Disusun oleh :
KELOMPOK 7
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul “Penatalaksanaan
Fisioterapi Dengan Metode Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) dan
Isometric Exercise Untuk Meningkatkan LGS Pada Pasien Dengan Total Knee
Replacement (TKR) e.c OA Knee Sinistra Di RS Siaga Raya Tahun 2016”.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk melengkapi tugas komprehensif I semester
VII.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam segi materi
maupun sistematika penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, tim penulis mohon
maaf atas ketidaksempurnaan makalah ini dan mohon para pembaca untuk memberi
kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah yang lebih baik
kedepannya. Makalah ini belum dapat dijadikan acuan sebelum di setujui oleh dosen
pembimbing pada saat komprehensif kasus.
1. Bapak Andi Martahan A. H., Dipl.Pt., M.Kes selaku Ketua Program Studi D-VI
Fisioterapi
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan
rekan- rekan fisioterapis khususnya.
BAB I ........................................................................................................................................ 8
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 8
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 8
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................... 10
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 11
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 12
BAB II..................................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 13
A. Definisi........................................................................................................................ 13
1. Osteoarthritis .......................................................................................................... 13
2. Total Knee Replacement ......................................................................................... 13
3. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) ................................................ 16
4. Profil RS. Siaga Raya ............................................................................................. 28
B. Anatomi dan Fisiologi................................................................................................. 38
C. Epidemiologi ............................................................................................................... 50
D. Etiologi........................................................................................................................ 51
Indikasi untuk melakukan operasi total knee replacement, yaitu: ..................................... 51
E. Patofisiologi ................................................................................................................ 57
F. Manifestasi klinis ........................................................................................................ 61
Berikut ini merupakan hal yang dapat terjadi pada orang pasca operasi Total Knee
Replacement:....................................................................................................................... 61
G. Prognosis ..................................................................................................................... 62
H. Teknologi Fisioterapi .................................................................................................. 63
I. Penatalaksanaan Fisioterapi ........................................................................................ 74
Fisioterapi melakukan beberapa langkah pemeriksaaan diantaranya sebagai berikut : ...... 74
BAB III ................................................................................................................................... 87
URAIAN KASUS ................................................................................................................... 87
BAB IV ................................................................................................................................. 108
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
muskuloskeletal akibat menurunnya daya tahan dan fungsi struktur tubuh. Salah
sebesar 15,5% pada pria sedangkan pada wanita 12,7% yang berumur antara 40-
sebesar 40% dibandingkan dengan kasus OA lainnya baik pada tangan, panggul
seperti obesitas dan meningkatnya usia harapan hidup. Diperkirakan juga satu
sampai dua juta usia lanjut akan menderita cacat karena OA di Indonesia.
baik dengan cara operative maupun non-operative. Cara operative yaitu dengan
melakukan Total Knee Replacement (TKR). TKR adalah operasi yang dilakukan
untuk mengganti bagian dari sendi lutut yang rusak. Pada permukaan sendi yang
sakit akan dibuang dan diganti dengan sendi buatan atau prostesis(A Total Knee
OA lutut itu sendiri sebesar 40%. Hal itu terjadi dikarenakan berbagai alasan,
diantaranya pasien merasa takut, ekonomi ataupun memang pasien itu memiliki
pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang dialaminya dan penanganan yang
harus dilakukan.
TKR seperti nyeri pada daerah disekitar operasi, pembengkakan lokal (oedem) di
daerah bekas operasi, kelemahan otot yang diakibatkan karena operasi tersebut,
keterbatasan lingkup gerak sendi, gangguan mobilisasi atau transfer, pola jalan,
yang diakibatkan karena TKR. Salah satunya dengan pemberian intervensi berupa
metode tersebut juga merupakan metode umum yang sering digunakan untuk
2012).
B. Identifikasi Masalah
a. Nyeri
c. Kelemahan otot
2. Pembatasan Masalah
dibahas, yaitu :
10 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
b. Kelemahan otot
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
sinistra.
aktif dan sesuai pada kasus gangguan TKR e.c. OA knee sinistra.
11 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
D. Manfaat Penulisan
Dapat menjadi tolak ukur atau acuan dalam pemberian intervensi kepada
pasien TKR e.c. OA knee sinistra serta menambah wawasan bagi terapis.
3. Bagi Pasien
12 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Osteoarthritis
Adanya osteofit pada gambaran radiografi adalah ciri khas pada OA.
Pemeriksaan X-ray pada penderita OA, selain osteofit biasanya juga tedapat
dari sendi lutut yang rusak. Pada permukaan sendi yang sakit akan dibuang
dan diganti dengan sendi buatan atau prostesis. Operasi ini dapat meringankan
rasa sakit dan kekakuan pada sendi lutut. Nyeri pada sendi lutut meyebabkan
13 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
keterbatasan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Hasil X-ray menunjukkan
permukaan tidak teratur pada sendi lutut. Ketika obat-obatan dan terapi fisik
tidak bisa lagi menghilangkan rasa sakit dan disabilitas maka dianjurkan untuk
2013).
