP hal tersebut sesuai dengan SNI 16-3499-
1996 yang menyatakan syarat viskositas lotion yaitu berkisar antara 2000-50000 cP. Perlakuan
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

kontrol (P0) dengan konsentrasi yogurt kambing 0% memiliki nilai rataan viskositas terkecil
sebesar (2175 ±125,83 cP) sedangkan nilai rataan terbesar diperoleh dari formulasi yang
menggunakan 12% yogurt susu kambing yaitu P4 sebesar (4200 ± 0,00 cP). Peningkatan
penggunaan yogurt susu kambing dapat meningkatkan viskositas lotion. Kestabilan produk
lotion dapat dilihat dari nilai viskositasnya, karena nilai viskositas berhubungan dengan
pengaplikasikasian produk lotion tersebut. Semakin tinggi viskositas produk, semakin rendah
laju pemisahan fase terdispersi dan fase terdispersi. Ini menunjukkan bahwa produk semakin
stabil [35]. Kemudian sediaan lotion dapat dikatakan homogen apabila tidak terlihat adanya
pemisahan antara komponen penyusun bahan[36]. Kehalusan dan keseragaman tekstur lotion
dihasilkan dari pencampuran fase minyak dan fase air yang baik. Homogenitas dipengaruhi
pula oleh teknik atau cara pencampuran yang dilakukan serta alat yang digunakan pada proses
pembuatan sediaan lotion. Semakin kecil dan seragam bentuk droplet maka sediaan lotion
semakin stabil.[37]. Lalu dilakukannya uji daya sebar dalam mengukur stabilitas lotion tersebut
bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyebaran sediaan lotion pada permukaan kulit.
Lotion harus mampu menyebar dengan mudah pada saat dioleskan pada kulit dan juga daya
sebar digunakan untuk mengetahui kelunakan sediaan lotion saat dioleskan pada kulit semakin
kecil [38]. Serta pengukuran penyusutan berat bertujuan untuk mengetahui kemampuan
humektan yang terkandung pada lotion dalam mempertahankan kandungan air sehingga
kelembapan kulit saat pemakaian lotion dapat tetap terjaga. Penyusutan berat ini juga
dipengaruhi oleh yogurt susu kambing yang juga dapat menjaga kelembapan kulit saat
pemakaian lotion. semakin besar penambahan humektan pada lotion maka semakin kecil
penyusutan berat yang terjadi, karena humektan akan membantu mempertahankan air dalam
lotion[39]. Dari keempat uji tersebut disimpulkan bahwa sifat fisik sediaan lotion tersebut baik,
apabila sifat fisik baik maka stabilitas dan efektivitas produk terhadap kulit pun baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dika dan Azizah. 2020 dalam uji stabilitas
formulasi sediaan lulur krim ubi jalar ungu dengan penambahan yogurt sebagai antioksidan
diketahui tidak stabil dalam penyimpanan suhu rendah (4°C ± 2°C), suhu ruangan(25°C ± 2°C),
suhu tinggi (40°C ± 2°C) selama 3 minggu serta hasil Cycling Test ketidakstabilan tersebut
diakibatkan dari adanya degradasi dari zat antosianin yang terdapat pada ubi jalar ungu
sehingga dapat disimpulkan bahwa formulasi lulur krim kombinasi yogurt dengan ubi jalar
ungu tidak cocok karena dapat terjadi degradasi pada sediaan tersebut [40]. Selanjutnya sediaan
topikal untuk kosmetik mengandung bahan aktif yogurt berupa pasta telah diteliti oleh Hairina
dan Mahluhiya. 2017 menuturkan formulasi masker sediaan pasta berbahan yogurt dalam
penelitiannya membuat flek hitam mulai memudar setelah menggunakan masker. Flek hitam
mulai berkurang pada minggu pertama sebesar 20%, minggu kedua sebanyak 20%, dan minggu
ketiga sebanyak 20%.

Gambar 4. Diagram Perubahan bintik noda pada sisi depan wajah probandus
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

