Disusun oleh :
Sofia Lestari
(P07120521105)
Hari :
Tanggal : April 2022
Tempat : Bangsal Yudhistira
Dr. Catur Budi Susilo, S. Pd.,S. Kp., M.Kep Rinto Cahyono, S.Kep.,Ners.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan
keperawatan ini dengan baik. Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun
untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Pendidikan Profesi Ners Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini penulis
mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan saran serta dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
a. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta,
Bapak Joko Susilo, SKM., M. Kes.
b. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Yogyakarta, Bapak Bondan Palestin, SKM., M. Kep., Sp.
Kom.
c. Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Ibu Harmilah, S. Pd., S. Kep., Ns.,
M. Kep., Sp. MB.
d. Dosen P e m b i m b i n g Praktik Keperawatan M e d i k a l B e d a h ,
Bapak Dr. Catur Budi Susilo,S.Pd., S. Kep, M.Kep.
e. Pembimbing klinik RSUD Nyi Ageng Serang Rinto Cahyono, S.Kep.,Ners.
f. Teman-teman Kelas Pendidikan Profesi Ners
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur merupakan terputus atau rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang
disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap oleh tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan
yang meremukkan, gerakkan memuntir yang mendadak atau bahkan karena
kontraksi otot yang ekstrem (Brunner & Suddart, 2016). Fraktur merupakan
diskontinuitas dari jaringan tulang yang disebabkan adanya kekerasan yang
timbul secara mndadak atau fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung maupun
trauma tidak langsung (Krisanty,dkk, 2014).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2012
terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita
Fraktur akibat kecelakaan lalulintas. Sedangkan pada tahun 2018 angka
kematian fraktur akibat cedera lalulintas terjadi paling tinggi di Venezuela
(45.1%), Indonesia pada urutan ke 8 di Asia dengan angka sebanyak (15.3%)
setelah itu Timur Leste dan India masing-masing (16,6%).
Berdasarkan hasil RISKESDAS oleh badan Penelitian dan Pengembangan
KEMENKES RI tahun 2013 kasus cedera yang mengalami patah tulang (fraktur)
dengan angka prevalensi sebesar 5,8%, sedangkan berdasarkan hasil
RISKESDAS tahun 2018 kejadian cidera disebabkan kecelakaan Lalu Lintas di
Indonesia dengan angka prevalensi sebesar 2,2%. Dengan tingginya angka
tersebut pemerintah membuat program yang didalamnya melibatkan beberapa
kementerian terkait., yang disebut program Rencana Umum Nasional
Keselamatan (RUNK).
Masalah Keperawatan yang sering muncul pada pasien fraktur adalah nyeri
akut, perfusi perifer tidak efektif, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas
fisik,, deficit perawatan diri, resiko infeksi dan resiko syok (SDKI,2017).
Tindakan Keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sesuai
diagnose yaitu nyeri akut dapat dilakukan dengan manajemen nyeri, perfusi
perifer tidak efektif dapat dilakukan dengan monitoring tanda-tanda vital,
gangguan integritas kulit dapat dilakukan monitor kulit akan adanya kemerahan,
gangguan mobilitas fisik dapat dilakukan dengan tindakan mengajarkan pasien
dan keluarga tentang Teknik ambulasi, deficit perawatan diri dapat dilakukan
tindakan keperawatan membantu pasien melakukan perawatan diri, resiko
infeksi dengan kolaborasi pemberian obat, resiko syok dapat dilakukan tindakan
monitoring status sirkulasi, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, ritme dan
nadi perifer.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny J dengan Post Orif Neglected
Fracture Shaft Femur Dextra di bangsal Yudhistira RSUD Nyi Ageng Serang?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum : Mengetahui asuhan keperawatan pada Ny J dengan Post Orif
Neglected Fracture Shaft Femur Dextra.
2. Tujuan Khusus : mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny J dengan
Post Orif Neglected Fracture Shaft Femur Dextra
D. Metode
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Fraktur
1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan
tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan, biasanya patahan
lengkap dan fragmen ulang bergeser. Kalau kulit diatasnya masih utuh,
keadaan ini disebut fraktur tertutup, kalau kulit atau salah satu dari rongga
tubuh tertembus kadaan ini disebut fraktur terbuka yang cenderung untuk
mengalami kontaminasi dan infeksi (Wijaya, 2013). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh ruda paksa (Wahid,
2013).
2. Patofisiologi
3. Pathway
4. Etiologi
5. Klasifikasi
a. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimmobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
menimimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Deformitas
c. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid
seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fragmen lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bias
diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas
tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot. Pemendekan
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci)
d. Krepitus
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. (Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.)
e. Pembengkakan
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa
baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
7. Penatalaksanaan
a. Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden
periode). Hal yang perlu dilakukan adalah:
1) Pembersihan luka
2) Eksisi jaringan mati/debridement
3) Hecting situasi
4) Antibiotic
b. Seluruh fraktur
1) Rekognisis/pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya.
2) Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimum. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur (setting
tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasfanatomis (Brunner, 2001).
Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk
mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur,
namun prinsip yang mendasarinya tetap, sama. Biasanya dokter
melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan
lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur semakin sulit bila
cedera sudah mulai mengalami penyembuhan.
Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk
menjalaini prosedur, harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan
analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin perlu dilakukan
anastesia. Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan
lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan
dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya
saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Ekstremitas
dipertahankan dalam posisi yang diinginkan, sementara gips, bidai dan
alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan
mensetabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-X harus
dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam
kesejajaran yang benar.
Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka.
Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna
dalam bentuk pin,kawat sekrup,plat paku, atau batang logam digunakan
untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan disisi
tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat tersebut menjaga
aprosimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
3) Retensi/immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimum. Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur
direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam
posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna
meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips , atau
fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi interna
yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
4) Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
Status neurovaskuler (misalnya pengkajian peredaran darah,
nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi
diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
Kegelisahan ansietas dan ketidaknyamanan dikontrol dengan
berbagai pendekatan (misalnya meyakinkan, perubahan posisi,
strategi pereda nyeri, termasuk analgetik). Latihan isometric dan
setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup
sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi
dan harga diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula
diusahakan sesuai batasan teraupetik. Biasanya, fiksasi interna
memungkinkan mobilisasi lebih awal. Ahli bedah yang
memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan luasnya
gerakan dan stress pada ekstermitas yang diperbolehkan, dan
menentukan tingkat akivitas dan beban berat badan Tahap –
tahap proses penyembuhan :
Tahap 1: Peradangan (inflammation) Tulang patah baik
terbuka atau tertutup akan menimbulkan perdarahan sekecil
apapun itu dan membuat jaringan di sekitarnya meradang
yang ditandai dengan bengkak, memerah dan teraba hangat serta
tentunya terasa sakit. Tahap ini dimulai pada hari ketika patah
tulang terjadi dan berlangsung sekitar 24 jam hingga 1minggu.
Tahap 2: Pembentukan kalus halus (soft callus) Antara 2
sampai 3 minggu setelah cedera, rasa sakit dan pembengkakan
akan mulai hilang. Pada tahap penyembuhan patah tulang ini,
terbentuk kalus yang halus di kedua ujung tulang yang patah
sebagai cikal bakal yang menjembatani penyambungan tulang
namun kalus ini belum dapat terlihat melalui rongsen. Tahap ini
biasanya berlangsung hingga 4 sampai 8 minggu setelah cedera.
Tahap 3 : Pembentukan kalus keras (Hard Callus) antara 4
sampai 8 minggu. Tulang baru mulai menjembatani kalus (soft
callus menjadi hard callus) dan dapat dilihat dari Xray.
Tahap 4 : Remodelling Tulang dimulai 8 sampai 12 minggu
setelah cedera, sisi fraktur mengalami remodelling
(memperbaiki atau merombak diri) memperbaiki setiap cacat
yang mungkin tetap sebagai akibat dari cedera. Ini tahap akhir
penyembuhan patah tulang yang dapat bertahan hingga beberapa
tahun.
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktu/ luasnya trauma,
skan tulang, temogram, scan CI : memperlihatkan fraktur juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
2. Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.
3. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
4. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
kondisi terkunci
6. Pasang
handralltempat
tidur
7. Anjurkan
memanggil
perawat
jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Ny. J
2) Tanggal Lahir : 08 September 1955
3) Umur : 66 Tahun 6 Bulan
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Petani
8) Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
9) Alamat : Penjalin Donomulyo Nanggulan
10) Diagnosa Medis : Neglected Fractur Shaft Femur Dextra
11) No. RM : 001772
12) Tanggal Masuk RS : 5 April 2022
b. Penanggung Jawab / Keluarga
1) Nama : Ny. S
2) Umur : 38 Tahun
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5) Alamat : Penjalin Donomulyo Nanggulan
6) Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri di kaki kanan post orif.
eterangan :
2) Eliminasi
Pasien mengatakan saat sebelum masuk RS, pasien BAB 2x sehari, BAK
1-5x perhari. Saat di RS pasien belum BAB karena pasien tidak bias
berjalan. Selama di RS pasien BAK menggunakan kateter.
3) Aktivitas / latihan
a. Keadaan aktivitas sehari – hari
Selama di rumah pasien melakukan aktivitas sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga. Setelah mengalami jatuh, pasien tidak bisa melakukan
aktivitas seperti biasanya. Saat di rumah sakit pasien hanya berbaring
di tempat tidur. Pasien mengatakan tidak bisa menggerakkan kaki
kirinya.
b. Keadaan pernafasan
Frekuensi pernafasan Ny. J yaitu 20 kali/menit dan tidak ada suara
tambahan pada pernafasan Ny. J
c. Keadaan Kardiovaskuler
Tekanan darah Ny. J yaitu 110/70 mmHg dan nadi teraba kuat dengan
nilai 78 kali/menit.
Skala Ketergantungan
KETERANGAN
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Bathing √
Toileting √
Eating √
Moving √
Ambulasi √
Walking √
Keterangan :
0 = Mandiri / tidak tergantung apapun
1 = Dibantu dengan alat
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total
4) Istirahat – tidur
Pasien mengatakan sebelum masuk RS tidur pada malam hari kurang
lebih 7 jam. Pasien mengatakan sering tidur siang kurang lebih 1-2 jam.
Saat masuk RS pasien mengatakan tidak bisa tidur karena menahan nyeri
post orif di kaki kirinya.
5) Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Ny. J mengetahui penyakitnya setelah diberitahu oleh dokter. Saat ini Ny.
J berusaha meningkatkan kesehatannya dengan mematuhi perintah dari
dokter.
6) Pola Toleransi terhadap stress-koping
Adaptif : Pengambilan keputusan diambil oleh anak kandungnya. Yang
ingin dirubah dari kehidupan Ny. J yaitu bisa mengatur pola hidup sehat,
yang dilakukan Ny. J ketika stres yaitu sholat dan berdoa kepada Allah
SWT.
Maladaptif : Ny. J belum bisa menjalani pola hidup sehat
7) Pola hubungan peran
Suami Ny. J mengatakan bahwa selama pasien sakit, beliau selalu
menunggui, mendampingi, dan selalu memberikan dukungan untuk
kesembuhan istrinya.
8) Persepsi diri-Konsep diri
a) Gambaran Diri
Ny. J selalu merasa percaya diri dengan citra tubuhnya sekarang.
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai.
b) Harga Diri
Ny. J mempunyai harga diri tinggi. Hubungan pasien dengan orang
lain sangat baik.
c) Peran Diri
Pasien adalah seorang istri dan ibu rumah tangga.
d) Ideal Diri
Ny. J mempunyai sikap yang baik karena ada tujuan dan cita-cita
yang ingin dicapai. Hal yang dipikirkan Ny. J saat ini yaitu ingin
pulang dan sembuh sehingga bisa beraktivitas kembali seperti
biasanya. Harapan setelah menjalani perawatan yaitu Ny. J tidak mau
dirawat lagi dirumah sakit serta tidak ada lagi tambahan penyakit lain.
d) Identitas Diri
Pasien mengatakan dirinya adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Ny. PJ
mengatakan bahwa ia mempunyai anak 4 dan sudah menikah semua.