Ada risiko dalam setiap jenis operasi, tak terkecuali pada TKR. Risiko
umum operasi TKR seperti pembekuan darah, implan mengendur, infeksi dan
cedera pada saraf atau pembuluh darah. Ada empat langkah dasar untuk
Menyiapkan tulang
Permukaan tulang rawan yang rusak di ujung femur dan tibia dikeluarkan
Resurface patella
Menyisipkan spacer
14 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Spacer dimasukkan antara komponen logam agar permukaan bergerak
a. Komponen implan
Implan terbuat dari paduan logam, bahan keramik, atau plastik yang
Pemasangan ini beralur sehingga patella bisa bergerak naik dan turun
15 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
3. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF)
Kabat (1950) dalam Adler dkk (2014) PNF adalah sebuah konsep terapi
1) Positive approach
keberhasilan, terapi secara langsung dan tidak langsung, awal yang kuat.
3) Mobilize potential
dan emosional.
16 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
1) Tactile stimulation
netral.
dan menahan rotasi. Pada lumbrical grip tekanan berawal dari gerakan
17 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Gambar 2.2 Lumbrical grips for the leg pattern flexion–adduction–external
rotation.
2) Visual stimulation
Schmidt dan Lee (1999) dalam Adler dkk (2014), sistem bolak balik
arah gerakan yang akan dilakukan maka kepala akan mengikuti dan
18 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
harus jelas dan tepat untuk mengajarkan gerakan yang diinginkan.
a) Preparation
b) Action
c) Correction
4) Resistance
19 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Gallhorn (1949); Loofb ourrow dan Gallhorn (1949) dalam Adler dkk
sama dan associated synegist pada sendi terdekat. Fasilitasi ini dapat
agonis menjadi intensif, maka dapat terjadi aktivitas pada otot antagonis
juga (co-contraction).
(1968); Voss dkk (1985) dalam Adler dkk (2014) menteorikan bahwa
20 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
pasien dengan nyeri sendi. Approximation adalah kompresi trunk atau
6) Stretch
21 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
dilakukan ketika terapis mengharapkan untuk memfasilitasi aktifitas
dielongasi, otot-otot sinergis pada sendi yang sama, dan otot sinergis
yang lebih besar datang dari pemanjangan seluruh otot sinergis dari
anggota gerak atau trunk. Misalnya, elongasi dari otot tibialis anterior
– external rotator hip. Jika hanya grup otot flexor – adductor – external
rotator hip yang dielongasi, maka otot-otot hip dan otot tibialis anterior
trunk flexor.
terjadi pada manusia ketika mereka diminta untuk menahan stretch otot
22 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
7) Body position & mechanics
efektif terjadi ketika terapis berada pada batas gerakan yang diinginkan.
Saat terapis menggeser posisi, arah tahanan berubah dan gerakan pasien
gerakan atau gaya yang dinginkan. Bahu dan pelvis terapis menghadap
ke arah gerakan demikian juga lengan dan tangan. Jika terapis tidak bisa
sehingga tangan rileks dan dapat lebih merasakan respon pasien. Posisi
8) Timing
23 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
fungsional membutuhkan gerak terkoordinasi dan terus menerus hingga
tujuan tercapai.
functional task.
lebih kuat akan meredirect energi kontraksi tersebut menuju otot yang
24 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
akan didapatkan bila nilai otot minimal “good” (manual muscle test
a) Dengan mencegah semua gerakan dalam pola kecuali salah satu yang
ditekankan / emphasized
dari gerakan yang kuat di dalam pola ketika sedang melatih otot-otot
dari otot yang lebih lemah dengan besarnya tahanan yang diberikan
25 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
besar dan luas respon otot. Terapis menyesuaikan besar tahanan dan
ukuran tubuh
reinforcement.
10) Pattern
Jadi, PNF mempunyai gerakan yaitu “spiral and diagonal” (Knott and
ditunjukan dengan aktifitas didalam otot yang meningkat. Hal itu menyebar
baik ke distal atau proksimal dalam satu pola dan dari satu pola ke pola
26 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
memperkuat grup otot yang diinginkan the desired muscle groups atau
Ketika kita di dalam pola melawan tahanan, semua otot yang menjadi
bagian dari sinergis akan berkontraksi jika bisa. Komponen rotasi dari
sebuah pola adalah kunci untuk tahanan yang efektif. Tahanan yang benar
abduction-internal rotation.
Trunk dan anggota gerak bekerja sama untuk membentuk sinergi yang
gerak. Jika kita mengetahui pola gerak, kita akan tahu otot-otot sinergis.
27 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Diagonal pattern of scapula & pelvis, yaitu :
Combination
Rumah Sakit Siaga Raya merupakan salah satu unit usaha PT. Siaga
Bhakti Wirasta didirikan pada tanggal 29 Maret 1988 oleh lima orang yang
28 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
menaruh minat dan bergerak di bidang kesehatan. Pada saat itu Rumah
Sakit Siaga Raya merupakan Rumah Sakit Khusus Orthopedi dan Bedah
Umum.
Anggaran dasar PT. Siaga Bhakti Wirasta dibuat Akte Notaris Warda
Sungkar Alurmei, SH, Nomor 214, pada tanggal 29 Maret 1988, dengan
demikian PT. Siaga Bhakti Wirasta yang salah satu kegiatannya yaitu
mengelola Rumah Sakit menjadi badan hukum yang sah dan diakui
Rumah Sakit ini, maka pada tahun 1997 dilakukan peningkatan fasilitas
ruang rawat, serta penambahan bagian, sehingga Rumah Sakit ini menjadi
berlokasi di Jakarta;
Salah satu pencetus berdirinya Rumah Sakit Siaga Raya ini adalah
29 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
yang menginginkan ilmu bedah orthopaedi lebih berkembang di
Indonesia;
Raya dan dalam rangka ibadah melalui pengabdian tulus dibidang profesi
30 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
traumatologi, mempunyai Visi dan Misi tertentu dalam memberikan
Misi :
2010
orthopedi.
