PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Manajemen risiko merupakan salah satu program dalam manajemen fasilitas dan
keselamatan yang terdapat dalam akreditasi versi 2012. Manajemen Risiko bertujuan
untuk mengurangi risiko pada sumber dengan membuat stakeholder bertanggung jawab
untuk mengelola risiko yang mereka buat. Tugas-tugas manajemen risiko yang dikenakan
pada setiap karyawan dan manajemen rumah sakit. Pihak terkait harus mengambil semua
langkah praktis untuk memastikan bahwa tempat kerja aman untuk setiap orang dalam
tempat tersebut.
Rumah sakit sendiri merupakan suatu institusi yang komplek dimana berbagai
macam risiko baik risiko yang diakibatkan penyakit pasien maupun risiko terhadap sarana
perasarana maupun peralatan yang digunakan. Upaya dalam pengendalian risiko atau
manajemen risiko hendaknya benar-benar menjadi perhatian yang utama agar nantinya
terhindar dari dampak yang tidak diinginkan baik bagi pasien, keluarga, pengunjung
maupun staf rumah sakit sendiri.
Sesuai dengan ISO 14000 bahwa manajeman keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan siklus yang berkelanjutan, dimana salah satu tahapan penting yakni
melaksanakan monitoring atau pengukuran kinerja penerapan sistem manajeman
keselamatan dan kesehatan kerja. Pengukuran tersebut bertujuan mengetahui tingkat
keberhasilan, kelemahan atau kekurangan pelaksanaan program keselamatan dan
kesehatan kerja, yang pada akreditasi versi ini pengukuran manajeman fasilitas dan
keselamatan.
Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan
manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam risk management standar AS/NZS 4360
yang meliputi penentuan korteks, identifikasi risiko, analisa risiko, evaluasi risiko,
pengendalian risiko, komunikasi, monitoring dan tinjauan ulang dalam penentuan korteks
diselaraskan dengan visi dan misi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetapkan
pula kriteria risiko yang sesuai bagi organisasi setelah menetapkan konsep manajemen
risiko, selanjutnya identifikasi bahaya, analisa, menentukan strategi pengendalian dan
evaluasi .
2. TUJUAN
1) Mencegah dan menanggulangi kejadian-kejadian berisiko atau potensial hazard
2) Meminimalisir kejadian-kejadian berisiko tinggi di Rumah Sakit Umum Daerah Tora
Belo.
3) Terbentuknya tim khusus yang dapat menjadi penggerak dalam mengendalikan
kejadian-kejadian yang berisiko di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo.
4) Meningkatkan Sumbar daya manusia dalam penanggulangan kejadian-kejadian
berisiko.
5) Monitoring dan maintenance fasilitas rumah sakit agar dapat menekan angka risiko
sekecil mungkin.
1
3. PENGERTIAN
1. Risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menyebabkan kerugian
dalam suatu perusahaan atau institusi
2. Risk control adalah tindakan yang dirancang untuk mengurangi risiko seperti
perubahan prosedur, perbaikan fasilitas, supervise ektra dan sebagainya.
3. Potensi bahaya (Hazard) ialah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat
menimbulkan kecelakaan/kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau
kemampuan melaksakan fungsi yang telah ditetapkan.
4. Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidak cukupan
dan tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau
adanya problem ekternal yang mempengaruhi operasional suatu institusi.
5. Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari
kegiatan usaha dari suatu institusi.
6. Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk
menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian (Sears. C 1994)
7. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terdapat atau terjadi akibat kuman penyakit
yang berada di rumah sakit dengan criteria sesuai dengan masa inkubasi kuman.
8. Medical Check Up adalah pemeriksaan kesehatan baik secara menyeluruh ataupun
sebagian sesuai dengan paparan yang diterima tenaga kerja untuk mendeteksi kelainan
secara dini adanya penyakit akibat kerja
9. Penyakit akibat kerja adalah suatu penyakit yang diderita oleh tenaga kerja yang
berkaitan dengan pekerjaannya ataupun lingkungan kerjanya.
10. Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan
yang dapat menggangggu proses produksi walapun tidak menimbulkan korban jiwa.
11. Health hazard adalah suatu bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang mempunyai
potensi untuk menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan dan penyakit
akibat kerja.
12. Safety hazard adalah merupakan bahaya yang terdapat ditempat kerja yang berpotensi
menimbulkan insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja
13. Hepatitis B adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang hati yang disebabkan oleh
virus hepatitis B
14. Bahan pemeliharaan adalah komponen yang mempunyai usia pakai tertentu digunakan
keperluan pemeliharaan.
15. Operating manual adalah buku yang berisi petunjuk mengenai pengoperasional alat
sesuai prosedur yang benar.
16. Laik pakai adalah suatu kondisi alat yang telah memenuhi persyaratan baik fisik
normal keselamatan kerja, keandalan, keluaran dan memiliki ijin operasional yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
17. Ijin operasional adalah persetujuan untuk mengoperasionalkan suatu alat yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
18. Uji fungsi adalah pengujian alat secara keseluruhan melalui uji bagian-bagian dengan
kemampuan meksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban sebenarnya sehingga dapat
2
diketahui apakah secara keseluruhan suatu alat dapat dioperasionalkan dengan baik
sesuai fungsinya.
19. Uji kinerja adalah pengujian alat untuk mengetahui kemampuan keluaran sesuai
dengan kondisi pemakaian.
20. Sertifikasi kalibrasi adalah tanda dan atau keterangan bahwa suatu alat telah
memenuhi criteria kalibrasi.
21. Dokumen teknis penyerta adalah dokumen teknis yang diperlukan untuk pemeliharaan
alat seperti brosusr instalasi manual, instalasi report, operating manual, service
manual, prosedur tetap operasional dan pemeliharaan untuk setiap unit alat.
22. Prasarana adalah fasilitas rumah sakit berbentuk fisik terdiri dari alat dan jaringan atau
instalasi.
23. Tool set adalah seperangkat peralatan kerja yang dipergunakan untuk keperluan
pemeliharaan alat-alat rumah sakit.
24. Emergency maintenance atau pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan yang bersifat
perbaikan terhadap kerusakan yang belum diperkirakan sebemulnya.
25. SDM terlatih dan siap adalah SDM terlatih dalam bidang alat tertentu dan siap
melaksanakan tugas mengoperasikan atau memelihara alat yang dimaksud pada saat
itu.
26. Critical area adalah daerah dimana pasien dilayani dengan menggunakan peralatan
untuk kondisi kritis (Instalasi Pelayanan Intensif, Instalasi Kamar operasi, recovery
room)
27. General area adalah daerah dimana peruntukkannya dipergunakan kegiatan pelayanan
umum.
28. Laporan kerja adalah laporan teknis pelaksana pemeliharaan preventif atau korektif
yang berisi kegiatan yang dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai.
.
4. BAHAYA
Sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan menurut beberapa sumber disebabkan
oleh karena faktor manusia (human error) dan faktor lingkungan (environment factor).
Berdasarkan statistik kejadian kecelakaan kerja lebih dari 85% disebabkan oleh karena
factor manusia sehingga perhatian difokuskan pada aspek manuai. Perilaku pekerja yang
tidak aman yang dapat membahayakan, kondisi yang berbahaya, kondisi hampir celaka
dan penyakit akibat kerja adalah gejala dari kurang berfungsinya manajemen risiko.
Permasalahan keselamatan harus dicari penyebab dasar masalah sampai dengan tugas dan
fungsi yang tidak dilaksanakan yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Menurut Supriyadi (2005) dalam bahaya dalam kelompoknya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Health hazard; Merupakan suatu bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan dan
penyakit akibat kerja.
Ciri-ciri health hazard antara lain (Supriyadi, 2005):
a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan kesehatan, dan
penyakit akibat kerja.
b. Berada di lingkungankerja dan memajan pekerja selama bekerja.
c. Umumnya dalam konsentrasi rendah.