Ada 1 anak yang tinggal serumah yaitu anak laki-laki dan istrinya.
9) Kesehatan Organ Reproduksi
Pasien mengatakan sudah menopause.
10) Keyakinan dan Nilai
Sumber kekuatan Ny. J yaitu Allah SWT dan keluarganya. Kegiatan
agama yang dilakukan Ny. J yaitu sholat lima waktu dan kadang-kadang
mengikuti pengajian.
5) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Status Gizi :TB = 158 cm
BB = 56 Kg
IMT = 22,4
(Gizi baik)
3) Tanda Vital : TD = 110/70 mmHg Nadi = 78 x/mnt
Suhu = 36,4 °C RR = 20x/mnt
4) Skala Nyeri
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ya 15
3. Alat bantu jalan: 0 0 0
0
Bed rest/diabntu perwat
Penopang/tongkat/walker 15
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak 0
Ya 25 25 25 25
5. Cara berjalan/berpindah:
0
Normal/bed rest/imobilisasi
Lemah 15
Terganggu 30 30 30 30
6. Status mental:
Orientasi sesuai kemampuan 0 0 0 0
diri
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor 80 80 80 80
Tingkat Resiko Jatuh Risiko tinggi
Paraf & Nama Perawat
Tingkat Risiko :
Tidak berisiko bila skor 0-24 → lakukan perawatan yang baik
Risiko rendah bila skor 25-50 → lakukan intervensi jatuh standar (lanjutkan
formulir pencegahan)
Risiko Tinggi bila skor ≥ 51 lakukan intervensi jatuh resiko tinggi (lanjutkan
dengan pencegahan jatuh pasien dewasa).
a) Pemeriksaan laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (Satuan) Normal
Pemeriksaan
06/04/2022 Hemoglobin 12,5 g/dL (L) 12-15
Leukosit 10,7 10^3/uL 4,50-11,50
Hematokrit 38,6% 35-49%
Eritrosit 4,17 x 10^6 4-5,4
MCV 92,6 fl 80-94
MCH 30,8 pg 26-32
Trombosit 150-450
232 10^3 uL
Gol Darah
O
Gol Darah Rhesus
Positif 9,4-12,5
PPT
9,9 Detik 0,90-1,10
INR
0,90
Kontrol PPT
11,00 Detik 25,1-36,5
APTT
30,8 Detik
HBsAg
Albumin Non Reaktif 3,97-4,94
SGOT 4,22 g/dl <=32
SGPT 27 U/L <=33
BUN 12 U/L 6-20
Creatinin 10,2 mg/dl 0,51-0,95
Natrium 0,780 mg/dl 136-145
Kalium 137,2 mmol/L 3,5-5,1
Klorida 3,66 mmol/L 98-107
101,7 mmol/L
b) Pemeriksaan Radiologi
TANGGAL HASIL
06/04/2022 Kesimpulan :
- Fraktur femur dextra 1/3 medial dalam
fiksasi inerna berupa plate dan screw
aposisi dan allignment baik
- Terpasang satu buah drain dengan
ujung distal pada aspek lateral os
femur dextra
12) Terapi
Pemberian Terapi Ny. J di Bangsal Yudhistira RSUD Nyi Ageng Serang
Kulon Progo
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN
HARI/TGL/ DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
JAM
Rabu, 7 April Gangguan Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Mobilisasi
2022 Mobilitas Fisik Keperawatan selama 3x24 jam Observasi
12.00 WIB Berhubungan diharapkan mobilitas fisik meningkat - Identifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik lainnya
dengan program dengan kriteria : - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
pembatasan gerak - Pergerakan ekstremitas - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
meningkat sebelum memulai mobilisasi
- Kekuatan otot meningkat - Monitor kondisi umum selama melakukan
- nyeri menurun mobilisasi
- kekakuan sendi menurun Terapeutik
- Gerakan terbatas menurun - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
- Kelemahan Fisik menurun - Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan untuk melakukan mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan, missal duduk di tempat tidur
HARI/TGL/ DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN
JAM
Rabu, 7 April Resiko Infeksi Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan infeksi
2022 berhubungan Keperawatan selama 3x24 jam Observasi
12.00 WIB dengan prosedur diharapkan derajat infeksi menurun - Monitor tanda gejala infeksi lokal maupun
invasive dengan kriteria : sistemik
- Demam menurun Terapeutik
- Kemerahan menurun - Batasi jumlah pengunjung
- nyeri menurun - Berikan perawatan kulit pada daerah edema
- Bengkak membaik - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
- Kadar Sel darah putih pasien dan lingkungan pasien
membaik - Pertahankan Teknik aseptic pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa luka
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
E. IMPLEMENTASI & EVALUASI
Sofia
Rabu, 7 Gangguan - mengidentifikasi adanya S :
April 2022 mobilitas nyeri dan keluhan fisik - pasien mengatakan kaki
12.00 fisik lainnya masih susah digerakkan
WIB - mengidentifikasi toleransi dan terasa sakit
fisik melakukan - pasien mengatakan belum
pergerakan bisa melakukan aktivitas
- memonitor keadaan seperti biasa
umum pasien O:
- membantu pasien untuk - Pasien terbaring di tempat
merubah posisi tidur
- mendekatkan bel pasien - Terpasang infus RL 20
- memotivasi keluarga tts/mnt
untuk berada di dekat - Terpasang Dower
pasien dan ada saat Catheter
dibutuhkan - Gerakan terbatas
- Terdapat luka post
operasi di kaki kanan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Sofia
Rabu, 7 Resiko - Mencuci tangan Pukul 13.00
April 2022 Infeksi sebelum dan sesudah S :
12.00 merawat pasien - Pasien mengatakan
WIB - Menjaga teknis masih nyeri post op
septik dan aseptik O :
saat merawat pasien - Terpasang verban, pada
luka operasi,
- Memonitor tanda
dan gejala infeksi - -Luka tampak bersih,
rembes (-), produksi
- Memeriksa balutan drain 100 cc
dan luka pasien - Antibiotik cepraz1
- Memberikan gram sudah diberikan
suntikan antibiotik - Tanda Vital dalam
cepraz 1 gram IV batas normal
- Memonitor tanda - Suhu : 36,8
vital pasien - Nadi : 78x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Sofia
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tgl Diagnosa Jam Pelaksanaan Evaluasi
Kamis Nyeri 13.00 - Membina hubungan Pukul 13.15