1) Moto
2) Tujuan
31 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Tercapainya pelayanan yang bermutu tinggi yang berorientasi kepada
kepuasan pelanggan;
d. Falsafah
SOPAN, SANTUN
cuek
32 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
SOPAN : Menjaga kesopanan dalam memberikanan pelayanan kesehatan
pasien
(welas asih).
33 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
DIREKTUR
UTAMA
Dr. Isa An
Nagib,
Sp.OT.FICS
DIREKTUR
WAKIL UMUM DAN DIREKTUR
DIREKTUR SDM RS. SIAGA KEUANGAN RS.
UTAMA RAYA SIAGA RAYA
M. Reza Hilmy, Sri Banun Chandra Kirana
SKM, MARS Bremi, SH. MH. S, SE,Ak
Kes
DIREKTUR
MEDIK RS.
SIAGA RAYA
dr. Rina Ujianti
Ka. Bidang
Ka. Bidang Mutu Ka. Bidang
Pelayanan Ka. Bidang
Pelayanan dan Penunjang
Medis Keperawatan
Akreditasi Medis
dr. Peggy F Zr. Enny W
Dr. Nurhayati dr. Rina Ujianti
Fauzi, MARS
Visi :
34 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Misi :
1) Tanpa rujukan:
Pendaftaran
Pasien Datang •Dokter
•Fisioterapi
2) Rujukan
Pendaftaran
Rujukan
RS. Siaga Raya Fisioterapi
2) US / Ultrasound ( 3 unit )
35 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
4) Electrical Stimulation ( 4 unit )
5) Nebulizer ( 1 unit )
6) Paraffin ( 2 unit )
1) Robiarto,S.FT.
36 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
6) Heru Surono, S.FT.
37 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
B. Anatomi dan Fisiologi
Sendi lutut terdiri dari dua sendi utama yaitu sendi tibiofemoral dan sendi
patelofemoral. Sendi lutut merupakan jenis sendi engsel, sehingga pada sendi
Stabilitas pada sendi lutut sangat baik, hal ini disebabkan oleh bentuk dari tulang
femur, tibia, dan patela yang solid serta peran dari ligamen dan otot yang ada di
Sumber: http://www.precisionnutrition.com/all-about-the-knee
a. Patelofemoral
38 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
kestabilan sendi lutut. Sendi ini berperan untuk membantu kerja dari otot-
otot ekstensor lutut yang insersionya melewati patela atau biasa disebut
ditingkatkan dengan cara memberi sendi lutut jarak yang lebih besar dari
sampai 30%.
b. Sendi Tibiofemoral
Sendi ini terdiri dari dua condylus, yaitu condylus lateral dan medial dari
gerak sendi lutut, terutama saat gerakan roll dari sendi lutut.
2. Ligamen
39 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Sumber:
http://www.brizendinelaw.com/content/images/Knee_Ligaments_2.gif
Gambar 2.2 External Ligaments of the knee joint
perlengketannya.
40 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
menahan untuk tidak terjadinya gerakan valgus pada lutut sebesar 57%
pada posisi 5˚ fleksi sampai sebesar 78% pada posisi 25˚ fleksi, namun
kekuatan menahan dari MCL akan jauh berkurang pada posisi lutut
ekstensi penuh.
LCL dalam keadaan menegang dan sangat kuat, namun akan mulai
mengendur dalam keadaan fleksi 30˚. Pada posisi 0˚ sampai 30˚ LCL
dalam keadaan yang kuat, ligamen ini sangat penting untuk menahan lutut
lutut ke arah lateral. Ligamen ini berbentuk seperti jam pasir yang
Ligamentum ini dipisahkan dari capsul sendi melalui jaringan lemak dan
bursa m.popliteus.
41 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
e. Ligamentum Collaterale Tibia
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat
dibagian atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah
Semimembranosus.
Sebagian dari ligamentum ini berjalan menurun pada dinding capsul dan
m. semimembranosus.
orang.
Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di bagian
bawah dan belakang pada sisi lateral didepan dan bawah tendon origo m.
popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah yang sempit diatas
42 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
meniscus lateral dan tendon m. popliteus. Banyak bursa yang berhubungan
dengan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam terdapat di belakang
sendi lutut. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang
Sumber: https://www.healthclues.net/blog
rongga sendi.
b. Bursa Prepatellaris
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan
43 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Terletak pada jaringan subcutan diantara kulit dan bagian depan belahan
permukaan anterior tibia. Bursa ini terpisah dari cavum sendi melalui
e. Bursa M. Semimembranosus
yang yang mensarafi otot-otot di sekitar sendi dan befungsi untuk mengatur
Sumber: http://backpainok.com/wp-content/uploads/2015/05/knee.jpg
Gambar 2.4 Anatomi saraf pada lutut
44 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
a. N. Femoralis
b. N. Obturatorius
c. N. Peroneus communis
d. N. Tibialis
Pergerakan pada sendi lutut meliputi gerakan fleksi, ekstensi, dan sedikit
Ekstensi sendi lutut lebih lanjut disertai rotasi medial dari femur dan tibia
pemutaran dan pengetatan semua ligamentum utama dari sendi, dan lutut
45 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam
keadaan terkunci.