3
d. Bersifat kronik.
e. Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi dan dosis.
2. Safety hazard; merupakan bahaya yang terdapat ditempat kerja yang berpotensi
menimbulkan insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja.
Ciri-ciri safety hazard antara lain:
a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan, pada poses dan
kerusakan alat.
b. Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak.
c. Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat.
d. Tidak mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi dan dosis.
Sedangkan berdasarkan jenisnya , bahaya dibagi menjadi beberapa yaitu :
a. Bahaya fisik adalah bahaya yang berasal dari lingkungan fisik disekitar, seperti
kebisigan, radiasi, suhu/temperature dan getaran, dll.
b. Bahaya kimia adalah substansi bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi dan penyimpanan serta penanganan limbah.
c. Bahaya biologis adalah bahaya yang berasl dari makhluk hidup selain manusia dan
lebih mengarah pada aspek kesehatan seperti: virus, bakteri dan jamur.
d. Bahaya ergonomi adalah bahaya yang disebabkan karena ketidaksesuaian antara
peralatan kerja dengan pekerja seperti kursi terlalu rendah, meja yang terlalu
tinggi, dll.
e. Bahaya psikologi adalah bahaya yang dapat menyebabkan kondidi psikologi
pekerja tidak baik yang berpengaruh terhadap pekerjaan, seperti stress karena
kelebihana beban kerja atau rekan kerja, dll.
5. RESIKO
Risiko ialah suatu kerugian yang diharapkan dalam setiap kegiatan atau dalam satuan
waktu yang merupakan kombinasi antara kemungkinan suatu kejadian dalam setiap
kegiatan atau dalam satuan waktu dengan keparahan atau akbat yang dinyatakan dalam
kerugian dalam setiap kejadian (P2K3 Depnaker RI, 2000). Menurut Spriyadi (2005),
risiko yaitu seberapa besar kemungkinan suatu bahan atau material, proses atau kondisi
untuk menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kesakitan.
Risiko dapat dikategorikan menjadi 5 yaitu (1996):
a. Risiko Keselamatan; Risiko keselamatan memiliki tingkat probabilitas rendah, tingkat
paparan tinggi, akut dan jika terjadi kontak langsung terlihat efeknya, penyebabnya
lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan
kerugian di area kerja.
b. Risiko Kesehatan Risiko kesehatan memiliki sifat probabilitas yang tinggi, tingkat
paparan rendah, kronis, penyebabnya sulit diketahui dan fokusnya lebih ke kesehatan
manusia.
c. Risiko Lingkungan dan Ekologi; Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
permasalahan difokeuskan pada dampak yang timbul terhadap habitat dan ekosistem
yang lebih jauh dari sumber risiko.
d. Risiko Terhadap Masyarakat Publik Komunitas dan pandangan masyarakat terhadap
kinerja organisasi dan produksi, memperhatikan pada segi estetika, sumber daya
4
dengan menggunakan batasan-batasan yang ada dampak negatif dan persepsi
masyarakat seperti perubahan positif dari suatu tindakan yang lamban, semua hal
tersebut terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
e. Risiko Keuangan; dalam jangka pendek dan jangka panjang risiko dan kehilangan
property dan pajak, mempertanggungjawabkan pajanan, asuransi terhadap lingkungan,
kesehatan dan keselamatan, investasi terfokus pada aspek operasional dan
kelangsungan hidup secara finansial.