7/4/2022 Akut saling percaya S:
terhadap klien - Pasien mengatakan masih
- Melakukan observasi nyeri namun sudah
Nyeri pasien berkurang dibanding hari
- Mengukur skala nyeri pertama operasi
- Mengukur Vital sign O:
- Menganjurkan untuk - Pasien masih tampak
melakukan relaksasi sesekali menahan nyeri
nyeri - Skala nyeri 4
- Mengelola program - Gerakan terbatas
therapi medikasi - Pasien lebih rileks
analgetik - Tanda Vital dalam batas
normal
- Tensi 115/70
- Nadi 78x/mnt
- Pasien mendapatkan
ketorolac 30 mg intravena
- Pasien tampak melakukan
relaksasi nyeri menarik
nafas dalam
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Pertahankan Intervensi
Sofia
Jam 13.15
S:
- Pasien mengatakan sudah
Jumat Nyeri 13.00 - Melakukan mampu mengontrol nyeri
8/4/2022 Akut pemeriksaan vital sign - Pasien mengatakan nyeri
- Melakukan evaluasi masih ada namun sudah
control nyeri klien berkurang
- Memberikan - Skala nyeri 3 nyeri ringan
reinforcement saat digerakkan
- Mengingatkan klien O:
untuk selalu - Ekspresi wajah rileks
menggunakan teknik - Pasien sudah bisa duduk dan
relaksasi nafas dalam menggerakkan jari kaki pada
dan modifikasi kaki kiri post op
lingkungan saat nyeri - Tanda vital normal
timbul - Tensi 112/68 N : 80x/mnt
- Memberikan medikasi A : Masalah teratasi Sebagian
intra vena ketorolac 30 P : Pertahankan Intervensi
mg
Sofia
Hari/Tgl Diagnos Jam Pelaksanaan Evaluasi
a
Kamis Gangguan 10.00 - Mengobservasi Pukul10.15
7/4/2022 Mobilitas kemampuan klien S:
Fisik dalam berlatih - Pasien mengatakan masih nyeri
berdiri dan berjalan namun sudah berkurang
- Mengobservasi nyeri dibanding hari pertama operasi
post op pasien - Pasien mengatakan kebutuhan
- Mengobservasi terpenuhi karena ada yang
keadaan umum membantu
pasien O:
- Melatih pasien - Pasien masih tampak sesekali
melakukan menahan nyeri
mobilisasi sederhana - Skala nyeri 4
- Menjelaskan - Gerakan terbatas
penyebab nyeri pada - Pasien sudah bisa duduk di atas
pasien yang tempat tidur
mengganggu - Pasien lebih rileks
pergerakan - Tanda Vital dalam batas normal
- Menjelaskan - Tensi 115/70
prosedur pembatasan - Nadi 78x/mnt
gerak - Pasien memahami program
pembatasan gerak yang
dilaksanakan
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Pertahankan Intervensi
Sofia
Jumat Gangguan 10.00 - mengidentifikasi S:
8/4/2022 Mobilitas adanya nyeri dan - Pasien mengatakan sudah mampu
Fisik keluhan fisik mengontrol nyeri
lainnya - Pasien mengatakan nyeri masih ada
- mengidentifikasi namun sudah berkurang
toleransi fisik - Skala nyeri 3 nyeri ringan saat
melakukan digerakkan
pergerakan O:
- memonitor keadaan - Ekspresi wajah rileks
umum pasien - Pasien sudah bisa duduk dan
- membantu pasien menggerakkan jari kaki pada kaki
untuk merubah kiri post op
posisi - Tanda vital normal
- mendekatkan bel - Tensi 112/68 N : 80x/mnt
pasien - Keluarga selalu disamping pasien
- memotivasi - Pasien mampu melakukan aktivitas
keluarga untuk perawatan diri seperti menyisir
berada di dekat rambut, makan minum
pasien dan ada saat A : Masalah teratasi Sebagian
dibutuhkan P : Pertahankan Intervensi
Sofia
Hari/Tgl Diagnos Jam Pelaksanaan Evaluasi
a
Kamis Resiko 10.00 - Mengobservasi tanda Pukul16.15
7/4/2022 Infeksi dan gejala infeksi S:
- Mengobservasi nyeri - Pasien mengatakan masih nyeri
post op pasien namun sudah berkurang
- Mengobservasi dibanding hari pertama operasi
keadaan umum - Pasien mengatakan kebutuhan
pasien terpenuhi karena ada yang
- Mengukur vital sign membantu
- Melakukan Teknik O:
septik dan aseptic - Pasien masih tampak sesekali
saat merawat dan menahan nyeri
melakukan Tindakan - Skala nyeri 4
untuk pasien - Telah diberikan injeksi cepraz 1
- Memonitor gr/12 jam
kebersihan balutan - Luka post operasi tertutup verban,
dan luka post operasi rembes (-), terpasang drain
- Memberikan produksi 90 cc
medikasi intra vena - Tanda Vital dalam batas normal
cepraz 1 gram - Tensi 115/70
- Nadi 78x/mnt
- Suhu 36,5
A : Masalah teratasi Sebagian
P : Pertahankan Intervensi
Sofia
Jumat Resiko S:
8/4/2022 Infeksi 16.00 - mengidentifikasi - Pasien mengatakan sudah mampu
tanda dan gejala mengontrol nyeri
infeksi - Pasien mengatakan nyeri masih ada
- melakukan Teknik namun sudah berkurang
septic dan aseptik - Skala nyeri 3 nyeri ringan saat
- memonitor keadaan digerakkan
umum pasien O:
- memonitor suhu - Ekspresi wajah rileks
tubuh dan tanda - Pasien sudah bisa duduk dan
vital lain menggerakkan jari kaki pada kaki
- memotivasi pasien kiri post op
untuk mematuhi - Tanda vital normal
program pengobatan - Tensi 112/68 N : 80x/mnt, Suhu
agar luka lekas 36.8
membaik - Tidak terdapat tanda infeksi di
- memotivasi pasien sekitar luka
untuk menjaga - Balutan bersih, tidak rembes, tidak
kebersihan balutan bau, drain produksi 80cc
dan luka post op A : Masalah teratasi Sebagian
- memberikan injeksi P : Pertahankan Intervensi
cepraz 1 gram IV
untuk mencegah
infeksi
Sofia
BAB IV
ANALISIS JURNAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
HEALTH SCIENCES JOURNAL
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ
Sejarah Artikel
Abstract
Fracture is continuity or cracking of tissue due to trauma that is determined by the extent and type of trauma So it has decreased
physical function which is one of the potential threats to integrity. One of the fracture treatments is done by surgery. After surgery,
a person will feel pain in the surgical scar. The purpose of this paper is to be able to understand nursing care in postoperative
femoral fracture patients in Mrs. T with acute pain problems by carrying out pharmacological and nonpharmacological measures.