ke depan mirip roda di atas tanah, pada permukaan cartilago semilunaris dan
condylus ateralis. Bila sendi lutut di gerakkan ke depan , femur ditahan oleh
lebih rata pada condylus femoris bergerak kebawah dan cartilago semilunaris
berubah.
lateral ikut bergerak ke depan. Sebelum fleksi sendi lutut dapat berlangsung,
popliteus, yang memutar femur ke lateral pada tibia. Sewaktu condylus lateral
46 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi 90˚, maka kemungkinan rotasi
Pada posisi fleksi, dalam batas tertentu tibia secara pasif dapat digerakkan
kendur.
Jadi disini tampak bahwa stabilitas sendi lutut tergantung pada kekuatan
tonus otot yang bekerja terhadap sendi dan juga oleh kekuatan ligamentum.
Dari faktor-faktor ini , tonus otot berperan sangat penting, dan menjadi tugas
6. Otot
Sumber: http://orthoinfo.aaos.org/figures/A00408F01.jpg
Gambar 2.4 M. Hamstring
47 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
1) Semitendinosus
2) Semimembranosus
3) Biceps Femoris
Origo : SIAS
sumber :
https://s3.amazonaws.com/classconnection/393/flashcards/5132393/jpg/tensfaslat
-14BC3593B493FEC6595.jpg
48 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
c. M.Quadriceps
1) Rectus Femoris
Origo : anterior-inferior iliac spine dari ilium
Insertion : superior patella dan ligamen patela sampai tuberositas tibia
2) Vastus Lateral
Origo : Bagian lateral dari linea aspera.
Insersio : ½ lateral dari patela dan tuberositas tibia
3) Vastus Intermedius
Origo : ⅔ bagian anterior-superior femur
Insersio : Upper border patella dan patellar ligament
4) Vastus Medialis
Origo : Medial lip dari linea aspera dan internal condyl ridge
Insersio : Bagian medial dari upper border patela dan ligamen patella
Sumber:
http://www.asfyt.com/uploads/2/2/0/6/22060328/7718636.jpg?306
Gambar 2.6 M.Quadriceps
49 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
C. Epidemiologi
sebesar 15,5% pada pria sedangkan pada wanita 12,7% yang berumur antara 40-
sebesar 40% dibandingkan dengan kasus OA lainnya baik pada tangan, panggul
seperti obesitas dan meningkatnya usia harapan hidup. Diperkirakan juga satu
sampai dua juta usia lanjut akan menderita cacat karena OA di Indonesia.
maupun non-operative. Salah satunya dengan cara operative yaitu TKR (Total
Knee Replacement). Dan untuk prevalensi TKR di RS Siaga Raya berkisar antara
8% sampai 10 % dari total kasus OA lutut itu sendiri sebesar 40%. Hal itu terjadi
memang pasien itu memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit yang
50 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
D. Etiologi
termasuk berjalan, naik tangga, berpindah dari dan atau ke kursi roda.
Kesulitan berjalan jauh tanpa rasa sakit dan harus menggunakan walker
atau tongkat.
b. Nyeri lutut sedang atau berat saat beristirahat, baik siang maupun malam
Tidak ada ukuran mutlak untuk usia atau berat badan untuk melakukan
pasien dan disability, bukan usia. Kebanyakan pasien yang menjalani TKR
adalah umur 50 sampai 80, tetapi ahli bedah ortopedi mengevaluasi pasien
deformitas dan bisa menjadi indikasi untuk melakukan total knee replacement.
Meskipun ada banyak jenis arthritis, tetapi nyeri lutut yang paling banyak
51 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
terjadi disebabkan oleh tiga jenis: osteoarthritis, rheumatoid arthritis, dan
arthritis pasca-trauma.
a. Post-traumatic arthritis
Merupakan penyakit yang dapat berakibat menjadi cidera lutut yang serius.
Fraktur tulang sekitar lutut atau sobekan ligamen dari lutut dapat merusak
artikular dari tulang rawan dari waktu ke waktu, yang menyebabkan nyeri
b. Rheumatoid arthritis
c. Osteoarthritis
melemahkan. Biasanya terjadi pada orang usia 50 tahun atau lebih tua,
tetapi bisa juga terjadi pada orang yang lebih muda. Tulang rawan yang
terdapat pada bantalan tulang lutut melunak dan menipis. Tulang kemudian
dan gaya hidup. Namun, ada faktor-faktor yang secara langsung berkaitan
52 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
dengan prevalensi, seperti jenis kelamin, trauma, penyakit inflamasi,
Faktor metabolic
Faktor nutrisi
faktor sekunder yaitu akibat dari penyakit tertentu. Faktor primer terjadi
secara lokal atau meluas, lebih sering terjadi pada wanita, di usia
sendi.