5
Panduan Daftar Bahaya Potensial di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
Biologi Kimia
Bakteri patogen dan Terkontaminasi Zat kimia dalam waktu lama
apatogen Terkontaminasi zat kimia dalam waktu singkat
Virus: hepatitis B, HIV Kebakaran dan atau ledakan tabung, ketel uap
Jamur: candidiasis Gas CO2, gas anestesi
Parasit: cacing, nyamuk Kontak dengan pestisida, racun serangga
Lingkungan Kerja Pekerjaan manual
Temperatur ruangan yang Tegang atau Kejang otot akibat mengangkat
ekstrim atau menurunkan benda berat, pasien
Kebisingan akibat suara blower, Pergerakan yang berulang-ulang
mesin Desain tempat kerja yang kurang ergonomis
Pencahayaan yang kurang terang
Tekanan mental akibat gesekan
dengan teman sekantor, kerja
shift
Energi Mekanik
Tersetrum listrik Peralatan mesin
Terjatuh, tersandung atau Peralatan manual
tergelincir Kendaraan bermotor
Menabrak benda atau tertimpa
benda keras
Radiasi sinar ultra violet, infra
merah sinar rotgen
Getaran mesin pada seluruh atau
sebagian tubuh
Hasil Identifikasi Resiko Bahaya di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo
Kegiatan Bahaya potensial
Perawatan pasien Tertusuk jarum suntik, infus, jarum jahit
Tertusuk benda tajam (ampul obat)
Terkena tumpahan cairan tubuh pasien
Terpeleset, tertimpa tabung oksigen
Tegang atau kejang otot akibat mengangkat
Terpapar sinar radiologi
Kesetrum peralatan medis
Terpapar bahan kimia / obat sitostatika, gas anestesi
Stress psikis dimarahi pasien,
Kerja lembur, kerja shift
Kelelahan, nyeri pinggang (HNP)
6
Radiologi Terpapar sinar radiologi dalam jangka waktu lama
Tertular penyakit pasien
Kelelahan
Stress psikis dimarahi pasien
Laboratorium Terkena sampel bahan pemeriksaan infeksius
Tertusuk benda tajam, jarum suntik
Tersetrum peralatan laboratorium
Kerja shift, kerja lembur
Farmasi Terpapar bahan kima
Kerja monoton
Stress fisik
Kerja shift, kerja lembur
Tertular penyakit secara tidak langsung
Pemeliharaan sarana Tersetrum listrik atau dari peralatan medis dan non medis
Terjatuh dari ketinggian, tersandung, tergelincir
Kebisingan peralatan grenda
Kejatuhan, terpukul benda keras
Menabrak benda keras
Petugas Kesling & Terpapar sampah infeksius
Cleaning servis Terpeleset, tersandung, terjatuh dari ketinggian
Tertusuk benda tajam, jarum, pecahan ampul
Terbakar incenerator
Terkena cairan kimia
Laundry Terpapar cairan tubuh pasien infeksius
Terkena cairan chemical (pembersih noda)
Tersetrum atau terbakar sterika listrik
Terpeleset, tersandung
Kebisingan blower, mesin cuci
Dapur Terpeleset lantai basah
Terbakar api kompor
Tersetrum listrik
Terkena pecahan gelas, piring, pisau
Kejatuhan benda keras
Kebisingan blower
Terpapar asap, panas dan dingin
Kerja shift
Perkantoran Kerja monoton
Terpapar radiasi sinar komputer
Stress psikis
Pencahayaan kurang terang
7
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap
tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.Tujuan dari langkah ini adalah
untuk menentukan prioritas untuk tindak lanjut, karena tidak semua aspek bahaya
potensial yang dapat kita tindak lanjuti. Adapun metode penilaian risiko untuk setiap
risiko antara lain:
a. Menghitung peluang insiden yang terjadi di tempat kerja
b. Menghitung konsekuensi insiden yang terjadi
c. Kombinasikan penghitungan peluang dan konsekuensi pada rate risiko
d. Menggunakan rating setiap risiko, mengembangkan daftar prioritas risiko kerja.