The method used is descriptive method. Descriptive technique is a technique of writing in the form of presenting information
described by researchers conducted on certain objects clearly and systematically. The research site was conducted at RSUD Dr.
Harjono Ponorogo Hospital on July 25 - July 29, 2019. Patients taken by researchers were postoperative femur fracture patients
named Ny. T with 74 years old who is a farmer. Actions taken on Ny.T are actions that are in accordance with the nursing plan.
There are fifteen nursing plan actions that are used to deal with the pain that Ny.T feels that everything is done. In conducting
research there are obstacles that decrease hearing on the client. Thus blocking communication between nurses and patients in
communicating. The results of the treatment for five days the patient said that the pain appeared with scale 2. Pain with scale is
included in the category of mild pain.
Keywords: Nursing Care, Femur Fracture, Acute Pain
Abstrak
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas atau retaknya jaringan yang disebabkan trauma yang ditentukan oleh luas dan jenis
trauma. Sehingga mengalami penurunan fungsi fisik yang merupakan salah satu ancaman potensial pada integritas. Salah satu
penganan fraktur dilakukan dengan melakukan operasi. Setelah dilakukanya operasi maka seseorang akan merasakan nyeri pada
bekas luka operasi. Tujuan dari penulisan ini adalah dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien post operasi fraktur femur
pada Ny.T dengan masalah nyeri akut dengan melakukakan tindakan farmakologi dan nonfarmakologi. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Teknik deskriptif adalah teknik penulisan dengan bentuk penyajian informasi yang digambarkan oleh para
peneliti yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas serta sistematis. Tempat penelitian di lakukan di RSUD Dr Harjono
Ponorogo pada tanggal 25 Juli – 29 Juli 2019. Pasien yang diambil oleh peneliti merupakan pasien post operasi fraktur femur yang
bernama Ny. T dengan usia 74 tahun yang merupakan seorang petani. Tindakan yang dilakukan pada Ny.T merupakan tindakan
yang sesuai dengan rencana keperawatan. Terdapat lima belas tindakan rencana keperawatan yang di gunakan untuk mengatasi
nyeri yang di rasakan Ny.T yang semua di lakukan. Dalam melakukan penelitian terdapat hambatan yaitu menurunya pendengaran
pada klien. Sehingga mengahambat komunikasi antara perawat dan pasien dalam berkomunikasi. Hasil dari dilakukanya perawatan
selama lima hari pasien mengatakan bahwa nyeri muncul dengan sekala 2. Nyeri dengan sekala tersebut masuk dalam katagori nyeri
ringan.
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Fraktur Femur, Nyeri akut
How to Cite: Rudi Hermanto, Laily Isro’in, Saiful Nurhidayat (2020). Studi Kasus : Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Fraktur Femur. Penerbitan Artikel llmiah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol 4 (No 1).
PENDAHULUAN
Fraktur merupakan terputusnya femur memiliki urutan paling terbanyak
kontinuitas atau retak jaringan yang nomor satu dengan jumlah 19.629.
disebabkan trauma yang ditentukan oleh Di Jawa Timur angka kejadian fraktur
luas dan jenis trauma. Sehingga mengalami pada tahun 2016 mulai dari Bulan Januari
penurunan fungsi fisik yang merupakan sampai Bulan Oktober sebanyak
salah satu ancaman potensial pada 1.422 kasus (Rois, 2016). Dengan jumlah
integritas. Rusaknya integritas tulang persentase kasus fraktur pada ekstremitas
menyebabkan nyeri, trauma, kaku sendi, bawah dan ekstremitas atas di rumah sakit
dan gangguan muskuloskeletal (Nanda Dr. Soetomo Surabaya sebesar 68,14%
International, 2015). Salah satu penyebab (Rekam Medis RSUD. Dr. Sutomo
fraktur adalah ruda peksa pada suatu Surabaya, 2015). Pada tahun 2012 jumlah
jaringan yang menyebabkan kontinuitas pasien fraktur di RSUD Dr. Harjono
jaringan menjadi terputus (Sjamsuhidajat, Ponorogo sejumlah 794 pasien, pada tahun
2010). 2013 jumlah kejadian fraktur sejumlah 632
Kejadian fraktur di dunia meningkat pasien (Rekam Medis RSUD Dr.Harjono
setiap tahunya terbukti oleh badan Ponorogo, 2014). Pada tahun 2017 – 2018
keselamatan (WHO) tercatat 13 juta orang kejadian fraktur femur di RSUD Dr.
mengalami kecelakaan pada tahun 2012. Harjono Ponorogo sejumlah 756 kasus
Dengan 2,7% terjadi fraktur. Pada tahun (Rekam Medis RSUD Dr. Harjono
2013 dengan presentase 4,2%. Pada tahun Ponorogo, 2018).