53 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Memengaruhi banyak sendi dan tanpa sebelumnya diketahui, yang
diperburuk dari faktor sekunder seperti faktor genetik, trauma, lebih sering
sendi.
adalah dari kondisi lain. Sendi yang paling sering terkena adalah lutut,
pinggul, tangan, leher, dan tulang belakang. sendi lain, seperti bahu,
epiphysis mayor
(Gout, calcium Inflamasi
Fraktur pada sendi
pyrophosphate Epiphyseal Artritis septik
atau osteonekrosis
dihydrate dysplasias
Bedah tulang
arthropaty/ Penyakit
(contoh:
pseudogout) Blount’s
54 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Akromegali Penyakit Legg- menisektomi)
Deformitas (obesitas)
valgus/varus
Sindroma
hipermobiliti
gawat darurat, risiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di Rumah Sakit)
55 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
a. Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap atau
konvensional).
sehari-hari.
osteotomy/realignment osteotomies.
56 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Kekakuan sendi yang berat
E. Patofisiologi
tekanan pada persendian dan memberikan bantalan sehingga terjadi gerakan yang
bebas gesekan antar tulang pada persendian (Petty, 2004: 140). Struktur utama
kartilago adalah sel kartilago (chondrosil) dan matriks kartilago. Matriks terdiri
atas air, proteoglikan dan kolagen (Cote 2001: 496). Proteoglikan mengandung
kartilago adalah kondroitin sulfat dan keratin sulfat yang berfungsi mendukung
stabilitas dan kekuatan dari kartilago (Cote 2001: 497). Dalam keadaan normal,
teratur dirombak oleh enzim autolitik dan diperbarui oleh sel kartilago
57 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
pada sendi atau dan terjadi abnormalitas proses remodeling struktur sendi (Petty,
2004: 142). Sebagai respon dari tekanan mekanis, pada persendian, terjadi erosi
struktur kartilago dengan atau tanpa pembentukan tonjolan tulang (osteofit) pada
joints).
Proses OA yang terjadi bersifat lokal, progresif, dan kronis. Proses pada OA
terjadi secara progresif karena pada keadaan ini terjadi ketidakseimbangan antara
terbentuk lebih lemah secara biomekanis sehingga lebih rentan terhadap cedera
dan kerusakan lanjut (Beckerman et all 1993: 73). Secara histologis, proses
dapat menimbulkan cedera pada sel chondrosit (Ross 1997: 24). Chondrosil
pada chondrosit dan daerah subcondral (Ross 1997: 25). Chondrosit yang
58 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
mengalami cedera meiepaskan lebih banyak enzim sedangkan daerah subcondral
1. Tahap 0
menunjukkan tanda-tanda OA, dan fungsi sendi tanpa gangguan atau sakit.
2. Tahap 1
3. Tahap 2
Dianggap sebagai tahap "ringan" dari kondisi OA. Sinar-X dari sendi lutut
dalam tahap ini akan menunjukan pertumbuhan tulang yang lebih besar, tapi
tulang rawan kemungkinan tetap pada ukuran yang sehat, ruang antara tulang
normal, dan tulang-tulang tidak menggosok atau menggores satu sama lain.
Cairan sinovial juga biasanya masih ada pada tingkat yang cukup untuk gerak
59 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
sendi yang normal. Namun, ini adalah tahap di mana orang mulai mengalami
gejala berupa nyeri setelah hari yang panjang berjalan atau berlari, kekakuan
yang lebih besar dalam sendi ketika itu tidak digunakan selama beberapa jam,
4. Tahap 3
mungkin mengalami kekakuan sendi setelah duduk untuk jangka waktu yang
lama atau saat bangun di pagi hari. Bengkak mungkin ada setelah waktu yang
5. Tahap 4
OA dianggap "berat". Orang pada tahap ini, pasien mengalami kesakitan dan
ketidaknyamanan saat berjalan atau bergerak pada sendi di lutut. Itu karena
ruang sendi antara tulang secara dramatis berkurang - tulang rawan hampir
sepenuhnya hilang dan terasa kaku, cairan sinovial menurun drastis, dan tidak
lagi membantu mengurangi gesekan antara bagian yang bergerak dari sendi di
lutut.
Ketika seseorang sudah mencapai tahap 4 dari OA, Total Knee Replacement
(TKR) menjadi salah satu pilihan. Dokter bedah akan menghilangkan sendi yang
60 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
rusak dan menggantikannya dengan perangkat plastik atau logam. Efek samping
dari operasi ini meliputi infeksi pada sayatan pada post operasi dan pembekuan
darah.
F. Manifestasi klinis
Berikut ini merupakan hal yang dapat terjadi pada orang pasca operasi Total
Knee Replacement:
Thrombosis vena dan emboli paru dapat terjadi apabila setelah operasi,
kontrasepsi oral.
2. Stiffness
3. Nyeri
lutut dan sendi yang sangat sensitif. Hal ini merupakan hal yang wajar
61 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Struktur ini jarang terluka selama operasi. Biasanya pulih, akan tetapi
G. Prognosis
operasi.
1. Quo ad sanam
kasus ini, quo ad sanam baik karena tidak terjadi komplikasi, baik yang
2. Quo ad fungsionam
Pada kasus ini, fungsional penderita buruk karena pasien tidak dapat berdiri
maupun berjalan lama walaupun pasien dapat transfer dan ambulasi dengan
bantuan.
62 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
H. Teknologi Fisioterapi
1. Cold therapy
oedem ialah cold pack. Setelah pemasangan TKR biasanya dihasilkan oedem,
dan jika diberikan cold pack dapat memberikan rangsangan dingin yang
terbentuknya metabolit.