8
h) Jumlah material atau tingkat paparan: Contoh: Sebuah insiden (seperti
ledakan) lebih mudah terjadi dalam kontainer/tabung dengan berisi gas yang
memuai daripada container tanpa ruangan untuk gas yang memuai.
i) kondisi lingkungun
j) Kondisi peralatan
k) Efektifitas pengendalian yang ada: Apakah paparan yang ada mengurangi
risiko paparan?, Apakah pekerja mengetahui pengendalian yang ada?,
Apakah terdapat prosedur atau sistem yang terkait dengan pengendalian
tersebut?, Apakah pelatihan dan pengawasan yang berhubungan dengan
pengendalian yang ada?, Apakah dilakukan pemeliharaan yang sesuai
terhadap pengendalian tersebut?, Sejauh mana kemudahan digunakan, cara
kerjanya?
Adapun dalam daftar dalam menentukan peluang menggunakan rumus dibawah ini:
Tingkat Kriteria Penjelasan
5 Hampir pasti Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi (90%
terjadi) (selalu terjadi sampai 1 kali dalam seminggu
4 Mungkin terjadi Suatu kejadian akan terjadi pada hampir semua
kondisi/cenderung untuk terjadi (60 % s/d 90 %) atau
kurang dari 1 kali /bulan
3 Sedang Suatu kejadian akan terjadi pada kondisi tertentu/mungkin
dapat terjadi (40 % s/d 60%) atau kurang dari 1 x dalam
1/bln s/d 3 bln
2 Kecil Suatu kejadian akan terjadi pada kondisi tertentu, namun
kemungkinan kecil kemungkinannya (kurang dari dari 1 x dalam 3 bln
s/d 1 thn
1 Jarang sekali Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada kondisi
khusus/luar biasa/setlah bertahun tahun (kurang dari dari 1
x dalam 1 tahun
9
Kesetrum peralatan medis
Terpapar bahan kimia / obat
sitostatika, gas anestesi
Stress psikis dimarahi
pasien,
Kerja lembur, kerja shift
Kelelahan, nyeri pinggang
(HNP)
Penerangan yang kurang
2 Radiologi Terpapar sinar radiologi
dalam jangka waktu lama
Tertusuk jarum suntik
Kelelahan
Stress psikis dimarahi
pasien
Penerangan yang kurang
3 Laboratorium Terkena sampel bahan
pemeriksaan infeksius
Tertusuk benda tajam, jarum
suntik
Tersetrum peralatan
laboratorium
Kerja shift, kerja lembur
Penerangan yang kurang
4 Farmasi Terpapar bahan kima
Kerja monoton
Stress fisik
Kerja shift, kerja lembur
Tertular penyakit
5 Pemeliharaan Tersetrum listrik atau dari
Sarana peralatan medis dan non
medis
Terjatuh dari ketinggian,
tersandung, tergelincir
Kebisingan peralatan grenda
Kejatuhan, terpukul benda
keras
Menabrak benda keras
6 Petugas Terpapar sampah infeksius
Kesling & Terpeleset, tersandung
Cleaning Terjatuh dari ketinggian
servis Tertusuk benda tajam,
jarum, pecahan ampul
10
Terbakar incenerator
Terkena cairan kimia
7 Laundry Terpapar cairan tubuh
pasien infeksius
Terkena cairan chemical
(pembersih noda)
Tersetrum atau terbakar
sterika listrik
Terpeleset, tersandung
Kebisingan blower, mesin
cuci
8 Dapur Terpeleset lantai basah
Terbakar api kompor
Kena ledakan gas elpiji
Tersetrum listrik
Terkena pecahan gelas,
piring, pisau
Kejatuhan benda keras
Kebisingan blower
Terpapar asap, panas dan
dingin
Kerja shift
9 Perkantoran Kerja monoton
Terpapar radiasi sinar
komputer
Stress psikis
Pencahayaan kurang terang
Kerja shift
c. Menentukan konsekuensi
Untuk menentukan konsekuensi, kita harus membuat ketetapan pada severity
yang berpotensi terjadi. Kita harus meninjau informasi yang dikumpulkan sejak
tahap identifikasi, mencakup statistik insiden,dan data manufaktur. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi konsekuensi harus juga kita pertimbangkan, yang
mencakup antara lain: ·
a) Potensi pada reaksi berantai, di mana sebuah bahaya jika tidak dihilangkan,
akan mengakibatkan kondisi yang lebih berat.