2014 kejadian fraktur meningkat menjadi Fraktur disebabkan oleh trauma
21 juta sehingga menjadi 7,5%.). tunggal yang diberikan dengan kekuatan
Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 8 juta yang berlebihan dan secara tiba tiba seperti
orang meninggal akibat mengalami fraktur benturan, plintiran, dan penarikan. Selain
femur. Menurut (DepKes RI), bahwa itu trauma tunggal juga menyebabkan
hampir delapan juta orang mengalami jaringan lunak menjadi rusak (Zairi dkk,
fraktur yang berbeda. Pada tahun 2011 2012). Untuk mengembalikan gerakan,
fraktur dengan prevalensi yang paling pencegahan disabilitas dan pengurangan
tinggi adalah fraktur ekstremitas bawah nyeri karena adanya rusaknya kontinuitas
46,2%. Kasus fraktur pada ekstremitas jaringan maka dilakukan penanganan pada
bawah dengan jumlah 45.987 yang daerah fraktur. Ada tiga cara dalam
diakibatkan oleh kecelakaan. Kasus fraktur melakukan penanganan fraktur yaitu
reduksi, imobilisasi, dan rehabilitasi. Seseorang merasa nyeri maka akan
Imobilisasi merupakan salah satu upaya berpengaruh terhadap nafsu makan,
dalam menangani fraktur dengan menahan aktivitas sehari-hari, hubungan dengan
kontinuitas yang terjadi patahan atau orang lain serta status emosional. Nyeri
retakan. Pembedahan merupakan hal yang merupakan pengalaman personal dan
terakhir jika pada penangan sebelumnya subjektivitas seseorang salah satunya
belum bisa mengembalikan posisi tulang adalah kerusakan jaringan yang berkaitan
dengan membuka pada bagian yang dengan tanda peringatan (Alimul, 2012).
ditangani (Djamal, 2015). Intervensi keperawatan untuk mengatasi
Luka insisi pembedahan dapat masalah nyeri maka dilakukan dengan
mengakibatkan pengeluaran impuls nyeri manajemen nyeri. Manajemen nyeri me-
oleh ujung saraf bebas yang di perantara miliki dua tindakan yaitu non-farmakologi
oleh sistem sensorik. Ada beberapa tahap dan farmakologi. Dalam dunia keperawat-
proses dalam nyeri: adanya reseptor yang an manajemen nyeri berguna menghilang-
menghantarkan persepsi nyeri yang berupa kan nyeri sedikit demi sedikit (Pratintya,
stimulasi, adanya pendeteksi stimulus, 2014).
penguat, dan penghantar menuju saraf Seseorang merasa nyeri maka akan
pusat. Terdapat empat proses dalam nyeri berpengaruh terhadap nafsu makan,
yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan aktivitas sehari-hari, hubungan dengan
persepsi. Transduksi merupakan proses orang lain serta status emosional. Nyeri
perubahan stimulus nyeri menjadi aliran merupakan pengalaman personal dan
listrik yang melalui ujung saraf. Transmisi subjektivitas seseorang salah satunya
merupakan proses penerusan oleh adalah kerusakan jaringan yang berkaitan
nociceptor yang berada pada saraf perifer dengan tanda peringatan (Alimul, 2012).
menuju korteks serebri yang melewati Intervensi keperawatan untuk mengatasi
cornu dorsalis dan corda spinalis. masalah nyeri maka dilakukan dengan
Modulasi merupakan proses pengurangan manajemen nyeri. Manajemen nyeri
atau peningkatan impuls nyeri oleh memiliki dua tindakan yaitu non
pengendali internal oleh sistem saraf pusat. farmakologi dan farmakologi. Dalam dunia
Persepsi adalah hasil penerimaan susunan keperawatan manajemen nyeri berguna
saraf pusat tentang impuls nyeri yang menghilangkan nyeri sedikit demi sedikit
dihantarkan oleh saraf dan berakhir pada (Pratintya, 2014). Pengurangan nyeri
susunan saraf pusat (Andarmoyo, 2013). dengan farmakologi dengan adanya
pemberian analgesik dengan dosis tertentu. sangat menguntungkan apabila jumlah
Pada terapi non farmakologi terdapat terapi responden sedikit maka akan didapatkan
melemaskan otot otot pada tubuh sehingga penyaji informasi dalam karya tulis ilmiah.
reseptor nyeri menjari lentur dan Teknik penggambaran ini disebut teknik
berkurang. Teknik distraksi dan sentuhan deskriptif. Teknik deskriptif adalah teknik
sakit pada pasien dengan melihat televisi, informasi yang digambarkan oleh para
mendengarkan musik atau berkhayal peneliti yang dilakukan pada objek tertentu
maka penulis menyusun Karya Tulis Ilmiah identifikasi peristiwa, identifikasi variabel,
Flamboyan Rumah Sakit Umum Dr. Tempat penelitian yang studi kasus
dirancang dengan mencangkup pengkajian Pengambilan data pada studi kasus ini di
yang intensif pada satu klien, keluarga, lakukan pada Ny. T yang merupakan pasien
kelompok, komunitas maupun institusi. post operasi fraktur femur. Data yang di
Studi kasus memiliki cara dengan cara gunakan untuk menyusun asuhan
pada riwayat dan pola perilaku. Pengkajian maupun tertutup yang bertujuan mendapat
objekif yang terdapat pada klien yang penyakit di dapatkan data berupa pasien
dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi pernah mengalami penyakit jantung dan di
sesuai dengan yang dikeluhkan oleh pasien psikososial di dapatkan data pasien tinggal
respon dari klien yang berupa fisik, didapatkan data berupa nutrisi selama di
psikologis, rasa aman dan nyaman klien. rumah sakit klien makan 3 kali sehari, habis
Pada penyelesaian studi kasusu ini penulis 1 porsi dalam sekali makan, minum
juga mengumpulkan data dari jurnal, buku, sebanyak 2 liter sehari. Jenis minuman
artikel, web dan sumber lainya sebagai adalah air putih. Eliminasi: buang air kecil
Pengkajian dilakukan pada tanggal beristirahat pada jam 19.00 – 22.00 dan
25 Juli 2019 pada jam 14.00 WIB. malam pada jam 23.00 – 04.00. Jadi pasien
Didapatkan data berupa biodata klien yaitu beristirahat selama 8 jam. Pasien sering
nama: Ny.T; umur: 74 tahun; agama: Islam; terbangun dari tidur karena rasa sakit yang
alamat: Prajegan; pendidikan terakhir: SD; muncul. Personal Hygiene : pasien disibin
pekerjaan: petani; tanggal masuk rumah sehari 2 kali, ganti pakaian sehari sekali.