Fase inflamasi akut, seperti sprain, strain, fraktur dan kondisi inflamasi;
Fase perbaikan;
Setelah operasi;
otot;
63 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Cedera olahraga.
Fenomena Raynaud;
Alergi dingin;
Cryoglobulinaemia; dan
Kondisi arthritis;
Pheochromocytoma;
64 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
2. Terapi Latihan
agar menjadi lebih baik. Faktor yang berpengaruh dalam efektivitas terapi
latihan adalah edukasi dan keterlibatan pasien secara aktif terhadap program
a. Quadriceps setting
Langkah-langkah :
Pasien diposisikan duduk tegak dengan kedua kaki lurus. Lalu pasien
65 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Gambar 2.8 Quadriceps setting
Langkah-langkah :
c. Abductor setting
Abductor setting adalah salah satu bentuk latihan isometrik dari grup otot
lateral sendi lutut, sehingga menjaga posisi sendi lutut agar tidak
terbentuk kurva genu varus. Hal ini sangat penting karena alignment yang
Langkah-langkah :
repetisi 3 set.
66 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Gambar 2.9 Abductor setting
d. Adductor setting
Adductor setting merupakan latihan isometrik dari grup otot adduktor hip.
lutut, sehingga menjaga posisi sendi lutut agar tidak terbentuk kurva genu
valgus.
Langkah-langkah :
repetisi 3 set.
67 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Gambar 2.10 Adductor setting
e. Heel slide
Langkah-langkah :
68 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Gambar 2.11 Heel slide
f. Kontraksi Isometrik
secara maksimal, namun tanpa terjadinya gerakan sendi. Latihan ini sama
ketidak stabilan pada sendi atau terjadinya peradangan akut. Latihan ini
dapat meningkatkan kekuatan otot dan kemampuan daya tahan statis otot
69 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
1) Dynamic Reversal
Gerakan konsentrik yang ditahan dan berubah dari satu arah ke arah
Langkah-langkah :
Tahan gerakan pasien pada satu arah tertentu (biasanya yang kuat)
begitu hampir mencapai tujuan (mis: ROM fleksi knee 60o) maka
kita ubah manual contact kita dan pada saat tercapai 60o maka
- M. Semitendinosus
- M. Semimembranosus
- M. Biceps Femoris
Tujuan :
70 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
o Meningkatkan ROM aktif;
o Mengurangi kelelahan;
o Menormalkan tonus.
2) Contrax Relax
Langkah-langkah :
detik maka kita minta rileks dan kita bisa tambahkan ROM secara
71 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
- M. Semitendinosus
- M. Semimembranosus
- M. Biceps Femoris
o Meningkatkan ROM.
3) Combination of Isotonic
Langkah-langkah :
72 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Lakukan gerakan tertentu dengan kontraksi konsentrik isometrik
- M. Semitendinosus
- M. Semimembranosus
- M. Biceps Femoris
73 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Gambar 2.14 Combination of Isotonic
I. Penatalaksanaan Fisioterapi
berikut :
1. Assessment
a. Anamnesa
langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien,
Ada dua jenis anamnesis yang umum dilakukan yaitu, auto anamnesis
dilakukan pada pasien tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk
menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain
74 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
untuk menceritakan permasalahannya. Anamnesis dibagi menjadi dua
1) Anamnesis umum
a) Nama
d) Jenis Kelamin
e) Alamat
f) Pendidikan terakhir
g) Pekerjaan
h) Diagnosa Medik
2) Anamnesis Khusus
a) Keluhan Utama
75 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
berobat atau mencari pertolongan medis. Keluhan utama akan
terapis.
d) Riwayat Obat
Obat apa saja yang pernah di konsumsi dan apakah ada obat
b. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran
76 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Composmentis adalah kesadaran penuh, sadar sepenuhnya, pasien
perabaan normal.
verbal.
menurun.
intervensi fisioterapi.
c. Pemeriksaan Fisioterapi
77 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
ROM adalah pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk mengukur
lingkup gerak sendi pada suatu persendian dari posisi awal suatu
double Armed. ROM dapat diukur dengan gerak aktif atau pasif.
dorongan dari luar pada tubuh di sekitar sendi (misalnya, dari terapis
atau alat). Pasif ROM selalu lebih besar dari ROM aktif.
a) Tujuan / kegunaan :
Untuk mengetahui besarnya ROM yang ada pada suatu sendi dan
78 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Luruskan stationer arm goniometer dengan anggota tubuh yang
diukur;
arm dengan lateral midline femur dan movement arm sejajar dengan
Reliabilitas
Usia
Jenis kelamin
Struktur persendian
Tipe gerakan
Alat ukur
79 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Rekording adalah cara menuliskan / mencatat ROM dalam bentuk
SFTR (ISOM).