b) Konsentrasi substansi. Misalnya, bahan kimia yang memiliki konsentrasi
lebih kecil memiliki konsekuensi bahaya lebih kecil dibandingkan bahan
kimia yang memiliki konsentrasi lebih besar.
c) Volume material. Misalnya potensi konsekuensi dari amoniak dalam jumlah
yang kecil mungkin lebih kecil daripada amoniak dalam jumlah yang besar.
d) Kecepatan proyektil dan pergerakan bagiannya.
11
e) Ketinggian, akibat yang dihasilkan dari benda yang jatuh ditentukan dan
ketinggian benda itu semula, semakin tinggi benda tersebut semakin besar
pula akibat yang dihasilkan,
f) Berat, contoh seseorang akan mengalami akibat yang lebih fatal ketika ia
kejatuhan benda dengan berat 60 kg dibandingkan 10 kg.
g) Tingkat gaya dan energi. Misalnya, semakin tinggi voltase listrik semakin
tinggi akibat yang dihasilkan jika tersetrum
12
obat sitostatika, gas
anestesi
Stress psikis dimarahi
pasien,
Kerja lembur, kerja shift
Kelelahan, nyeri pinggang
(HNP)
2 Radiologi Terpapar sinar radiologi
dalam jangka waktu lama
Tertusuk jarum suntik
Kelelahan
Stress psikis dimarahi
pasien
3 Laboratorium Terkena sampel bahan
pemeriksaan infeksius
Tertusuk benda tajam,
jarum suntik
Tersetrum peralatan
laboratorium
Kerja shift, kerja lembur
4 Farmasi Terpapar bahan kima
Kerja monoton
Stress fisik
Kerja shift, kerja lembur
Tertular penyakit
5 Pemeliharaan Tersetrum listrik atau dari
Sarana peralatan medis dan non
medis
Terjatuh dari ketinggian,
tersandung, tergelincir
Kebisingan peralatan
grenda
Kejatuhan, terpukul benda
keras
Menabrak benda keras
6 Petugas Terpapar sampah
Kesling & infeksius
Cleaning Terpeleset, tersandung
servis Terjatuh dari ketinggian
Tertusuk benda tajam,
jarum, pecahan ampul
Terbakar incenerator
Terkena cairan kimia
13
7 Laundry Terpapar cairan tubuh
pasien infeksius
Terkena cairan chemical
(pembersih noda)
Tersetrum atau terbakar
sterika listrik
Terpeleset, tersandung
Kebisingan blower, mesin
cuci
8 Dapur Terpeleset lantai basah
Terbakar api kompor
Kena ledakan gas elpiji
Tersetrum listrik
Terkena pecahan gelas,
piring, pisau
Kejatuhan benda keras
Kebisingan blower
Terpapar asap, panas dan
dingin
Kerja shift
9 Perkantoran Kerja monoton
Terpapar radiasi sinar
komputer
Stress psikis
Pencahayaan kurang
terang
4 4 8 12 16 20
3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
Skala 1 2 3 4 5
14
4. Risiko rendah < 3
Ketentuan tindak lanjut
Tingkat Risiko Tindak Lanjut
Risiko Rendah Pengendalian tambahan tidak diperlukan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah jalan keluar yang lebih menghemat biaya atau
peningkatan yang tidak memerlukan biaya tambahan besar.
Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian
dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar
Risiko Menengah Perlu tindakan untuk mengurangi risiko, tetapi biaya pencegahan
yang diperlukan perlu diperhitungkan dengan teliti dan dibatasi.
Pengukuran pengurangan risiko perlu diterapkan dengan baik dan
benar
Risiko Tinggi Pekerjaan tidak dilaksanakan sampai risiko telah direduksi. Perlu
dipertimbangkan sumber daya yang akan dialokasikan untuk
mereduksi risiko. Bilamana risiko ada dalam pelaksanaan pekerjaan,
maka tindakan segera dilakukan.