sakit : 17 Juli 2019. Keluhan utama klien Aktivitas: pada saat pasien di rumah sakit
saat masuk rumah sakit adalah kaki kanan kegiatan pasien dibantu sebagian oleh
dapatkan data pada saat pengkajian pasien lemah, nadi: 88x/menit, suhu: 360C, TD:
mengeluhkan nyeri pada saat kaki kanan di 110/80 mmHg, RR: 20x/menit.
gerakan dan hilang ketika kaki kanan tidak Pemeriksaan muka: inspeksi wajah
digerakan, nyeri terasa seperti di tarik tarik, simetris, pucat, sedikit kaku menahan nyeri.
nyeri pada luka operasi di paha kaki kanan, Palpasi pada muka tidak ada benjolan
Terdapat fraktur pada paha kanan yang Untuk data obketif Ny. T adalah keadaan
telah di operasi dengan luka operasi yang di umum lemah, nadi: 88 x/menit, suhu: 360C,
tutupi kassa steril dengan panjang 25 cm, TD: 110/80 mmHg, RR: 20 x/menit.
keadaan kassa bersih tidak kotor. Terpasang Pemeriksaan muka: inspeksi wajah
drain dengan volume 150 ml/ simetris, pucat, sedikit kaku menahan nyeri.
24 jam dengan warna merah, pasien Palpasi pada muka tidak ada benjolan
membatasi gerakan pada kaki yang di abnormal, tidak ada nyeri tekan.
operasi. Pada saat luka di sentuh oleh Pemeriksaan anggota gerak ( ekstremitas)
perawata, pasien menjauhkan tangan Terdapat fraktur pada paha kanan yang
data (Caranito, 2000 dalam Nursalam, rotgen yang menunjukan close fraktur
2011). Data subjektif pada pasien Ny. T collum femur. Bedasarkan dari data tersebut
nyeri pada saat kaki kanan di gerakan dan karakateristik nyeri. Sehingga dapat
hilang ketika kaki kanan tidak digerakan, ditegakkan diagnosa nyeri akut
nyeri terasa seperti di tarik tarik, nyeri pada berhubungan dengan agen cedera fisik
Intervensi dari masalah diatas adalah nyeri (farmakologi dan non farmakologi),
proses keperawatan yang digunakan kaji tipe dan sumber nyeri untuk
masalah – masalah pasien. Maka intervensi dengan dokter untuk pemberian analgesik
ini memiliki tujuan yaitu skala nyeri turun, untuk mengurangi nyeri dan monitor
nyeri dapat di kontrol. Dengan kriteria hasil penerimaan pasien tentang manajemen
mampu menggunakan teknik non Sehingga dapat mencapai tujuan yang ada.
bahwa nyeri berkurang dengan dari tanggal 25 Juli 2019 – 29 Juli 2019.
dapat dikenali (skala, intensitas, frekuensi, hari kamis tanggal 25 Juli 2019 jam
dilakukan kepada klien yaitu lakukan karakteristik, frekuensi, kualitas dan faktor
reaksi verbal dan non verbal dan komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri masa lampau, evaluasi tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
bersama pasien dan tim kesehatan lain kontrol nyeri masa lampau, membantu
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa pasien dan keluarga untuk mencari dan
nyeri, memilih penanganan nyeri (farma- dilakukan di hari jumat pada 26 Juli 2019
kologi dan non farmakologi), mengkaji tipe pada jam 07. 30 WIB. Implentasi yang
intervensi, mengajarkan teknik non farma- nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian dan non verbal dan ketidak nyamanan,
manajemen nyeri. Implentasi tersebut non farmakologi, mengkaji tipe dan sumber
penyuluhan teknik nafas dalam. Klien dengan dokter untuk pemberian analgesik
mengerti tentang teknik nafas dalam yang Implentasi pada tanggal 27 Juli – 29
akan dilakukan. Klien melakukan nafas Juli 2019. Implementasi yang dilakukan
dalam keadaan tidur dengan merilekskan adalah melakukan pengkajian nyeri secara
dan di tahan selama 3-5 detik. Lalu di karakteristik, frekuensi, kualitas dan faktor
Napas dalam dilakukan sebanyak 5-15 kali dan non verbal dan ketidaknyamanan,
agar meningkatkan istirahat yang berguna non farmakologi, mengkaji tipe dan sumber
dianjurkan dalam posisi yang rileks dan mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri,
menimbulkan nyeri pada bekas luka dengan dokter untuk pemberian analgesik
kegiatan dimana perawat membandingkan sedikit pucat, sedikit kaku menahan nyeri,
hasil setelah dilakukan tindakan nyeri yang muncul adalah nyeri akut yang
keparawatan. Hasil ini di ukur untuk di sebabkan oleh luka post operasi pada
mengetahui seberapa besar penyelesaian kaki kanan dengan di tutupi kassa steril
masalah pada klien. Selain itu merupakan dengan panjang 25 cm dengan keadaan
acuan perawat ketika masalah belum bisa kassa bersih tidak kotor. Terpasang drain
yang diberikan kepada klien (Diagnosa membatasi gerakan pada kaki yang di
keperawatan, 2015). Tujuan dari evaluasi operasi. Pada saat luka di sentuh perawat,
ini di gunkan untuk memandingkan apakah pasien menjauhkan tangan perawat dari
sesuai dengan kriteria hasil yang di tulis. luka. Pasien bisa melakukan teknik nafas.