Nilai
gravitasi
gravitasi
gravitasi
melawan gravitasi
80 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Ada pergerakan full ROM dengan tahanan minimal 3+
dialami. Dalam hal ini, gangguan yang dialami yaitu gangguan pada
81 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
tertinggi menunjukkan bahwa pasien tidak memilki kesulitan dalam
berusia lebih dari 7 tahun. VDS juga dapat digunakan untuk kasus akut
0 : tidak nyeri
2 : nyeri sedikit
4 : nyeri sedang
6 : nyeri berat
2. Diagnosa
adanya disfungsi gerak, terdiri dari Body Structure and Body Function
3. Prognosa
82 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Prognosa adalah prediksi perkembangan keadaan diagnostik pasien atau
dan prognosis timbul dari pemeriksaan dan evaluasi dan mewakili hasilnya
lainnya profesional yang diperlukan. Hal ini dapat dinyatakan dalam disfungsi
4. Tujuan
yang utama. Dalam membuat tujuan jangka pendek ini harus disertai
83 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Tujuan yang dibuat berdasarkan prioritas masalah, tetapi bukan
masalah utama atau segera. Tujuan jangka panjang harus sesuai realistis
5. Intervensi
a. Jenis intervensi
b. Metode intervensi
c. Dosis
Edukasi atau home program diberikan pada pasien agar latihan dapat
yang ada di sekitar pasien. Edukasi atau home program ini bertujuan sebagai
7. Evaluasi
84 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Setelah dilakukan berbagai macam intervensi, fisioterapi akan melakukan
8. Dokumentasi
85 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
9. Kerangka Fikir
Usia
Osteoarthritis
Operasi TKR
86 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
BAB III
URAIAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
1. NRM : 17-87-02
2. Nama : Ny. A. M
6. Agama : Islam
9. Tanggal masuk :-
87 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
B. ASESMEN/PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama :
b. Keluhan penyerta :
Oedem
88 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Osteoarthritis knee sinistra
2. Pemeriksaan Umum
g. Kooperatif : Ya
3. Pemeriksaan Fisioterapi
a. Inspeksi
1) Statis
pelvic posterior tilting, sedikit abduksi hip dan eksorotasi hip, ankle
plantar fleksi dan inversi, dan terdapat perban pada anterior knee
2) Dinamis
b. Tes Cepat
Tidak dilakukan
1) PFGD Aktif
89 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
a) Hip
b) Knee
c) Ankle
90 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Plantar fleksi Tidak ada nyeri, tidak Tidak ada nyeri, tidak
2) PFGD Pasif
a) Hip
terbatas terbatas
terbatas terbatas
b) Knee
feel
Ekstensi Tidak ada nyeri dan Tidak ada nyeri dan tidak
end feel
91 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
c) Ankle
Dorso fleksi Ada nyeri dan terbatas Ada nyeri dan terbatas
Plantar fleksi Tidak ada nyeri dan Tidak ada nyeri dan
3) PFGD Isometrik
a) Hip
Fleksi Ada nyeri dan dapat Tidak ada nyeri pada knee,
Ekstensi Tidak ada nyeri pada Tidak ada nyeri pada knee,
berkontraksi
b) Knee
Fleksi Ada nyeri pada knee, Tidak ada nyeri pada knee,
92 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
tahanan
Ekstensi Tidak ada nyeri pada Tidak ada nyeri pada knee,
berkontraksi
c) Ankle
Dorso fleksi
Plantar fleksi
d. Pemeriksaan Fungsional
Pengukuran
93 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Sabtu, 29 4/80 Kemampuan fungsional
/ kaos kaki
berguling di kasur
e. Tes Khusus
Kaki kiri
45 cm ke proksimal : lebar 44 cm
94 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
50 cm ke proksimal : lebar 46 cm
Kaki kanan
30 cm ke proksimal : lebar 34 cm
40 cm ke proksimal : lebar 42 cm
45 cm ke proksimal : lebar 42 cm
patela : lebar 38 cm
1) Palpasi
95 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Regio Aktif Pasif
Knee 110,5°
Gerakan Kiri
Fleksi 3-
Ekstensi 3-
Nyeri Skala
Nyeri diam 0
96 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Nyeri gerak 0
Nyeri tekan 0
f. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen
C. DIAGNOSA FISIOTERAPI
1. Problematik Fisioterapi
1) Shoulder protraksi
2) Thorakal kifosis
b. Activity Limitation :
c. Participation Restriction:
97 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
2. Diagnosa Fisioterapi berdasarkan ICF
Adanya pola jalan steppage gait dengan menggunakan walker, kesulitan untuk
keterbatasan gerak saat fleksi knee sinistra dan kelemahan pada otot grup
fleksor knee sinistra sehingga pasien tidak dapat kembali melakukan senam
aerobik di Senayan.
D. PERENCANAAN FISIOTERAPI
aerobik di Senayan).
E. INTERVENSI FISIOTERAPI
a. Cold therapy
98 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Cold therapy dilakukan sebelum latihan, dengan memasang cold pack
yang sudah dilapisi kain lalu diletakkan pada lutut kiri selama 15 menit.
b. Terapi Latihan
2) Quadriceps setting
Pasien diposisikan duduk tegak dengan kedua kaki lurus. Lalu pasien
4) Abductor setting
5) Adductor setting
6) Heel slide
99 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Pasien diminta untuk berbaring dengan kedua kaki lurus. Lalu
a) Dynamic Reversal
repetisi 3 set.