Pada sediaan pasta tersebut dilakukan uji iritasi untuk mengetahui efektivitas dari
masker sediaan pasta. Uji iritasi masker sediaan pasta dilakukan pada probandus dengan kriteria
inklusi probandus yaitu wanita berusia 34-49 tahun, tidak sedang melakukan perawatan seperti
facial dan peeling selama 3 bulan terakhir, ditemukan keriput dan bintik noda di sekitar
wajahnya, dan kulitnya tidak sensitif terhadap bahan yang terkandung dalam masker. Dari hasil
uji iritasi menunjukkan sebanyak 60% probandus mengalami perubahan berkurangnya bintik
noda. Kemudian berdasarkan uji analisis ragam dua arah diketahui Test of Homogenity of
Variances menunjukkan bahwa populasi-populasi yang diuji memiliki varians yang sama (p-
value >0.05 yaitu 0.222). Nilai p-value Area adalah 0.394 (> 0.05). Hal tersebut menunjukan
bahwa intensitas memang tidak berbeda nyata untuk setiap area wajah probandus. Sedangkan
nilai p-value waktu adalah sebesar 0.120 (> 0.05). Hal tersebut menunjukan intensitas memang
tidak berbeda nyata untuk waktu yang digunakan pada setiap probandus [41]. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat efektivitas masker sediaan pasta berbahan aktif yogurt terhadap
kulit namun pada masker tersebut belum dilakukan uji stabilitas seperti uji viskositas,
homogenitas, daya sebar, penyusunan berat dll mengingat bahwa pasta merupakan sediaan
semisolid yang terdiri dari 50% bahan padat [42]. Sehingga dibutuhkan uji stabilitas untuk
mengetahui bagaimana pengaplikasian pada kulit dapat tercapai optimal.
Berdasarkan beberapa pustaka yang telah dibahas dan dibandingkan mengenai
efektivitas dan stabilitas formulasi kosmetik sediaan topikal dengan bahan aktif yoghurt
khususnya pada sediaan krim, lotion, gel dan pasta penulis menemukan beberapa temuan bahwa
sediaan krim dan lotion lebih cocok dibuat untuk sediaan topikal berbahan aktif yogurt
ketimbang dengan sediaan gel dan pasta karena pada sediaan gel belum ditemukan penelitian
secara khusus tentang pembuatan sediaan kosmetik yogurt dalam bentuk gel. Kemudian bila
ditinjau dari sifat fisik yogurt yang mengandung lemak susu kurang cocok disandingkan dengan
gel yang dominannya berbasis air mengingat bahwa gel ini tidak memakai emulgator dalam
formulasi pembuatannya sehingga tidak ada bahan untuk menyatukan fase minyak dan fase air.
Selanjutnya pada sediaan pasta pula belum terdapat penelitian mendalam tentang uji stabilitas
sediaan pasta yang mengandung bahan aktif yogurt. Selain itu pasta kurang cocok dijadikan
sediaan topikal kosmetik berbahan aktif yogurt karena pasta cenderung padat mengandung 50%
bahan padat sehingga viskositasnya pun cenderung tinggi, tidak cocok untuk diaplikasikan pada
kulit karena dapat mempersulit pasta untuk dioleskan pada kulit sehingga dimungkinkan
efektifitas produk terhadap kulit kurang tercapai secara optimal. Sedangkan untuk sediaan krim
dan lotion cocok untuk dijadikan sediaan topikal kosmetik dengan bahan aktif yogurt karena
keduanya memiliki fase minyak dan fase air dimana fase minyak cocok untuk bahan aktif
yogurt yang mengandung lemak susu serta sifat fisik dan stabilitas dari sediaan tersebut seperti
viskositas, homogenitas, dan daya sebar telah teruji dalam penelitian-penelitian sebelumnya
bahwa sediaan tersebut mempermudah pengaplikasiannya terhadap kulit dan mempermudah
pula proses penetrasi dan absorpsi sehingga efektivitasnya dapat tercapai secara optimal.

5 SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bentuk
sediaan yang dapat memberikan kinerja terbaik untuk sediaan topikal kosmetik berbahan aktif
yogurt adalah krim dan lotion dengan mempertimbangkan hasil uji stabilitas yang
menggambarkan efektifitas sediaan terhadap fisiologis kulit.
5.2 Saran
Peneliti menyarankan agar dilakukannya pengembangan formulasi serta penelitian uji
stabilitas lebih lanjut maupun uji lanjutan lain seperti uji kultur jaringan secara in vitro dan sel
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