Hasil evaluasi pada tanggal 25 Juli Pemberian obat deketoprofen dengan dosis
2019 pada jam 20.00 perawat melakukan 50 mg. Masalah yang timbul adalah nyeri
mengeluhkan nyeri, muncul saat kaki kanan Pada tanggal 26 Juli evaluasi dilakukan pada jam
14.00 WIB. Di dapatkan data subjektif berupa
di gerakan, seperti di tarik tarik, nyeri pada pasien mengeluhkan nyeri, muncul saat kaki kanan
di gerakan, seperti di tarik tarik, nyeri pada luka
luka operasi di paha kanan, dengan skala 5, operasi di paha kanan, nyeri memiliki skala 4
durasi nyeri 10 – 20 menit. Pasien muncul selama 10 – 15 menit.. Pasien merasa
nyaman dengan ditutupnya lingkungan dengan
mengatakan memiliki pengalaman nyeri sketsel sehingga mengurangi stress. Pasien bisa
melakukan teknik napas. Pasien mengatakan waktu
karena penyakit jantung. Nyeri akan hilang istirahat selama 9 jam. Dengan data objektif
ketika pasien istirahat. Pasien menggatakan keadaan umum lemah. Wajah sedikit pucat, sedikit
kaku menahan nyeri. Nyeri yang muncul adalah
bahwa pasien tidak memiliki riwayat nyeri
karena operasi. Pasien merasa nyaman
dengan ditutupnya lingkungan dengan
sketsel sehingga mengurangi stress. Pasien
mengatakan waktu istirahat selama 2 jam
dengan. Pasien dapat tidur dengan tenang.
Keluarga mampu memberikan dukungan
kepada pasien untuk mengatasi keluhan
nyeri akut yang di sebabkan oleh luka post volume 150 ml/ 24 jam dengan warna
operasi pada kaki kanan dengan panjang merah, pasien membatasi gerakan pada
luka 25 cm dengan keadaan luka bersih kaki yang di operasi, pemberian obat
tidak kotor atau pus, jahitan jelujur. dekoprofen dengan dosis 50 mg. Dapat di
Terpasang drain dengan volume 150 ml/24 simpulkan bahwa masalah nyeri akut belum
dengan dosis 50 mg. Pasien melakukan dilaksanakan pada jam 14.00 WIB. Pada
teknik napas dalam. Dapat di simpulkan evaluasi di dapatkan data subjektif yaitu
bahwa masalah nyeri akut teratasi sebagian. pasien mengeluhkan nyeri, muncul saat
Perencanaan melanjutkan intervensi yang kaki kanan di gerakan, seperti di tarik tarik,
dilakukan di jam 14.00. Dapatkan hasil data Pasien mengatakan belum ada penurunan
subjektif pasien mengeluhkan nyeri skala nyeri. Nyeri memiliki skala 4 muncul
,muncul saat kaki kanan di gerakan, seperti selama 5 – 10 menit. Pasien mengatakan
paha kanan, dengan skala 4, durasi nyeri 10 jam. Pasien merasa nyaman dengan
10 – 15 menit. Pasien merasa nyaman adanya aliran udara yang tidak terlalu
dengan posisi tidur terlentang dengan dingin atau panas melalui jendela sehingga
bagian kaki yang di operasi didukung rasa nyeri berkurang. Pasien melakukan
dengan bantal. Pasien melakukan teknik teknik nafas dalam. Di dukungan dengan
napas dalam. Pasien mengatakan belum ada data objektif yaitu keadaan umum lemah.
penurunan skala nyeri. Pasien mengatakan Inspeksi wajah pucat, tenang. Luka post
waktu istirahat selama 10 jam. Di dukungan operasi pada kaki kanan dengan panjang
dengan data objektif berupa keadan umum luka 25 cm dengan keadaan luka bersih
pasien lemah, wajah sedikit pucat, tenang, tidak kotor atau pus, jahitan delujur.
pasien melakukan teknik napas dalam, luka Terpasang drain dengan volume 100 ml/
post operasi pada kaki kanan dengan 24 jam dengan warna merah, pasien membatasi
gerakan pada kaki yang di operasi. Pemberian obat
panjang luka 25 cm dengan keadaan luka deketoprofen dengan dosis 50 mg. Dapat di
simpulkan
bersih tidak kotor atau pus, jahitan delujur,
terpasang drain dengan
karakteristik, skala, frekuensi, kualitas dan yang difokuskan dalam masalah
faktor presipitasi. 2) Observasi reaksi keperawatan yang muncul. Data fokus yang
verbal dan non verbal dan muncul ketika pemeriksaan yang ada adalah
sumber nyeri untuk menentukan intervensi. menit, suhu 360C, tekanan darah 110/80
11) Ajarkan teknik non farmakologi. 12) mmHg, jumlah pernapasan 20 kali per
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri. 13) menit. Inspeksi keadan muka
melakukan teknik nafas dalam. Pemberian paha kanan yang telah di operasi dengan
obat deketoprofen dengan dosis 50 mg. luka operasi yang di tutupi kassa steril
dihentikan disebabkan nyeri yang dirasakan bersih tidak kotor. Terpasang drain dengan
memiliki skala 2 dalam kriteria nyeri volume 150 ml/ 24 jam dengan warna
subjektif dari pasien yaitu saat lampau. 7) Bantu pasien dan keluarga
pada saat kaki kanan di gerakan dan dukungan. 8) Kontrol lingkungan yang
tarik, nyeri pada luka operasi di paha non farmakologi). 10) Kaji tipe dan
mengalami nyeri dengan skala 5 yang kontrol nyeri. 13) Tingkatkan istirahat.
di ukur menggunkan skala numerik dan 14) Kolaborasi dengan dokter untuk
pengkajian nyeri secara komprehensif reaksi verbal dan non verbal dan
pasien dan tim kesehatan lain tentang untuk mencari dan menemukan
dukungan. 8) Kontrol lingkungan yang Andarmoyo. 2013. Konsep dan
non farmakologi). 10) Kaji tipe dan Helmi, Z., N. 2012. Buku Gangguan
dimana merupakan dalam kriteria usia NANDA NIC NOC. 2015. Aplikasi
bekerja sama mengatasi masalah yang Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan
Prasetyo,S.N. 2010. .Konsep dan Proses Smeltzer, S.C., & Bare, B. (2012). Buku
Jakarta : EGC.