b) Contrax Relax
diberikan oleh terapis yang berada di 2/3 distal dari tibia dalam
c) Combination of Isotonic
100 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Pasien diminta untuk prone lying, kemudian instruksikan untuk
2. Home Programe
3. Edukasi
F. EVALUASI (SOAP)
O :
101 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Dextra S : 55°-0°-80o S : 0°-0°-115o
Knee
Sinistra S : 45°-0°-70° S : 0°-0°-100°
Gerakan Kiri
Fleksi -3
Ekstensi -3
Pengukuran Skor
melakukan aktivitas)
Nyeri Skala
Nyeri diam 0
102 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Nyeri gerak 0
Nyeri tekan 0
e. Antropometri
1) Kaki kiri
30 cm ke proksimal : lebar 34 cm
40 cm ke proksimal : lebar 43 cm
45 cm ke proksimal: lebar 45 cm
5 cm di bawah patela : 37 cm
5) Kaki kanan
30 cm ke proksimal: lebar 34 cm
103 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
35 cm ke proksimal: lebar 38,5 cm
40 cm ke proksimal: lebar 42 cm
45 cm ke proksimal: lebar 42 cm
patela : lebar 38 cm
A : Adanya keterbatasan gerak saat fleksi knee sinistra, oedema pada tungkai
kiri dan belum ada perubahan skor dari Lower Extremity Functional Scale
Facilitation (PNF)
O:
104 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
b. Manual Muscle Testing (MMT)
Gerakan Kiri
Fleksi 3
Ekstensi 3
Pengukuran Skor
melakukan aktivitas)
Nyeri Skala
Nyeri diam 0
Nyeri gerak 0
Nyeri tekan 0
e. Antropometri
1) Kaki kiri
105 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
b) Dari maleolus lateral
25 cm ke proksimal: lebar 33 cm
35 cm ke proksimal: lebar 38 cm
patela : lebar 40 cm
2) Kaki kanan
25 cm ke proksimal: lebar 34 cm
40 cm ke proksimal: lebar 45 cm
patela : lebar 41 cm
106 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
5 cm diatas patela : 44,5 cm
A : Adanya keterbatasan gerak saat fleksi knee sinistra, oedema pada tungkai
kiri dan belum ada perubahan skor dari Lower Extremity Functional Scale
(PNF)
107 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
dilakukan dua kali pada pasien Ny. A.M dengan diagnosa medis post operative
kali pada tanggal 29 Oktober 2016 dan pengukuran kembali setelah melakukan
November 115o
108 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Keterangan : terjadi peningkatan ROM
2016
Nyeri gerak 0
Nyeri tekan 0
2016
Nyeri gerak 0
Nyeri tekan 0
3. Evaluasi antropometri
2) Kaki kiri
30 cm ke proksimal: lebar 34 cm
40 cm ke proksimal: lebar 43 cm
109 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
45 cm ke proksimal: lebar 45 cm
5 cm di bawah patela : 37 cm
3) Kaki kanan
30 cm ke proksimal: lebar 34 cm
40 cm ke proksimal: lebar 42 cm
45 cm ke proksimal: lebar 42 cm
patela : lebar 38 cm
• Kaki kiri
110 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
25 cm ke proksimal: lebar 33 cm
35 cm ke proksimal: lebar 38 cm
patela : lebar 40 cm
• Kaki kanan
25 cm ke proksimal: lebar 34 cm
40 cm ke proksimal: lebar 45 cm
patela : lebar 41 cm
111 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
4. Evaluasi Lower Extremity Functional Scale (LEFS)
Pengukuran Skor
melakukan aktivitas)
melakukan aktivitas)
B. Keterbatasan
diberikan adalah :
112 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
BAB V
PENUTUP
C. Simpulan
Berdasarkan hasil studi kasus yang dilakukan oleh kelompok, penulis mengambil
Isometric Exercise pada kasus post operative Total Knee Replacement dirasa
belum cukup untuk menilai tingkat keberhasilan metode tersebut karena terapi
hanya dilakukan dua kali intervensi. Hal ini terkait dengan keterbatasan waktu
pengukuran. Dan didapatkan hasil bahwa masalah yang dialami oleh pasien
D. Saran
mengenai tingkat efektifitas dari metode PNF dan Isometric Exercise pada kasus
post operative Total Knee Replacement (TKR) dan memberi edukasi serta home
113 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
programe kepada pasien untuk tetap melakukan gerakan latihan karena pasien
114 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
DAFTAR PUSTAKA
Binkley, J. M & Lott, S A. (1999), The Lower Extremity Fuctional Scale (LEFS):
3(September), 184–188.
Luttgens, K., Hamilton, N., & Weimar, W. (2011). Kinesiology: Scientific Basis of
Pain Assessment Tool Guidelines for use : Verbal Descriptor Scale. (2006).
115 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
Paul W. Manner, M. (2016, April). Knee Replacement Implant. Retrieved Oktober
31, 2016,
Osteoartritis.
Osteoartritis.
116 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
LAMPIRAN
117 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
LEMBAR KONSULTASI
LAPORAN KASUS
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
GANGGUAN TUMBUH KEMBANG USIA ENAM BULAN AKIBAT
CEREBRAL PALSY FLACCID DIPLEGI DI UNIT FISIOTERAPI
JAKARTA CP CENTER (YPAC JAKARTA)
JAKARTA SELATAN
TAHUN 2016
NAMA MAHASISWA :
NAMA PEMBIMBING :
No. Tanggal Bahan Konsultasi Rekomendasi Tanda
Pembimbing Tangan
118 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I
119 | P o l t e k k e s J a k a r t a I I I