hewan secara in vivo untuk mengetahui keefektifan lebih lanjut mengenai khasiat dari sediaan
berbahan aktif yogurt.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Wasilah Ummi, Siti Rohimah, Mukhamad Su’udi. Perkembangan Bioteknologi di
Indonesia. Journal of Science and Technology. 2019; 12(02) : 85-90
[2] Zulkarnain Iskandar, Ermina Pakki, Mirawati, Arin Rizki Talib. Evaluasi stabilitas
farmasetik dan uji iritasi formula masker Sari lemon (citrus limon l.) Dengan yogurt plain.
Jurnal As-Syifaa. 2018; 02(10) : 239-246
[3] Thanya P. Development of Herbal Facial Mask Cream From Suan Sunandha Palace
Facial. International Journal of Advances in Science Engineering and Technology.
2017;5(1):23.
[4] Silvia, Bety Handayani. Pemanfaatan Tepung Beras Merah Dan Yoghurt Sebagai
Masker Wajah Tradisional Untuk Perawatan Kulita Wajah Kering. E-Journal UNESA.
2019;1(8):47-52
[5] Goeswin, Agoes. Sediaan Kosmetik (SFI-9). Bandung: Penerbit ITB; 2015
[6] Baba, H., A. Masuyama and T. Takano. 2006. Short Communication: Effect of
Lactobacillus helveticus Fermented Milk on The Differentiation of Cultured Normal Human
Epidermal Keratynocytes. J. Dairy Sci. 89 (1) : 2072-2075
[7] Purnamasari Vina, Ermina Pakki, Mirawati. Formulasi Lulur Krim Yang Mengandung
Kombinasi Yoghurt dan Pati Beras Hitam. Jurnal As-Syifaa. 2016; 02(08) : 83-91
[8] Rahman, A. 2015. Kajian Potensi Whey Fermentasi sebagai Bahan Alami Pencegah
Jerawat dan Pencerah Kulit. Institut Pertanian Bogor
[9] Prasetyo, E., H. Evanuarini dan Mustakim. 2017. Pengaruh Waktu Pemeraman Kefir
pada Inkubator terhadap Kualitas Masker Krim Kefir Susu Kambing Ditinjau dari Kualitas
Fisik. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
[10] Martini, F & al,e. 2012. Fundamental of anatomy & physiology (9 ed). San Fransisco :
Pearson Education. H: 673,674,681,697,698
[11] Barry, B, W., 1983, Dermatological Formulations, Percutaneous Absorpstion, 36-37,
Marcel Dekker Inc, New York and Bassel.
[12] Aiache. Biofarmasetika, diterjemahkan oleh Widji Soeratri, Edisi II, 438-460, Jakarta;
Airlangga Press; 1982.
[13] Hendayani, R dan Angga PK. Strategi baru sistem penghantaran obat transdermal
Menggunakan peningkat penetrasi kimia. Jurnal Farmaka. 2018; 15(03) : 27-28
[14] Standar Nasional Indonesia. 2009. Standar Nasional Indonesia Yogurt. SNI 2981:2009.
Bandar Standarisasi Nasional
[15] Dominica, D dan Dian Handayani. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Lotion dari Ekstrak
Daun Lengkeng (Dimocarpus Longan) sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia. 2019; 6(01) : 2
[16] Sayuti, N.A., A.S Indarto, dan Suhendriyo. Formulasi Hand and Body Lotion
Antioksidan Ekstrak Lulur Tradisional. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 2016; 5 (2) : 110-119
[17] Adelsa AD, et al. Pengaruh Penggunaan Pati Kentang (Solanum tuberosum)
Termodifikasi Asetilasi-Oksidasi sebagai Gelling agent terhadap Stabilitas Gel Natrium
Diklofenak. Pharmaceutical journal of indonesia. 2017; 3(1): 25-32
[18] Yumas, M. Formulasi sediaan krim wajah berbahan aktif ekstrak Metanol biji kakao
non fermentasi (theobroma cacao l) Kombinasi madu lebah. Jurnal Industri Hasil Perkebunan.
2016; 11(02) : 75-87
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