Ektrim Pekerjaan tidak dilaksanakan atau dilanjutkan sampai risiko telah
direduksi. Jika tidak memungkinkan untuk mereduksi risiko dengan
sumber daya yang terbatas, maka pekerjaan tidak dapat dilaksanakan.
3. Menetapkan Pengendalian
Dalam penetapan pengendalian sesuai dengan hasil identifikasi, serta penilaian
risiko. Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian risiko sesuai dengan
hirarki pengendalian risiko adalah Eliminasi, subsitusi, rekayasa engineering, pemakaian
adminitrasi dan pemakaian Alat Pelindung Diri. Sehingga dalam managemen risiko di
Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo menfokuskan pada pencegahan infeksi,
pencegahan penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan akibat kerja yang diakibatkan
faktor lingkungan yang kurang sehat dan peralatan vital rumah sakit
4. Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar proses pelaksanaan
upaya-upaya dalam mengatasi risiko yang ada dapat dilaksanakan secara baik. Fungsi
pengawasan dilakukan oleh Panitia K3RS yang bekerjasama dengan unit-unit terkait
15
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Lingkup Area
1. Pelaksana panduan ini adalah terdiri dari :
a. Staf Medis
b. Staf Perawat
c. Staf Bidan
d. Staf Profesional lainya
2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Manajemen Resiko adalah :
a. Instalasi Rawat jalan
b. Instalasi Gawat Darurat
c. Instalasi Bedah Sentral
d. Instalasi Intensive Care Unit
e. Poli Gigi Dan mulut
f. Instalasi laboratorium
g. Instalasi Radiologi
i. Instalasi Rawat Inap
j. Instalasi Penunjang lainya
16
BAB III
TATA LAKSANA
17
4) Pemeriksaan Kesehatan fasilitas fisik (lingkungan) :
a. Pemeriksaan kesehatan fasilitas fisik (lingkungan) dilakukan oleh unit K3RS
meliputi pemeriksaan suhu, kelembaban, pencahayaan dan kebisingan setiap
tahun 2 kali
b. Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh pada unit kerja terutama unit kerja
yang berisiko misalnya kamar operasi, ICU, dapur
c. Hasil pemeriksaan dikoordinasikan untuk follow up perbaikan pada unit kerja
tersebut dan unit lain yang bertanggung jawab misal pemeliharaan sarana
18
tertentu yang memerlukan. Pemeliharaan dengan running maintenance
biasanya tidak dilakukan untuk peralatan kesehatan. Sedangkan pemeliharaan
alat kesehatan dilakukan pada waktu alat tidak dioperasional kan atau shut
down maintenance. Kegiatan shut down maintenace berupa pembersihan,
pelumasan, pengechekan, fungsi komponen, penyetelan, penggantian bahan
pemeliharaan, pengukuran keluaran dan keselamatan.
2) Pemeliharaan korektif (perbaikan)
Pemeliharan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat perbaikan
terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dengan atau tanpa penggantian
suku cadang. Pemeliharaan korektif bertujuan untuk mengembalikan kondisi
peralatan yang rusak ke kondisi siap operasional dan laik pakai dengan
fuingsinya yang baik. Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi
teknis yaitu pengukuran kuantitatif keluaran dan pengukuran aspek
keselamatan. Sedangkan kalibrasi yang bersifat teknis dan legalitas
penggunaan alat harus dilakukan oleh institusi penguji yang berwenang.