[19] Triana NS, et al. Pengembangan Formulasi Pasta Antiinflamasi Piroksikam Berbasis
Ampas Tahu dalam Pemanfaatan Limbah Tahu Di Purwokerto. Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia. 2017; 15(02) : 148-154
[20] Christine, D. 2018. Formulasi lotion dengan penambahan Yogurt susu kambing ditinjau
dari sifat Fisik dan mutu organoleptik. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya
Malang
[21] Otomi, K., T. Ymaghuci, S. Watanabe, A. Kobayashi, H. Kobayashi and N. Hashighuci.
Effects of Yogurt Containing Lactobacillus gasseri OLL2716 on Autonomic Nerve Activities
and Physiological Functions. Health.2015; (7) : 397-405
[22] Hani NE, Maria CD, and Simin NM. 2014. Yogurt: role in healthy and active aging.
American Society for Nutrition. USA. H: 263S–70S
[23] Rahmah, M dan Wahyu utami. Uji aktivitas antibakteri yoghurt sinbiotik labu kuning
(cucurbita moschata durch) terhadap bakteri Escherichia coli dan salmonella thypi. Jurnal
Penelitian Farmasi Indonesia. 2017; 6(01): 25-30
[24] Sivana AN dan Nikmawatisusanti Yusuf. Nilai sensoris dan viskositas skin cream
menggunakan gelatin Tulang tuna sebagai pengemulsi dan humektan. Jurnal PHPI. 2018;
21(02) : 199-207
[25] Siva J dan Afriadi. Formulasi Gel Dari Sari Buah Strawberry (Fragaria X Ananassa
Duchesne) Sebagai Pelembab Alami. Journal of the pharmaceutical world. 2018; 3(01) : 9-15
[26] Novasari P, Asti P, dan Novi M. Efektivitas Formulasi Sediaan Lotion Dari Ekstrak
Etanol Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Sebagai Pelembab Kulit. Jurnal Farmasi. 2020;
3(01) : 57-62
[27] Grace, F.X., C, et al.. Preparation and Evaluation of Herbal Peel Off Face Mask.
American Journal of Phamtech Research. 2016;. (5): 33-336.
[28] Mardikasari, et al. Formulasi Dan Uji Stabilitas Lotion Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
Sebagai Antioksidan. Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan.2017; 3(2): 28-32.
[29] Rohman E, Shinta Maharani. The Role of Color, Viscosity, and Syneresis on Yogurt
Products. Ejournal UPI. 2020; 05(02) : 97-107
[30] Mantzouridou Fth, et al. Oil bodies from dry maize germ as an effective replacer of cow
milk fat globules in yogurt-like product formulation. Journal LWT - Food Science and
Technology. 2019 ; (105): 48-56
[31] Kuncari ES, Iskandarsyah dan Pratiwi. Evaluasi, uji stabilitas fisik dan sineresis sediaan
gel yang Mengandung minoksidil, apigenin dan perasan Herba seledri (apium graveolens l.).
Jurnl Buletin penelitian kesehatan. 2014; 43(4) ; 213-222
[32] Septiani EN. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Lamun (Cymodocea Rotundata) Terhadap
Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli. Indonesian Journal of Fisheries Science
and Technology). 2017; 13(01) : 1-6
[33] Kamara DS, et al. Pembuatan dan Aktivitas Antibakteri Yogurt Hasil fermentasi Tiga
Bakteri (Lactobacillus Bulgaricus, Lactobacillus thermophillus, Lactobacillus acidophilus).
Jurnal al-kimia. 2016; 04(02): 22-32
[34] Farhana NF, et al. Influence of probiotics, prebiotics, synbiotics and bioactive
phytochemicals on the formulation of functional yogurt. Journal of Functional Foods. 2018; 48
: 387-399
[35] Zulkarnain, A.K., E. Novi dan I.S. Nurul. Aktivitas Amilum Bengkuang (Pachyrrizus
erosus (L) Urban) sebagai Tabir Surya pada Mencit dan Pengaruh Kenaikan Kadarnya terhadap
Viskositas Sediaan. Trad. Med. 2013; 18 (1) : 1-8
[36] Sari, A., dan N. A. Putri. 2015. Studi Formulasi Sediaan Lotion Anti Nyamuk dari
Minyak Atsiri Daun Legundi (Vitex trifolia Linn). Prosiding Seminal perkembangan terkini
Dok No. 09.007.000/PN/S1FF-SPMI

[37] Yumas, M., S. Ramlah dan Mamang. Formulasi Lotion Krim dari Bubuk Kakao Non
Fermentasi dan Efek terhadap Kulit. Jurnal Biopropal Industri.2015; 6 (2) : 1-10
[38] Juwita, A.P., P.V.Y. Yamlean dan H.J. Edy. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun
Lamun (Syringodium isoetifolium). Jurnal Ilmiah Farmasi.2013; 2 (2) : 8-14
[39] Dini, M. F. 2017. Pengaruh Konsentrasi Natrium Alginat dan Ekstrak Kasar Buah
Avicennia marina yang Berbeda terhadap Mutu Lotion Tabir Surya Berdasarkan Metode
Respon Permukaan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Malang.
[40] Dika DH, dan Nur Azizah. Uji stabilitas sediaan lulur krim ubi jalar ungu (ipomoea
batatas.) Dengan penambahan yogurt sebagai antioksidan. Journal Of Herb And
Farmacological. 2020; 2(02); 63-70
[41] Hairina dan Masluhiya. Formulasi Masker Alami Berbahan Dasar Rumput Laut Dan
Cokelat Mengurangi Keriput Dan Bintik Noda Pada Kulit Wajah. Jurnal Care. 2017; 05(02) :
205-218
[42] Agoes G. Sediaan farmasi likuida-semisolida. Bandung: ITB; 2012.

Anda mungkin juga menyukai