Perbaikan korektif dilakukan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan
dan dilakukan terencana. Overhoul adalah bagian dari pemeliharaan korektifg
yaitu kegiatan perbaikan terhadap peralatan dengan mengganti bagian-bagian
utama alat yang bertujuan mengembalikan fungsi dan kemampuan alat yang
sudah menurun karena usia dan pemakaian.
b) Pemeliharaan tidak terencana
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan bersifat darurat
(insidentil) berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak atau tidak
terduga dan ahrus segera dilakukan perbaikan menginggat alat tersebut digunakan
dalam pelayanan. Untuk dapat melaksanakan pemeliharaan tidak terencana perlu
adanya tenaga yang selalu siap dan fasilitas pendukungnya. Keadaan yang
dikatakan baik apabila pemeliharaan tidak terencana ditekan serendah mungkin.
c) Pelaksanaan pemeliharaan
Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan, kemampuan
teknisi, tingkat teknologi peralatan, fasilitas kerja dan prosedur pembiayaan, maka
pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit dilakukan oleh
teknisi rumah sakit atau dengan rujukan atau oleh pihak ketiga.
a. Dilakukan oleh teknisi rumah sakit: pada dasarnya setiap alat kesehatan di
rumah sakit pemeliharaannya oleh teknisi rumah sakit. Rumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo mempunyai 1 teknisi lulusan atem yang bekerja untuk
melakukan pemeliharaan peralatan medik rumah sakit.
b. Dilakukan oleh teknisi rujukan: Apabila teknisi rumah sakit mengalami
kesulitan baik secara teknik ataupun suku cadang maka untuk menghemat
bahan pemeliharaan meminta bantau teknisi dari luar (rujukan).
c. Dilakukan pihak ketiga: apabila suatu alat memerlukan keahlian khusus atau
suku cadang khusus atau dalam jumlah besar maka pelaksanaannya dilakukan
oleh pihak ketiga. Umumnya alat yang over houl yang memerlukan banyak
pergantian suku cadang.
19
d. Pemeliharaan Bangunan
Pemeliharaan terhadap bangunan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tora
Belo adalah:
a) Mengecek fisik bangunan meliputi atap, plafon, dinding, tembok, lantai, pintu,
jendela dan perangkat lainnya.
b) Melakukan perbaikan dan pengecatan sesuai kondisi kerusakan fisik bangunan di
lapangan.
c) Melakukan renovasi bila dipandang perlu. Renovasi ini dilakukan oleh petugas
rumah sakit sendiri atau pihak ketiga.
e. Proses Pemeliharaan
Tahap Pemeliharaan peralatan atau fasilitas dan bangunan di Rumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo adalah sebagai berikut:
a) Pemeliharaan rutin
Melakukan maintenance secara berkala sesuai jadual yaitu:
Instalasi air bersih (2 bulan sekali)
Instalasi limbah ( 3 bulan sekali)
Instalasi listrik (3 bulan sekali)
Instalasi telepon ( 3 bulan sekali)
Instalasi jaringan komputer ( 3 bulan sekali)
Instalasi televisi (3 bulan sekali)
Instalasi sound system (3 bulan sekali)
Instalasi fire pretection ( 6 bulan sekali)
Instalasi oksigen (3 bulan sekali)
Instalasi penangkal petir (2 tahun sekali oleh disnaker)
Peralatan non medis
Pemeliharaan fasilitas kendaraan
Pengechekan gedung dan perlengkapannya (1 bulan sekali)
20
n. Pengechekan EKG
o. Pengechakan Syringe Pump
p. Pengechekan infus pump
q. Pengechekan ventilator
21
o Hematologi analyser sysmex
o Automated chemistry analyser
o Fotometer stardust 5c
o Imunologi analyser
o Urinalisis clinirex
o Coagulations analyser
22
BAB IV
DOKUMENTASI
23
24
BAB V
PENUTUP
Buku Panduan Manajemen risiko ini disusun sedemikan rupa disesuaikan dengan
kondisi di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo. Oleh karena itu di harapkan agar seluruh
karyawan yang bekerja di rumah sakit ini mengetahui dan memahami segala risiko yang ada
di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo.
Demikian buku panduan manajemen risiko kami susun, diharapkan dapat berguna
untuk meminimalisisr risiko kecelakaan kerja di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Tora
Belo.
25